Kristal BI-1 yang diperoleh berupa padatan putih, mempunyai titik leleh 77- 80
C. Selanjutnya Senyawa BI-1 dikarakterisasi menggunakan instrument: IR, UV,
1
H-NMR,
13
C-NMR, DEPT, HMBC, HSQC, COSY, untuk mengetahui struktur senyawa tersebut.
3.4.4 Pembuatan Ekstrak dan Sediaan Uji Penyiapan Sediaan Uji
Sediaan uji ekstrak dan kristal murni daun A.camansi yang telah diperoleh dibuat dengan mensuspensikan ekstrak tersebut di dalam larutan CMC-Na sebanyak
0,5 dalam aquadest yang akan diberikan dengan volume 0,5 ml20 g bb mencit.
Pembuatan Sediaan Pembanding
Sediaan pembanding glibenklamid diberikan dengan dosis 0,45 mgkg bb., dan volume pemberian adalah 0,5 ml20 g bb mencit.
3.4.5 Induksi dan Perlakuan Terhadap Hewan Uji Uji Toleransi Glukosa
Sebelum digunakan, mencit diaklimatisasi selama 7 hari dengan kondisi laboratorium serta mendapatkan makanan dan minuman yang cukup. Setelah 7 hari,
dipilih mencit yang sehat, ditandai dengan berat badan yang stabil atau meningkat dan tidak menunjukkan adanya prilaku yang tidak normal. Mencit dibagi menjadi 3
kelompok, masing-masing kelompok tiga ekor mencit, yaitu kelompok kontrol diberikan CMC-Na 0,5, kelompok pembanding diberikan glibenklamid 0,45
mgkg bb, serta kelompok uji diberikan ekstrak daun A.camansi dosis 50 mgkg bb. Setelah dipuasakan selama 20-24 jam, berat badan mencit ditimbang, diukur
kadar glukosa darah puasa serta diberikan perlakuan. Setelah 30 menit kemudian, seluruh kelompok diberikan glukosa dosis 3 gkg bb secara oral. Selanjutnya kadar
glukosa darah puasa diukur pada menit ke 30, 60, 90, dan 120 setelah loading glukosa.
Pengambilan Cuplikan Sampel Darah
Mencit dimasukkan ke dalam kotak modifikasi restrainer, ekornya dibersihkan dengan kapas basah agar kotoran yang melekat hilang, kemudian diolesi
dengan alkohol 70 vv. Darah diambil melalui vena lateralis ekor, yang dipotong secara aseptik kira-kira 1-2 mm dari ujung ekor tanpa memberikan anestesi, tetesan
darah pertama dibuang, kemudian tetesan darah berikutnya diteteskan pada strip One Touch Horizon.
Bagan alir uji fitokimia, serta uji aktivitas terdapat pada Lampiran 1, 2 dan 3.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis Metabolit Sekunder Pada Daun Artocarpus camansi
Hasil uji fitokimia daun tumbuhan A. camansi, mengandung metabolit sekunder terpenoid, dan steroid. Keberadaan flavonoid di dalam daun kemungkinan
tidak ada atau tidak terdeteksi, demikian juga metabolit sekunder lainnya, seperti alkaloid. Kandungan metabolit sekunder pada daun A. camansi terdapat pada Tabel
4.1 berikut.
Tabel 4.1. Kandungan metabolit sekunder pada daun tumbuhan Artocarpus camansi
No. Jenis Metabolit
Keberadaan 1.
Terpenoid +
2. Steroid
++ 3.
Flavonoid -
4. Alkaloid
-
Keberadaan terpenoid bersama-sama dengan steroid sangat umum di dalam tumbuhan, karena secara biosintesis steroid berasal dari terpenoid Manitto 1992.
