Tipologi Desa Dr. Rujiman, SE, MA

b. Daerah Hinterland berfungsi sebagai lumbung bahan mentah raw material dan tenaga kerja man power ditinjau dari sisi potensi ekonomi. c. Dari sisi kegiatan kerja occupation, daerah hinterland dapat berfungsi sebagai desa agraris, desa manufaktur, desa industri dan desa nelayan. Dalam pembangunan desa terutama desa yang menjadi daerah hinterland banyak sekali hambatan diantaranya yang paling mendesak yaitu: a. Memperkecil kesenjangan antara desa dan kota dan antar pelaku pembangunan b. Merubah pola pembangunan dan pendekatan yang bersifat sentralistik dan sektoral menjadi terdesentralisasi dan holistik. c. Meningkatkan kemampuan SDM dan masyarakat untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan desa. d. Meningkatkan pembangunan prasarana fisik dan penyebarannya yang mampu menjangkau ke berbagai pelosok.

2.2. Tipologi Desa

Secara nasional jumlah desa tercatat sekitar 65.000 desa.Masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri variasinya sangat luas maka sangat sulit untuk merumuskan kebijaksanaan pembangunan secara spesifik. Oleh karena itu dipandang perlu menyusun tipologi desa. Tipologi desa dapat memberikan gambaran yang lebih sederhana tetapi dapat menggambarkan profil desa-desa yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan kota. Tipologi menggambarkan tentang tipe atau pola ataupun sebagai pencerminan model berdasarkan kemiripan atau keserupaan ciri-ciri dan potensi sumberdaya alam, manusia dan buatan yang Universitas Sumatera Utara dimiliki oleh suatu desa dapat pula dikaitkan dengan aspek topografinya, kegiatan ekonomi daerah yang dominan berdasarkan kemampuan keswadayaan masyarakat dan lainnya. 2.3.Desa Dalam arti umum desa adalah permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan aktivitas ekonomi produksinya bercorak agraris. Dalam arti administratif Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan UU No. 32 Pasal 1 Tahun 2004. Ndraha 1994 mengemukakan bahwa Desa adalah suatu daerah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terndah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Marbun 2001 mengatakan Desa adalah sebagai salah satu hukum yang ada sejak beberapa keturunan dan mempunyai ikatan kekeluargaan atau ikatan sosial yang hidup serta tinggal menetap di suatu daerah tertentu dengan adat istiadat yang dijadikan landasan hukum dan mempunyai pemimpin formal yakni kepala desa. Menurut Bintarto 1984 mengemukakan bahwa Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Desa itu tidak sama luasnya disetiap wilayah. setiawan 2003 Universitas Sumatera Utara membagi kriteria desa berdasarkan luas dan kepadatannya seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1. : Kriteria Desa Berdasarkan Luas dan Kepadatannya No Sebutan Desa Luas km² Kepadatan jiwakm² 1 Desa terkecil 2 km² 10 - 99 jiwakm² 2 Desa Kecil 2 – 4 km² 100 – 499 jiwakm² 3 Desa Sedang 4 – 6 km² 500 – 1499 jiwakm² 4 Desa besar 6 – 8 km² 1500 – 2999 jiwakm² 5 Desa terbesar 8 – 10 km² 3000 – 4500 jiwakm² Menurut Daldjoeni 1987 bahwa Desa adalah suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama di mana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk kehidupan mereka. Dalam definisi tersebut tersirat adanya tiga unsur yaitu penduduk, tanah, dan bangunan karena masing-masing unsur itu lambat atau cepat mengalami perubahan maka desa sebagian pola permukiman bersifat dinamis. Kemudian Daljoeni 1987 menjelaskan bahwa desa dan masyarakatnya erat sekali hubungannya dengan alam. Terutama iklim yang pengaruhnya terlihat pada permusimanya seakan-akan mengatur kegiatan manusia dalam bertani. Penduduk di desa merupakan satu unit kerja, jumlah mereka relatif tidaklah besar dan struktur ekonomi pada umumnya agraris. Masyarakat desa juga mewujudkan suatu paguyuban atau menurut sosiologi suatu Gemeinschaft dimana ikatan kekeluargaan erat. Secara hukum keberadaan desa diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 dan Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 yang pemerintahannya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 1981 nomor 1 yang mana Pemerintahan Desa terdiri Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun, dan Kepala Urusan. Pemerintahan Desa tersebut berhak menyelenggarakan urusan Universitas Sumatera Utara rumah tangganya dengan menggunakan perangkat atau kelembagaan pengambilan keputusan yang ada. Apabila melihat perkembangan desa-desa di Indonesia, menurut Soetarjo 2003 bahwa desa-desa tersebut awalnya merupakan tempat tinggal sementara kelompok orang yang memiliki mata pencaharian bersama. Kebiasaan hidup berpindah menyebabkan tidak mungkin hanya melakukannya satu keluarga. Oleh karena itu mereka membentuk rombongan besar untuk dapat membuka lahan baru secara bersama. Perkembangan selanjutnya mereka menetap hingga menjadi desa baru.

2.4. Kota