Pengujian Hipotesis Deskripsi Statistik

36 b. Apabila null hypothesis H ditolak, maka model yang digunakan adalah Fixed Effect Model FEM. Pemilihan FEM atau REM juga dapat dilakukan dengan kriteria berikut : a. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu t lebih besar dibandingkan jumlah individu i, maka disarankan untuk menggunakan Fixed Effect Model FEM. b. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu t lebih kecil dibandingkan jumlah individu i, maka disarankan untuk menggunakan Random Effect Model REM.

3.9 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t, uji F dan uji koefisien determinasi R 2 . 1. Pengujian parsial Uji t Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel independen X dan variabel dependen Y. Hipotesis nol H merupakan hipotesis yang menunjukkan tidak adanya pengaruh, sedangkan hipotesis alternative H a menunjukkan adanya pengaruh. Kriteria pengambilan keputusan : H ditolak jika sig. t 0,05 H diterima jika sig. t 0,05 37 2. Pengujian Simultan Uji F Uji f merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan dengan tujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama- sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis nol H merupakan hipotesis yang menunjukkan tidak adanya pengaruh, sedangkan hipotesis alternative H a adalah hipotesis yang menunjukkan adanya pengaruh. Kriteria pengambilan keputusan : H ditolak jika sig. F 0,05 H diterima jika sig. F 0,05 3. Koefisien determinasi R 2 Koefisien determinasi menunjukkan proporsi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas X yang dapat dilihat dari perolehan nilai koefisien determinasi adjusted R-square. Nilai koefisien determinasi adalah antar nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai R 2 yang mendekati satu berarti bahwa variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2005. 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Statistik

Kabupatenkota di Sumatera Utara yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 33 kabupatenkota yang terdiri dari 28 kabupaten dan 5 kota. Deskripsi statistik dari data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Belanja Modal Y PAD DAU DAK PE Mean 160554.3 68923.46 425947.3 46997.94 3983.086 Maximum 1201667. 1758788. 1270245. 101799.9 43303.96 Minimum 20434.10 1000.370 63068.37 0.000000 164.8800 Std. Dev. 143494.9 214123.1 223288.3 17774.57 7095.668 Observations 132 132 132 132 132 Sumber : Olahan data EViews7 Lampiran 6 Dari tabel 4.1 di atas selama kurun waktu empat tahun dari tahun 2010- 2013 dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata perolehan PAD Kabupatenkota di Sumatera Utara sebesar Rp 68.923 juta dari jumlah observasi sebanyak 132. Perolehan PAD tertinggi sebesar Rp 1.758.788 juta dan terendah Rp 1.000 juta dengan standar deviasi Rp 214.123 juta dari perolehan nilai rata-rata. Pendapatan Asli Daerah PAD mengindikasikan tingkat kemandirian suatu daerah dalam menggali potensi ekonominya untuk memperoleh pendapatan secara optimal. Perolehan PAD suatu daerah sangat bergantung pada potensi riil yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan PAD kabupatenkota di Sumatera Utara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Terjadinya peningkatan PAD disebabkan oleh semakin 39 bertambahnya perolehan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah yang semakin berkembang pesat. Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersifat black grants sebagai instrument pemerataan fiskal antar daerah yang dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam upaya pelaksanaan kebijakan desentralisasi. Dari jumlah observasi sebanyak 132, rata-rata jumlah DAU kabupatenkota di Sumatera Utara sebesar Rp 425.947 juta dengan jumlah DAU tertinggi berjumlah Rp 1.270.245 juta dan terendah sebesar Rp 63.068 juta dengan standar deviasi Rp 223.288 juta dari rata-rata. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan yang bersumber dari APBN yang berikan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah pusat untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan data deskripsi statistic di atas, perolehan rata-rata DAK kabupatenkota di Sumater Utara sebesar Rp 46.997,94 juta dengan DAK tertinggi sebesar Rp 101.799,9 juta dengan standar deviasi sebesar 17.774 juta dari perolehan rata-rata. Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat diketahui dari perolehan Produk Domesti Bruto Regional PDRB yang menggambarkan kemampuan suatu daerah menghasilkan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. Rata-rata perolehan PDRB kabupatenkota di Sumatera Utara sebesar Rp 3.983 juta dengan perolehan tertinggi sebesar Rp 43.303 juta dan terendah Rp 164 juta dengan standar deviasi Rp 7.095 juta dari rata-rata. 40 Belanja modal digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah berupa penambahan asset tetap yang manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran. Penggunaan anggaran belanja modal diperuntukkan untuk pembangunan dan pengembangan di sektor-sektor produktif, seperti pendidikan, kesehatan,transportasi dan infrastruktur dalam upaya peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah. Rata-rata pengalokasian anggaran belanja modal sebesar Rp 160.554 juta dengan jumlah anggaran modal tertinggi sebesar Rp 1.201.667 juta dan terendah Rp 20.434 juta dengan standar deviasi Rp 143.495 juta dari rata-rata.

4.2 Model Regresi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

7 91 72

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai variabel intervening studi empiris di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

7 101 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara

1 43 73

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Pada Pemko/Pemkab Sumatera Utara

1 65 74

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

0 1 12

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 12