BAB 5 PEMBAHASAN
Data hasil penelitian ini menunjukkan jumlah setiap sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia hampir seimbang satu dengan yang lainnya, dimana persentase laki-
laki sebesar 53,6 dan perempuan sebesar 46,4. Berdasarkan usia, jumlah dan persentase pada setiap kelompok hampir seimbang walau yang terbesar ada pada anak
usia 7 tahun yaitu sebesar 15,8 Tabel 2. Jumlah rerata DMFT+deft pada kelompok II dan III hampir seimbang, yaitu
6,66 SD 2,08 dibanding 6,24 SD 2,65. Rerata DMFT yang dimiliki oleh kelompok anak II DMFT+deft4 tanpa melibatkan pulpa sebesar 3,11 SD 1,99, sedangkan
rerata deft sebesar 3,55 SD 2,99. Kelompok III memiliki rerata DMFT sebesar 1,76 SD 1,84 dan rerata deft sebesar 4,48 SD 3,21. Terlihat pada kedua kelompok ini
pengalaman karies gigi permanen terbesar dimiliki pada kelompok III, sedangkan pengalaman karies gigi desidui terbesar dimiliki oleh kelompok II Tabel 3.
Persentase anak pada seluruh kelompok penelitian memiliki skor Dd 72,866,4 dengan jumlah yang paling besar dibandingkan skor Me
8,628,5 dan Ff 5,64,8. Hal yang sama juga terlihat pada rerata skor Dd yang mendominasi pada kelompok I, kelompok II, dan kelompok III 1,90,69;
2,853,26; 1,653,22 dibanding rerata skor Me dan Ff. Data tersebut sesuai dengan penelitian Jazrawi KH yang mendapatkan nilai skor Dd paling dominan pada setiap
kelompok anak usia 6-12 tahun D: 1,20 dan d: 3,60.
32
RISKESDAS 2013 juga menunjukkan rerata skor D 1,02 lebih besar dibanding skor M 0,34 dan F 0,04
pada anak usia 12 tahun.
6
Besarnya rerata skor Dd dibandingkan dengan skor Ff pada setiap kelompok menunjukkan masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penanganan
kesehatan gigi dan mulut, khususnya karies tidak dirawat yang dapat memicu terjadinya infeksi odontogenik dengan keterlibatan pulpa.
13
Kegiatan preventif dan promotif sangat dibutuhkan dalam hal ini, khususnya seperti kegiatan yang dilakukan
di sekolah sesuai dengan program UKGS.
1,4
Universitas Sumatera Utara
Rerata PUFA dan pufa sebesar 0,51 SD 0,95 dan 2,62 SD 2,14 pada penelitian ini, yang berarti setiap anak pada kelompok III PUFA+pufa0 memiliki
karies yang tidak dirawat yang melibatkan pulpa setidaknya satu gigi permanen dan tiga gigi desidui. Rerata ini hampir sesuai dengan penelitian Jain K et al. yaitu rerata
PUFA dan pufa sebesar 0,3 dan 1,71.
12
Rerata skor Pp pada penelitian ini merupakan paling dominan P= 0,43 dan p= 2,25 diantara skor Uu U=0,04; u=0,10, Ff F=0,02 dan f=0,13, dan Aa
A=0,02; a=0,14. Penelitian Jazrawi KH menunjukkan besar rerata skor Pp yang hampir sama dengan penelitian ini P= 0,11 dan p=1,55 dan menunjukkan jumlah
yang dominan dibandingkan dengan Uu, Ff dan Aa.
32
Skor Pp yang berarti adanya keterlibatan pulpa cukup dapat menyebabkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman yang dapat menyebabkan kurangnya kemampuan
anak untuk makan sehingga asupan nutrisi anak buruk dan menyebabkan rendahnya indeks massa tubuh anak, dan berpengaruh terhadap kualitas hidup anak.
20
Selain skor Pp, skor Aa atau adanya abses juga dapat menyebabkan rasa sakit sehingga anak
sulit untuk tidur sehingga hal ini dapat mengganggu pertumbuhan anak.
17
Penelitian ini mendapatkan hanya 4 orang anak yang memiliki indeks massa tubuh dengan kategori obesitas, oleh karena itu pada penelitian ini kategori
dibagi atas tiga kelompok dengan kategori dibawah normal, normal, dan diatas normal. Terdapat perbedaan indeks massa tubuh yang signifikan p0,001 antara
kelompok anak dengan karies tanpa melibatkan pulpa dibandingkan kelompok anak dengan karies yang melibatkan pulpa pada penelitian ini Tabel 4.
Persentase sampel yang memiliki indeks massa tubuh dibawah normal paling besar dimiliki kelompok anak III PUFA+pufa0 sebesar 25,84, diikuti
kelompok anak II DMFT+deft4 tanpa melibatkan pulpa sebesar 10,84 dan kelompok anak I DMFT+deft=1-4 tanpa melibatkan pulpa sebesar 6,67 Tabel 4.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Benzian H et al. bahwa persentase indeks massa tubuh dibawah normal lebih banyak terdapat pada kelompok anak yang memiliki
karies yang melibatkan pulpa.
20
Mishu et al. di Bangladesh juga menunjukkan adanya
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara karies gigi yang tidak dirawat dengan indeks massa tubuh dibawah normal.
