PRAKTIK MANAJEMEN LABA DAN EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN DI SEKITAR INITIAL PUBLIC OFFERING

(1)

commit to user

i

“PRAKTIK MANAJEMEN LABA DAN EVALUASI KINERJA

PERUSAHAAN DI SEKITAR INITIAL PUBLIC OFFERING

(Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2005-2009)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh :

SEPTIAN WAHYU A. P. NIM. F0307081

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

MOTTO

T Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan

mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”

(Amsal 9:10)

T Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,

yang menaruh harapannya pada TUHAN!

(Yeremia 17:7)

T ”Giving my Best, in everything I do,,,”

T “Just keep believing on ur dreams, and make it

happen,,,”


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk...

Ø My Awesome GOD, and heavenly Father, Jesus Christ,,, “I tried

to give all my best in this work, Lord.. thank’s for the blessings..thank’s for the love, and thank’s for the faith..Love U God”

Ø My Dad, Mom, my Little Sister, Grandma,

Uncles, Aunties, etc,,,,,”thank’s for every support,,I love u all..”

Ø The “Gumoongs” of PMK FE, thank’s for ur support and

prayers..hehehe, kangen kumpul2, n’ pelayanan bareng lagi sama kalian...

Ø “Accounting AGENTS 007”,,,,sukses buat kita


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur untuk Tuhan Yesus Kristus, buat kasih setia, pertolongan, penyertaan, dan berkat-berkat yang sangat luar biasa dalam hidup penulis sampai saat ini, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PRAKTIK MANAJEMEN LABA DAN EVALUASI KINERJA

PERUSAHAAN DI SEKITAR INITIAL PUBLIC OFFERING” (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2005-2009), sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Payamta, M.Si., Ak., CPA., selaku pembimbing skripsi atas semua kritik, saran, dan perhatianya yang sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, serta karyawan FE UNS, terimakasih-ku


(7)

commit to user

vii

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terimakasih dan God bless you all...

Surakarta, Juli 2011


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah…... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian...

ii iii iv v vi viii

xi xii xiii xiv

1 1 11 11 12


(9)

commit to user

ix

BAB II. LANDASAN TEORI ... A. Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offerings)... B. Manajemen Laba... C. Teori Signal (Signalling Theory)... D. Teori Keagenan (Agency Theory)... E. Konsep Akrual... F. Kinerja Operasi Perusahaan... G. Kerangka Pemikiran... H. Penelitian Terdahulu... I. Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………... A. Desain Penelitian... B. Populasi dan Sampel... C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data... D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya... E. Teknik dan Analisis Data...

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………... A. Hasil Pengumpulan Data... B. Statistik Deskriptif ... C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan...

14 14 17 20 21 23 24 26 26 29 34 34 34 37 38 43 48 48 49 52


(10)

commit to user

x

1. Uji Normalitas... 2. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... a. Pengujian Hipotesis... b. Pembahasan...

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Keterbatasan... C. Saran...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

52 54 54 70

80 80 81 81


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 IV.1 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6 IV.7 IV.8 IV.9 IV.10 IV.11 IV.12 IV.13 IV.14 IV.15 IV.16 IV.17 IV.18

Tabel Kerangka Pemikiran... Tabel Prosedur Pengambilan Sampel... Tabel Statistik Deskriptif Total Accrual... Tabel Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan... Tabel Test of Normality Kinerja Perusahaan... Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan Total Accruals... Tabel Hasil Non Discretionary Accruals sebelum IPO.. Tabel Hasil Non Discretionary Accruals setelah IPO.... Tabel Hasil Discretionary Accruals... Tabel Hasil Uji Homogenitas Variansi... Tabel Hasil Uji Homogenitas Covarian... Tabel Hasil Uji MANOVA... Tabel Hasil Uji MANOVA... Tabel Hasil Uji Wilcoxon ROA... Tabel Hasil Uji Wilcoxon ROE... Tabel Hasil Uji Wilcoxon GPM... Tabel Hasil Uji Wilcoxon OPM... Tabel Hasil Uji Wilcoxon NPM... Tabel Hasil Uji Hipotesis...

26 48 49 51 53 55 56 57 57 59 60 61 62 64 65 66 67 68 69


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel... Lampiran 2 Data NI dan CFO sebelum IPO... Lampiran 3 Data NI dan CFO setelah IPO... Lampiran 4 Data Total Accruals sebelum dan setelah IPO... Lampiran 5 Data Discretionary Accruals... Lampiran 6 Data Rasio Kinerja Keuangan sebelum IPO... Lampiran 7 Data Rasio Kinerja Keuangan setelah IPO... Lampiran 8 Statistik Deskriptif menggunakan SPSS 16... Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Discretionary Accruals.... Lampiran 10 Hasil Uji Normalitas Data Kinerja Keuangan.... Lampiran 11 Hasil Uji WilcoxonDiscretionary Accruals.... Lampiran 12 Hasil Uji MANOVA Kinerja Keuangan....... Lampiran 13 Hasil Uji Wilcoxon ROA... Lampiran 14 Hasil Uji Wilcoxon ROE... Lampiran 15 Hasil Uji Wilcoxon GPM... Lampiran 16 Hasil Uji Wilcoxon OPM... Lampiran 17 Hasil Uji Wilcoxon NPM...


(13)

commit to user


(14)

commit to user

xiii

“PRAKTIK MANAJEMEN LABA DAN EVALUASI KINERJA

PERUSAHAAN DI SEKITAR INITIAL PUBLIC OFFERING

(Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2005-2009)

ABSTRAK

SEPTIAN WAHYU A. P. NIM. F0307081

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk meneliti keberadaan manajemen laba pada perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO, dan melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaan-perusahaan tersebut, sebagai

bukti keberadaan manajemen laba tersebut. Penelitian ini menghitung

discretionary accruals satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO untuk melihat keberadaan manajemen laba. Untuk meneliti evaluasi kinerja keuangan digunakan beberapa rasio keuangan seperti ROA, ROE, GPM, OPM, dan NPM.

Metode dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan

menggunakan Uji statistik non parametrik berupa Uji Wilcoxon dan Uji Manova sebagai alat uji penelitian, karena distribusi data tidak normal. Sampel yang digunakan yaitu perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada tahun 2005-2009.

Hasil dari seleksi data dengan menggunakan metode purposive sampling

menyatakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 37 perusahaan dan dikarenakan menggunakan rentang waktu penelitian 2 kali 5 tahun maka jumlah sampel yang ada 74 sampel.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat indikasi manajemen laba di sekitar IPO, (2) evaluasi kinerja keuangan secara simultan menunjukkan adanya perbedaan kinerja pada waktu sebelum dan setelah IPO. Evaluasi secara parsial ROA juga menunjukkan ada perbedaan kinerja sebelum dan setelah IPO. Evaluasi kinerja secara parsial ROE, GPM, OPM, dan NPM tidak menunjukkan adanya perbedaan kinerja sebelum dan setelah IPO.


(15)

commit to user

xiv

“PRAKTIK MANAJEMEN LABA DAN EVALUASI KINERJA

PERUSAHAAN DI SEKITAR INITIAL PUBLIC OFFERING

(Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2005-2009)

ABSTRACT

SEPTIAN WAHYU A. P. NIM. F0307081

The purpose of this study was to examine the existence of earnings management in companies that go public, and evaluate the financial performance of such companies, as evidence of the existence of earnings management. This study compute the discretionary accruals of one year before the IPO and one year after the IPO to examine the existence of earnings management. To investigate the evaluation of financial performance used some financial ratios like ROA, ROE, GPM, OPM and NPM.

The method of sampling using purposive sampling and using non-parametric statistical test of Wilcoxon test and MANOVA test as a tool of research trials, because the data distribution is not normal. The sample used is a company doing an IPO on the Indonesia Stock Exchange in 2005-2009. The results of data selection by using purposive sampling method that samples used in this study as many as 37 companies and due to the use of the study period of 5 years in 2 times the existing number of samples 74 samples.

The results of statistical analysis showed that: (1) there is no indication of earnings management around the IPO, (2) the simultaneous evaluation of financial performance reflects differences in performance on the time before and after the IPO. Partial evaluation of return on assets (ROA) also showed differences in performance before and after the IPO. Performance evaluation of partial ROE, GPM, OPM and NPM showed no difference in performance before and after the IPO.

Keywords: Earnings Management, Performance Evaluations, Initial Public Offerings.


(16)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan, dalam usaha pencapaian tujuan-tujuannya, akan membuat perencanaan-perencanaan baik dalam bidang pembelanjaan, produksi, dan pemasaran. Riyanto (1994), menyatakan bahwa masalah dana pembelanjaan merupakan masalah utama dalam perusahaan, dimana ketika perusahaan gagal mendapatkan dana untuk menjalankan satu fungsi dalam perusahaan, maka akan menghambat setiap proses lain dalam perusahaan.

