93
PT Tifa Finance Tbk
Para Pemegang Saham Perseroan yang merupakan hasil dari pelaksanaan Penawaran Umum Saham Perdana mempunyai hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan pemegang saham lama sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar Perseroan termasuk hak atas Dividen.
Pada saat ini Perseroan merencanakan untuk membagikan dividen minimal 20 dua puluh persen dari laba bersih konsolidasi Perseroan mulai tahun buku 2011 dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Hasil operasi, arus kas, kecukupan modal dan kondisi keuangan Perseroan dalam rangka mencapai
1
tingkat pertumbuhan yang optimal di masa yang akan datang; Kewajiban pemenuhan pembentukan dana cadangan;
2
Kewajiban-kewajiban Perseroan berdasarkan perjanjian-perjanjian dengan pihak ketiga;
3
Kepatuhan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persetujuan dari Rapat Umum
4
Pemegang Saham Tahunan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan. Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan Anggaran Dasar Perseroan, pembagian
dividen diputuskan oleh para pemegang saham Perseroan dalam RUPS Tahunan atau RUPS Luar Biasa atas rekomendasi dari Direksi Perseroan.
Perseroan telah melakukan tindakan-tindakan baik berupa pemberitahuan dan atau permohonan kepada krediturnya dan atau pihak yang melakukan kerja sama dengan Perseroan untuk mencabut pembatasan-
pembatasan negative covenant yang termuat dalam perjanjian kredit dan perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh Perseroan dengan pihak kreditur dan pihak yang melakukan kerja sama dengan
Perseroan. Hingga saat ini, tidak terdapat lagi pembatasan-pembatasan negative covenants yang termuat dalam perjanjian kredit yang telah ditandatangani oleh Perseroan dengan para krediturnya. Perseroan tidak
akan membuat perjanjian-perjanjian danatau kerjasama-kerjasama dengan pihak-pihak lain yang memuat ketentuan-ketentuan yang sekiranya dapat membatasi dan merugikan kepentingan serta hak dari para
pemegang saham Perseroan.
XI. KEBIJAKAN DIVIDEN
94
PT Tifa Finance Tbk
Pajak Penghasilan atas dividen dikenakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008 yang merupakan perubahan
terakhir atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, penerima dividen atau pembagian keuntungan yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam
negeri, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis atau Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia juga tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan sepanjang seluruh syarat-syarat dibawah ini terpenuhi :
Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 1.
Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang 2.
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan
saham tersebut.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 651KMK.041994 tanggal 29 Desember 1994 tentang Bidang-bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan
Penghasilan Kepada Dana Pensiun Yang Tidak Termasuk Sebagai Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia antara lain berupa dividen dari saham pada Perseroan Terbatas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek, ditetapkan sebagai berikut:
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak 1.
Badan dari transaksi penjualan saham di Bursa Efek dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 0,1 satu per seribu dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan dan bersifat inal. Penyetoran Pajak
Penghasilan yang terhutang dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggara Bursa Efek melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham;
Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat inal sebesar 2.
0,5 lima per seribu dari nilai seluruh saham pendiri yang dimilikinya pada saat Penawaran Umum.
Penyetoran tambahan Pajak Penghasilan yang terhutang dapat dilakukan oleh Perseroan atas 3.
nama masing-masing pemilik saham pendiri dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 satu bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di Bursa Efek. Namun apabila pemilik saham
pendiri tidak memilih metode pembayaran berdasarkan 0,5 Pajak Penghasilan yang bersifat inal, maka penghitungan Pajak Penghasilannya dilakukan berdasarkan tarif Pajak Penghasilan
yang berlaku umum sesuai Undang-Undang No. 36 tahun 2008.
Peraturan pemerintah atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di Bursa Efek di atas juga berlaku untuk Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan Republik
Indonesia.
Dividen yang diterima atau diperoleh pemegang saham Wajib Pajak Dalam Negeri selain dari pihak-pihak yang memenuhi syarat di atas dan bentuk usaha tetap dari Wajib Pajak Luar Negeri
dikenakan Pajak Penghasilan sesuai pasal 23 Undang-Undang No. 36 tahun 2008. Perusahaan yang membayar dividen harus memotong pajak penghasilan pasal 23 sebesar 15 lima belas
persen dari jumlah bruto sesuai dengan pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pemotongan pajak penghasilan pasal 23 ini merupakan kredit pajak untuk pajak penghasilan tahunan yang
terhutang oleh pemegang saham Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap.
XII. PERPAJAKAN