v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Eva Musyarofah NIM
: 1111082000040 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis Jurusan
: Akuntansi Dengan ini menyatakan bahwa saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan 2.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3.
Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eva Musyarofah
Jenis Kelamin : Perempuan
TempatTgl Lahir : Tangerang, 29 Mei 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. PLN Pondok Aren Rt. 02 Rw 01 No.22, Pondok Karya,
Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. 15225. Telepon
: 085838554689 Email
: evamusyarofagmail.com
PENDIDIKAN FORMAL 1. SD Negeri 06 Pesanggrahan Petang
Tahun 1999-2005 2. SMP Negeri 177 Jakarta
Tahun 2005-2008 3. SMK Negeri 6 Jakarta
Tahun 2008-2011 4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Tahun 2011-2016 Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: M. Nuh Ibu
: Jamilah Anak ke
: 1 satu Alamat
: Jl. PLN Pondok Aren Rt. 02 Rw 01 No.22, Pondok Karya, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. 15225.
vii
THE EFFECT OF FINANCIAL DERIVATIVES, LEVERAGE AND FIRM SIZE ON TAX AVOIDANCE
ABSTRACT
This research aims to analyze and obtain empirical evidence about the effects of financial derivatives, leverage and firm size to tax avoidance. The independent
variables used are financial derivatives, leverage and firm size. The dependent variable used is tax avoidance.
The research population was non financing companies listed in Indonesia Stock Exchange IDX during 2012-2014 period. Sampel was collected by
purposive sampling method. Total 13 non financing companies were taken as study’s sample. Analysis method of this research used multiple regression.
The result of this research showed that financial derivatives, leverage and firm size are have effects on tax avoidance.
Keyword: financial derivatives, leverage, firm size and tax avoidance
viii
PENGARUH DERIVATIF KEUANGAN, LEVERAGE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK TAX
AVOIDANCE
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.
Variabel independen yang digunakan adalah derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan. Variabel dependen yang digunakan adalah penghindaran pajak
tax avoidance.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode 2012-2014. Sampel dikumpulkan
dengan metode purposive sampling. Jumlah perusahaan yang yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 13 perusahaan. Metode analisis penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak tax avoidance.
Kata kunci: derivatif keuangan, leverage, ukuran perusahaan, penghindaran pajak
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul:
“Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Tax Avoidance Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di BEI Pada Tahun
2012-2014
”, ini disusun sebagaimana salah satu pemenuhan syarat kelulusan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses penyusunan skripsi ini disesuaikan dengan teori dan tinjauan pustaka
yang ada, dan penerapannya dilakukan dengan menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak tax avoidance. Dan tidak lupa pula penulis sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan kasih sayang yang
tiada terhingga, yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, dan doa hingga penulis dapat berada ditahapan ini. Semoga Allah melimpahkan kasih
sayangnya kepada kalian. 2.
Adik-adikku tercinta, Vivi Aulia, Ahmad Fakhri dan Syamsul Fajri yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. 3.
Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta 5.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk ilmu yang bapak
berikan selama ini. 7.
Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan segenap waktunya, mencurahkan perhatiannya dan
x
memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berpengaruh dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua saran yang ibu berikan selama
proses penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan baik. 8.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
9. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis. 10. Sahabat-sahabatku Hilda, Hani, dan Vicky terimaksih atas doa, dukungan
nasihat, motivasi selama ini kepada penulis. 11. Sahabat-
sahabatku “ciwi-ciwi” Lala, Liliek, Pipit, Mpit, Najmi, Vania dan Ratri terimakasih atas doa, motivasi kepada penulis.
12. Seluruh teman-teman Akuntansi B 2011, terimakasih atas kenangan, doa dan semangatnya selama ini.
13. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan harapan akan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Jakarta, 2 Maret 2016
Eva Musyarofah
xi
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
Halaman Judul
……………………………………………………. i
Lembar Pengesahan Skripsi
……………………………………… ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
………………………. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
………………………………..
iv Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
……………………. v
Daftar Riwayat Hidup
……………………………………………. vi
ABSTRACT ……………………………………………………….
vii
ABSTRAK …………………………………………………………
viii
Kata Pengantar
……………………………………………………. ix
Daftar Isi
…………………………………………………………… xi
Daftar Tabel
……………………………………………………….. xiv
Daftar Gambar
…………………………………………………….. xv
Daftar Lampiran
………………………………………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….
1 A.
Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………
9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
………………...................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………..
12 A.
Tinjauan Literatur ………………………………………….. 12
1. Tinjauan Umum Tentang Pajak …………………………
12 2. Perencanaan Pajak Tax
Plannning ………………….... 20
xii
3. Penghindaran Pajak Tax Avoidance ………………….
23 4.
Derivatif Keuangan ……………………………………. 25
5. Leverage ………………………………………………..
29 6.
Ukuran Perusahaan ……………………………………. 31
B. Penelitian Terdahulu ……………………………………….
33 C. Keterkaitan Antar Variabel dan
Hipotesis ………………… 38
D. Kerangka Pemikiran ……………………………………….
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………….
44 A.
Ruang Lingkup Penelitian …………………………………. 44
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………
44 C.
Metode Pengumpulan Data ………………………………... 45
D. Metode Analisis Data ……………………………………….
45 1.
Uji Statistik Deskriptif ………………………………….. 45
2. Uji Asumsi Klasik ……………………………………….
46 3.
Uji Hipotesis Penelitian ………………………………… 49
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ……………………….
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………
57 A. Sekilas Gambaran Umum
Objek Penelitian ……………….. 57
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ………………………….
59 1.
Hasil Uji Deskriptif ……………………………………. 60
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ……………………………….
61 3.
Hasil Uji Hipotesis Penelitian …………………………. 67
C. Pembahasan …………………………………………………
71
xiii
BAB V PENUTUP ………………………………………………...
76 A.
Kesimpulan ………………………………………………… 76
B. Saran ………………………………………………………..
77 DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………… 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………
81
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Realisasi Penerimaan Negara 2012-2014 ………………………. 3
1.2 Kasus Penghindaran Pajak ……………………………………… 6
2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………… 34
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian …………………………… 56
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ……………………… 58
4.2 Daftar Nama Perusahaan ………………………………………. 59
4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif …………………………………… 60
4.4 Hasil Uji Normalitas Uji Kolomogorov- Smirnov ……………. 63
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………….. 64
4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin- Watson ……………………… 65
4.7 Hasil Uji Heterosked stisitas Uji Park ………………………... 66
4.8 Hasil Pengujian Koefisien Determinan ………………………… 67
4.9 Hasil Uji Statistik F ………………………………………………. 68
4.10 Hasil Uji Statistik t ……………………………………………… 69
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitan ……………………………….
42 4.1
Hasil Uji Normalitas Uji Grafik Normal Plot …………….. 62
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1. Data Sampel …………………………………………………..
82 2.
Hasil Output SPSS …………………………………………… 87
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang diselenggarakan secara terus- menerus dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Pembangunan nasional dalam suatu Negara diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara
bersama-sama agar pembangunan nasional tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan dan sukses, sehingga dapat terciptanya masyarakat yang adil
dan makmur seperti yang ada dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Dalam hal ini pemerintah memegang peran yang sangat penting dalam
merealisasikan pembangunan nasional yang sudah direncanakan, namun pemerintah juga tidak bisa merealisasikan pembangunan nasional itu tanpa
adanya dukungan berupa dana yang terutama berasal dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari penerimaan migas dan non migas.
Penerimaan dalam negeri yang berasal dari non migas yang terus ditingkatkan penerimaannya oleh pemerintah adalah penerimaan dari sektor
pajak. Menurut Soemitro 2003:1 pajak merupakan iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut ketentuan undang-
undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa kontrasepsi secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum Negara Suminarsasi, 2011.