Pada saat perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk melakukan ekspansi, atau melakukan perkembangan dalam usahanya, maka pertumbuhan perusahaan yang seharusnya dapat berjalan lancar menjadi terhambat. Dalam usaha pemenuhan dana ini, perusahaan akan dihadapkan pada beberapa pilihan mengenai sumber dana perusahaan: (1) laba ditahan, (2) utang kepada kreditur, (3) penawaran saham kepada publik atau Initial Public Offerings

(IPO). Masing-masing pilihan diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Laba ditahan merupakan sumber dana yang berasal dari internal perusahaan sendiri, dalam pemakaiannya perusahaan tidak harus memberikan konsekuensi apapun, akan tetapi dana yang diperoleh dari cara ini, jumlahnya terbatas (Andriyanti, 2007) dalam Hastoro dan Yuliana (2010).

Utang kepada kreditur adalah pilihan kedua yang lebih fleksibel, dimana perusahaan dapat memperoleh dana tanpa batasan tertentu, akan


(17)

commit to user

2 tetapi utang ini menuntut pembayaran bunga dan ketika perusahaan gagal membayar kewajibannya, kreditur berhak memaksa perusahaan untuk melikuidasi aset perusahaan yang menjadi agunan utang tersebut (Andriyanti, 2007) dalam Hastoro dan Yuliana (2010).

Penawaran perdana kepada publik (Initial Public Offerings atau IPO) merupakan pilihan ketiga bagi perusahaan. IPO, menurut Payamta (1998), dapat diartikan sebagai penjualan saham oleh perusahaan untuk yang pertama kalinya. Kelebihan IPO dibanding dengan sumber dana yang lain adalah, adanya peningkatan sumber dana perusahaan, yang juga meningkatkan pos modal saham dalam laporan keuangan, sehingga ekuitas perusahaan meningkat, sehingga perusahaan bebas untuk melakukan investasi dari dana tersebut.

Setelah melakukan IPO, maka struktur perusahaan yang sebelumnya merupakan perusahaan tertutup, berubah menjadi perusahaan publik atau perusahaan terbuka. Dari perubahan struktur perusahaan tersebut, maka timbul konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan. Salah satu konsekuensi yang harus diterima oleh perusahaan adalah, adanya kewajiban transparansi atas pelaporan keuangan dalam perusahaan. Transparansi ini menjadi begitu penting, karena menyangkut kepentingan para stakeholders

perusahaan seperti kreditur, supplier, terlebih bagi investor modal yang telah menanamkan dananya pada perusahaan, dan hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada mereka.


(18)

commit to user

3 Kewajiban transparansi ini hanya akan diberlakukan pada perusahaan setelah IPO, sedangkan untuk periode sebelum IPO, perusahaan tidak akan diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangannya secara terbuka kepada publik. Sebelum melakukan IPO, perusahaan dituntut untuk menyajikan laporan prospektus perusahaan, sebagai salah satu syarat untuk melakukan IPO. Prospektus ini merupakan satu-satunya informasi yang dimiliki investor mengenai perusahaan dan laporan keuangan perusahaan pada periode sebelum IPO, sehingga informasi yang dimiliki oleh investor mengenai perusahaan sangatlah terbatas. Keterbatasan informasi yang diperoleh investor mengenai perusahaan ini disebut asimetri informasi. Dengan adanya asimetri informasi pada periode sebelum IPO, manajemen perusahaan cenderung akan melakukan manajemen laba pada periode sebelum IPO tersebut, dengan tujuan untuk membentuk persepsi investor yang positif terhadap perusahaan (Kiswara, 1999) dalam Saiful (2004).

Salah satu hal yang menjadi pertimbangan dari investor, sebelum menanamkan modalnya dalam perusahaan adalah, tingkat keuntungan dari perusahaan tersebut (Hastoro dan Yuliana, 2010). Hal ini menyebabkan munculnya kecenderungan manajemen untuk membuat laba agar terlihat baik di mata investor, terlebih di sekitar periode IPO perusahaan tersebut, agar investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.

Tindakan mengelola laba agar terlihat lebih baik inilah yang disebut dengan manajemen laba. Schipper (1989) dalam Wild et. al., (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen dengan


(19)

commit to user

4 sengaja dalam proses penentuan laba, yang biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi. Irawan dan Gumanti (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang konsisten, memiliki harga saham yang relatif lebih tinggi, dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba tidak konsisten. Hal ini

menjelaskan, mengapa manajemen memiliki kecenderungan untuk

menggunakan metode akuntansi tertentu, untuk mengatur laba sebelum melakukan IPO, adalah untuk menarik minat investor.

Manajemen laba dapat menyebabkan pengungkapan informasi dalam pelaporan kinerja perusahaan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini dapat mengakibatkan para pemakai laporan keuangan tidak memperoleh informasi keuangan yang akurat untuk dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan (Wahyuningsih, 2007). Salah satu pemakai dari laporan keuangan tersebut ialah investor. Kecenderungan manajemen untuk melakukan manajemen laba di periode sekitar IPO, akan sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan investor. Investor bisa saja salah menentukan langkah, dengan melakukan investasi pada perusahaan yang sebenarnya kurang prospektif, akan tetapi tidak dapat dideteksi oleh investor, karena tertutup oleh laba yang meyakinkan. Hal ini dapat menyesatkan investor dalam mengestimasi return yang diharapkan akan diterima investor di masa mendatang.

Akibat dari adanya praktik manajemen laba dalam perusahaan, seperti telah diungkapkan oleh Lo (2007), dalam penelitian khabash dan Al-Thuneibat, (2009), yaitu bahwa melakukan manajemen laba dapat merugikan


(20)

commit to user

5 banyak pihak. Pihak-pihak yang berpotensi untuk dirugikan, kembali lagi, adalah investor modal, bank atau kreditur, pemerintah atau regulator,

supplier, customer, dan pesaing. Pihak-pihak tersebut dapat menjadi korban dikarenakan, mereka dapat membuat keputusan atas dasar informasi yang tidak tepat (Al-khabash dan Al-Thuneibat, 2009).

Schipper, (1989) dalam Wild et. al. (2005) menyatakan bahwa asal-usul munculnya manajemen laba adalah dari kebijakan akuntansi itu sendiri. Kebijakan akuntansi akrual, disebut-sebut sebagai penyebab manajemen dapat melakukan manajemen laba, karena manajemen akan memiliki kebebasan untuk mengaplikasikan kebijakan akuntansi dalam perusahaan. Akuntansi akrual menjadi salah satu pilihan untuk melakukan manajemen laba karena, dalam pengaplikasian akuntansi akrual, manajemen diberikan kebebasan untuk memilih metode akuntansi mana, yang akan digunakan dalam pelaporan keuangan perusahaan. Kebebasan ini memberikan kesempatan kepada manajemen, untuk mengatur laba dengan cara mengatur angka-angka akrual, sehingga akan diperoleh laba yang diinginkan. Metode ini disebut sebagai metode discretionary accruals.

Alasan penggunaan metode discretionary accruals, sebagai alat untuk melakukan manajemen laba dikarenakan sifat dari akrual itu sendiri yang dipandang sebagai metode yang lebih baik daripada metode cash, karena

dengan digunakannya metode accrual, akan mengurangi masalah waktu dan

ketidakcocokan (mismatching) dalam pengukuran arus kas (Dechow, 1994) dalam Wahyuningsih (2007). Dijelaskan juga bahwa discretionary accruals


(21)

commit to user

6 merupakan bagian dari total accrual, yang dalam perhitungan laba total accrual tersebut terdiri atas discetionary dan non discretionary accrual. Non discretionary accrual merupakan komponen akrual yang terjadi secara alami atau wajar seiring dengan perubahan aktivitas perusahaan. Discretionary accrual adalah komponen akrual yang berasal dari rekayasa manajemen (earning management). Discretionary accrual berhubungan dengan harga saham, laba yang akan datang, serta aliran kas (Subramanyam, 1996) dalam Wahyuningsih (2007).

Beneish (2001) dalam Wahyuningsih (2007), menyatakan penyebab berkembangnya manajemen laba yang berbasis akrual: (1) Akuntansi akrual, merupakan bagian dari prinsip akuntansi yang berterima umum, sedangkan manajemen laba lebih mudah terjadi pada laporan yang berbasis akrual, daripada laporan yang berbasis kas. (2) Mempelajari akuntansi akrual, akan mengurangi masalah dalam mengukur dampak, dari berbagai pilihan metode akuntansi terhadap laba. (3) Apabila indikasi manajemen laba tidak dapat diamati dari akrual, maka investor tidak akan dapat menjelaskan dampak dari manajemen laba pada penghasilan yang dilaporkan perusahaan.

Dalam praktik, metode yang diterapkan dalam pelaporan akuntansi, dapat mempengaruhi hasil akhir dari laporan keuangan perusahaan. Hal ini dapat menjadi keuntungan bagi manajemen, karena mereka dapat memilih metode yang akan dipakai dalam pelaporan akuntansi perusahaan mereka, baik dalam perhitungan keuntungan ataupun penilaian keuangan. Dengan adanya kesempatan untuk menggunakan metode tertentu seperti ini, maka


(22)

commit to user

7 akan memicu manajemen untuk melaporkan keuntungan yang diinginkan, dan mencapai tujuan manajemen sendiri, sehingga kualitas laporan keuangan menurun.

Berbicara mengenai hubungan antara praktik manajemen laba, dengan kinerja perusahaan, dapat dilihat bahwa sebenarnya perubahan kinerja perusahaan merupakan suatu bukti dari ada atau tidaknya praktik manajemen laba dalam perusahaan. Demi menarik minat investor, manajemen cenderung memberikan sinyal positif kepada calon investor. Sinyal positif yang ingin diberikan manajemen kepada calon investor, dapat diwujudkan dengan cara melakukan manajemen laba untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam prospektus penawaran, sehingga nilai perusahaan dimata investor akan meningkat. Namun, sinyal positif ini tidak akan bertahan dalam waktu yang panjang, hal ini tercermin dalam laporan keuangan yang menyatakan adanya penurunan kinerja yang dilaporkan oleh perusahaan (Teoh et. al., 1998) dalam Suprianto (2008). Manajemen laba yang dilakukan pada periode sekitar IPO, meskipun akan menambah nilai perusahaan, karena laba perusahaan terlihat baik dimata calon investor, dan mengakibatkan respon pasar yang positif pada periode tersebut, akan tetapi praktik manajemen laba ini, juga mengakibatkan penurunan kinerja (underperformance) beberapa tahun setelah penawaran perdana (IPO) (Suprianto, 2008). Dengan melakukan manajemen laba sebelum IPO, manajemen menggeser laba periode mendatang ke periode sebelum IPO, sehingga yang terjadi pada


(23)

commit to user

8 periode setelah IPO, laba perusahaan akan menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan menurun setelah IPO.

Penilaian kinerja suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun oleh

stakeholder yang lain, karena menyangkut distribusi kesejehteraan diantara mereka (Payamta, 1998). Investor akan sangat bergantung pada isi dari laporan keuangan, yang merupakan sumber utama informasi keuangan mengenai perusahaan (Jones 2010: 370) untuk menilai kinerja perusahaan tersebut. Untuk menilai kinerja perusahaan, dapat digunakan rasio-rasio keuangan. Suatu rasio keuangan akan bermanfaat bila diinterpretasikan dalam perbandingan dengan (1) rasio tahun sebelumnya, (2) standar yang ditentukan sebelumnya, (3) dan rasio pesaing (Wild, et. al., 2005: 38).

Rasio Tingkat Pengembalian atas investasi (Return On Investment) dipergunakan untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang (Wild, et. al., 2005: 39). Rasio-rasio tersebut adalah, Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Rasio Kinerja Operasi (Operating Performance Ratio) dipergunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui pendapatan yang diterima perusahaan dari aktivitas operasinya pada suatu periode tertentu. Adapun rasio yang digunakan untuk analisis adalah Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin


(24)

commit to user

9 Penelitian mengenai manajemen laba dalam akuntansi, menarik untuk dilakukan, karena manajemen laba itu sendiri sering dilakukan oleh manajemen perusahaan, yang biasanya untuk memenuhi kepentingan pribadi, akan tetapi keberadaannya tidak dapat dipersalahkan. Bukti dari pernyataan diatas adalah, banyaknya penelitian yang membahas tentang manajemen laba, antara lain: Aharony et. al. (1993), Gioielli dan Carvalho (2008), Teoh et. al.

(1998), Irawan dan Gumanti (2010), Saiful (2004), Hastoro dan Yuliana (2010). Akan tetapi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa hasilnya tidak konsisten, dan cenderung membingungkan.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai manajemen laba di sekitar IPO, telah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut tidak bisa memberikan hasil yang konsisten, tetapi cenderung memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa peneliti menyatakan menemukan adanya indikasi manajemen laba disekitar IPO, akan tetapi beberapa peneliti lain menyatakan bahwa hasil penelitiannya tidak menemukan adanya indikasi manajemen laba disekitar IPO. Aharony et. al. (1993) menyatakan bahwa manajemen laba tidak ditemukan dalam periode sekitar IPO. Penelitian yang dilakukan oleh Gioielli dan Carvalho (2008) tidak menemukan manajemen laba di periode sebelum dan setelah IPO, hanya menemukan manajemen laba tepat pada periode IPO dilakukan. Namun berbeda dengan penelitian Friedlan (1994) dalam (Suprianto, 2008), dan Teoh et. al. (1998) yang menemukan bukti kuat bahwa manajemen laba dilakukan pada periode sebelum IPO.


(25)

commit to user

10 Penelitian serupa juga dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia, antara lain, Joni dan Jogiyanto (2009), menemukan adanya manajemen laba pada periode sebelum dan setelah IPO, hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian Hastoro dan Yuliana (2010), yang menemukan bahwa manajemen laba lebih besar ketika periode satu tahun sebelum IPO, daripada satu tahun setelah IPO. Penelitian Saiful (2004) secara parsial menemukan bahwa dua tahun sebelum dan setelah IPO terdapat manajemen laba, akan tetapi pada periode satu tahun sebelum dan setelah IPO tidak ditemukan adanya indikasi manajemen laba. Penelitian Irawan dan Gumanti, (2010), serta Irawan dan Gumanti (2005), tidak menemukan adanya manajemen laba di sekitar IPO, dan mendukung hasil dari Aharony et. al., (1993).

Penelitian mengenai evaluasi kinerja operasi disekitar periode IPO pernah dilakukan oleh Saiful (2004), Hastoro dan Yuliana (2010), dan Suprianto (2008), penelitian tersebut hanya membahas mengenai Return on Asset (ROA) saja, sebagai proksi kinerja operasi, padahal sebenarnya masih banyak rasio lain untuk menilai kinerja operasi perusahaan. Wild et. al.

(2005) dalam bukunya menyatakan beberapa rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk melakukan analisis profitabilitas perusahaan, antara lain, ROA, ROE, GPM, OPM, dan NPM.

Mengingat begitu pentingnya masalah manajemen laba bagi para

stakeholder perusahaan yang melakukan IPO, dan masih adanya perbedaan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai manajemen laba disekitar IPO, serta masih sedikitnya penelitian yang mengkaji tentang kinerja operasi


(26)

commit to user

11 perusahaan dalam periode di sekitar IPO, menjadi motivasi dilakukannya penelitian ini. Untuk mengkaji lebih dalam mengenai manajemen laba dan kinerja keuangan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO, maka

diambil sebuah judul “PRAKTIK MANAJEMEN LABA DAN

EVALUASI KINERJA PERUSAHAAN DI SEKITAR INITIAL PUBLIC

OFFERING” (Studi kasus pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 2005-2009).

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian Saiful (2004) yang meneliti mengenai hubungan manajemen laba dengan kinerja operasi dan

return saham di sekitar IPO, dan penelitian Hastoro dan Yuliana (2010) yang meneliti masalah manajemen laba disekitar Penawaran Harga Saham Perdana pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu, (1) penelitian ini mencoba untuk mengkaji lebih dalam mengenai manajemen laba dalam perusahaan yang melakukan IPO pada rentang waktu yang berbeda, yaitu tahun 2005-2009, dan melakukan evaluasi kinerja operasi dalam periode sebelum dan setelah IPO, (2) mengubah sampel, dengan tidak membedakan jenis perusahaan yang terdaftar di BEI agar sampel lebih luas, dan dapat digeneralisasi, (3) menambah variabel kinerja keuangan ROE (Return on Equity), GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin), dan NPM (Net Profit Margin) sebagai proksi tambahan untuk menggambarkan kinerja operasi lebih mendalam.


(27)

commit to user

12

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam dua permasalahan.

1 Adakah indikasi manajemen laba yang dilakukan perusahaan, selama periode sebelum dan setelah IPO?

2 Apakah ada perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum IPO dengan setelah IPO?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Untuk menguji secara empiris mengenai keberadaan manajemen laba selama periode sebelum dan setelah IPO.

2 Untuk menguji secara empiris perbedaan kinerja keuangan perusahaan, sebelum dan setelah IPO.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Secara Akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai masalah manajemen laba dan pasar modal.


(28)

commit to user

13 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Manajemen Perusahaan

Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi wacana serta referensi bagi penentuan kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan.

b. Bagi Investor

Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi para investor ataupun calon investor untuk lebih mengerti tentang kelayakan suatu perusahaan sebagai tempat berinvestasi, sehingga tidak mengalami kerugian dikemudian hari.

c. Bagi Pemerintah

Bagi regulator, terutama BAPEPAM penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan dalam pasar modal terkhusus terkait masalah manajemen laba.


(29)

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offerings)

Initial Public Offerings (IPO) adalah penjualan saham perusahaan untuk pertama kali yang dilakukan di pasar perdana (Suprianto, 2008). Setelah perusahaan melakukan penjualan saham, maka struktur kepemilikan perusahaan tersebut akan berubah, dan hal ini menuntut adanya transparansi informasi dalam perusahaan. Perusahaan ini harus memberikan informasi yang transparan kepada publik baik dalam periode sebelum IPO ataupun periode setelah IPO.

