Tinjauan Umum tentang Legal Audit

commit to user 25

3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit

a. Pengertian Legal Audit

Pemeriksaan adalah suatu proses penilaian dalam arti yang luas secara independen terhadap data dan fakta untuk menilai tingkat kesesuaian, tingkat keamanan dan tingkat kewajaran yang disajikan dalam lapotan mengenai opini dan saran perbaikan. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan definisi atau pengertian legal audit adalah merupakan suatu proses penilaian terhadap data dan fakta atas transaksi yang dilakukan oleh perusahaanbank dengan pihak lainnya untuk menilai tingkat keamanan perusahaan, terutama dalam hal legal risk aspect yang pada akhirnya akan membahayakan harta perusahaanbank, yang disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan mengenai opini dan saran perbaikan.Hasanudin Rahman, 2000: 19-20 Dari pengertian legal audit tersebut di atas dapat dikemukakan lebih lanjut bahwa : 1 Suatu transaksi tentulah ada data dan fakta yang mendasarinya, yaitu suatu kesepakatan antara bank dengan pihak lainnya tentang sesuatu hal tertentu, baik di bidang dana maupun bidang kredit. 2 Data dan fakta yang diperiksa aspek yuridisnya adalah data dan fakta yang menyangkut suatu trar.saksi antara bank dengan pihak ketiga, karena data dan fakta inilah yang mengandung nilai-nilai yuridis yang melahirkan hak dan kewajiban. Atau dengan kata lain, data dan fakta transaksi intern bank tidak termasuk dalam sasaran Legal Audit. 3 Suatu pemeriksaan, adalah suatu proses penilaian oleh legal auditor terhadap suatu transaksi yang dilakukan oleh bank dengan pihak lainnya. 4 Pemeriksaan yang dilakukan oleh legal auditor tentulah dilakukan dengan tegas, dalam arti bahwa setiap kekurangankelemahannya harus diungkapkan, sehingga nantinya dapat ditindaklanjuti oleh auditee aparat pelaksana. 5 Penilaian yang dilakukan oleh legal auditor adalah tingkat keamanan bank, terutama apabila bank akan berperkara di pengadilan kelengkapan dan kesempurnaan hukum bukti-bukti yang ada commit to user 26 6 Yang dimaksud dengan legal risk aspect adalah risiko tidak siapnya bank untuk berperkara di pengadilan karena adanya penyimpanganproblem yang terjadi sebagai akibat tidak dipenuhinya aspek- aspek suatu transaksi, yang pada akhirnya akan berdampak kerugian atau membahayakan harta perusahaanbank. 7 Legal auditor juga dilengkapi dengan laporan hasil pemeriksaan yang berisi opini dan saran perbaikan, opini yang disampaikan adalah opini yuridis, yaitu yang menyangkut kelemahan, kekurangan dan cacat yuridis yang terkandung dalam suatu transaksi. Sedangkan saran perbaikan adalah yang menyangkut penguatan penyempurnaan suatu data dan fakta transaksi sebagai alat bukti secara yuridis formalHasanudin Rahman, 2000:20-21. Kandungan hukum dalam suatu transaksi yang dilakukan bank dengan nasabahnya sangat besar, dan itu hanya merupakan salah satu alasan penting legal audit diperlukan dalam operasional perbankan. Permasalahan perbankan yang semakin hari semakin memperlihatkan kurangnya pengetahuan hukum bagi aparat pelaksana perbankan yang menuntut dunia perbankan untuk menata diri lebih professional disamping mampu mengantisipasi perubahan akibat arus informasi dan globalisasi. Hal-hal tersebut untuk menunjang landasan gerak perbankan agar mampu menampung tuntutan pengembangan jasa perbankan yang ada, juga untuk lebih meningkatkan kemajuan-kemajuan secara berkesinambungan, sehingga jasa perbankan benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada pelaksanaan pembangunan nasional Annida, Legal Auditlegal due diligence,http:annida.harid.web.id?p=356, diakses tanggal 07 