BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ibu yang memiliki anak usia sekolah di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan didapatkan hasil
bahwa perilaku responden sebagian besar berada dalam kategori baik. Berdasarkan kategori pengetahuan umumnya responden memiliki pengetahuan
yang baik, sikap dalam kategori positif dan tindakan dalam dalam kategori cukup.
6.2 SARAN
6.2.1. Tenaga Kesehatan Bagi pihak tenaga kesehatan puskesmas, disarankan memberikan
pendidikan kesehatan tentang makanan empat sehat lima semprna untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai makanan bergizi seimbang.
6.2.2 Sekolah Bagi pihak sekolah disarankan menyelenggarakan catering khusus untuk
snack atau makanan jajanan yang sehat. 6.2.3. Siswa
Bagi para siswa, diharapkan agar dapat membiasakan diri untuk sarapan sebelum ke sekolah.
Universitas Sumatera Utara
6.2.4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti berikutnya, perlu mengadakan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu
mengenai pemberian makanan empat sehat lima sempurna pada anak usia sekolah.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Konsep Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan Notoatmodjo, 2012.
Sebab itu semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia, mempunyai aktivitas yang menggambarkan kehidupan masing-masing.
Aktivitas manusia sangat kompleks, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yakni:
a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berjalan,
bernyanyi, tertawa, menangis, dan sebagainya. b.
Aktvitas-aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya berpikir, berfantasi, berencana, dan sebagainya.
Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert Kwick 1974, dalam Kholid
2012, menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Skinner 1938, dalam
Notoadmodjo 2012, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang.teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” Stimulus – organisme –
respon. Selanjutnya teori Skinner ini menjelaskan adanya dua jenis respon, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena
menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata
tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional, misalnya: mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih, mendengar
berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita, dan sebagainya. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul
dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya: apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon terhadap gaji yang cukup
stimulus, kemudian karena kerja baik tersebut juga menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk
memperoleh promosi pekerjaan. 2.1.2.
Jenis Perilaku Berdasarkan teori “S-O-R” Stimulus – Organisme – Respon menurut
Skinner, maka perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua, yakni: a. Perilaku tertutup covert behavior
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respon seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
Universitas Sumatera Utara
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh: Ibu
hamil tahu pentingnya periksa kehamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri adalah domain pengetahuan knowledge. Kemudian ibu tersebut bertanya kepada
tetangganya dimana tempat periksa kehamilan yang dekat, yang selanjutnya kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, inilah yang disebut
domain sikap attitude. b. Perilaku terbuka overt behavior
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar observable
behavior. Contoh: seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau ke bidan praktik, seorang penderita TB Paru minum obat anti TB Paru secara
teratur, seorang akan menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh- contoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau
dalam bentuk praktis.
Skema 2.1 Teori S-O-R
Notoadmodjo, 2010 Stimulus
Organisme
Respon Tertutup: 1.
Pengetahuan 2.
Sikap Respon Terbuka:
1. Tindakanpraktik
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung dan disebut covert behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respon terhadap stimulus practice merupakan overt behavior.
2.1.3. Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon
tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given bawaan. Misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas
penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor faktor internal dan eksternal. Benyamin Bloom
1908, dalam Notoadmodjo 2012 membedakan adanya tiga ranahdomain perilaku, yakni kognitif cognitive, afektif affective dan psikomotor
Universitas Sumatera Utara
psychomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1. Pengetahuan knowledge
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan penglihatan. Menghasilkan pengetahuan dengan baik sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat sebagai berikut:
a. Tahu know
Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak
mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan sebagainya.
Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan seperti: apa tanda- tanda anak yang kurang gizi,
bagaimana cara memberantas sarang nyamuk, dan sebagainya. b.
Memahami comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi seseorang harus dapat menginterpretasikan
Universitas Sumatera Utara
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, bukan hanya
sekedar menyebutkan 3M mengubur, menutup dan menguras, tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M tersebut.
c. Aplikasi application
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, maka ia akan dapat membuat perencanaan program kesehatan
di tempat ia bekerja atau di mana saja. d.
Analisis analysis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan atau
membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya: dapat membedakan antara antara nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk biasa, dapat
membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e.
Sintesis synthesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada. Misalnya
dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal- hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulannya.
f. Evaluasi evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang ibu dapat menilai atau menentukan
seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.
2. Sikap attitude
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang-
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya. Campbell 1950, dalam Notoadmodjo 2010 mendefinisikan sikap itu sebagai suatu sindrom
atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lainnya.
Menurut Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan
Universitas Sumatera Utara
tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi perilaku reaksi tertutup.
Sikap terdiri dari empat tingkatan yang berdasarkan intensitasnya, yakni: a.
Menerima receiving Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan objek. Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang
antenatal care di lingkungannya. b.
Menanggapi responding Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh
penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya. c.
Menghargai valuing Menghargai disini berarti subjek atau seseorang yang memberikan nilai
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya seorang ibu
yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut mendiskusikan dengan suaminya, atau mengajak tetangganya untuk sama- sama ikut penyuluhan.
d. Bertanggungjawab responsible
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Misalnya seorang ibu yang sudah
mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah.
3. Tindakan atau praktik practice
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak praktik, maka sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab
untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa
kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat sikap untuk periksa kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka
diperlukan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila tidak, maka kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.
Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni: a.
Respon terpimpin guided response Praktik terpimpin terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menungggu
diingatkan oleh bidan atau tetangganya. b.
Praktik secara mekanisme mechanism Praktik secara mekanisme terjadi apabila subjek atau seseorang telah
melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang ibu
Universitas Sumatera Utara
selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diperiksa kesehatannya tanpa harus menunggu perintah atau tanpa harus diingatkan.
c. Adopsi adoption
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas. Misalnya seseorang menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-
teknik yang benar.
2.2. Makanan yang Termasuk Kedalam Empat Sehat Lima Sempurna