Penelitian Benzian et al. mengelompokkan anak-anak dalam tiga kategori IMT sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Pembagian IMT menjadi tiga dikarenakan sulitnya
mendapatkan sampel dengan kategori obesitas.
20
Peneliti juga membagi kategori IMT menjadi tiga yaitu dibawah normal sangat kurus dan kurus, normal, dan diatas
normal sangat gemuk dan gemuk menggunakan kriteria menurut Kemenkes RI 2010 karena dianggap lebih sesuai dengan keadaan IMT pada anak-anak di Indonesia.
2.5 Indeks Karies
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan atau kelompok terhadap suatu penyakit. Status karies seseorang dapat
diperoleh dengan menggunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan sama. Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks Klein dan indeks
WHO, dan juga indeks PUFApufa yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan karies gigi yang tidak dirawat.
14,39
2.5.1 Indeks DMFT
Selama 70 tahun terakhir, data tentang karies yang dikumpulkan menggunakan indeks DMFT.
9,10
Indeks DMFT merupakan indeks karies menurut Klein dan Palmer, untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.
40
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pada gigi Decayed Missing Filled Tooth DMFT dan permukaan gigi Decayed Missing Filled Surface DMFS. Semua gigi
diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Pembagian gigi permanen dan gigi desidui hanya dibedakan dengan
pemberian kode Decayed Missing Filled Tooth DMFT atau Decayed Missing Filled Surface DMFS sedangkan decayed extracted filled tooth deft dan decayed
extracted filled surface defs digunakan untuk gigi desidui. Rerata DMFT adalah jumlah seluruh nilai DMFT dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.
41
Indeks ini tidak menilai akibat klinis dari karies gigi yang tidak dirawat. Karies dalam yang sudah mengenai pulpa tetap dimasukkan ke dalam kategori karies
dentin dan kelainan pulpanya tidak dinilai sama sekali yang mana penanganannya lebih serius dibanding dengan karies dentin itu sendiri.
9-11
Penelitian Pontonuwu et al
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan rerata indeks DMFT pada anak sekolah dasar di Indonesia sebesar 3,5.
7
Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS tahun 2013, indeks DMFT Indonesia menunjukkan anak dengan kelompok usia 12 tahun memiliki indeks DMFT sebesar
1,4 dengan nilai masing-masing D-T=1,02; M-T=0,34; DF-T=0,02; dan F-T=0,04.
6
2.5.2 Indeks PUFA
Monse et al. pada tahun 2010, memperkenalkan indeks PUFApufa untuk menilai tingkat keparahan karies gigi yang tidak dirawat pada gigi permanen PUFA
dan gigi desidui pufa. Indeks PUFApufa adalah singkatan dari empat kondisi akibat karies yang tidak dirawat. Indeks ini dinilai berdasarkan keterlibatan pulpa Pp,
ulserasi Uu disebabkan adanya sisa akar, fistula Ff dan adanya abses Aa. Indeks ini juga memudahkan dalam menentukan strategi perawatan darurat yang
dibutuhkan.
12,13,18
Pemeriksaan PUFA dilakukan pada lesi di sekitar jaringan yang berada pada gigi dengan keterlibatan pulpa akibat karies yang tidak dirawat, namun bila
ditemukan lesi jaringan lunak di sekitar gigi dengan tanpa keterlibatan pulpa maka lesi tersebut tidak dinilai. Pemeriksaan dilakukan secara visual tanpa menggunakan
instrument. Hanya satu nilai yang diberikan per gigi. Kasus yang meragukan dari infeksi ondontogenik, diberikan nilai dasar Pp untuk keterlibatan pulpa. Pada
kondisi ditemukannya gigi persistensi, jika kedua gigi mengalami infeksi odontogenik maka keduanya diberi penilaianskor. Prevalensi PUFApufa dihitung
sebagai persentase dari populasi dengan skor PUFApufa satu atau lebih. Karies yang tidak dirawat, rasio PUFApufa dihitung sebagai PUFA+ pufaD+d ×100.
14,18,32
Berikut ini, kode dan kriteria untuk indeks PUFApufa:
1,12
Pp: keterlibatan pulpa dicatat pada saat pembukaan ruang pulpa atau ketika struktur mahkota gigi telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau fragmen
akar yang tersisa. Tidak ada probing dilakukan untuk mendiagnosis keterlibatan pulpa.
Universitas Sumatera Utara
Uu: terdapat tepi yang tajam yang dislokasi atau terdapat fragmen akar yang telah menyebabkan ulser traumatis dari jaringan lunak di sekitarnya, contohnya di
lidah atau mukosa bukal. Ff: terdapat fistula dicatat ketika pus keluar dari saluran sinus yang
berhubungan dengan keterlibatan pulpa gigi. Aa: terdapat pembengkakan yang mengandung pus pada gigi dengan pulpa
terbuka. Pada penelitian ini subjek akan dibagi berdasarkan kelompok tanpa
PUFApufa dengan skor DMFTdeft berkisar dari 1 hingga 4. Batas bawah DMFTdeft = 1 dikarenakan apabila mengambil sampel bebas karies maka tidak
akan ada keterkaitan yang terlihat antara terjadinya karies terhadap IMT. Batas atas DMFTdeft = 4 dikarenakan rerata DMFTdeft anak 6-12 tahun di Indonesia sebesar
3,5 dan adanya asumsi bahwa anak dengan karies yang banyak, meskipun tidak
memiliki PUFApufa kemungkinan akan terganggu pola makannya dan berimplikasi terhadap IMT.
7
2.6 Hubungan Skor PUFA, Pengalaman Karies dan IMT