Desember 2010 Pukul 08.35. Legal Audit di bidang kredit sangat diperlukan dalam suatu lembaga perbankan untuk menghindari dan mencegah adanya Legal Risk dalam pemberian kredit, seperti diterangkan dalam Jurnal Nasional di Italy, yang isinya sebagai berikut : “The exemption from administrative liability for crimes is, for enterprises, an opportunity to reduce the risk of legal action, lawsuits or juridical proceedings legal risk. This means that managers can reduce the probability of negative situations and of losses due to Pecuniary penalties, Disqualification penalties, Confiscation and Filings of judgement. The reduction of legal risks is allowed only if the company has implemented organizational and management models commit to user 27 which prevent the crimes, this implies an improvement of the Internal Audit. Our objective is to show that there are some important connections between these factors, in particular we will illustrate that legal risk can be reduced if the company puts into practice a Risk Assessment Process and an efficient Internal Audit System. These synergies led to the abovementioned risk-reduction Corporate Ownership Control Volume 4, Issue 4, Summer 2007 Corporate Governance in Italy. Dalam Jurnal Negara Italy tersebut diterangkan bahwa pelaksanaan Legal Audit yang merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan internal control bertujuan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya aksi hukum, dan proses- proses yudisial atau lebih umumnya disebut Legal Risk. Pengurangan dan pencegahan terhadap terjadinya suatu Legal Risk dapat dilakukan oleh manager atau pihak-pihak lain sesuai dengan wewenangnya. Kesimpulannya yaitu Legal Risk dapat dicegah dengan dilaksanakannya system internal audit yang efisien. Perkembangan perekonomian bergerak cepat disertai dengan banyaknya dan bervariasinya tantangan yang dihadapi, tentunya hal itu selalu diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Untuk itu perbankan nasional perlu diperkuat dengan landasan hukum dan pengetahuan hukum bagi aparatnya yang dibutuhkan bagi terselenggaranya pembinaan dan pengawasan yang mendukung peningkatan kemampuan perbankan menjalankan fungsinya secara sehat, wajar dan efisien, sekaligus memungkinkan perbankan nasional melakukan penyesuaian yang diperlukan sejalan dengan berkembangnya norma-norma perbankan secara internasional. Gencarnya pembentukan hukum perbankan saat ini adalah bentuk upaya penyempurnaan terhadap hukum yang telah ada. Hal itu dimaksudkan agar perbankan Indonesia memiliki landasan gerak yang kokoh yang membawa ke arah sikap yang lebih tanggap terhadap perkembangan pembangunan nasional, sehingga perbankan nasional mampu berperan dalam peningkatan taraf hidup rakyat banyak, juga mampu menjadi pelaku pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional Muhamad Djumhana, 1993:3. Fenomena-fenomena tersebut harus diiringi dengan kemauan dan tekad dari perbankan untuk tunduk dan taat terhadap aturan-aturan yang ada, baik langsung commit to user 28 maupun tidak langsung berhubungan dengen transaksi perbankan. Tindakan mana, salah satunya adalah dengan serangkaian kegiatan pemeriksaan hukum legal audit atas semua transaksi yang dilakukan bank dengan pihak lainnya. Sehingga selain dapat menjadi proteksi bagi bank dari legal risk, juga dapat menjadi penilaian sampai sejauh mana kepatuhan perbankan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai hukum positif yang berlaku di negara ini, yang pada akhirnya akan melahirkan suatu kondisi perbankan yang sehat dan terpercaya, sehingga tidak ada lagi cerita bank yang mengalami rush bahkan likuidasi.

