Pengujian Fitokimia Harborne 1987 Isolasi metabolit sekunder dari daun tumbuhan Artocarpus camansi

Tabel 3.1. Rancangan penelitian isolasi dan penentuan struktur senyawa dari daun tumbuhan kulu Artocarpus camansi: sukun berbiji yang bersifat antidiabetes No Aktivitas 1. Pengumpulan sampel dari Daerah Darussalam, Banda Aceh 2. Penghalusan bahan dan pengeringan dalam ruang suhu kamar 3. Uji fitokimia 4. Ekstraksi dengan cara maserasi sampel dengan pelarut heksana 5. Ekstraksi dengan cara maserasi sampel dengan pelarut etil asetat 6. Ekstraksi dengan cara maserasi sampel dengan pelarut metanol 7. Pengujian antidiabetes ekstrak heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol terhadap mencit jantan Swiss Webster, dan karakterisasi ekstrak tersebut dengan KG-SM. 8. Isolasi senyawa murni 9. Karakterisasi senyawa murni isolat dan uji antidiabetes senyawa murni isolat. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Determinasi Tumbuhan Daun tumbuhan A. camansi diambil dari Daerah Darussalam, Provinsi Aceh, pada Bulan Febuari 2011. Identifikasi dilakukan di Herbarium Medanense,Jurusan Biologi Universitas Sumatera Utara, Medan. Voucher spesimennya tersimpan di Herbarium USU Medan, dan juga dikirim ke Bogoriense, Bogor.

3.4.2 Pengujian Fitokimia Harborne 1987

Uji Alkaloid Sampel segar daun A.camansi 4 g dihaluskan kemudian ditambahkan 1 mL amoniak. Selanjutnya ditambahkan 10 mL kloroform, digerus dan disaring. Filtrat ditambahkan asam sulfat 2 N sebanyak 10 mL, dikocok, didiamkan sampai lapisan asam dan lapisan kloroform memisah. Lapisan asam diambil dan dibagi dalam tiga tabung dan masing-masing tabung diuji untuk mengetahui keberadaan alkaloid. Penambahan dengan reagen Mayer akan menyebabkan endapan putih, dengan reagen Dragendorff akan menyebabkan ada endapan kemerahan, dan dengan reagen Wagner timbul endapan kuning, jika positif ada alkaloid. Uji Steroid, Terpenoid dan Saponin Sepuluh gram sampel segar daun A.camansi, digerus halus, kemudian diekstraksi dengan metanol panas. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak metanol. Ekstrak metanol kemudian diekstraksi lagi dengan dietil eter. Residu yang tidak larut dalam dietil eter dikocok kuat-kuat. Adanya busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya saponin, jika positif adanya saponin, larutan tersebut dihidrolisis dengan HCl dan diuji dengan reagen Liebermann Burchard. Warna hijau atau biru menunjukkan adanya saponin steroid dan warna ungu atau merah menunjukkan adanya saponin triterpenoid. Ekstrak dietil eter diuji dengan reagen Liebermann-Bourchard. Warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan warna merah triterpenoid. Uji Flavonoid Sampel daun A.camansi sebanyak 10 gram diekstraksi dengan metanol dan dipekatkan. Ekstrak metanol pekat diekstraksi lagi dengan n-heksana. Residu diekstraksi dengan 10 mL etanol 80, selanjutnya ditambah 0,5 mg logam magnesium dan HCl 0,5 M. Warna merah muda atau ungu menunjukkan adanya flavonoid.

3.4.3 Isolasi metabolit sekunder dari daun tumbuhan Artocarpus camansi

Blanco Sampel daun A. camansi yang sudah dikeringanginkan, sebanyak 1,7 kg dalam jumlah basah adalah 6,2 kg, setelah diuji fitokimia dimaserasi dengan pelarut n-heksana sebanyak 25 L, selama 3x24 jam. Selanjutnya di saring, filtratnya di uapkan dengan rotary evaporator, dari hasil penguapan diperoleh ekstrak heksana sebanyak 49,02 g. Ampas dari penyaringan dikeringkan dengan cara diangin- anginkan lalu di maserasi kembali dengan pelarut etil asetat sebanyak 10 L sebagai pelarut semi polar, selama 3x24 jam. Selanjutnya disaring, filtrat di uapkan dengan rotary evaporator, dari hasil penguapan diperoleh ekstrak etil asetat sebanyak 41,58 g. Ampas dari penyaringan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan lalu dimaserasi kembali dengan pelarut metanol sebanyak 10 L sebagai pelarut polar, selama 3x24 jam. Selanjutnya disaring, filtrat diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan diperoleh ekstrak metanol. Masing-masing ekstrak ini di uji bioassay terhadap aktivitas antidiabetes dan diuji fitokimia, dan dianalisis dengan GC-MS di Universitas Pendidikan Indonesia, di Bandung. Hasil uji fitokimia, ekstrak heksana mengandung triterpenoid dan steroid, sedangkan ekstrak etil asetat tidak mengandung flavonoid, dan ekstrak metanol sebanyak 50,2 g tidak mengandung alkaloid. Hasil uji antidiabetes dari ke-tiga ekstrak tersebut, yang paling aktif adalah ekstrak heksana, maka isolasi dan pengujian aktivitas diarahkan pada ekstrak heksana. Skema isolasi ekstrak daun terdapat A.camansi terdapat pada Gambar 3.1 berikut. Gambar 3.1. Ekstraksi daun Artocapus camansi Daun kulu Artocarpus camansi, 1,7 Kg Determinasi Uji Fitokimia + Steroid Dihaluskan, dan dimaserasi dengan pelarut n-heksana, 25 L Disaring Ampas Filtrat Diuapkan dengan Rotary evaporator Ekstrak Heksana 49,02 g Dimaserasi dengan pelarut Etil asetat, 10 L Disaring Ekstrak Etilasetat 41,58 g Filtrat Diuapkan dengan Rotary evaporator Ampas Dimaserasi dengan metanol 10 L, Disaring Filtrat Diuapkan dengan Rotary evaporator Ekstrak Metanol 50,2 g + Steroid Aktif antidiabetes + Terpenoid, - Flavonoid - Steroid. Aktif antidiabetes + Terpenoid - Alkaloid Aktif antidiabetes Uji Fitokimia Uji Aktivitas Antidiabetes Uji Fito kimia dan Uji Antidiabetes Uji L-B dan Uji antidiabetes Ampas Fraksinasi dan Pemurnian Ekstrak heksana Sebelum ekstrak heksana difraksinasi dilakukan penentuan eluen yang akan dipakai untuk mengelusi ekstrak heksana tersebut. Eluen yang dipakai adalah n- heksana 100, n-heksana-etil asetat 9:1; n-heksana-etil asetat 8:2; dan n- heksana-etil asetat 7:3. Pada pengujian eluen dengan heksana 100, diperoleh Rf 0,7; 0,41; 0,29; 0,2; 0,15; 0,13. Pada pengujian n-heksana : etil asetat 9:1 diperoleh RF 0,55; 0,48; 0,37; 0,3; 0,22; 0,12. Pengujian dengan heksana : etil asetat dengan perbandingan 8:2 diperoleh Rf 0,98; 0,93; 0,92;0,85, dan 0,76. Pada perbandingan n-heksana-etil asetat 7:3 diperoleh Rf 0,99, 0,96, dan 0,94. Berdasarkan pengujian ini dipakai eluen untuk mengelusi ekstrak heksana adalah n-heksana 100, dan n-heksana: etil asetat: 9:1, karena pada penggunaan n- heksana 100, dan n-heksana: etil asetat: 9:1, senyawa kimia yang terdapat di dalam ekstrak heksana dapat terpisah, sedangkan pada penggunaan eluen heksana dan etil asetat dengan perbandingan 8:2, Rf pada noda berdekatan dan mendekati batas garis atas. Selanjutnya dilakukan pemisahan terhadap ekstrak heksana, ekstrak heksana sebanyak 30 g dipisahkan dengan kromatografi kolom grafitasi KKG dengan menggunakan fasa diam silika gel 60, 70-230 mesh dengan fasa gerak eluen bertahap yaitu n-heksana 100, dan n-heksana: etil asetat 9:1. Penggunaan heksana:etil asetat 9:1, dimulai pada fraksi 25 dan seterusnya. Panjang kolom kromatografi yang digunakan 40 cm, dengan diameter 2,5 cm, dan penampungan fraksi setiap 100 mL. Hasil dari fraksinasi dengan KKG ini diperoleh 59 fraksi, selanjutnya fraksi- fraksi ini dimonitor dan dikelompokkan berdasarkan kandungan steroid yang ada pada masing-masing fraksi. Hasil pengujian steroid pada masing-masing fraksi