Betasitosterol yang merupakan salah satu steroid tumbuhan fitosteroid, di dalam tubuh dapat membantu metabolisme lemak dan kolesterol, dapat pula mencegah
penyerapan kolesterol yang ada di usus untuk masuk ke aliran darah. Selain itu β-
sitosterol dapat menghancurkan lemak 30 kali lebih besar dari cholin Awad, 2000. Sumber
β-sitosterol umumnya dari tumbuhan palawija berumur pendek, antara lain : jagung, bunga matahari, biji mustard, gandum, sayur-sayuran Awad,
2000. Sumber β-sitosterol dari tumbuhan kayu masih jarang digunakan, dari literatur
diketahui bahwa banyak tumbuhan genus Artocarpus yang mengandung β-sitosterol,
diantaranya: tumbuhan A. nitidus, A. communis, A. chaplasha, dan lain-lain. Aminah 1997, menemukan juga senyawa
β-sitosterol ini dari tumbuhan Artocarpus sp. Keberadaan senyawa flavonoid tidak terdeteksi di dalam daun tumbuhan
A.camansi ini, sedangkan pada daun A. communis diperoleh 5 senyawa dihidrocalkon Wang et al., 2007, demikian juga oleh Fang et al., 2008,
memperoleh senyawa turunan calkon yaitu 5’-geranil-2’,4’4-trihidroksicalkon, dan
3,4,2’,4’-tetrahidoksi-3’-geranil dihidro calkon. Hasil penelitian terhadap daun
Artocarpus insicus dinyatakan juga sebagai A. communis, menghasilkan senyawa calkon tergranilasi Shimizu et al., 2000. Senyawa-senyawa calkon merupakan
prekursor atau senyawa antara dalam pembentukan senyawa flavonoid. Ada beberapa hal yang dapat dinyatakan oleh hasil penelitian ini, yang pertama kemungkinan
senyawa flavonoid yang ada di dalam daun A. camansi sangat kecil konsentrasinya, karena tidak terdeteksi secara reaksi fitokimia maupun dengan GC-MS, ataupun
memang senyawa flavonoid atau prekursornya tidak ada, yang menandakan perbedaan antara A. communis dan A. camansi, namun diperlukan penelitian lebih
lanjut pada bagian lain dari tanaman A. camansi untuk melihat keberadaan senyawa flavonoid, sehingga ada keterkaitan tumbuhan ini dengan tumbuhan lain dalam satu
family Moraceae
4.2 Analisis Ekstrak Daun Artocarpus camansi dengan Gas
Chromatography-Mass spectroscopy GC-MS A. Ekstrak heksana
Kromatogram dari Gas Chromatography GC ekstrak heksana mengandung 15 senyawa kimia, berdasarkan data library yang ada pada GC-MS, dan dengan
kemiripan pada struktur senyawa kimia di dalam library tersebut, maka senyawa yang terdeteksi pada sampel ekstrak heksana adalah senyawa yang mirip dengan
senyawa berikut: 2,2-dimetil butana, 2-metil tetra hidro furan, siklo heksana, neofitadiena, ester metil asam heksadekanoat, ester etil asam heksadekanoat, etil
linoleat, etillinoleolat, ester etil asam oktadekanoat, oleat stigmast-5-ena-3-ol,
heksatriakontane, 2,6,10,14,18,22-tetrakosaheksena,2; beta-tokoferol. Dari 15 senyawa ini yang merupakan metabolit sekunder yang termasuk ke dalam kelompok
terpenoid adalah: β-tokoferol kemiripan 91, dan senyawa yang termasuk ke dalam
metabolit sekunder steroid adalah β-sitosterol asetat dengan kemiripan 81,. Struktur
β-tocoferol, 46 dan β-sitosterol asetat 47, adalah sebagai berikut, sedangkan
kromatogram GC dari ekstrak heksana terdapat pada Gambar 4.1 berikut
46 47
Gambar 4.1. Kromatogram ekstrak heksana dengan kromatografi-gas
B. Ekstrak Etil asetat
Kromatogram GC dari ekstrak etil asetat mengandung 15 senyawa kimia, berdasarkan data library yang ada pada MS, dan dengan kemiripan pada struktur
senyawa kimia di dalam library tersebut, maka senyawa yang terdeteksi pada sampel ekstrak etilasetat adalah: etanol, propanon, ester metil asam asetat, 2 metilpentana, 3-
metilpentana, heksana, etil ester asam asetat, siklo heksana, 1,2,3-propanatriol, neofitadiena, metil ester asam heksadekanoat, asam heksadekanoat, heksatriakontan,
A-neooleana-35,12-diena. Dari 15 senyawa ini yang merupakan metabolit sekunder yang termasuk ke dalam kelompok terpenoid adalah: A-neooleana-35,12-diena
kemiripan 70. Struktur Aneooleana-35,12-diena 48 adalah sebagai berikut,
sedangkan kromatogram dari ekstrak etilasetat pada Gambar 4.2 berikut.
