1
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hambatan dalam pencampaian swasembada tanaman pangan di I ndonesia adalah ketersediaan benih yang belum memadai. Saat ini, produksi
benih baru memenuhi sekitar separuh produksi benih nasional. Sisa kebutuhan benih dipenuhi dengan cara mengimpor. Selain permasalahan tersebut, petani
juga kesulitan memperoleh benih yang bermutu, sehingga petani menggunakan benih asalan untuk memenuhi kebutuhannya.
Permasalahan lain terdapat pada kelembagaan produksi benih seperti Balai Benih I nduk BBI dan Balai Benih Unggul BBU yang selama ini belum
berfungsi secara optimal khususnya sejak era otonomi daerah, sehingga lembaga tersebut belum dapat diharapkan sebagai penyedia benih sumber. Berdasarkan
hasil kegiatan UPBS tahun 2015 terhadap lembaga perbenihan di Provinsi Bengkulu, dari 10 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Bengkulu, hanya 7
kabupaten yang memiliki balai benih padi. Terdapat tiga kabupaten, yakni Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Tengah yang belum memiliki
lemabaga perbenihan. Padahal, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara merupakan sentra penghasil padi di Provinsi Bengkulu.
Secara umum, lembaga perbenihan baik pada tingkat BBI dan BBU menghadapi permasalahan yang sama yakni keterbatasan sarana dan prasarana
peralatan dan bangunan sarana produksi benih, SDM kurang keterampilan dan pelatihan, infrastruktur jaringan irigasi, dan anggaran. Selain itu, struktur
kelembagaan lembaga perbenihan di kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu masih beragam. Sudah ada lembaga perbenihan yang dibentuk struktur
tersendiri menjadi institusi eselon I I I dan I V, namun masih ada lembaga perbenihan yang menempati struktur di bawah Kepala Bidang Pertanian.
Lemahnya kapasitas lembaga perbenihan tersebut dapat menghambat pemenuhan kebutuhan benih di
Provinsi Bengkulu. I dealnya, lembaga
perbenihan yang dapat merespon kebutuhan benih dengan baik yang memenuhi prinsip enam tepat yakni tepat jumlah, tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu,
tepat lokasi, dan tepat harga. Apabila, lembaga perbenihan di daerah belum mampu mewujudkan hal tersebut, maka diharapkan keberadaan Unit Pengelola
Benih Sumber UPBS dalam sistem perbenihan dapat mewujudkannya.
2
Keberadaan UPBS di BPTP juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan kurangnya promosi dan diseminasi VUB oleh Balai Besar Penelitian Balit
komoditas, minimnya stok dan logistik benih VUB adaptif serta jauhnya rentang kendali antara produsen sumber benih: Balai Besar Penelitian dan Balit
Komoditas dan pengguna benih BBI , BBU dan petani penangkar. Lebih lanjut, UPBS di BPTP mempunyai mandat untuk menghasilkan benih
sumber kelas FS dan SS dengan jumlah dan varietas yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan, preferensi serta karakteristik agroekosistem dan sosial
budaya setempat BBP2TP, 2013. UPBS BPTP Bengkulu sejauh ini telah menghasilkan dan menyebarluaskan VUB padi, jagung dan kedelai. Hasil yang
telah dicapai adalah telah disebarkan sebanyak 17.962 kg VUB padi pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 telah diproduksi benih sumber VUB padi I npari,
I npara dan I npago 33,5 ton, jagung 1,95 tondan kedelai 0,40 ton. Pada tahun 2014, UPBS bekerjasama dengan petani penangkar dan
lembaga perbenihan BBI BBU telah menghasilkan benih sumber VUB padi sebanyak 34.56 ton. Pada tahun 2015, ditargetkan produksi benih VUB sebanyak
13.70 ton benih padi kelas SS label ungu dan dihasilkan basis data kebutuhan benih, varietas, kelas benih, dan sebaran varietas unggul padi di Propinsi
Bengkulu.
1.2 Dasar Pertimbangan