2
Sistem pemungutan pajak merupakan salah satu elemen penting yang menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu negara. Secara umum
terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu official assessment system, self assessment system, dan withholding system
. Seiring dengan berjalannya waktu, sejak adanya reformasi di bidang pajak tahun 1983, Indonesia mulai
menerapkan self assessment system. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi
SPT Surat Pemberitahuan, menghitung besarnya pajak yang terutang, dan menyetorkan kewajibannya. Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai
pembina, pembimbing, dan pengawas pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak. Oleh karena itu, sistem ini akan berjalan dengan baik apabila
masyarakat memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela voluntary tax compliance
yang tinggi Suminarsasi, 2011. Fakta di lapangan menunjukkan dengan fenomena di mana sampai saat ini
pendapatan pemerintah dari sektor pajak belumlah maksimal, seperti yang terjadi pada tahun 2014, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
memaparkan bahwa hampir semua jenis penerimaan perpajakan lebih rendah dari target. Direktorat Jendral Pajak DJP hanya mampu mengumpulkan
penerimaan pajak sebesar Rp 1.146,9 triliun atau 92 dari target Rp 1.246,1 triliun di APBNP 2014 kemenkeu.go.id. Jumlah penerimaan negara yang
berasal dari perpajakan sesuai dengan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dari tahun 2012-2014 dimuat dalam tabel 1.1 berikut ini:
3
Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara 2012-2014
Dalam Miliar Rupiah
Sumber: www.bps.go.id Dari uraian angka tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa negara dalam
hal ini Direktorat Jendral Pajak perlu mengoptimalkan penerimaan pajaknya demi percepatan pembangunan Nasional. Namun upaya untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak ini mengalami banyak kendala, salah satunya adalah adanya aktivitas penghindaran pajak atau biasa disebut tax avoidance Swingly
Sukartha, 2015. Penghindaran pajak atau biasa disebut tax avoidance adalah upaya
penghindaran pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan yang dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajaknya
dengan mencari kelemahan peraturan loopholes Hutagoal, 2007 dalam Dewi Jati, 2014. Xynas, 2011 dalam Budiman Setiyono, 2012 membedakan
deinisi penghindaran pajak Tax Avoidance dengan penggelapan pajak Tax Evasion
yaitu Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi pajak yang bersifat legal Lawful, sedangkan penggelapan pajak Tax Evasion
adalah usaha untuk mengurangi pajak yang bersifat tidak legal Unlawful. Tax avoidance
yang dilakukan ini dikatakan tidak bertentangan dengan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan karena dianggap praktik
Sumber Penerimaan 2012
2013 2014
Penerimaan Perpajakan
980,500 73.6
1,148,300 76.7 1,146,900 74.2
Penerimaan Bukan Pajak
351,800 26.4
349,200 23.3
398,700 25.8
JumlahTotal
1,332,300 100
1,497,500 100 1,545,600 100
4
yang berhubungan dengan tax avoidance ini lebih memanfaatkan celah-celah dalam undang-undang perpajakan tersebut yang akan memengaruhi penerimaan
negara dari sektor pajak Mangoting, 1999 dalam Dewi Jati, 2014. Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan
unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tetapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan. Dalam konteks pemerintah Indonesia,
telah dibuat berbagai aturan guna mencegah adanya penghindaran pajak. Salah satu aturan tersebut misalnya menurut perdirjen No. PER-43PJ2010 terkait
transfer pricing , yakni tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa Budiman dan Setiyono, 2012.
Salah satu faktor yang menentukan terjadinya penghindaran pajak atau tax avoidance
adalah derivatif keuangan. Hal itu dikarenakan peraturan pajak di Indonesia atas transaksi derivatif ini masih sangat lemah dan seringkali
diperdebatkan. Ketidakjelasan dari peraturan pajak atas transaksi derivatif juga dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Hal
ini tentunya dapat merugikan penerimaan Negara, khususnya penerimaan dari sektor pajak. Sudah saatnya pemerintah Indonesia menjaga penerimaan pajak
dari kerugian dervatif untuk tujuan spekulasi yang tidak ada kaitannya dengan usaha, yaitu dengan cara mengadopsi peraturan pajak atas transaksi derivatif
yang lebih baik dari Negara lainnya Darussalam Septriadi, 2009 dalam Oktavia Martani, 2013.
5
Penggunaan derivatif keuangan oleh perusahaan juga erat kaitannya dengan praktik manajemen laba. Studi mengenai penggunaan derivatif
keuangan sebagai alat manajemen laba telah berkembang pesat, namun studi mengenai penggunaan derivatif sebagai alat penghindaran pajak masih sangat
langka, padahal dervatif keuangan dapat dipergunakan sebagai alat peghindaran pajak Oktavia dan Martani, 2013; Donohoe, 2012; Raskolnikov, 2011.
Penelitian Donohoe 2012 yang menggunakan sampel perusahaan di Amerika Serikat merupakan salah satu studi yang menguji dan membuktikan bahwa
derivatif keuangan dapat dipergunakan sebgai penghindaran pajak. Menurut Donohoe 2012, penggunaan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran
pajak didorong oleh ambiguitas dalam peraturan pajak atas transaksi derivatif. Ambiguitas inilah yang dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai celah untuk
melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan derivatif. Namun demikian meskipun Donohoe 2012 berhasil membuktikan bahwa derivatif
keuangan dapat digunakan sebagai alat penghindaran pajak, hasil penelitiannya belum tentu dapat digeneralisasi pada konteks Negara lainnya yang memiliki
sistem yang berbeda, misalnya Indonesia Oktavia Martani, 2013. Selain derivatif keuangan, salah satu faktor yang juga bisa dijadikan
sebagai alat penghindaran pajak adalah leverage. Menurut Suyanto Supramono 2012 perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk
memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap fixed rate return yang disebut dengan bunga.
Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena
6
insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Faktor lainnya yang juga menjadi faktor penentu dalam penghindaran pajak tax avoidance adalah ukuran perusahaan. Menurut Hormati 2009
dalam Dewi Jati 2014 mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar
atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Semakin besar total asset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Semakin besar ukuran perusahaannya maka transaksi yang diakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi Rego, 2003 dalam Dewi Jati, 2014.
Kasus-kasus mengenai penghindaran pajak yang pernah dilakukan perusahaan global dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Kasus Penghindaran Pajak
No,. Nama Perusahaan
Tuduhan Kasus Kecurangan 1.
HSBC 2015 Sejumlah orang mempergunakan kerahasiaan
bank untuk memiliki rekening yang tidak diumumkan.
Raksasa perbankan
HSBC membantu klien dunia menghindar pembayaran
pajak ratusan juta poundsterling. Banyak orang menggunakannya untuk menyembunyikan uang
kontan dari petugas pajak. HSBC menghadapi penyelidikan dugaan tindakan kejahatan di
Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan Argentina.
Bersambung ke halaman berikutnya
7
Tabel 1.2 Lanjutan Kasus Penghindaran Pajak
No,. Nama Perusahaan
Tuduhan Kasus Kecurangan 2.
IKEA 2016 IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai
mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1 miliar dollar AS. Hal tersebut dilakukan IKEA
pada kurun waktu 2009 hingga 2014. IKEA dituduh memindahkan dana dari gerainya
di seluruh Eropa ke anak perusahaannya di Belanda. Dengan demikian, mereka akan terbebas
dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg. Estimasi
pajak yang
dihindari IKEA
menyebabkan hilangnya pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS,
24 juta euro atau 26 juta dollar AS di Prancis dan 11,6 miliar euro atau 13 juta dollar AS di Inggris.
Sejumlah negara seperti Swedia, spanyol dan Belgia diprediksi kehilangan pemasukan pajak
dengan kisaran 7.5 juta euro hingga 10 juta euro 8.5 juta dollar AS hingga 11.2 juta dollar AS.
3. Starbucks 2011
Menyatakan rugi sebesar 112 juta poundsterling selama tahun 2008-2010 dan tidak membayar
PPh badan 2011. Dalam laporan ke investor, starbucks menyatakan bahwa omset selama tahun
2008-2010, senilai 1,2 miliar poundsterling Rp 18 triliun. Membuat laporan keuangan seolah
rugi yaitu dengan cara:
1. Membayar Royalti Offshore licensing atas desain, resep dan logo ke cabangnya di
Belanda. 2. Membayar bunga utang sangat tinggi di mana
utang tersebut justru digunakan untuk ekspansi kedai kopi di negara lain.
3. Membeli bahan baku dari cabangnya di Swiss. Walaupun pengiriman barangnya langsung
dari negara produsen dan tidak masuk ke Swiss.
Bersambung ke halaman berikutnya
8
Tabel 1.2 Lanjutan Kasus Penghindaran Pajak
No,. Nama Perusahaan
Tuduhan Kasus Kecurangan 4.
Perusahaan Investment Banking
dari Amerika Serikat 2012
Agar pembayaran bonus tidak terdeteksi, karyawan perusahaan investment banking
cabang Inggris
diminta mengajukan
permohonan pinjaman lunak ke investasi banking cabang Amerika Serikat dengan dalih
pinjaman lunak, karyawan investasi banking cabang Inggris tidak harus membayar pajak
penghasilan. Atas hal tersebut, perusahaan investment banking
cabang Inggris didenda 500 juta poundsterling Rp 7.5 triliun
5. Apple Inc 2012
Menyembunyikan uang pendapatan senilai US 11 Miliar di negara-negara yang
mendapat keringanan pajak tax haven antara lain
Virginia Island,
Irlandia dan
Luxembourg. Sehingga pajak yangdibayarkan kecil.
Diolah dari berbagai sumber. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh dari
derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak tax avoidance. Karena masih sedikit penelitian yang membahas tentang
pengaruh derivatif keuangan, leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak tax avoidance dan juga banyaknya penghindaran pajak
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berj
udul “Pengaruh Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Aktivitas Penghindaran Pajak
Tax Avoidance ”.
9
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Budiman Setiyono 2012 dan Oktavia Martani 2013. Adapun
perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Variabel pengguna derivatif keuangan user, sales growth, net operating
loss , risiko perusahaan, capital intensity, return on assets tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini karena pada beberapa penelitian sebelumnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan seperti pada penelitian
Hanum Zulaikha 2013, Swingly Sukartha 2015, Sabrina Soepriyatno 2012, dan juga penelitian Oktavia Martani 2013.
2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 sementara pada
penelitian sebelumnya dilakukan pada periode 2009-2012. 3. Untuk memudahkan penelitian, pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan rumus Cash Effective Tax Rate, karena rumus ini lebih banyak digunakan dibanding rumus lainnya seperti Book
Tax Difference dan ETR differential.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumya, maka dalam penelitian ini dirumuskan rumusan maslaah sebagai berikut:
1. Apakah Derivatif Keuangan, Leverage dan Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap penghindaran pajak tax avoidance?
2. Apakah penggunaan
derivatif keuangan
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak tax avoidance?
10
3. Apakah leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak tax avoidance
? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak tax
avoidance ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atau hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis secara simultan pengaruh derivatif keuangan, leverage
dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak tax avoidance
. b. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap
penghindaran pajak tax avoidance. c. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak
tax avoidance. d. Untuk
menganalisis pengaruh
ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak tax avoidance.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara
lain adalah sebagai berikut:
11
1 Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan. 2 Masyarakat,
sebagai sarana
informasi untuk
menambah pengetahuan akuntansi.
3 Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai topik ini.
b. Kontribusi Praktis 1 Bagi
pembuat kebijakan
perpajakan, agar
dapat lebih
memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.
2 Bagi perusahaan, agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan lebih meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
3 Bagi pemerintah, sebagai tambahan informasi mengenai penghindaran pajak tax avoidance.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Tinjauan Umum Tentang Pajak
a. Pengertian Pajak
Pengertian pajak sesuai Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan bahwa:
“ Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendaatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.” Menurut Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undnag-undang yang berlaku dan dapat dipaksakan dan tanpa adanya timbal jasa kontraprestasi yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara Suminarsasi, 2011:1
Dapat disimpulkan secara garis besar dalam definisi pajak terkandung unsur yaitu:
1 Kontribusi wajib membayar utang 2 Terutang oleh orang atau badan
3 Sifatnya memakasa 4 Diatur melalui undang-undang
5 Tidak ada balas jasa secara langsung
13
6 Digunakan untuk keperluan negara 7 Untuk kemakmuran rakyat Murtopo, 2013:3
b. Fungsi Pajak
Menurut Rahayu 2010:25-30 fungsi pajak adalah kegunaan pokok, manfaat pokok pajak. Sebagai alat untuk menentukan politik
perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Umumnya dikenal dengan 2
macam fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. 1
Fungsi Budgetair Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi
fiskal fiscal function, yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan
sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukkan uang dari
sektor swasta rakyat ke dalam kas negara atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan fungsi
inilah pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan melakukan upaya pemungutan
pajak dari penduduknya. 2 Fungsi Regulerend
Fungsi regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan
tertentu. Merupakan fungsi lain dari pajak sebagai fungsi budgetair.
14
Di samping usaha untuk memasukkan uang untuk kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk
ikut andil dalam hal mengatur dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta. Fungsi
regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi regulerend
ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair
. Menurut Resmi 2009:3 fungsi pajak dalam masyarakat suatu
negara terbagi dalam 2 dua fungsi, yaitu: a Fungsi Budgetair sumber dana bagi pemerintah fungsi ini
bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-banyaknya antara lain mengisi Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara APBN sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi
anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang tercapai. b Fungsi Regulerend mengatur adalah fungsi pajak yang secara
tidak langsung
dapat mengatur
dan menggerakkan
perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka akan
dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat
lagi. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi regulerend
adalah:
15
i. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang
mewah. Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPn BM dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah.
Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal harganya.
Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah
mengurangi gaya hidup mewah ii.
Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan: dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan
tinggi memberikan konstribusi membyar pajak yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
iii. Tarif pajak ekspor sebesar 0, dimaksudkan agar para
pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.
iv. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan hasil barang
industry tertentu, seperti industry semen, rokok, baja, dan lain-lain: dimaksudkan agar terdapat penekanan terhadap
produksi tersebut karena dpaat menggangu lingkungan atau polusi membahayakan kesehatan
v. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha
koperasi: dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.