16
Penelitian ini menunjukkan adanya hasil korelasi yang signifikan p0,001 antara rerata PUFA+pufa dengan rerata indeks massa tubuh dengan nilai koefisien
korelasi yang lemah sebesar -0,279. Data ini hampir sesuai dengan data hasil penelitian Rohini D et al. bahwa adanya korelasi yang signifikan p=0,009 antara
skor PUFA+pufa dengan indeks massa tubuh, nilai koefisien korelasinya sebesar -0,259.
19
Korelasi yang negatif memiliki arti semakin tinggi skor PUFApufa maka semakin rendah skor indeks massa tubuh.
Hasil korelasi antara rerata DMFTdeft tanpa melibatkan pulpa dengan rerata indeks massa tubuh pada penelitian ini adalah signifikan p0,001 dan koefisien
korelasi yang lemah sebesar -0,225. Penelitian Heba A et al. terhadap anak sekolah usia 6-8 tahun di Arab Saudi mendapatkan hasil yang sama, bahwa anak-anak yang
memiliki tingkat karies yang tinggi memiliki IMT yang rendah secara signifikan.
34
Penelitian Shakya A et al. menunjukkan adanya korelasi negatif antara indeks massa tubuh dengan pengalaman karies pada gigi desidui dan permanen.
3
Weltzien et al. menyimpulkan pada penelitiannya bahwa tingginya pengalaman karies pada anak-
anak cenderung akan menyebabkan rendahnya indeks massa tubuh pada anak-anak tersebut.
25
Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya karies, jika karies yang tidak dirawat seiring pertambahan usia akan menyebabkan terjadinya infeksi
odontogenik.
24
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan antara rerata PUFA, rerata pufa, dan rerata PUFA+pufa berdasarkan usia anak p0,001. Anak yang
memiliki usia 6-8 tahun memiliki rerata PUFA lebih kecil dibandingkan usia 9-12 tahun sedangkan rerata pufa dan PUFA+pufa lebih besar dimiliki kelompok usia 6-8
tahun Tabel 6. Anak usia 6-8 tahun gigi permanen yang erupsi lebih sedikit dibandingkan
dengan gigi desidui yang masih ada, sehingga skor PUFA lebih kecil. Skor pufa pada anak usia 9-12 tahun lebih sedikit dikarenakan gigi desidui yang tersisa jumlahnya
sedikit, selain itu skor PUFA+pufa juga lebih sedikit karena pada anak usia 9-12
Universitas Sumatera Utara
tahun adanya kesadaran dan pengetahuan anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
4
Penelitian Jazrawi KH menunjukkan hasil yang sama bahwa skor pufa lebih besar pada anak usia 7-8 tahun dibandingkan pada anak usia 11-12 tahun, sementara
skor PUFA pada usia 11-12 lebih besar dibandingkan dengan anak usia 7-8 tahun.
32
Mishu et al. menunjukkan pengalaman karies pada anak usia 6-8 tahun memiliki persentase lebih besar dibandingkan pada kelompok anak berusia 9-12 tahun.
16
Hasil penelitian Monse et al. juga menunjukkan bahwa prevalensi PUFA lebih besar pada
anak berusia 12 tahun yaitu sebesar 50 dan 6 tahun sebesar 8, dan prevalensi pufa lebih besar pada anak usia 6 tahun yaitu sebesar 84.
18
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara rerata PUFA, pufa, dan PUFA+pufa bedasarkan jenis kelamin. Rerata PUFA
dan pufa pada anak laki-laki lebih besar PUFA= 0,57; pufa= 2,67 dibandingkan dengan anak perempuan PUFA=0,43; pufa=2,55 Tabel 7. Data ini sesuai dengan
penelitian Benzian et al. yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan terhadap skor PUFA+pufa0 pada anak laki-laki dan perempuan, namun rerata skor
PUFA+pufa perempuan lebih tinggi dari laki-laki yang berbeda dengan penelitian ini, rerata skor PUFA+pufa perempuan 1,19 dan laki-laki 1,12.
20
Weltzien et al. juga menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara skor PUFApufa dan jenis
kelamin, dan rerata pengalaman karies pada anak laki-laki lebih kecil dibandingkan perempuan.
25
Penelitian Mehta et al. menyatakan hal yang berbeda dengan penelitian ini, adanya hubungan yang signifikan p0,05 jenis kelamin terhadap pufa dan skor deft,
dan perempuan memiliki lebih sedikit skor pufa dan deft dibandingkan dengan laki- laki, hal ini disebabkan perempuan memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjaga
oral hygiene.
11,23
Disamping kesadaran dalam merawat kesehatan gigi dan mulut lebih baik pada anak perempuan, angka kejadian karies yang tidak dirawat lebih
kecil dibanding anak laki-laki, walaupun gigi lebih rentan terpapar dengan lingkungan rongga mulut kariogenik karena gigi pada anak perempuan lebih cepat
erupsi.
45
Universitas Sumatera Utara
Kesadaran orang tua sangat dibutuhkan dalam menangani masalah ini, sebaiknya orang tua dapat lebih dini melakukan pencegahan seperti menyikat gigi dan
mengunjungi dokter gigi untuk mendapatkan perawatan seperti penambalan gigi pada karies, sehingga dapat mengurangi rasa sakit pada anak yang dapat memengaruhi
indeks massa tubuh dan kualitas hidup anak, dan angka kejadian karies yang tidak dirawat dapat berkurang.
4
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN