Lokasi Penelitian Kualitas Hidup

sosial dan lingkungan tidak didapatkan hubungan yang bermakna. Berdasarkan studi Wang et al, 2005, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara HRQOL dengan intensitas nyeri p = 0,01, r = -0,25. Dari pemeriksaan fisik, hanya lumbosacral radiculopathy dengan HRQOL yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan korelasi sangat lemah p = 0,01, r = -0,20. Ji et al, 2014, penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang bemakna antara kualitas hidup dengan nyeri punggung bawah kronis p = 0,01. Ji et al juga menggunakan kuesioner SF-36, dimana dari delapan komponen semuanya mempunyai hubungan yang bermakna, bukan hanya komponen fisik tetapi juga mental. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor fisik dan fungsi psikologi terganggu pada penderita nyeri punggung bawah kronis. Hart, 1988 dalam Shim , 2014, menjelaskan tentang “sickness response” yaitu pembatasan pergerakan dan kekuatan sebagai pertahanan terhadap injury atau stressor. Ketiga sitokin, interleukin IL-1, IL-6, dan tumor necrosis factor- α sebagai sitokin proinflamatori PICs. Dimana PICs ini memulai kaskade kejadian seluler, mempengaruhi dan memperberat nyeri dengan mengaktivasi sistem sel glial di susunan saraf pusat, sehingga timbul depresi akibat adanya perubahan aksis hypothalamus-pituitary-adrenal, gangguan tidur akibat perubahan sekresi serotonin dan dopamin. Hal ini membuktikan bahwa nyeri punggung bawah kronis dan depresi mempunyai patofisiologi yang sama. Sehingga bisa dijelaskan bahwa nyeri yang hebat atau mood depresi bisa terjadi tanpa kerusakan jaringan atau perubahan patologik. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan tulang belakang mempengaruhi kualitas hidup hanya pada aspek fisik bukan aspek mental. Keterbatasan penelitian pada penelitian ini adalah persepsi nyeri pasien yang bersifat sangat subjektif sehingga terkadang hasil yang didapat tidak sesuai terutama pasien yang diberikan kuesioner setelah dilakukan fisioterapi.