48
Gambar 4.2. Kromatogram pemisahan ekstrak etilasetat dengan GC
C. Ekstrak Metanol
Kromatogram GC dari ekstrak metanol mengandung 5 senyawa kimia, berdasarkan data library yang ada pada GC-MS, dan dengan kemiripan pada struktur
senyawa kimia di dalam library tersebut, maka senyawa yang terdeteksi pada sampel ekstrak metanol adalah: ester metil asam asetat, etil ester asam asetat, 1-
α-18-O-1,25- dihydroxychol. dan 1,2-dimetil benzena. Dari 5 senyawa ini yang merupakan
metabolit sekunder yang termasuk ke dalam kelompok terpenoid adalah: 1- α-18-O-
1,25-dihydroxychol kemiripan 71. Struktur 1-
α-18-O-1,25-dihydroxychol 49 adalah
sebagai berikut, dan kromatogram ekstrak metanol dengan kromatografi gas terdapat pada Gambar 4.3 berikut.
49
Gambar 4.3. Kromatogram pemisahan ekstrak metanol dengan kromatografi-gas
Kromatogram
hasil kromatografi gas, senyawa-senyawa yang terdapat di dalam ekstrak heksana, ekstrak etilasetat, dan ekstrak metanol terdapat pada
Lampiran 4.
4.3 Aktivitas Antidiabetes
Ketiga buah ekstrak yaitu: ekstrak heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol, demikian juga terhadap kristal murni senyawa BI-1 diuji aktivitas
antidiabetesnya pada mencit Swiss Webster jantan yang telah diinduksi menderita penyakit diabetes dengan metoda toleransi glukosa. Hasil pengujian aktivitas
antidiabetes ekstrak heksana, ekstrak etilasetat, ekstrak metanol, dan kristal murni sebagai berikut.
A. Ekstrak Heksana
Hasil pengujian ekstrak heksana terhadap penyakit diabetes yang diinduksi pada mencit Swiss Webster jantan yang dilakukan menghasilkan data pada Tabel 4.2
berikut. Tabel 4.2. Kadar gula darah mencit pada uji antidiabetes ekstrak
heksana daun A.camansi Kelompok
Kadar Gula Darah Mencit mgdL Kontrol
30 menit 60 menit
90 menit 166
116 121
169 139
127 173
163 134
Rata-rata 169,33
139,33 127,33
SD 3,51
23,50 6,51
EHDK 30 menit
60 menit 90 menit
150 82
113 159
105 116
159 128
119 Rata-rata
156,00 105,00
116,00 SD
5,20 23,00
3,00 Glibenklamid
30 menit 60 menit
90 menit 134
61 46
164 60
43 167
51 35
Rata-rata 155.00
57.33 41.33
SD 18,25
5,51 5,69
Hasil pengujian ekstrak heksana pada mencit pada Tabel 4.2 di atas dapat digambarkan sebagai Gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4. Efek ekstrak heksana daun A.camansi pada penurunan kadar gula darah mencit terhadap control
Keterangan: Kontrol, mencit yang diberi CMC-Na EHDK: Mencit yang diberi ekstrak heksana daun A. camansi EHDK
Glibenklamid: mencit yang diberi senyawa kimia penurun kadar gula darah komersil.
Pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa, kadar glukosa darah mencit yang tidak diberi ekstrak kontrol lebih tinggi dari kadar gula darah mencit yang diberi
ekstrak heksana daun A.camansi EHDK, yaitu 169 mgdL kontrol dibandingkan 156 mgdL EHDK pada menit ke 30; 139 mgdL dibandingkan 105 mgdL pada
menit ke 60; dan 127,33 mgdL dibandingkan 116 mgdL pada menit ke 90. Demikian pula pada mencit yang diberi glibenklamid, kadar gula darahnya lebih
kecil dari kontrol dan EHDK . Hal ini menunjukkan bahwa EHDK dapat menurunkan kadar gula darah mencit, namun aktivitas menurunkan gula darahnya tidak sekuat
glibenklamid. Struktur glibenklamid, 50 sebagai berikut.
