17 3.
Indeks kemahalan kontruksi Indeks kemahalan kontruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan
geografis yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar daerah.
4. Produk domestik regional bruto per kapita
Produk domestik regional bruto per kapita merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu daerah yang dihitung
berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam suatu wilayah. 5.
Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang
mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan.
2.6 Dana Alokasi Khusus DAK
Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional Ahmad Yani, 2008. Daerah tertentu yang
dimaksud adalah daerah yang memenuhi kriteria yang ditetapkan setiap tahun untuk mendapatkan alokasi DAK. Dengan demikian, tidak semua daerah
memperoleh alokasi DAK. DAK dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional di
18 bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan, irigasi, dan air bersih, kelautan
dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintah daerah, serta lingkungan hidup. Kriteria umum pengalokasian DAK diprioritaskan untuk daerah-daerah
yang memiliki kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional. Sedangkan kriteria khusus pengalokasian DAK memperhatikan daerah-daerah
tertentu yang memiliki karakteristik danatau berada di wilayah : 1.
Provinsi Papua yang merupakan daerah otonomi khusus. 2.
Daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan Negara lain, daerah tertinggalterpencil, dan daerah yang masuk kategori ketahanan
pangan, dan daerah pariwisata. 3.
Daerah rawan banjirlongsor, daerah penampung transmigrasi, daerah yang memiliki pulau-pulau kecil terdepan, daerah yang alokasi DAU-
nya dalam tahun 2007 tidak mengalami kenaikan, daerah rawan pangan danatau kekeringan, daerah pascakonflik, daerah penerima
pengungsi.
2.7 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan peningkatan kegiatan ekonomi yang ditandai dengan kenaikan riil dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan
oleh suatu negara dalam suatu tahun tertentu Sadono Sukirno, 2006. Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perolehan Produk Domestic
Regional Bruto PDRB. Terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah ditandai dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakatnya.
Sehingga mendorong terjadinya kenaikan terhadap pendapatan daerah dari hasil
19 pajak. Dengan meningkatnya pendapatan daerah, maka pemerintah daerah dapat
membiayai pembangunan dan perbaikan infrastruktur perekonomian. Syarat penting yang akan mewujudkan pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengadaan
modal yang sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi daerah
sehingga mampu mewujudkan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Berikut ini adalah perolehan Produk Domestic Regional Bruto PDRB kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2013 :
20
Tabel 2.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kabupatenkota
di Provinsi Sumatera Utara Miliar rupiah KabupatenKota
2010 2011
2012 2013
Kab. Asahan 5 389,83
5 679,51 5 995,60
6 345,25 Kab. Dairi
2 050,67 2 158,86
2 276,25 2 400,45
Kab. Deli Serdang 14 516,73
15 389,01 16 322,03
18 409,80 Kab. Tanah Karo
3 367,19 3 589,13
3 816,81 3 996,71
Kab. Labuhan Batu 3 261,57
3 448,18 3 658,83
3 879,01 Kab. Langkat
7 210,56 7 627,00
8 058,65 8 527,34
Kab. Mandailing Natal 2 031,96
2 161,96 2 300,54
2 447,98 Kab. Nias
510,79 545,56
579,58 616,87
Kab. Simalungun 5 571,10
5 894,59 6 251,83
6 531,90 Kab. Tapanuli Selatan
1 783,88 1 878,42
1 976,50 2 099,0
Kab. Tapanuli Tengah 1 198,51
1 273,80 1 354,65
1 447,37 Kab. Tapanuli Utara
1 614,37 1 703,75
1 805,19 1 914,42
Kab. Toba Samosir 1 761,93
1 854,52 1 956,87
2 057,48 Kota Binjai
2 020,90 2 147,82
2 284,05 2 426,09
Kota Medan 35 822,22
38 576,23 41 519,32
43 303,96 Kota Pematang Siantar
2 039,00 2 161,82
2 285,31 2 403,10
Kota Sibolga 740,04
777,72 819,28
866,83 Kota Tanjung Balai
1 396,69 1 464,56
1 537,57 1 607,03
Kota Tebing Tinggi 1 165,58
1 254,37 1 327,25
1 419,00 Kota Padang Sidempuan
936,05 991,12
1 052,89 1 118,07
Kab. Pakpak Barat 164,88
174,74 185,26
196,13 Kab. Nias Selatan
1 231,58 1 286,52
1 360,87 1 431,03
Kab.Humbang Hasundutan 1 006,56
1 066,34 1 130,26
1 198,35 Kab. Serdang Bedagai
4 550,68 4 822,99
5 112,21 5 417,22
Kab. Samosir 1 058,49
1 121,62 1 189,69
1 266,56 Kab. Batu Bara
7 394,49 7 772,03
8 111,47 8 382,81
Kab. Padang Lawas 750,29
798,26 848,65
900,59 Kab. Padang Lawas Utara
783,76 837,15
890,59 945,20
Kab. Labuhan batu Selatan 2 835,77
3 009,51 3 200,06
3 393,58 Kab. Labuhan batu Utara
3 163,22 3 359,75
3 574,05 3 800,37
Kab. Nias Utara 490,12
522,87 553,64
588,25 Kab. Nias Barat
254,10 271,27
284,65 301,20
Kota Gunung Sitoli 867,97
924,07 982,09
1 044,89
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
21
2.8 Belanja Modal