commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buah merah Pandanus conoideus Lamk. merupakan salah satu buah endemik Papua. Empat varian utama dari P. conoideus dikenal oleh masyarakat
sekitar karena nilai ekonominya sebagai tanaman obat. Keempat varian P. conoideus diantaranya adalah merah panjang, merah pendek, cokelat dan kuning
Budi, 2001. Beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa P. conoideus varian kuning yang kemudian dikenal dengan buah kuning dapat bertindak sebagai
obat antikanker meskipun mekanisme penghambatan terhadap sel kanker oleh buah ini belum sepenuhnya dapat diketahui Astirin, 2008.
Analisis pendahuluan terhadap ekstrak buah kuning terungkap bahwa ekstrak buah kuning mengandung: total karoten 9.500 ppm;
β-karoten 240 ppm; tokoferol 10.400 ppm dan beberapa asam lemak seperti asam oleat, asam
linoleat dan asam palmitat serta omega 3 dan omega 9 yang dikenal sebagai antioksidan yang dapat mencegah berbagai penyakit termasuk kanker Budi,
2001. Kandungan senyawa dalam buah kuning hampir sama dengan varian buah merah panjang hanya berbeda dalam komposisi asam lemak jenuhnya dan kadar
asam lemak tak jenuh serta senyawa antioksidannya. Asam lemak terdapat dalam tumbuhan terutama dalam bentuk terikat,
teresterkan dengan gliserol sebagai lemak yaitu berupa triasil gliserol atau trigliserida Harborne, 1987; Muchalal, 2004. Ikatan tak jenuh yang ada dalam
asam lemak merupakan pusat aktif yang dapat bereaksi dengan oksigen. Peroksidasi auto-oksidasi lipida dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh
secara in vivo sehingga menimbulkan beberapa penyakit seperti kanker. Efek yang merusak ini ditimbulkan oleh radikal bebas ROO, RO, OH yang dihasilkan
saat pembentukan peroksida dari asam lemak. Keberadaan antioksidan dalam ekstrak buah dapat menghambat atau mencegah reaksi auto-oksidasi pada lipida.
Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat pada radikal peroksida ROO, RO, OH dan mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil.
1
commit to user Autooksidasi yang terjadi pada asam lemak relatif lebih cepat apabila
ekstrak lipida dalam ekstrak buah dipisahkan dari komponen senyawa yang lain. Sebaliknya apabila dilakukan pemisahan langsung dari bahan awal reaksi
autooksidasinya menjadi lebih lambat. Amplifikasi yang dilakukan dengan menambahkan oksidator pada proses kolom akan dapat diketahui seberapa besar
kekuatan oksidasi dari asam lemak tak jenuhnya dan ketahanan terhadap reaksi oksidasi karena keberadaan senyawa antioksidan yang terdapat pada ekstrak buah.
Penelitian yang telah dilakukan pada ekstrak lipida dari ekstrak buah merah menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dengan fasa diam modifikasi
yaitu berupa silika gel-alumina 2:3 dan oksidator berupa MnO
2
diperoleh hasil suatu produk turunan asam lemak yaitu berupa dioktil phtalat dan bis2-etilheksil
adipat Handayani, 2008. Sedangkan ekstrak β-karoten dari buah merah juga
telah dipisahkan dengan menggunakan teknik modifikasi tersebut. Modifikasi fasa diam tersebut menyebabkan senyawa
β-karoten mengalami perubahan Rumanthi, 2008.
Adanya perbedaan komposisi dalam ekstrak buah merah dan ekstrak buah kuning dimungkinkan berpengaruh terhadap proses pemisahan senyawanya.
Kandungan asam lemak tak jenuh dalam ekstrak buah merah lebih besar daripada ekstrak buah kuning, sehingga kemungkinan asam lemak yang bereaksi dengan
oksidator lebih besar pada buah merah. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini dilakukan modifikasi yang sama dengan modifikasi yang dilakukan pada
ekstrak buah merah dengan memperhatikan pengaruh perbedaan kadar asam lemak dan potensi antioksidan dengan penambahan oksidator yang tinggi, apakah
reaksi yang terjadi akan sekuat pada buah merah jika modifikasi ini dilakukan pada buah kuning.
B. Perumusan Masalah 1.