Pada periode sebelum IPO, transparansi tersebut diperlukan sebagai prasyarat untuk pengajuan IPO, misalnya laporan prospektus, sedangkan untuk periode setelah IPO, perusahaan harus melaporkan setiap informasi dan mengungkapkannya sebagai konsekuensi, karena telah menjadi perusahaan publik yang tercatat dalam pasar modal.

Beberapa keuntungan berikut, akan diterima perusahaan ketika menjadi perusahaan publik:

1. Sumber Pendanaan

Masalah yang sering menjadi kendala utama dalam perusahaan adalah, kurangnya dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja atau untuk ekspansi usaha. Salah satu pilihan yang dapat diambil adalah dengan cara menjadi perusahaan publik, dengan menjual


(30)

commit to user

15 sahamnya sehingga kendala keuangan dapat teratasi. Dengan menjual sahamnya kepada publik seperti ini, perusahaan akan memperoleh dana dalam jumlah yang besar.

2. Keuntungan Kompetitif dalam Usaha

Setelah menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak keuntungan untuk pengembangan usaha di masa mendatang, antara lain, perusahaan dapat mengajak para partner kerjanya (supplier, buyer) menjadi salah satu pemegang saham perusahaan, dengan cara menjual saham perusahaan kepada mereka. Pada saat hal tersebut terjadi, hubungan antara perusahaan dan partner-nya tidak lagi hanya sebatas hubungan bisnis, tetapi akan terjalin suatu hubungan yang lebih baik, yaitu loyalitas mereka terhadap perusahaan akan meningkat, karena mereka memiliki kepentingan dalam perusahaan, yaitu sebagai pemegang saham.

3. Kesempatan Merger atau Akuisisi atas Perusahaan Lain.

Merger atau akuisisi merupakan salah satu usaha yang banyak

dilakukan manajemen untuk mengembangkan perusahaan yang

dijalankannya. Dengan adanya merger atau akuisisi, maka suatu

perusahaan dapat dibeli kepemilikannya oleh perusahaan lain. Melakukan

merger atau akuisisi merupakan kebebasan bagi setiap perusahaan yang

terdaftar di pasar modal. Perusahaan publik yang sahamnya

diperdagangkan di bursa, akan lebih mudah melakukan pembiayaan untuk

merger atau akuisisi, melalui penerbitan saham baru, yang digunakan sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut.


(31)

commit to user

16 4. Kemampuan Going Concern yang lebih baik

Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan

untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti gagalnya pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perubahan pasar yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk bertahan di bidang usahanya. Dengan menjadi perusahaan publik, kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan tertutup.

5. Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan menjadi perusahaan publik, maka perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut terus dipublikasi, sehingga dapat citra perusahaan akan meningkat. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan.

Suatu perusahaan yang memutuskan untuk menjual sahamnya, untuk menjadi perusahaan publik, memiliki beberapa kewajiban yang harus dilakukan. Payamta (1998) dalam penelitiannya menyatakan beberapa konsekuensi yang harus dilakukan perusahaan publik tersebut:

1. Kewajiban keterbukaan (full disclosure) mengenai informasi yang disajikan ke publik.

2. Kewajiban mengikuti peraturan pasar modal.


(32)

commit to user

17

4. Kewajiban membayar deviden atau bunga.

5. Kewajiban untuk selalu berusaha meningkatkan pertumbuhan

perusahaan.

B. Manajemen Laba

Rizqiani (2009), mengatakan bahwa perilaku manajemen laba dapat diartikan sebagai perilaku manajemen memanipulasi laba dengan mengurangi alokasi pada pos aktiva tidak berwujud yang memiliki implikasi jangka panjang seperti riset dan pengembangan, iklan dan promosi serta pelatihan karyawan untuk tujuan jangka pendek. Definisi lain dari manajemen laba adalah, intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, yang biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi (Schipper, 1988) dalam Wild

et. al., (2005).

Scott (2000) dalam Saiful (2004) menyatakan bahwa ada dua cara berpikir mengenai manajemen laba, yang pertama manajemen laba adalah tindakan oportunistik manajemen untuk memaksimalkan utilitasnya. Kedua, perspektif kontrak efisien, ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua pihak didalam kontrak.

Scott (2006), dan Wahyuningsih (2007) menyatakan beberapa faktor yang mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba. (1) Rencana bonus (bonus schemes). Manajer yang bekerja berdasarkan kontrak bonus akan mengatur laba yang dilaporkan supaya terlihat baik, sehingga bonus yang akan diterima di masa depan dapat dimaksimalkan. (2) Kontrak hutang (debt covenant). Perusahaan menaikkan laba agar rasio debt to equity berada


(33)

commit to user

18 pada posisi yang diinginkan oleh perusahaan. (3) Motivasi politik (political motivation). Ketika perusahaan mengalami periode keuntungan yang tinggi, manajemen justru memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba, dengan menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, agar mendapatkan kemudahan dan fasilitas tertentu dari pemerintah. (4) Motivasi pajak (taxation motivation). Perusahaan akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat menyebabkan laba yang harus dilaporkan lebih rendah, sehingga pajak yang harus dibayar kepada pemerintah juga menjadi rendah. (5) Pergantian Chief Executive Officer (CEO). CEO yang mendekati akhir

jabatannya akan cenderung melakukan income maximization untuk

meningkatkan bonus mereka. (6) Penawaran saham perdana (Initial Public Offerings). Perusahaan yang akan melakukan IPO cenderung melakukan

income increasing untuk menarik minat calon investor.

Beberapa strategi manajemen dalam melakukan earning management

menurut Wild et. al., (2005) dan Scott (2006) adalah:

1. Meningkatkan Laba (Increasing Income), yaitu strategi manajemen untuk membuat laba yang dilaporkan pada periode kini meningkat, sehingga kinerja perusahaan dipandang baik.

2. Mandi Besar (Big Bath), yaitu strategi yang dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode, biasanya dipilih periode yang terburuk.

3. Meminimalkan Laba (Income Minimalization), yaitu strategi yang hampir sama seperti mandi besar tetapi tidak seekstrim itu. Tipe ini


(34)

commit to user

19 dipilih oleh perusahaan yang memiliki visibilitas secara politik, selama periode tertentu memiliki profitabilitas yang tinggi.

4. Perataan Laba (Income Smoothing), yaitu strategi yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya, misal tidak melaporkan bagian laba pada periode baik ini untuk disimpan dan dilaporkan pada masa mendatang ketika keadaan buruk, sehingga tren laba terlihat baik.

Manajemen laba yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah manajemen laba di dalam periode sekitar IPO. Ketika perusahaan melakukan penawaran sahamnya untuk yang pertama kali (IPO), maka perusahaan akan membuat laporan prospektus, yang merupakan satu-satunya bahan bagi calon investor untuk mengetahui nilai perusahaan tersebut. Dengan keterbatasan informasi yang dimiliki oleh calon investor atau disebut juga asimetri informasi, akan mendorong manajemen untuk memanfaatkan kesempatan ini atau disebut juga opportunistic behaviour untuk mempengaruhi keputusan calon investor dengan mengatur tingkat laba perusahaan (Irawan dan Gumanti, 2010), dan (Elwakiel, 2005).

Hastoro dan Yuliana (2010) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa

discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba ditemukan lebih besar pada periode satu tahun sebelum IPO jika dibandingkan dengan periode satu tahun setelah IPO.


(35)

commit to user

20

C. Teori Signal (Signalling Theory)

Teori sinyal muncul karena adanya asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal. Hal ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, yaitu karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberi sinyal kepada pengguna laporan keuangan, yang berupa informasi mengenai apa yang telah dilakukan manajemen untuk mewujudkan tujuan pemilik perusahaan, yang dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari yang lain (Sari dan Zuhrotun (2006).

Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan, menyebabkan mereka memberikan penilaian yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilainya, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah, dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et. al., 2000).

Gumanti (2009) mengemukakan bahwa bagaimanapun bentuk sinyal yang dikeluarkan, dimaksudkan untuk menyampaikan sesuatu agar pihak eksternal memberikan penilaian yang berbeda atas perusahaan. Teori sinyal


(36)

commit to user

21 memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

D. Teori Keagenan (Agency Theory)

Pemikiran teori ini, didasarkan atas adanya perbedaan informasi antara atasan dan bawahan, atau antara kantor pusat dan cabang, dari sudut pandang teori ini, prinsipal (pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien (Ikhsan dan Ishak, 2008).

Pada dasarnya teori keagenan ini mulai muncul ketika seorang yang disebut prinsipal (pemilik) mempekerjakan seorang lain yang disebut agen untuk melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan pemilik dan pengambilan keputusan dalam pekerjaan tersebut. Contohnya ketika pemilik atas saham suatu perusahaan (prinsipal), mempekerjakan seorang CEO (agen) untuk menjalankan perusahaan. Pemisahan kepemilikan dalam perusahaan seperti ini dapat memicu timbulnya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Wahyuningsih (2007).