- 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00 140.00
160.00 180.00
30 60
90
K a
d a
r G
lu k
o sa
D a
ra h
m g
d L
W aktu Setelah Pemberian Glukosa menit
Kont rol CM C-Na EHDK
Glibenklam id 0,45 m g kg bb
B. Ekstrak Etil asetat
Hasil pengujian ekstrak etilasetat terhadap penyakit diabetes yang dibangkitkan diinduksi pada mencit Swiss Webster jantan menghasilkan data
seperti pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3. Kadar gula darah mencit pada uji antidiabetes ekstrak etilasetat daun A.camansi
Kelompok Kadar Gula Darah Mencit mgdL
Kontrol 30 menit
60 menit 90 menit
175 128
114 166
116 121
169 139
127 173
163 134
Rata-rata 170,75
136,50 124,00
SD 4,03
20,01 8,52
EEADK 30 menit
60 menit 90 menit
143 79
61 203
103 84
203 103
84 263
127 108
Rata-rata 183,00
95,00 76,33
SD 34,64
13,86 13,28
Glibenklamid 30 menit
60 menit 90 menit
184 49
44 134
61 46
164 60
43 167
51 35
Rata-rata 162,25
55,25 42
SD 20,79
6,13 4,83
50
Hasil pengujian ekstrak etil asetat pada mencit jantan pada Tabel 4.3 dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.5. Efek ekstrak etil asetat daun A. camansi EEADK pada penurunan kadar gula darah mencit terhadap kontrol
Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa, kadar glukosa darah mencit yang tidak diberi ekstrak kontrol lebih tinggi dari kadar gula darah mencit yang diberi
EEADK, yaitu 136,50 mgdL kontrol dibandingkan 95 mgdL EEADK pada menit ke 60, pada menit ke 90 adalah 124,3 mgdL dibandingkan 76 mgdL, namun pada
menit ke 30, kadar gula darah mencit pada kontrol lebih rendah dari mencit yang diberi EEADK. Mencit yang diberi glibenklamid dapat menurunkan kadar gula darah
mencit lebih besar dari kontrol dan EEADK, hal ini menunjukkan bahwa EEADK dapat menurunkan kadar gula darah mencit, namun aktivitas menurunkan gula
darahnya tidak sekuat glibenklamid.
- 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00 140.00
160.00 180.00
200.00
30 60
90
K a
d a
r G
lu k
o sa
D a
ra h
m g
d L
W aktu Setelah Pemberian Glukosa menit
Kont rol CM C-Na EEADK
Glibenklam id 0,45 m g kg bb
C. Ekstrak Metanol
Ekstrak metanol, merupakan ekstrak yang mengandung senyawa-senyawa polar yang ada di dalam daun A. camansi.
Hasil pengujian ekstrak metanol terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit Swiss Webster jantan menghasilkan data seperti pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Kadar gula darah mencit pada uji antidiabetes ekstrak metanol daun A.camansi
Kelompok Kadar Gula Darah Mencit mgdL
Kontrol 30 menit
60 menit 90 menit
213 165
158 232
166 162
251 166
166 Rata-rata
232,00 165,67
162,00 SD
19,00 0,58
4,00 EMDK
30 menit 60 menit
90 menit 182
181 220
198 185
222 213
189 225
Rata-rata 197,67
185,00 222,33
SD 15,50
4,00 2,52
Glibenklamid 30 menit
60 menit 90 menit
136 163
104 134
61 46
164 60
43 Rata-rata
144,67 94,67
64,33 SD
16,77 59,18
34,39 Hasil pengujian ekstrak metanol pada mencit pada Tabel 4.4 dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 4.6. Efek ekstrak metanol daun A. camansi terhadap penurunan kadar gula darah mencit terhadap kontrol
Pada Gambar 4.6, menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah mencit yang diberi ekstrak metanol pada menit ke-60 dan menit 90 dibandingkan kadar glukosa
darah mencit yang tidak diberi ekstrak metanol kontrol, yaitu 165,67 mgdL kontrol dibandingkan dengan 185,00 mgdL EMDK pada menit ke 60; pada menit
ke 90 adalah 162 mgdL dibandingkan 222 mgdL, namun pada menit ke 30 kadar gula darah mencit kontrol lebih tinggi dibandingkan ekstrak EMDK, yaitu 232,00
mgdL kontrol dibandingkan dengan 197,67 mgdL EMDK. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas menurunkan gula darah mencit ekstrak metanol relatif kecil
dibanding ekstrak heksana dan ekstrak etil asetat. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap efek penurunan kadar gula darah
kristal murni senyawa BI-1, hasil fraksinasi ekstrak heksana. Hasil uji penurunan kadar gula darah mencit dengan senyawa murni BI-1, terdapat pada Tabel 4.5 berikut.