16
vi. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik
investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia.
c. Jenis-jenis Pajak
Menurut Murtopo 2011:3-4 secara umum pajak yang diberlakukan
di Indonesia dapat dibedakan dan diklasifikasikan sebagai berikut: 1 Menurut sifatnya
a Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan oleh pihak lain dan menjadi beban langsung WP
yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan PPh b Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan
kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN 2 Menurut sasaranobjeknya
Pembagian pajak menurut sasaran atau objeknya dimaksudkan pembedaan berdasarkan ciri-ciri prinsip:
a Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri WP. Contoh: Pph b Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasar pada
objeknya tanpa memperhatikan keadaan di WP. Contoh: PPN, PBB, BM
3 Menurut pemungutannya
17
a Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah pusat.
Contoh: PPh, PPN b Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga pemerintah daerah. Contoh: pajak reklame, Pajak hiburan, Pajak Hotel
Menurut Pudyamoko 2009: 9 pajak dapat dikelompokkan menggunakan kriteria tertentu. Pajak dapat dilihat dari segi administratif
juridis, titik-tolak pungutannya, berdasarkan sfatnya dan dapat pula dibedakan berdasarkan kewenangan pemungutannya.
1 Berdasarkan Administratif Yuridis Penggolongan pajak dari sisi administrasi yuridis menghasilkan
apa yang dikenal sebagai pajak langsung dan tidak langsung. Suatu jenis pajak dikatakan sebagai pajak langsung apabila dipungut
secara periodik. Jadi berulang-ulang tidak hanya satu kali pungut, dengan menggunakan penetapan sebagai dasar dan kohir. Sebagai
contoh, misalnya Pajak Penghasilan PPh. Pajak penghasilan dipungut secara periodik setiap tahun atau setiap masa pajak, di
mana pemungutannya menggunakan penetapan lewat SPT. Adapun pajak tidak langsung dipungut secara insidental tidak berulang-
ulang dan tidak menggunakan kohir.jadi pajak tidak langsung hanya dipungut sesekali ketika terpenuhi tatbestand seperti yang
dikehendaki oleh ketentuan undang-undang. Contoh pajak tidak
18
langsung adalah Bea Materai atau Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang dan Jasa.
2 Berdasarkan Titik-Tolak Pungutannya Pembedaan pajak dengan menggunakan dasar titik-tolak
pungutan akan menghasilkan dua jenis pajak yakni pajak subjektif dan objektif.
a Pajak subektif adalah pajak yang pengenaannya berpangkal pada diri orangbadan yang dikenai pajak wajib pajak. Pajak
subjektif dimulai dengan menetapkan orangnya, baru kemudian mencari syarat-syarat objeknya. Jadi dalam hal ini yang
diperhatikan pertama kali adalah subjeknya. b Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya berpangkal pada
objek yang dikenai pajak, dan untuk mengenakan pajaknya harus dicari subjeknya. Jadi dalam hal ini pertama-tama harus
dilihat objeknya yang selain daripada benda dapat pula berupa keadaan, peristiwa atau perbuatan, yakni yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya orang atau badan yang bersangkutan langsung tanpa
mempersoalkan apakah subjek itu sendiri berada di Indonesia atau tidak.
3 Berdasarkan Sifatnya
19
Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa yang disebut pajak bersifat pribadi persoonlijk dan pajak
kebendaan zakelijk. a Pajak yang bersifat pribadi persoonlijk, atau juga dapat disebut
bersifat perorangan adalah pajak yang dalam penetapannya memperhatikan keadaan diri sendiri serta keluarga wajib pajak.
Dalam penentuan besarnya utang pajak, keadaan dan kemampua wajib pajak harus diperhatikan seperti status wajib pajak
kawinbelum, jumlah tanggungan dan sebagainya. b Pajak yang bersifat kebendaan zakelijk adalah pajak yang
dipungut tanpa memperhatikan diri dan keadaan si wajib pajak. Pajak yang bersifat kebendaan ini umunya merupakan pajak
tidak langsung. 4 Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya
Dengan mendasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak dapat digolongkan menjadi dua, yakni pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat pajak pusat dan pajak yang dipungut oleh pemerintsah daerah pajak daerah.
a Pajak Pusat, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah pusat. Tergolong jenis pajak ini antara
lain Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang dan Jasa PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
PPn BM, Bea Materai dan Cukai.
20
b Pajak Daerah, yakni pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah, baik pada pemerintah provinsi
maupun pemerintah kabupatenkota.
2. Perencanaan Pajak Tax Planning