Konflik kepentingan seperti ini sudah pasti akan terjadi, dimana manajemen tetap akan memikirkan kepentingannya dibanding memikirkan kepentingan pemilik, sehingga dalam praktiknya manajemen akan mengelola perusahaan dan berusaha membuat kinerja yang sepertinya bernilai lebih dimata pemilik. Pernyataan tersebut didukung oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Wahyuningsih (2007), yaitu konflik kepentingan antara


(37)

commit to user

22 manajemen dan pemilik akan semakin besar ketika kepemilikan manajemen atas perusahaan semakin kecil. Manajemen cenderung akan mementingkan diri sendiri dibanding perusahaan, akan tetapi ketika kepemilikan manajemen atas perusahaan besar, maka manajemen akan berusaha membuat kinerja yang baik bagi perusahaan karena akan berdampak bagi dirinya sendiri.

Untuk meminimalkan konflik kepentingan tersebut diperlukan sebuah laporan pertanggungjawaban yang baik dari agen kepada prinsipal. Laporan tersebut berupa laporan keuangan yang dibuat dengan data-data keuangan dan akuntansi dalam perusahaan, sehingga dengan adanya laporan tersebut, diharapkan prinsipal dapat menilai kinerja dari agen yang dipekerjakannya dan laporan tersebut juga digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi bagi agen tersebut berdasarkan kinerja yang dicapai.

Laporan keuangan tersebut agar lebih dapat dipercaya harus diaudit oleh auditor independen, sehingga pemilik dapat sepenuhnya mempercayai angka-angka yang dibuat manajemen sebagai pertanggungjawabannya, tanpa tertipu oleh adanya salah saji atau perekayasaan informasi keuangan oleh manajemen demi kepentingannya sendiri.

Dalam kaitannya dengan manajemen laba disekitar IPO, kecenderungan yang dimiliki manajemen ketika memanfaatkan asimetri informasi calon investor adalah melakukan manajemen laba, untuk menarik perhatian calon investor.


(38)

commit to user

23

E. Konsep Akrual

Didalam akuntansi terdapat dua jenis basis pengukuran, accrual basic

dan cash basic. Accrual basic mengakui pendapatan pada saat transaksi dan mengakui beban yang terkait dengan pendapatan tersebut pada periode yang sama, tanpa memperhatikan penerimaan kas atas pendapatan tersebut. Dengan dasar akrual, transaksi diakui dan dicatat pada saat kejadian dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan (Wahyuningsih, 2007). Sedangkan cash basic mengakui penghasilan dan beban atas dasar kas tunai yang diterima.

Konsep akrual sesuai dengan konsep dasar akuntansi yaitu matching principle (menandingkan pendapatan dengan beban). Dalam konsep ini, pengakuan beban atau pendapatan diakui dalam satu periode akuntansi tanpa mempertimbangkan adanya penerimaan kas tunai. Dengan demikian, aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban diakui pada saat terjadinya, bukan pada saat kas atau setara kas diterima.

Selanjutnya, konsep akrual seperti ini memungkinkan dilakukannya manajemen laba oleh manajemen untuk menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi (Hidayati & Zulaikha, 2003) dalam Wahyuningsih (2007). Perekayasaan laba juga dapat dilakukan dengan mendistorsi laba dengan cara menggeser periode pengakuan biaya dan pendapatan (Fischer & Rozenzweig, 1995) dalam Wahyuningsih (2007).

Konsep akrual terdiri atas discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan laba akrual atau beban yang


(39)

commit to user

24 bebas, tidak diatur, dan merupakan pilihan kebijakan manajemen, sedangkan

non discretionary accrual adalah pengakuan laba akrual yang wajar, tidak dipengaruhi kebijakan manajemen, serta tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan jika standar tersebut dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (Wahyuningsih, 2007).

F. Kinerja Operasi Perusahaan

Perusahaan yang akan melakukan IPO akan berusaha menggeser laba periode yang akan datang ke periode sekarang untuk menarik perhatian calon investor. Hal ini akan mengakibatkan laba periode sekarang dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan laba periode yang akan datang. Sehingga laba dan kinerja perusahaan setelah IPO cenderung menurun (Suprianto, 2008). Ahmad-Zaluki (2008) juga menyatakan bahwa dalam waktu IPO sampai tiga tahun setelahnya kinerja operasi perusahaan terus menurun, hal ini disebabkan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba ketika go public. Hastoro dan Yuliana (2010) menemukan penurunan kinerja setelah IPO yang diperlihatkan dari turunnya Return on Asset (ROA). Begitu juga hasil dari penelitian Saiful (2004), dinyatakan bahwa kinerja operasi setelah IPO turun. Penelitian tersebut juga hanya menggunakan ROA sebagai proksi kinerja operasi. Akan tetapi berbeda dengan temuan Gonzalez (2008), yang tidak menemukan adanya penurunan kinerja operasi bank setelah IPO.

Dalam hubungannya dengan IPO, kinerja operasi adalah faktor penting yang harus diketahui dan dipertimbangkan oleh calon investor sebelum memutuskan akan menempatkan uangnya pada suatu perusahaan. Perusahaan


(40)

commit to user

25 yang baik akan membuat kinerja yang baik pula, dalam hal ini calon investor harus dapat melihat kecenderungan kinerja perusahaan di masa depan dengan mempertimbangkan manajemen laba yang mungkin dilakukan manajemen perusahaan, yang nantinya dipastikan akan berimbas pada kinerja operasi di masa depan.

Salah satu alat analisis kinerja operasi yang berhubungan dengan investor adalah analisis profitabilitas, yaitu evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan. Analisis ini mencakup evaluasi atas dua sumber daya perusahaan dan profitabilitasnya, juga evaluasi atas margin (bagian penjualan yang tidak tertutup biaya) dan perputaran (pemakaian modal) (Wild, et. al., 2005). Analisis profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat pengembalian atas investasi (ROI) yang didalamnya ada Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Dan yang kedua adalah kinerja operasi, yang didalamnya berisi margin laba kotor (GPM), margin laba operasi (OPM), dan margin laba bersih (NPM).


(41)

commit to user

26

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel II. 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Sebelum IPO Beda Setelah IPO

Discretionary Accruals ? ?

Return on Asset ? ≠ ?

Return on Equity ? ≠ ?

Gross Profit Margin ? ≠ ?

Operating Profit Margin ? ≠ ?

Net Profit Margin ? ≠ ?

Ada Perbedaan

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mengenai topik ini dilakukan oleh Saiful (2004) yang berjudul “Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO”. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa terjadi manajemen laba di periode sekitar IPO, pada periode dua tahun sebelum IPO dan dua tahun setelah IPO, akan tetapi tidak ditemukan adanya manajemen laba pada periode satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO. Selain itu ditemukan juga bahwa pada periode


(42)

commit to user

27 setelah IPO kinerja operasi lebih rendah, begitu juga return saham pada periode setelah IPO rendah.

Penelitian lain tentang manajemen laba adalah penelitian Aharony et. al., (1993), penelitian ini tidak menemukan adanya manajemen laba di sekitar periode IPO, hasil ini berkebalikan dengan penelitian Friedlan (1994).

Penelitian lain adalah penelitian Hastoro dan Yuliana (2010) yang berjudul “Manajemen Laba Disekitar Penawaran Harga Saham Perdana (Initial Public Offering / IPO) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, penelitian ini meneliti tentang penerapan manajemen laba perusahaan pada periode sekitar IPO, dan menguji pengaruhnya terhadap ukuran perusahaan dan kinerja operasional perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, ditemukan adanya manajemen laba yang lebih besar pada periode sebelum IPO, dibanding dengan periode setelah IPO. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dan kinerja operasional berpengaruh. Penelitian ini mengambil variabel dalam rentang tahun 2000 sampai 2008, dan menguji data dengan menggunakan uji beda dengan uji statistik one sample t-test dengan taraf signifikansi 0,05, statistik deskriptif, dan uji statistik.

Joni dan Jogiyanto (2009) menemukan adanya manajemen laba dari periode dua tahun sebelum IPO sampai lima tahun setelah IPO. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu Instrumental Variable seperti pada penelitian Kang dan Sivaramakrishnan (1995).

Penelitian Irawan dan Gumanti (2010), dan Irawan dan Gumanti (2008), tidak menemukan adanya manajemen laba disekitar IPO, hasil ini


(43)

commit to user

28 berbeda dengan penelitian Hastoro dan Yuliana (2010), Suprianto (2008), akan tetapi mendukung hasil penelitian Aharony (1993) dan hasil penelitian Saiful (2004) secara parsial, yang menyatakan tidak menemukan manajemen laba pada periode satu tahun sebelum dan setelah IPO.

Penelitian mengenai kinerja perusahaan secara khusus di periode sekitar IPO adalah penelitian Payamta (1998), yang berjudul “Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ).” Penelitian ini menemukan bahwa secara serentak tidak ada perbedaan yang signifikan kinerja bank yang diukur dengan rasio CAMEL untuk periode sebelum ataupun sesudah IPO.

Ahmad-Zaluki (2008), meneliti kinerja operasi perusahaan dengan menggunakan proksi current accruals, dan menemukan hasil bahwa kinerja operasi perusahaan cenderung turun sampai tiga tahun setelah IPO, yang dipengaruhi oleh manajemen laba.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan kali ini, akan meneliti ada tidaknya manajemen laba di sekitar IPO. Selanjutnya, sebagai buktinya akan dilakukan evaluasi atas kinerja keuangan, yang diproksikan pada beberapa rasio profitabilitas yang sering dijumpai dalam laporan keuangan perusahaan, atau database keuangan yang lazim digunakan. Rasio-rasio tersebut yaitu: Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE), margin laba kotor (GPM), margin laba operasi (OPM), dan margin laba bersih (NPM) dari laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2005-2009.


(44)

commit to user

29

I. Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan masalah penelitian yang belum dibuktikan kebenarannya (Priyatno, 2010). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya manajemen laba di periode perusahaan melakukan IPO, yaitu pada satu tahun sebelum dan sesudah IPO, dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, sebagai bukti ada tidaknya manajemen laba.

Manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, terlebih di periode sekitar IPO, dapat membuat investor tertarik akan perusahaan mereka, hal ini dirasa menguntungkan oleh perusahaan, tetapi jika investor tidak cukup cakap dalam memilih perusahaan, maka ia tidak akan bisa memilih mana perusahaan yang sebenarnya layak untuk didanai.

Perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO berusaha menggeser laba periode yang akan datang ke periode sekarang, sehingga laba periode sekarang akan dilaporkan lebih tinggi daripada laba mendatang, hal ini akan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun pada periode setelah IPO (Saiful, 2004).

a. Manajemen Laba dan IPO

IPO merupakan pasar perdana bagi suatu perusahaan untuk menawarkan efeknya (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) kepada publik. Bagi suatu perusahaan, IPO merupakan sarana untuk mendapatkan modal untuk pengembangan bisnis perusahaan dan sebagai parameter bahwa perusahaan tersebut telah melakukan pengelolaan


(45)

commit to user

30 perusahaan dengan terbuka. Fabozzi (1999) dalam Hastoro dan Yuliana (2010) menyatakan bahwa IPO bermanfaat untuk memberikan keuntungan kompetitif pengembangan usaha, meningkatkan kemampuan

going concern, dan meningkatkan citra perusahaan.

Hastoro dan Yuliana (2010) melakukan penelitian mengenai manajemen laba di sekitar IPO pada 32 perusahaan manufaktur dan menemukan bahwa tingkat manajemen laba ditemukan lebih besar ketika sebelum IPO dibandingkan setelah IPO. Saiful (2004) melakukan penelitian serupa dan mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian Hastoro dan Yuliana (2010), yaitu manajemen laba periode dua tahun sebelum IPO lebih besar dibanding dua tahun setelah IPO. Berkebalikan dengan temuan tersebut, penelitian Saiful (2004) pada periode satu tahun sebelum IPO, dan satu tahun setelah IPO tidak menemukan adanya manajemen laba.

Teoh et al. (1998b) dalam Gioielli dan Carvalho (2008) menyatakan bahwa manajemen laba memang lebih banyak ditemukan pada perusahaan yang melakukan IPO jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan IPO.

Hasil penelitian yang berbeda, dinyatakan oleh Irawan dan Gumanti (2010), yaitu tidak ditemukannya indikasi manajemen laba pada periode sebelum dan setelah IPO, hasil tersebut mendukung penelitian Gumanti dan Swastika (2005), Irawan dan Gumanti (2008) dan Aharony (1993).


(46)

commit to user

31 Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya belumlah konsisten, dan masih membingungkan, sehingga dari kesimpulan tersebut, diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Terdapat indikasi manajemen laba dalam perusahaan yang terdaftar di BEI, dalam periode sebelum dan setelah IPO.

b. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan

Saiful (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba sebelum IPO akan menggeser pendapatan di masa depan menjadi pendapatan periode ini, sehingga laba ketika IPO terkesan baik. Hal ini mempengaruhi laba atau kinerja perusahaan setelah IPO yang lebih rendah jika dibanding dengan sebelum IPO.

Kinerja operasi menurut Hastoro dan Yuliana (2010), adalah kemampuan kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Hastoro dan Yuliana (2010) menyatakan alat pengukuran kinerja operasi yaitu dengan analisis rasio, seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.

Beberapa penelitian yang sudah ada, seperti penelitian Saiful (2004), Hastoro dan Yuliana (2010), Suprianto (2008), Laughran dan Ritter (1997) hanya menggunakan ROA sebagai proksi kinerja operasi, sedangkan untuk menilai kinerja suatu perusahaan, terdapat berbagai macam rasio pengukur. Dalam penelitian ini, akan dipakai beberapa rasio keuangan khususnya rasio profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk


(47)

commit to user

32 mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aset atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio-rasio tersebut adalah: Return on Asset (ROA) dan Return on Equity

(ROE). margin laba kotor (GPM), margin laba operasi (OPM), dan margin laba bersih (NPM).

Return on Asset (ROA) adalah indikator kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki. Return on Equity (ROE) adalah indikator kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Margin laba kotor (GPM) adalah perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan

harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini

menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Margin laba operasi (OPM) adalah margin yang mengukur tingkat keuntungan perusahaan dari kegiatan operasi utamanya. Margin laba bersih (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha2: Terdapat perbedaan Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas antara sebelum dan setelah IPO.


(48)

commit to user

33 Untuk mengetahui kinerja-kinerja keuangan perusahaan tersebut secara parsial, yaitu dilihat dari masing-masing rasio keuangan apakah berbeda dalam periode sebelum IPO dan setelah IPO, dan apakah akan mendukung hasil kinerja yang diukur secara serentak, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Berdasarkan tingkat pengembalian aktiva (ROA), terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan setelah IPO.

Ha4: Berdasarkan tingkat pengembalian ekuitas (ROE), terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan setelah IPO.

Ha5: Berdasarkan margin laba kotor (GPM), terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan setelah IPO.

Ha6: Berdasarkan margin laba operasi (OPM), terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan setelah IPO.

Ha7: Berdasarkan margin laba bersih (NPM), terdapat perbedaan kinerja perusahaan antara sebelum dan setelah IPO.


(49)

commit to user

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian studi peristiwa (event study) karena meneliti keberadaan manajemen laba dengan menggunakan perhitungan discretionary accruals dan mengevaluasi kinerja pada perusahaan yang melakukan IPO disekitar periode IPO dengan menggunakan uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Signed Ranks Test) dan Uji Manova. Penggunaan alat uji ini didasarkan atas pernyataan Manurung (1993) dalam Payamta (1998) yaitu, data yang ada pada BEI tidak mencerminkan data yang berdistribusi normal, sehingga metode non parametrik dianggap lebih sesuai dalam penelitian yang mengunakan data-data di BEI.

B. Populasi dan Sampel

1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006:121). Menurut pendapat lain, populasi dapat pula didefinisikan sebagai totalitas semua nilai yang mungkin, hasil hitungan ataupun pengukuran kuantitatif tentang karakteristik tertentu semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya (Sudjana, 2002 : 6).


(50)

commit to user

35 Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi dan sampel, karena populasi dan sampel penelitian merupakan sumber data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi penelitian yang bersifat ilmiah dapat diperoleh dengan motede yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah pula.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009. Penggunaan semua sektor dalam penelitian ini dikarenakan terbatasnya perusahaan yang melakukan IPO setiap tahunnya dan untuk memperluas sampel penelitian, sehingga dengan menggunakan semua sektor diharapkan hasil penelitian ini nanti dapat digeneralisasikan ke setiap sektor. Dengan memilih tahun 2005-2009 peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO.

2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi (Sekaran, 2006 : 123). Pengertian lain, sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti (Priyatno, 2010 : 8). Dengan demikian sampel lebih kecil dari populasi.

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO pada tahun


(51)

commit to user

36

purposive sampling, pemilihan kelompok subjek didasarkan pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Purposive Sampling adalah metode pengambilan informasi dari target-target tertentu yang memberi informasi yang diperlukan oleh peneliti berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya (Sekaran, 2006 : 136). Dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan, memiliki laporan keuangan lengkap minimal 2 tahun sebelum IPO dan tetap terdaftar minimal 1 tahun setelah IPO berturut-turut

selama periode 2005 sampai dengan 2009 untuk

membandingkan adanya manajemen laba 1 tahun sebelum IPO dan 1 tahun setelah IPO. Dalam hal ini dibutuhkan data perusahaan dari tahun 2003 sampai 2010 untuk menghitung

discretionary accruals.

b. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah komponen-komponen dalam laporan keuangan, seperti laba bersih, penjualan, arus kas, total aset, ROA, ROE, GPM, OPM, dan NPM.