adalah sebagai berikut. Fraksi 1-26 tidak mengandung steroid, fraksi 27-29 mengandung steroid, fraksi 30-59 tidak mengandung steroid. Pengelompokan fraksi-fraksi ini terdapat pada Tabel 3.2 berikut . Tabel 3.2. Hasil pengelompokan fraksi-fraksi ekstrak heksana No. Kelompok Fraksi Jumlah g Keberadaan Steroid 1. A 1-26 - 2. B 27-29 1,1 g + 3. C 30-59 - Pada Tabel 3.2, kelompok fraksi A, dan C, mengandung terpenoid, tidak mengandung steroid, pemisahannya tidak diteruskan, sedangkan kelompok fraksi B 27-28-29 sebanyak 1,1 g, mengandung steroid positif steroid. Selanjutnya ke-3 fraksi ini B di KLT, dengan pengembang heksana–etil asetat 9:1 diperoleh pola noda atau RF sebagai berikut: 0,82; 0,63; 0, 56; 0,45; 0,26; dan 0,2. Selanjutnya fraksi B 27-28-29 digabung, diuapkan dengan rotary evaporator dan diperoleh beratnya 1,1 g. Kelompok fraksi ini selanjutnya dipisahkan dengan KKG dengan fasa diam silika gel 60 200 mesh, panjang kolom 30 cm, dan diameter 1 cm. Sebelum dipisahkan ditentukan jenis eluen yang akan digunakan, hasil KLT eluen untuk mengelusi kelompok fraksi B adalah sebagai berikut. Pada pengujian eluen dengan heksana 100, diperoleh Rf 0,33; 0,26; 0,21; 0,16; 0,1; dan 0,05. Pada pengujian n-heksana-etil asetat 9:1 diperoleh Rf 0,79, 0,71; 0,62; 0,46; 0,31; dan 0,16 dan dengan heksana dan etil asetat dengan perbandingan 8:2 diperoleh Rf 0,95; 0,93; 0,92; 0,86; 0,83; dan 0,76. Pada perbandingan n-heksana-etil asetat 7:3 diperoleh Rf 0,99; 0,96; 0,95; dan 0,9. Berdasarkan hasil pengujian eluen ini, maka eluen yang digunakan untuk mengelusi fraksi B adalah n-heksana-etil asetat 9:1, penampungan setiap 10 mL. Pada pemisahan kelompk fraksi B diperoleh 22 fraksi, dan tiap fraksi diuji keberadaan steroidnya, tabulasinya terdapat pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3. Hasil pemisahan kelompok fraksi B, jumlahnya, dan keberadaan steroidnya Fraksi Rf Jumlah g Keberadaan Steroid 1-8 - - - 9 0,79 0,002 + 10 - - - 11 0,71 0,003 + 12 - - - 13 0,62 0,015 + 14 - - - 15 0,46 0,28 + 16 0,46 17 0,46 18 - - - 19 - - - 20 0,31 0,005 + 21 - - - 22 0,16 0,002 + Berdasarkan Tabel 3.3, maka fraksi 15-16-17, di gabung dan diuapkan di dalam rotary evaporator, diperoleh beratnya 0,28 g. Skema isolasi dan pemurnian fraksi-fraksi dalam ekstrak heksana terdapat pada Gambar 3.2 berikut. Gambar 3.2. Skema fraksinasi dan pemurnian ekstrak heksana daun A.camansi Ekstrak Heksana 30g 1 -26 A 27-29 B 1,1 g 30-59 C Pengujian eluen heksana 100, heksana: etil asetat 9:1, heksana :etil asetat 8:2, heksana: etil asetat 7:3 Kolom kromatografi grafitasi KKG, dengan Sil. Gel 60 70-230 mesh penampungan 100 mL, hasilnya di identifikasi terhadap keberadaan steroid. Eluen pengembang : Heksan: Etil asetat 9:1 B-I-1 80 mg Uji Fitokimia Pengujian Eluen heksana 100, H:EA, 9:1 heksana :etil asetat 8:2, heksana: etil asetat 7:3; KKG dengan sil. Gel 60 70-230 mesh penampungan 10 mL, Heksan: Etil asetat 9:1 - Steroid + Steroid - Steroid B-I 15-17 0,28 g + Steroid Rekristalisasi, dan pencucian Uji: TL, KLT dengan sistem 3 eluen,Uji antidiabetes. Karakterisasi dengan: UV, IR, 1 H-NMR, 13 C-NMR HMBC, HSQC, DEPT, COSY. Senyawa B-I-1 yang sudah hampir bersih direkristalisasi dengan pelarut metanol dan heksana, dan dicuci dengan pelarut heksana diperoleh kristal BI-1 sebanyak 80 mg, sedangkan senyawa BI-1 sisa yang masih mengandung sedikit pengotor masih belum dimurnikan. Selanjutnya senyawa murni yang diperoleh sebanyak 80 mg tersebut diuji kemurniannya dengan sistem 3 eluen, dengan heksan etil asetat 9:1 memberikan Rf 0,45; dengan, dengan heksana 100 diperoleh Rf 0,30; dengan kloroform 100 , diperoleh Rf 0,89. Kromatogram senyawa BI-1 dengan 3 sistem eluen terdapat pada Gambar 3.3 berikut. Gambar 3.3. Kromatogram senyawa BI-1 dengan 3 jenis sistem eluen H:EA 9:1 H: 100 KL: 100 Spl Spl Spl Kristal BI-1 yang diperoleh berupa padatan putih, mempunyai titik leleh 77- 80 C. Selanjutnya Senyawa BI-1 dikarakterisasi menggunakan instrument: IR, UV, 1 H-NMR, 13 C-NMR, DEPT, HMBC, HSQC, COSY, untuk mengetahui struktur senyawa tersebut.

3.4.4 Pembuatan Ekstrak dan Sediaan Uji Penyiapan Sediaan Uji