38
PT Tifa Finance Tbk
-   Pengelolaan ketidaksesuaian suku bunga Dalam mengantisipasi ketidaksesuaian suku bunga piutang dan suku bunga pinjaman yang diterima,
Perseroan menerapkan kebijakan pembatasan selisih maksimum maximum gap antara suku bunga tetap yang diberikan kepada debitur dengan pinjaman bunga tetap tidak melebihi total Ekuitas.
- Pengelolaan risiko likuiditas
Dalam  mengelola  risiko  likuiditas,  Perseroan  menggunakan  sumber  dana  jangka  panjang  untuk membiayai  piutang  jangka  panjangnya.  Perseroan  telah  melakukan  kerja  sama  dengan  sejumlah
bank  lokal  maupun  bank  asing  untuk  penyediaan  sumber  dana  jangka  panjang,  baik  dalam  mata uang Rupiah maupun mata uang asing, guna memperkuat struktur pendanaan.
3.  Manajemen risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko terhadap pendapatan Perseroan yang timbul karena perubahan suku bunga, kurs mata uang, atau dari luktuasi tingkat harga. Risiko pasar timbul ketika perubahan suku bunga, kurs
mata uang yang berlaku, atau ketidakstabilan tingkat harga menyebabkan penurunan nilai wajar aset dan peningkatan kewajiban.
4.  Manajemen risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko dimana Perseroan tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk membiayai peningkatan aset atau tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran pada saat jatuh tempo, termasuk
pelunasan  pinjaman  yang  diterima  dan  hutang  obligasi  yang  jatuh  tempo.  Untuk  mengurangi  risiko pendanaan, Perseroan mendiversiikasi sumber dana. Selain dari modal sendiri dan penerimaan angsuran
pelanggan, Perseroan memperoleh sumber dana dari pinjaman bank, baik dalam maupun luar negeri, sebagai agen bank untuk pembiayaan dan pasar modal berupa penerbitan saham.
5.  Manajemen risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko terjadinya kerugian, baik langsung ataupun tidak langsung, yang timbul dari berbagai macam penyebab yang terkait dengan proses, karyawan, teknologi dan infrastruktur, dan
dari faktor eksternal, selain risiko kredit, pasar dan likuiditas, seperti risiko yang timbul dari peraturan hukum dan Pemerintah dan tata laku Perseroan yang secara umum diterima. Risiko operasional timbul
dari seluruh kegiatan operasional Perseroan.
Dalam  melaksanakan  kegiatan  operasionalnya,  Perseroan  menghadapi  risiko  kelalaian  penerapan standar operasional dan prosedur maupun pengendalian yang tidak menunjang pertumbuhan Perseroan,
terutama dalam menganalisa kelayakan pembiayaan dan pengawasan terhadap penagihan piutang. Hal ini  dapat  mempengaruhi  proses  transaksi  usaha  dan  akan  mengakibatkan  terganggunya  kelancaran
operasi  dan  tingkat  layanan  kepada  pelanggan  dan  pemasok,  yang  mempengaruhi  kinerja  dan  daya saing Perseroan.
Untuk meminimalisasi resiko operasional diatas, manajemen menekankan perlunya pemahaman setiap karyawan terhadap Standar Operasional Perseroan SOP dan kebijakan kredit yang berlaku dengan
melakukan pelatihan on the job yang memadai bagi setiap karyawan baru maupun seluruh karyawan disamping perlunya peran internal kontrol  internal audit Perseroan untuk mendeteksi dan menganalisa
setiap penyimpangan yang timbul agar tindakan perbaikan dan pengecekan dapat dilakukan. Menyadari pentingnya setiap karyawan berpartisipasi dalam pelaksanaan SOP dan kebijakan Perseroan, manajemen
memasukkan  unsur  ketaatan  SOP  dan  kebijakan  tersebut  dalam  sistem  penilaian  kinerja  karyawan sebagai KPI.
Prospek Usaha 4.6.
Perseroan  tidak  memiliki  pinjaman  dan  ikatan  tanpa  proteksi  yang  dinyatakan  dalam  mata  uang  asing, atau utang yang suku bunganya tidak ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya bahasan mengenai Prospek
Usaha  Perseroan  dapat  dilihat  dalam  Prospektus  pada  Bab  VIII  KEGIATAN  DAN  PROSPEK  USAHA PERSEROAN.
39
PT Tifa Finance Tbk
Sebagai badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha jasa pembiayaan, Perseroan juga tidak terlepas dari risiko-risiko baik secara mikro maupun makro. Risiko yang dapat mempengaruhi usaha Perseroan secara
umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Risiko Kredit 5.1.
Adalah risiko akibat nasabahdebitur tidak mampu membayar angsuran uang sewa guna usaha, cicilan pembiayaan konsumen, pembayaran bungatagihan anjak piutang.
Risiko  ini  yaitu    apabila  nasabahdebitur  melakukan  tunggakan  angsuran,  dapat  mempengaruhi Arus Kas Perseroan yaitu lebih kecilnya penerimaan Arus Kas dari jumlah yang seharusnya diterima
Perseroan. Resiko juga akan mengakibatkan harus ditariknya jaminan nasabah untuk menutupi hutang yang masih ada.
Risiko ini dapat menyebabkan biaya dana yang ditanggung Perseroan menjadi lebih besar dan apabila menjadi tidak tertagih akan menyebabkan pula kerugian atas Piutang Tak Tertagih Biaya Piutang Tidak
Tertagih  yang mempengaruhi LabaRugi Perseroan.
Adapun kelompok terbesar nasabah yang memperoleh  pembiayaan dari Perseroan adalah kelompok nasabah yang memperoleh fasilitas sewa guna usaha.
Risiko Pendanaan 5.2.
Adalah risiko tidak tersedianya fasilitas pendanaan untuk usaha pembiayaan Perseroan. Risiko ini mempengaruhi Perseroan dalam menyalurkan pembiayaan terbatas hanya pada hasil tagihan
nasabahdebitur yang ada sehingga pertumbuhan pembiayaan akan terhenti. Risiko ini dapat menyebabkan stagnasi jumlah Piutang Pembiayaan dan Laba Rugi Perseroan.
Risiko Persaingan 5.3.
Adalah risiko apabila Perseroan kalah bersaing dalam industri pembiayaan. Risiko  ini  mempengaruhi  proil  nasabah  yang  dibiayai  Perseroan  yaitu  kepada  proil  yang  berisiko
tinggi atau berkurangnya jumlah pembiayaan. Risiko ini dapat menyebabkan tingginya jumlah Piutang Tidak Tertagih atau turunnya jumlah Piutang
Pembiayaan sehingga mempengaruhi LabaRugi Perseroan.
Risiko Nilai Tukar 5.4.
Adalah risiko naikturunnya nilai tukar mata uang luar negeri umumnya USD atau Yen terhadap nilai pembiayaan dan kemampuan nasabahdebitur dalam membayar angsuran.
Risiko ini mempengaruhi naiknya jumlah pembiayaan akibat perbedaan dalam hal ini kenaikan kurs antara saat proses kredit dan saat pembayaran Supplier, sehingga jumlah angsuran nasabahdebitur
akan naik pula dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan nasabahdebitur dalam membayar angsuran.
Risiko ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah nasabahdebitur overdue mengalami keterlambatan pembayaran angsuran dan dapat pula menyebabkan peningkatan Piutang Tak Tertagih.
V.  RISIKO USAHA PERSEROAN