- 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
30 60
90
K a
d a
r G
lu k
o sa
D a
ra h
m g
d L
W aktu Setelah Pemberian Glukosa menit
Kont rol CM C-Na EM DK
Glibenklam id 0,45 m g kg bb
Tabel 4.5. Kadar gula darah mencit pada uji antidiabetes kristal murni senyawa BI-1 daun A.camansi
Kelompok Kadar Gula Darah Mencit mgdL
Kontrol 30 menit
60 menit 90 menit
120 menit 256
190 128
161 259
231 150
228 261
271 172
195 Rata-rata
258,67 230,67
150 194,67
SD 2,52
40,50 22,00
33,50 KMDK
30 menit 60 menit
90 menit 120 menit
144 124
111 125
181 141
131 90
188 160
142 98
Rata-rata 171
141, 67 128
104,33 SD
23,64 18,01
15,72 18,34
Glibenklamid 30 menit
60 menit 90 menit
120 menit 136
49 44
28 51
35 31
164 60
43 134
- -
29 Rata-rata
144,67 53,33
40.67 29,33
SD 16,77
5,86 4,93
1,53 Hasil pengujian kristal murni pada mencit pada Tabel 4.5 dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 4.7. Efek Kristal murni daun A. camansi KMDK terhadap kadar gula darah mencit terhadap kontrol
Keterangan:
KMDK : Kristal murni daun A. camansi Glibenklamid : Senyawa standar
CMC-Na : Kontrol
Pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa, kadar glukosa darah mencit yang tidak diberi ekstrak kontrol lebih tinggi dari kadar gula di dalam darah mencit yang
diberi kristal murni daun A. camansi KMDK, dan mencit yang diberi glibenklamid. Pada menit ke 30, kadar gula darah mencit yang diberi kristal murni adalah 171
mgdL dibandingkan kontrol yaitu 258,67 mgdL, pada menit ke 60 adalah 141, 67 mgdL dibandingkan 230,67 mgdL, pada menit ke 90 adalah 128 mgdL
dibandingkan 150 mgdL, dan pada menit ke 120 adalah 104,33 mgdL dibandingkan 194,67 mgdL. Hal ini menunjukkan bahwa KMDK dapat menurunkan kadar gula
darah mencit, namun aktivitas menurunkan gula darahnya tidak sekuat glibenklamid.
Selanjutnya keempat jenis senyawa di atas dibandingkan berdasarkan delta hasil pengurangan aktivitas menurunkan gula darah pada kontrol dengan aktivitas
menurunkan gula darah masing-masing senyawa tersebut untuk melihat perbedaan
diantara keempatnya. Hasil pengurangan kadar glukosa darah mencit kontrol dengan
kadar glukosa darah mencit yang diberi ekstrak dan kristal murni terdapat pada Tabel 4.6.
- 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
300.00
30 60
90 120
K a
d a
r G
lu k
o sa
D a
ra h
m g
d L
W aktu Setelah Pemberian Glukosa menit
Kont rol CM C-Na KM DK
Glibenklam id 0,45 m g kg bb
Tabel 4.6. Selisih delta penurunan gula darah mencit kontrol dengan gula darah mencit yang diberi ekstrak heksana, etilasetat,
metanol dan kristal murni Delta N Heksan
Kelompok Kadar gula darah mencit mgdL
30 menit 60 menit
90 menit 16
34 8
10 34
11 14
35 15
Rata-rata 13,33
34,33 11,33
SD 3,06
0,58 3,51
Delta etilasetat 32
13 37
37 36
43 34
36 26
Rata-rata 34,3
28.33 35.33
SD 39.00
13.28 8.62
Delta metanol 31
-16 -62
34 -19
-60 38
-23 -59
Rata-rata 34.33
19.33 60.33
SD 3.51
3.51 1.53
Delta Kristal murni
112 66
17 78
90 19
73 111
30 Rata-rata
87.67 89.00
22.00
SD 21.22
22.52 7.00
Hasil pengurangan antara aktivitas menurunkan gula darah pada kontrol dengan aktivitas menurunkan gula darah masing-masing senyawa tersebut di atas
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.8. Efek ekstrak dan kristal murni isolat daun A.camansi terhadap penurunan kadar gula darah mencit
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat, berdasarkan perbedaan delta antara masing- masing kontrol dengan ekstrak dan kristal murni isolat menunjukkan penurunan
