1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan
tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita atau pendapatan rata-rata per penduduk. Dengan mengetahui pendapatan perkapita
suatu negara, kita akan mengetahui tingkat perkembangan kesejahteraan masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat berusaha ditingkatkan oleh pemerintah
lewat pembangunan. Dengan pembangunan di berbagai sektor, diharapkan akan meningkatkan output berkualitas dalam bentuk barang dan jasa.
Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya
transportasi. Transportasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam mendukung kegiatan dan perputaran roda pembangunan nasional khususnya
kegiatan dalam bidang perekonomian. Kemajuan transportasi akibat kebutuhan manusia untuk bepergian ke lokasi atau tempat yang lain guna mencari barang
yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain yang membutuhkan sesuatu barang M. Nur. Nasution, 2004:13.
Menurut Badan Pusat Statistik 2015 sumbangan sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB Indonesia selalu mengalami peningkatan dari
tahun 2010-2013 dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 9,8 dan merupakan sektor yang paling tinggi peningkatannya diantara sektor-sektor
Universitas Sumatera Utara
2
lainnya. Sumbangan pengangkutan dan komunikasi terhadap PDB Indonesia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Pendapatan Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
sektor Pengangkutan dan Komunikasi Miliar Rupiah
Sektor 2010
2011 2012
2013
Pengangkutan dan Komunikasi
217 980,4 241 303,0
265 383,7 291 404,0
a. Pengangkutan 85 293,4
91 846,8 97 878,8
104 787,7 b. Komunikasi
132 687,0 149 456,2
167 504,9 186 616,3
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Ada tiga jenis transportasi yaitu transportasi darat, laut dan udara. Dari ketiga jenis jasa transportasi ini transportasi udara yaitu bandar udara merupakan
salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda, khususnya moda udara dan moda darat.
Bandara Internasional Polonia adalah sebuah Bandar udara yang terletak sekitar 2 km dari pusat Kota Medan. Karena letaknya sangat dekat dengan pusat kota,
bandara ini menyebabkan bangunan-bangunan di sekitar bandara dibatasi jumlah tingkatnya. Dampak dari peraturan ini adalah sedikitnya jumlah bangunan tinggi
di Kota Medan. Selain itu, jumlah penumpang di Bandara Polonia juga diperkirakan sudah melebihi kapasitas daya tampungnya.
Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu merupakan upaya pemerintah dalam pemindahan Bandara Polonia karena telah melebihi kapasitas
daya tampungnya dan penempatan lokasi yang lebih sesuai demi keselamatan penerbangan maka dengan itu Bandara Polonia dipindahkan ke desa Beringin
Universitas Sumatera Utara
3
kecamatan Deli Serdang. Bandara Kuala Namu terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional
untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya. Untuk meningkatkan pelayanan operasional suatu bandara perlu didukung
oleh sarana angkutan umum yang handal dan berkualitas. Salah satu sarana transportasi darat yang memiliki minat cukup tinggi yang dipilih masyarakat
untuk digunakan dalam kota yaitu sarana transportasi taksi. Masih minimnya angkutan umum yang nyaman dan aman membuat permintaan jasa taksi cukup
tinggi, terutama di kota-kota besar. Jasa angkutan taksi merupakan alternatif utama bagi pengguna angkutan umum yang lebih mementingkan tingkat
keamanan dan kenyamanan. Taksi yang beroperasi di Bandara Kuala Namu terdiri dari 6 perusahaan
taksi yang memiliki izin trayek resmi diantaranya Blue Bird, Matra, Kokapura, Nice Trans, Karsa, Puskopau yang terdiri dari 450 unit armada. Muda Silalahi,
salah satu perwakilan sopir taksi yang sudah tiga puluh tahun menjadi sopir taksi sejak di Bandara Polonia Medan mengatakan, sejak mereka beroperasi di Bandara
Kuala Namu pendapatan mereka menurun drastis dibandingkan di Bandara Polonia http:hariansib.comobile?open=contentid=5 diakses tanggal 29
Oktober 2015. Jika di Bandara Polonia mereka bisa menarik penumpang hingga 7 sampai
9 trip per hari, dengan setoran Rp. 200.000 per hari dan mereka masih mendapat gaji Rp. 200.000-Rp. 300.000 per harinya. Namun di Bandara Kuala Namu untuk
dapat menarik penumpang 2 trip per hari mereka harus menginap di Bandara,
Universitas Sumatera Utara
4
bahkan untuk membayar setoran ke perusahaan kadang mereka harus merogoh uang sa
ku mereka sendiri. “Menurunnya pendapatan ratusan supir taksi tersebut juga dipengaruhi banyaknya armada yang beroperasi di Bandara Kuala Namu dan
diperparah dengan
kehadiran taksi
gelap”, kata
Muda http:hariansib.comobile?open=contentid=5 diakses tanggal 29 Oktober
2015. Berdasarkan latar belakang masalah di atas tentang adanya perubahan
pendapatan supir taksi di kota Medan sebelum dan sesudah bandara pindah ke bandara Kuala Namu, maka peneliti tertarik untuk membahas tentang seberapa
besar perbedaan tingkat pendapatan yang diperoleh supir taksi di kota Medan akibat dari perpindahan bandara. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
mengambil judul
“ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN SUPIR TAKSI DI KOTA MEDAN studi komperatif : sebelum dan sesudah bandara pindah
“. 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan tingkat pendapatan supir taksi di kota Medan antara sebelum dan sesudah perpindahan bandara ?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian