Uu: terdapat tepi yang tajam yang dislokasi atau terdapat fragmen akar yang telah menyebabkan ulser traumatis dari jaringan lunak di sekitarnya, contohnya di
lidah atau mukosa bukal. Ff: terdapat fistula dicatat ketika pus keluar dari saluran sinus yang
berhubungan dengan keterlibatan pulpa gigi. Aa: terdapat pembengkakan yang mengandung pus pada gigi dengan pulpa
terbuka. Pada penelitian ini subjek akan dibagi berdasarkan kelompok tanpa
PUFApufa dengan skor DMFTdeft berkisar dari 1 hingga 4. Batas bawah DMFTdeft = 1 dikarenakan apabila mengambil sampel bebas karies maka tidak
akan ada keterkaitan yang terlihat antara terjadinya karies terhadap IMT. Batas atas DMFTdeft = 4 dikarenakan rerata DMFTdeft anak 6-12 tahun di Indonesia sebesar
3,5 dan adanya asumsi bahwa anak dengan karies yang banyak, meskipun tidak
memiliki PUFApufa kemungkinan akan terganggu pola makannya dan berimplikasi terhadap IMT.
7
2.6 Hubungan Skor PUFA, Pengalaman Karies dan IMT
Karies yang tidak dirawat dapat memengaruhi kemampuan anak untuk makan, sehingga asupan gizi terganggu yang menyebabkan berat badan anak menurun.
Banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan karies yang tidak dirawat dengan indeks massa tubuh anak.
16
Karies yang tidak dirawat yang berkembang hingga ke pulpa akan menyebabkan beberapa kemungkinan sehingga berpengaruh
terhadap indeks massa tubuh yang rendah, adanya rasa sakit dan rasa tidak nyaman dapat mengurangi asupan makanan. Kualitas hidup yang berkurang menyebabkan
tumbuh kembang anak dapat membatasi aktivitas, mengurangi kualitas tidur, kekurangan konsentrasi, dan sebagainya. Infeksi odontogenik dapat melepas hormon
sitokin yang dapat memengaruhi pertumbuhan.
20
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa karies gigi yang tidak dirawat akan memengaruhi kualitas hidup dan pertumbuhan pada anak-anak. Penelitian Rohini et
al. dari 100 anak-anak yang ada suatu daerah di India didapatkan besar indeks
Universitas Sumatera Utara
PUFApufa ≥ 1 dan memiliki in deks massa tubuh yang berada dibawah normal.
Anak-anak yang lebih muda yang memiliki rerata skor PUFA+pufa dan indeks massa tubuh yang rendah yang dibandingkan terhadap anak-anak lebih tua.
19
Benzian et al. di Filipina yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara infeksi
odontogenik dan indeks massa tubuh dibawah normal.
19
Mishu et al. di Bangladesh menunjukkan adanya hubungan antara karies gigi yang tidak dirawat dengan indeks
massa tubuh dibawah normal, dimana 26 anak memiliki berat dibawah nomal dan 55 anak mengalami karies yang tidak dirawat.
16
Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara karies gigi dengan indeks massa tubuh. Kenan C et al. melakukan penelitian pada anak sekolah
di Turki mendapatkan bahwa anak-anak dengan indeks massa tubuh dibawah normal memiliki risiko lebih tinggi terhadap karies daripada anak yang mengalami diatas
normal.
9
Penelitian Heba A et al. terhadap anak sekolah usia 6-8 tahun di Arab Saudi mendapatkan hasil yang sama, bahwa anak-anak yang memiliki tingkat karies yang
tinggi memiliki IMT yang rendah secara signifikan.
34
Penelitian pada anak sekolah dasar di Jerman menemukan adanya korelasi positif antara berat badan dan
pengalaman karies pada gigi desidui dan gigi bercampur.
3
Penelitian seperti yang dilakukan oleh Sharma A et al. pada anak berusia 8-12 tahun di Mangalore, mendapatkan adanya peningkatan pengalaman karies karena
peningkatan IMT dari dibawah normal hingga obesitas.
42
Tingkat IMT tidak hanya berpengaruh terhadap kejadian karies, faktor lain juga dapat memengaruhinya, antara
lain yaitu berat badan lahir, usia, tingkat sosial ekonomi, kebiasaan makan dan aktivitas fisik.
43
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Teori