glukosa darah mencit bervariasi. Kristal murni pada 30 menit setelah loading dapat menurunkan glukosa darah mencit sebanyak 87,67 mgdL, setelah 60 menit akan
menurunkan gula darah sebanyak 89 mgdL, pada menit ke 90, menurunkan gula darah hanya 22 mgdL, penurunan ini karena gula yang diinduksi sudah masuk ke sel
dalam hal ini mencit tidak berpenyakit diabetes, demikian pula pada EHDK, pada 30 menit dapat menurunkan kadar gula darah sebanyak 13,33 mgdL, dan meningkat
80 60
40 20
- 20
40 60
80 100
30 60
90
P e
n u
ru n
a n
K a
d a
r G
lu k
o sa
D a
ra h
m g
d L
Setelah Loading Glukosa menit
Ekst rak n-Heksan Daun Kluw ih Ekst rak Et il Aset at Daun Kluw ih
Ekst rak M et anol Daun Kluw ih Krist al M urni Daun Kluw ih
pada menit ke 60 menjadi 34,33 mgdL, dan setelah 90 menit daya menurunkan kadar gula darah mencit menjadi 11,33 mgdL. Pada Ekstrak etilasetat, terjadi penurunan
kadar glukosa sebanyak 13 mgdL, menjadi 28, 33 mgdL, dan pada menit ke 90, ekstrak etil asetat ini mampu menurunkan kadar gula darah lebih besar dari ekstrak
heksana dan kristal murni. Pada ekstrak metanol pada menit ke 30 dapat menurunkan kadar gula darah sebanyak 34,33 mgdL, namun pada menit ke 60 dan 90, ekstrak ini
malahan terjadi peningkatan kadar gula darah mencit bekerja secara antagonis yaitu 19,33 mgdL dan 60,33 mgdL. Hal ini juga dapat dilihat dari artikel Review
yang dilakukan oleh Jagtab Bapat 2010, dimana ekstrak akar tumbuhan A.communis dapat meningkatkan kadar gula darah.
Untuk melihat perbedaan aktivitas penurunan gula darah pada mencit Webster jantan antara ekstrak dengan kristal murni isolat adalah dengan menggunakan
Program Statistical Product And Service Solution SPSS, yang analisisnya memakai ANOVA one way Post hoc analysis menggunakan Tukey, sehingga diperoleh Tabel
4.7 berikut. Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa, ekstrak heksana daun A.camansi berbeda
nyata dengan kristal murni pada taraf kepercayaan 95, p0,05, sedangkan untuk ekstrak metanol berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 90, p0,1.
Penurunan kadar gula darah pada 30 menit ekstrak heksana daun A.camansi dan ekstrak etil asetat berbeda nyata dengan kristal murni yaitu dari perbedaan
jumlah kadar gula yang dapat diturunkan, dimana jumlah rata-rata kadar gula yang dapat diturunkan adalah 13,33 mgdL untuk ekstrak heksan, dan 13 mgdL untuk
ekstrak etil asetat, dibandingkan dengan kadar gula yang dapat diturunkan oleh kristal murni yaitu 87,67 mgdL. Sedangkan untuk ekstrak metanol berbeda nyata namun
dalam taraf 90, karena penurunan kadar gula darah oleh ekstrak metanol rata-rata 34,33 mgdL yang lebih tinggi dari ekstrak heksana dan ekstrak etil asetat. Pada
menit ke 90 menit, ke-tiga ekstrak berbeda nyata dengan kristal murni, yaitu 34,33 mgdL untuk ekstrak heksana, 28,33 untuk ekstrak etil asetat, dan 3,51 untuk ekstrak
metanol dibandingkan dengan kristal murni dengan penurunan kadar gula darah sebanyak 89 mgdL.
Pada menit ke 90, untuk ekstrak heksana tidak ada perbedaan bermakna dengan kristal murni, sedangkan untuk ekstrak etil asetat berbeda nyata pada taraf
90 p0,1, dan ekstrak metanol berbeda nyata dengan taraf 95 p0,05, dengan kristal murni.
Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa kristal murni mempunyai aktivitas menurunkan kadar gula darah mencit yang paling besar dibandingkan
dengan ekstrak heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol.