(52)

commit to user

37 c. Data rasio keuangan didapatkan dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan dari ringkasan kinerja, yang terdapat pada website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1 Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari annual report ataupun laporan keuangan auditan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2010 yang telah dipublikasikan dan tersedia di database IDX Statistics 2005-2010 serta Indonesian Capital Market Directory

(ICMD) tahun 2006-2010. Data dalam penelitian ini juga diperoleh dari homepage BEI yaitu www.idx.co.id.

2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode Content analysis, yaitu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen (antara lain : iklan, kontrak kerja, laporan, notulen, rapat, surat, jurnal, majalah, surat kabar dll).

Content analysis dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atas laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Observasi dilakukan dengan objek penelitian laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen tahun 2005-2010.


(53)

commit to user

38

Dengan metode Content analysis, laporan keuangan yang telah

diidentifikasi sesuai dengan kriteria yang dijadikan data dalam penelitian ini kemudian dianalisis guna mendapatkan data mengenai

discretionary accruals dan total accruals yang merupakan data untuk mengetahui ada tidaknya earning management perusahaan di sekitar IPO.

Selain menggunakan metode Content analysis, dalam

pengumpulan data juga digunakan metode dokumentasi. Dengan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi ini data dalam neraca dan laporan laba/rugi dikumpulkan guna menghitung nilai rasio kondisi keuangan perusahaan, discretionary accruals dan

total accruals.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel adalah suatu konsep yang beragam atau bervariasi (Priyatno, 2010 : 8). Menurut pengertian lain, variabel dapat juga diartikan sebagai obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002 : 96).

a. Manajemen Laba

Dalam penelitian ini untuk mengukur ada tidaknya manajemen laba digunakan pendekatan total accruals untuk mencari


(54)

commit to user

39 model Jones, Healy dan Angelo (dalam Hastoro dan Yuliana, 2010), yang berpendapat bahwa total accrual terjadi dari discretionary accruals dan non discretionary accrual, dimana total accruals di dalam discretionary accruals tidak mudah terobsesi sedangkan non discretionary accruals cenderung stabil. Sehingga pengujian ada

tidaknya earning management ditekankan pada discretionary

accruals.

1. Menghitung Total accruals (TAC):

TACit = (NIit - CFOit) / Ait-1

Keterangan:

TACit = Total accruals perusahaan i pada periode t

NIit = Laba bersih/ net income perusahaan i periode t

CFOit = Cashflow operasi perusahaan i tahun t

Ait-1 = Total aset perusahaan i tahun t - 1

2. Menghitung Non discretionary accruals (NDA):

NDAt = α1(1/Ait-1) + α2(REVit /Ait-1) + α3(ATit /Ait-1) + eit...

Keterangan:

NDAt = Non discretionary accruals perusahaan i periode t

REVit =.Pendapatan perusahaan i periode t dikurangi

...pendapatan tahun t - 1

ATit = Aset tetap perusahaan i tahun t


(55)

commit to user

40 α1,2,3 = Parameter spesifik perusahaan

eit = Sampel eror

Estimasi parameter spesifik perusahaan (α1 α2 α3) diperoleh dari model analisis regresi Ordinary Least Square (OLS) seperti tertulis dalam penelitian Hastoro dan Yuliana, (2010):

TACit / Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2(REVit /Ait-1) + α3(PPEit /Ait-1) + eit...

Keterangan:

PPEit = Aset tetapperusahaan i periode t

3. Menghitung Discretionary accruals (DAC):

DACit = TACit - NDAit

Keterangan:

DACit = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t

TACit = Total accruals perusahaan i pada periode t

NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i periode t

4. Dari persamaan-persamaan diatas, maka dapat disimpulkan suatu persamaan untuk menghitung nilai proksi discretionary accruals sebagai berikut:

DAit=TACit / Ait-1 – [ α1(1/Ait-1) + α2(“REVit /Ait-1) + α3(PPEit /Ait-1) ]


(56)

commit to user

41

b. Kinerja Keuangan Perusahaan

Profitabilitas suatu perusahaan berbanding lurus dengan ROA (Return On Asset) dari perusahaan tersebut pula, yaitu jika ROA meningkat maka profitabilitas pun meningkat. Begitu juga dengan ROE (Return on Equity), GPM (Gross Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin), dan NPM (Net Profit Margin), semuanya adalah bagian dari rasio profitabilitas, yang berbanding lurus dengan laba atau profitabilitas perusahaan. Berangkat dari konsep tersebut, maka penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu, ROA, ROE, GPM, OPM, dan NPM untuk mengetahui profitabilitas perusahaan sebelum IPO maupun setelah IPO untuk diperbandingkan kinerjanya.

1. Untuk menguji ROA digunakan persamaan:

ROAit = NIit / TAit

Keterangan:

TAit = Total asetperusahaan i pada periode t

NIit = Laba bersih/ net income perusahaan i periode t

ROAit = Return on Asset perusahaan i periode t

2. Untuk menguji ROE digunakan persamaan:

ROEit = NIit / Eit

Keterangan:


(57)

commit to user

42 NIit = Laba bersih/ net income perusahaan i periode t

ROEit = Return on Equity perusahaan i periode t

3. Untuk menguji GPM digunakan persamaan:

GPMit = (Salit - HPPit)/ Salit

Keterangan:

Salit = Penjualanperusahaan i pada periode t

HPPit = Harga pokok penjualan perusahaan i periode t

GPMit = Margin laba kotor perusahaan i periode t

4. Untuk menguji OPM digunakan persamaan:

OPMit = OPit / Salit

Keterangan:

Salit = Penjualanperusahaan i pada periode t

OPit = Laba operasi perusahaan i periode t

OPMit = Margin laba operasi perusahaan i periode t

5. Untuk menguji NPM digunakan persamaan:

NPMit = NIit / Salit

Keterangan:

Salit = Penjualanperusahaan i pada periode t

NIit = Laba bersih perusahaan i periode t


(58)

commit to user

43 Setelah kelima rasio diuji secara serentak perbedaannya, kemudian dilakukan pengujian secara parsial untuk kelima rasio tersebut, untuk melihat apakah memang terdapat perbedaan kinerja antara periode sebelum dan setelah IPO, ketika diuji secara parsial maupun bersama-sama.

E. Teknik dan Analisis Data

Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari statistik deskriptif dan uji statistik inferensial untuk pengujian hipotesis.

1 Analisis Statistik Deskriptif

Pengujian statistik desktiptif digunakan untuk memberi gambaran profil data sampel juga untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu akan memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian.

Peneliti menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari mean, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Variabel yang digunakan adalah discretionary accruals dengan total aset, penjualan, dan laba bersih sebagai variabel untuk mendukung terjadinya gejala manajemen laba.


(59)

commit to user

44 2 Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan discretionary accruals sesuai model Jones, Healy, dan Angelo yang diadopsi dari penelitian Hastoro dan Yuliana (2010), uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Signed Ranks Test) dan Uji Manova.

Penggunaan alat uji ini didasarkan atas pernyataan Hildebrand (1991) dalam Payamta (1998), bahwa alat uji statistik non parametrik ini akan memberikan hasil lebih tepat untuk dua populasi yang berdistribusi berkelanjutan, tidak memerlukan uji normalitas, dan lebih konservatif untuk dua populasi yang berdistribusi diskrit. Meskipun uji Manova menghendaki adanya normalitas distribusi data, akan tetapi jika asumsi ini dilanggar akan diambil jalan tengah dengan menyesuaikan (mereduksi)

degree of freedom (df) pada numerator dan denominator F test dengan mengalikannya dengan faktor epsilon (e) Hair dkk (1995) dalam Payamta (1998).

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan perhitungan

discretionary accruals setiap perusahaan pada periode sebelum IPO dan setelah IPO dan menentukan hipotesis yang diambil. Untuk pengujian hipotesis kedua, sebelum melakukan pengujian hipotesis kedua, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian hipotesis ketiga sampai ketujuh. Awalnya setiap rasio akan diuji bedanya antara periode sebelum dan


(60)

commit to user

45 setelah IPO dengan menggunakan Uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Signed Ranks Test), untuk melihat ada tidaknya perbedaan kinerja antara sebelum dan setelah IPO. Setelah itu akan dilakukan pengujian hipotesis kedua, yaitu semua rasio tersebut akan diuji secara serentak dengan menggunakan Uji Manova, agar dapat dibandingkan kinerja sebelum dan setelah IPO secara keseluruhan.

Uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Signed Ranks Test) adalah uji statistik yang digunakan untuk mengevaluasi perlakuan tertentu pada dua pengamatan yaitu sebelum dan sesudah perlakuan tertentu. Jain dan Kini (1994, 1996) dalam Payamta (1998) menggunakan uji ini untuk membuktikan perbedaan sebelum dan sesudah IPO. Payamta (1998) menyatakan langkah-langkah melakukan pengujian dengan alat ini :

1. Mencari beda (D) antara variabel Xi dan Yi. Di=Xi-Yi

2. Memberi jenjang (rank) setiap delta (D) dalam bentuk harga mutlaknya. Jika ada dua atau lebih beda yang sama, beri jenjang rata-ratanya.