Tabel 4.7. Perbandingan penurunan kadar glukosa darah antara estrak
heksana, etil asetat, metanol dan kristal murni A. camansi
EkstrakKristal murni
Penurunan kadar glukosa darah terhadap kontrol setelah loading glukosa mgdL
30 Menit 60 Menit
90 Menit Rata-
rata SD
p Rata-
rata SD
p Rata-
rata SD
p Heksana
13.33 3.06 0.015 34.33
0.58 0.004 11.33 3.51 0.196
Etil asetat -13
39 0.02 28.33
13.28 0.002 35.33 8.62 0.091
Metanol 34.33
3.51 0.074 -19.33 3.51 0.000 -60.33 1.53 0.000 Kristal murni
87.67 21.22 - 89
22.52 - 22
7
= Berbeda nyata dengan kristal murni p 0.05 = Berbeda nyata dengan kristal murni p 0.1
Pada uji antidiabetes Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak heksana, dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol,
karena ekstrak heksana mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menurunkan kadar gula darah dibandingkan dengan ke-2 ekstrak lainnya.
Ditinjau dari senyawa kimia yang ada pada ekstrak heksana, hal ini wajar terjadi, karena ekstrak heksana daun A.camansi mengandung beberapa senyawa
diantaranya adalah β-sitosterol propionat yang diketahui adalah penurun berat badan, atau sebagai suplemen diet, yang mempunyai aktivitas menurunkan kadar gula darah
yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak kasar etil asetat, dan metanol. Senyawa
β-sitosterol propionat sebagai senyawa murni maka aktivitasnya lebih besar dari ekstrak heksana dalam konsentrasi yang sama pada pengujian dengan
mencit. Berdasarkan penelusuran literatur senyawa
β-sitosterol yang merupakan senyawa steroid yang tidak memiliki gugus propionat mempunyai aktivitas
mengurangi penyerapan kolesterol dari dalam darah Berges, et al., 1995. Menurut Mattson, et al., 1977, ester oleat dari
β-sitosterol, campesterol, dan stigmasterol, secara individu atau dalam campuran, semuanya sama dalam kemampuan mereka
untuk mengurangi penyerapan kolesterol. Hal ini menjelaskan bahwa baik betasitosterolnya, maupun esternya dapat menurunkan kadar gula darah.
Kolesterol sangat berhubungan dengan penyakit diabetes, orang yang berpenyakit diabetes akan terjadi peningkatan kolesterol di dalam darahnya karena
kekurangan insulin, terjadi peningkatan kolesterol di dalam darah, karena insulin tidak merobah kolesterol menjadi lemak untuk disimpan, dengan adanya
β- sitosterol menyebabkan penurunan adsorpsi kolesterol ke dalam darah.
Di dalam tubuh dengan adanya enzim, maka lemak atau protein atau karbohidrat dapat diubah menjadi glukosa Fessenden, 1990, berdasarkan hal ini
dengan adanya senyawa-senyawa sterol tumbuhan tersebut yang dapat menurunkan penyerapan kolesterol ke dalam darah, dengan sendirinya dapat menurunkan kadar
gula darah, sehingga pada percobaan penurunan nilai glukosa darah akan menurun dengan adanya senyawa sterol tumbuhan tersebut. Mekanisme pengurangan absorpsi
kolesterol ke dalam darah adalah: β-sitosterol dan kolesterol bersaing masuk ke
dalam darah, dan β-sitosterol lah yang lebih mudah masuk ke darah, sedangkan
kolesterol ke dalam masa bersaingnya dengan β-sitosterol propionat akan terbuang
ke usus besar. Maka dengan adanya senyawa β-sitosterol tersebut di dalam ekstrak
heksana menjadikan ekstrak ini lebih dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit dibandingkan dengan ekstrak etil asetat yang hanya mengandung kemungkinan
senyawa A-neooleana-35,12-diena suatu triterpenoid, dan juga terhadap ekstrak metanol yang mengandung senyawa 1-
α-18-O-1,25-dihydroxychol suatu senyawa alkohol.
4.4 Penentuan Struktur Senyawa BI-1
Senyawa BI-1, dengan uji reagen Liebermann Burchard memberikan warna biru kehijauan yang menunjukkan bahwa senyawa ini adalah steroid, yang didukung
dengan titik leleh senyawa ini pada 77-80 C.
4.4.1 Analisis Spektrum Sinar Infra Merah, Infra Red Spectroscopy FTIR
Spektrum infra merah bertujuan untuk melihat adanya gugus fungsi yang terdapat pada suatu senyawa kimia. Spektrofotometri sinar infra merah ini
merupakan teknik pengukuran spektrum yang didasarkan pada vibrasi atom atau gugus atom-atom dari molekul. Spektrum senyawa BI-1 terdapat pada Gambar 4.9
berikut.