3. Bubuhkan tanda positif atau negatif secara terpisah untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan.

4. Jumlahkan nilai jenjang baik positif maupun negatif. Jumlah jenjang terkecil merupakan nilai T.


(61)

commit to user

46 5. Menghitung jumlah N yaitu jumlah kasus yang nilai D nya tidak

nihil (bukan nol)

6. Hitung nilai Z dengan rumus :

7. Bandingkan nilai T yang diperoleh dari uji jenjang bertanda dengan nilai Tα yang dihitung dengan nilai Z, dan membuat kesimpulan dengan kriteria:

· Ho diterima jika T ≥ Tα, artinya masing-masing accrual

berbeda secara signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO.

· Ho ditolak jika T < Tα, artinya masing-masing accrual

tidak berbeda secara signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO.

Alat uji yang kedua adalah Uji Manova, yaitu alat analisis yang digunakan untuk menguji keseluruhan accrual pada hipotesis kedua secara serentak, yaitu menguji perbedaan kinerja sebelum dan setelah IPO dengan menggunakan variabel ROA, ROE, GPM, OPM, dan NPM.

Variabel-variabel diatas akan diolah dengan bantuan program SPSS. Pengujian statistik menggunakan uji peringkat tanda Wilcoxon akan memberikan dasar untuk membedakan masing-masing variabel kinerja antar waktu, sedangkan pengujian menggunakan Manova akan


(62)

commit to user

47 menunjukkan perbedaan antar waktu untuk keseluruhan variabel secara simultan.


(63)

commit to user

48

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2005-2009, untuk periode satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO. Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling, dengan metode ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian.

Tabel IV.1

Prosedur Pengambilan Sampel

NO Kriteria Pelanggaran

Kriteria

Akumulasi

1 Perusahaan yang melakukan IPO tahun:

2005 2006 2007 2008 2009

8 12 22 19 13

2 Total Perusahaan yang melakukan IPO 74

3 Laporan keuangan dan rasio hitung tidak

disajikan lengkap selama periode penelitian, dan data sebelum IPO tidak dapat ditemukan. Masuk dalam kategori outliers data

(37) 37

Jumlah sampel total selama periode penelitian 74


(64)

commit to user

49 Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan pada bab III, diperoleh sebanyak 74 sampel (berdasarkan akumulasi 2 kali 5 tahun penelitian, masing-masing 37 perusahaan untuk periode sebelum dan setelah IPO).

B. Statistik Deskriptif

Variabel-variabel penelitian ini terdiri atas discretionary accrual

sebagai proksi manajemen laba, dan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) sebagai proksi kinerja perusahaan. Hasil analisa data melalui pengolahan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian tersebut disajikan pada tabel IV.2 sampai tabel IV.4.

Dalam penelitian ini, digunakan discretionary accruals sebagai ukuran atau proksi dari variabel manajemen laba. Discretionary accruals terdiri atas

total accruals (TAC), total asset (A), aset tetap (TA), dan pendapatan (REV).

Tabel IV.2

Statistik Deskriptif Total Accrual

Sebelum IPO Setelah IPO

No Total Accrual

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

1 2 3 Net Income Cashflow operating Total Asset 90.380 189.760 1.458.000 111.051 515.617 2.283.620 344.750 328.500 3.090.800 803.046 1.257.430 5.650.950


(1)

commit to user

_________. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. 2007.

Jones, C. P. 2010. Investments Principles and Concepts, 11th edition. John Wiley

& Sons, Inc.

Joni dan Jogiyanto, H. M. 2009. “Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO dan Return Saham dengan Kecerdasan Investor Sebagai Variabel Pemoderasi.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 12, No. 1, Januari 2009.

Krishnan, G.V. 2003. “Audit Quality and The Pricing of Discretionary Accruals,” Auditing: A Journal of Practice and Theory.” Vol. 22, No. 1:109.

Payamta. 1998. Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah

Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Yogyakarta: Tesis Universitas Gadjah Mada.

Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Mediakom.

Riyanto, B. 1994. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan

Badan Penerbit Gadjah Mada.

Rizqiani, D.R. 1999. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Perilaku Miopik

Manajemen.” www.google.com.Diakses 30 April 2011, 21:30 WIB.

Saiful. 2004. “Hubungan Manajemen Laba (Earnings Management) dengan

Kinerja Operasi dan Return Saham di Sekitar IPO.” Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia, Vol 7 No. 3 September 2004.

Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

_________. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Sari, R. C., dan Zuhrotun. 2006. “Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi dan

Saham: Uji Liquidation option Hypothesis.” Padang: Simposium Nasional

Akuntansi IX.

Scott, W. R. 2006. Financial Accounting Theory, 4th edition. Canada: Pearson

Prentice Hill.


(2)

commit to user

Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sulistyo, J. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala.

Suprianto, D. 2008. Analisis Pengaruh Manajemen Laba dengan Kinerja Operasi

dan Return Saham di Sekitar IPO. Jakarta: Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah.

http://generasiinfo.files.wordpress.com/2010/03/resume- skripsi-analisis-pengaruh-manajemen-laba-dengan-kinerja-operasi-dan-return-saham-di-sekitar-ipo.pdf. Diakses 18 Juni 2011. 18:00 WIB.

Teoh, S. H., Welch, I., dan Wong, T. J. 1998. “Earnings Management and the

Long-Run Market Performance of Initial Public Offerings.” The Journal of

Finance Vol.53, No. 6.

Ujiyantho, M. A., dan Pramuka, B. A. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan.” Makassar: Simposium Nasional

Akuntansi X. http://repository.binus.ac.id/content/F0812/F081266166.pdf. Diakses 17 Juni 2011. 16:27 WIB.

Wahyuningsih, D. R. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba dengan Reaksi

Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Jakarta. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro.

http://eprints.undip.ac.id/15491/1/Dwi_Retno_Wahyuningsih.pdf. Diakses 18 Juni 2011. 20:34 WIB.

Wild, J.J., Subramanyam, K.R., dan R.F. Halsey. 2005. Financial Information

Analysis. Jakarta: Salemba Empat.


(3)

commit to user


(4)

commit to user

NO TAHUN KODE NAMA PERUSAHAAN

1 2005 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk

2 2005 MICE Multi Indocitra Tbk

3 2006 MAIN Malindo Feedmill Tbk

4 2006 TOTL Total Bangun Persada Tbk

5 2006 CPRO Central Proteinaprima Tbk

6 2007 SGRO Sampoerna Agro Tbk

7 2007 MNCN Media Nusantara Citra Tbk

8 2007 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk

9 2007 DEWA Darma Henwa Tbk

10 2007 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk

11 2007 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk

12 2007 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk

13 2007 CTRP Ciputra Property Tbk

14 2007 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk

15 2007 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk

16 2008 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk

17 2008 TRIL Triwira Insanlestari Tbk

18 2008 ELSA Elnusa Tbk

19 2008 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk

20 2008 GZCO Gozco Plantations Tbk


(5)

commit to user

22 2008 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk

23 2008 INDY Indika Energy Tbk

24 2008 KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk

25 2008 ADRO Adaro Energy Tbk

26 2008 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk

27 2008 BYAN Bayan Resources Tbk

28 2008 TRAM Trada Maritime Tbk

29 2008 SIAP Sekawan Intipratama Tbk

30 2009 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk

31 2009 TRIO Trikomsel Oke Tbk

32 2009 INVS Inovisi Infracom Tbk

33 2009 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk

34 2009 BWPT BW Plantation Tbk

35 2009 BCIP Bumi Citra Permai Tbk

36 2009 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk

37 2009 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk


(6)

commit to user

jutaan Rupiah)

NO KODE NAMA PERUSAHAAN NET INCOME

SEBELUM

CFO

SEBELUM

1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 77.220 194.536

2 MICE Multi Indocitra Tbk 17.506 18.296

3 MAIN Malindo Feedmill Tbk 47.058 46.498

4 TOTL Total Bangun Persada Tbk 62.120 45.585

5 CPRO Central Proteinaprima Tbk 232.943 234.521

6 SGRO Sampoerna Agro Tbk 112.671 258.014

7 MNCN Media Nusantara Citra Tbk 289.590 160.000

8 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 619 -5.016

9 DEWA Darma Henwa Tbk 25.870 343,484

10 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk 10.000 -132.157

11 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk 93.897 -102.819

12 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 27.011 -16.447

13 CTRP Ciputra Property Tbk -27 77.723

14 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama

Tbk

19.958 40.155

15 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 209.750 720.446

16 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 916 -6.369

17 TRIL Triwira Insanlestari Tbk 18.678 -10.709

18 ELSA Elnusa Tbk 102.790 -142.145