Gambar 4.9. Spektrum infra merah senyawa BI-1 sebagai pellet KBr
Pada spektrum Infra merah Gambar 4.9 dapat di interpretasikan beberapa gugus fungsi yang ada. Hasil interpretasi spektrum IR Senyawa BI-1 terhadap
serapan dan bilangan gelombang terdapat pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8. Interpretasi spektrum IR senyawa BI-1 Bilangan gelombang
cm
-1
Bentuk pita Intensitas
Interpretasi gugus fungsi
2916,37 Tajam
Kuat CH3
2846,93 Tajam
Kuat CH2
1736,93 Tajam
Kuat C=O
1631,78 Tajam
Sedang C=C terisolasi
1465,93 Tajam
Kuat C-H pada CH2
1411,89 Tajam
Sedang C-H pada CH3
1373,32 Tajam
Sedang C-H pada CH3
1172,72 Tajam
Kuat Penguat C-O
1111,00 Tajam
Sedang Penguat C-O
1068,56 Tajam
Sedang Penguat C-O
956,69 Tajam
Sedang Penguat C=C
725,23 Tajam
Kuat Penguat C=C
Spektrum infra merah, senyawa BI-1, puncak tajam pada bilangan gelombang 2916,37 cm
-1
, dan 2846,93 cm
-1
menunjukkan adanya uluran C-H dari CH
3
alkana 2850-3000 cm
-1
, dan diperkuat dengan tekukan pada daerah sidik jari pada bilangan gelombang 1373 cm
-1
. Pita serapan pada bilangan gelombang 1465,90 cm
-1
menunjukkan adanya tekukan C-H dari CH
2
. Puncak dengan intensitas tajam pada 1735,93 cm
-1
, yang menunjukkan adanya C=O terkelat dengan atom O. Puncak pada bilangan gelombang 1631 cm
-1
, menunjukkan adanya ikatan C=C yang terisolasi 1620-1680, diperkuat dengan serapan pada daerah sidik jari pada bilangan
gelombang 725 cm
-1
650-1000cm
-1
. Daerah sidik jari pada 1172 cm
-1
, mendukung adanya ikatan C-O eter, ikatan dengan C-O. Adanya ikatan C-O mempunyai
kedudukan beta β, equatorial dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.9. Korelasi frekuensi C-O dengan stereo kimia Struktur
Konformasi Uluran C-O, cm
-1
Steroid Alkohol
Steroid Metoksi
Steroid Asetat AB trans, 3 β Ekuatorial
1037-1040 1100-1102
1025-1031 AB trans, 3α Aksial
996-1002 1086
1013-1022 AB cis, 3α
Ekuatorial 1037-1044
1100 1026-1029
AB cis, 3 β Aksial
1032-1036 1088-1090
1018-1022
5
C=C, 3 β Ekuatorial
1050-1052 1104
1030
5
C=C, 3 α Aksial
1034 AB trans, 2α Ekuatorial
1030-1035 AB trans, 2β Aksial
1010 AB trans, 4α Ekuatorial
1040 AB trans, 4β Aksial
1000 Sumber: Cole, 1963
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dikatakan bahwa gugus OCOCH
2
CH
3
pada β-
sitosterol propionat adalah berkedudukan ekuitorial, hal ini didukung oleh adanya puncak pada serapan 1068,56 serapan ini lebih besar dari 1025-1031, karena
senyawa ini adalah steroid propionat. Kedudukan gugus yang besar pada atom C-3, berada pada posisi ekuitorial, agar kesetimbangan mudah tercapai, sedangkan jika
berada dalam kedudukan axial, akan mengalami tolak menolak dengan atom H axial, yang disebut antaraksi 1,3-diaksial Fesenden, 1987. Kedudukan gugus propionat
ekuitorial terdapat pada Gambar 4.10 berikut.
Gambar 4.10. Posisi gugus propionat dalam konformasi ekuatorial
Berdasarkan data infra merah di atas, diketahui bahwa Senyawa BI-1 mempunyai gugus-gugus alkil CH
3
dan CH
2
, gugus C=O, ikatan rangkap C=C terisolasi, dan C-O.
4.4.2 Spektroskopi Ultra Violet