b. Fungsi Legal Audit Di Bidang Kredit Sebagai Pengawasan Internal Bank

Efektivitas pengawasan internal pada suatu bank merupakan tolok ukur di dalam penilaian tingkat kesehatan bank tersebut terutama dalam kaitannya dengan penilaian aspek manajemen. Rumusan dari pengawasan internal itu sendiri dalam arti luas adalah pengendalian managerial, yaitu suatu sistem yang digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengawasi atau mengendalikan kegiatan perusahaan dengan cara membandingkan antara realisasi performance kinerja terhadap rencana yang telah ditetapkan serta menjamin bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki oieh perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien. Sedangkan dalam arti sempit kegiatan pengawasan itu adalah audit atau pemeriksaan yeng dilakukan terhadap suatu objek tertentu dan pada dasarnya merupakan bagian dari pada kegiatan pengawasan itu sendiri. Hasanudin Rahman, 2000: 33 Salah satu fungsi managemen yang penting dalam setiap kegiatan usaha adalah dalam bentuk pengawasan. Tujuannya antara lain untuk menjaga dan mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan baik dari pihak intern maupun dari pihak ekstern, memajukan efisiensi dan efektivitas usaha yang dilakukan, mendorong dipatuhinya kebijakan managemen, serta untuk menjaga agar tercapainya system managemen informasi yang baik. Ada berbagai pendkatan yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan, salah stunya yaitu dengan audit. Teguh Pudjo Muljono, 1999:2-3 Dari rumusan di atas, dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen dan aparat pengawasan merupakan alat dari manajemen, commit to user 29 sehingga bertindak untuk dan atas nama manajemen serta bertanggung jawab penuh terhadap manajemen. Akan tetapi, dengan semakin besarnya organisasi serta semakin meluasnya jangkauan usaha, maka kegiatan pengawasan yang sebelumnya merupakan ruang lingkup dari pada fungsi manajemen menjadi sulit untuk diterapkan secara penuh karena tentu akan mengurangi objektivitas maupun inde-pendensinya. Oleh karena itu, untuk melaksanakan fungsi pengawasan tersebut diperlukan suatu unit organisasi yang berdiri sendiri serta terpisah dari kegiatan rutin dan tangnung jawab pekerjaannya juga beralih menjadi tanggung jawab kepada Beard of Directors Dewan Direksi. Manajemen dalam hal ini bertanggung jawab untuk menerapan kebijakan pengawasan, perencanaan dan pemeliharaan serta pengembangan sistem pengawasan yang sekaligus membuat suasana yang kondusif bagi suksesnya pelaksanaan kegiatan pengawasan tersebut. Sistem pengawasan itu sendiri harus mampu memberikan jaminan yang wajar bahwa harta perusahaan dapat diselamatkan dan informasi-informasi atas segala kegiatan perusahaan yang diperlukan dapat setiap waktu diperoleh serta dapat dipercaya. Sistem pengawasan tersebut harus memungkinkan adanya deteksi dini early warning terhadap adanya kesalahan dan kecurangan sehingga mudah untuk ditemui, serta segera dapat diperbaiki yang pada gilirannya dapat mengembangkan efisiensi di dalam operasi perusahaan. Selanjutnya, melalui sistem tersebut juga harus dapat dikembangkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta dijalankannya prinsip-prinsip perbankan yang sehat. Pengawasan perbankan dapat diwujudkan dengan adanya sistem internal control, seperti diterangkan dalam West Law pada tahun 1993 : “Internal controls are those systems through which the bank provides for and ensures continuing compliance, such as policies and procedures, are grouped under that heading, they may exist individually in various degrees from bank to bank”. Menurut West Law, internal control adalah merupakan suatu system yang mana bank menyediakan dan memastikan kebenaran suatu kebijakan dan prosedur yang ada dalam suatu bank. Internal Control suatu bank berbeda-beda sesuai kebijakan yang ada dalam suatu bank Thomson Reuters, January 1993, Approx. 7 pages. commit to user 30 Pada dasarnya kegiatan audit dalam suatu bank haruslah merupakan bagian daripada pelaksanaan sistem pengawasan yang mampu mengantisipasi kepentingan- kepentingan protektif dan korektifkonstruktif sehingga efektivitas maupun efisiensi dari operasional bank tersebut terjamin. Sifat protektif di sini adalah kemampuan untuk mengamankan harta kekayaan bank, dipatuhinya bank policies, terjaminnya kebenaran, ketepatankewajaran data-data administrasi, management information system dan Iain-Iain yang secara umum mencakup pengamanan fisik serta pengamanan administratif. Adapun sifat korektifkonstruktif adalah umpan balik untuk segera menyampaikan adjustment yang dimaksudkan untuk menciptakan keadaan yang lebih baik, mengurangi adanya unfavourable condition serta mengetahui melalui swot analysis potensi-potensi untuk perkembangan usaha yana mampu mendukung profitabilitas bank. Fungsi lembaga pengawasan internal secara umum adalah membantu manajemen di dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien dengan jalan memberikan analisis yang akurat serta penilaian terhadap segala bentuk aktivitas bank. Untuk mekanisme fungsi dimaksud maka aparat lembaga pengawasan internal mempunyai tugas sebagai berikut: 1 melaksanakan monitoring dan pemeriksaan terhadap segala akti- vitas bank; 2 melakukan pengujian dan atau analisis terhadap data-data alat bukti dan lain- lain yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut, dengan menggunakan secara optimal terknik-teknik pemeriksaan yang berlaku; 3 melaporkan hasil pemeriksaan dan monitoring yang sudah berlalu; dan memberikan saran dan pendapat secara objektif dan independen atas temuan pemeriksaan. Dalam melakukan fungsitugas tersebut, aparat lembaga pengawasan harus berpijak kepada suatu landasan kerja yang meliputi: 1 peraturan pemerintah; 2 peraturan managemen bank; 3 kebijakan yang dikeluarkan managemen bank; 4 praktek-praktek perbankan yang sehat. commit to user 31 Adapun tujuan pelaksanaan fungsitugas-tugas tersebut di antaranya adalah: 1 Dapat dipercayainya informasi yang ada pada perusahaan, melalui pola MIS yang efektif; 2 Dipatuhinya kebijaksanaan, rencana, prosedur, peraturan dan hukum yang berlaku; 3 Dilindunginya secara optimal harta perusahaan; 4 Adanya penggunaan sumber daya yang .dimiliki perusahaan secara efisien dan ekonomi; dan 5 Dapat dicapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya; serta 6 Dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, yaitu nasa- bah, masyarakat, pemilik, pengurus, karyawan dan pemerintah. Hasanudin Rahman, 2000:36 Setiap bank memerlukan aparat independen untuk membantu manajemen dalam pengendalian internal, karena setiap level manajemen mempunyai keterbatasan rentang kendali yang dimiliki. Sedangkan prinsip pengendalian intern itu sendiri adalah : 1 Adanya struktur organisasi yang memisahkan antara fungsi dan tanggung jawab secara jelas dan tegas; 2 Adanya sistem dan prosedur untuk menjamin transaksi telah dilakukan dengan benar; 3 Praktek yang sehat, maksudnya pihak yang menilai harus independen dan obyektif; serta 4 pegawai yang cakap, ada job discription, job instruction dan job qualification.Hasanudin Rahman, 2000:36 Legal Audit dalam struktur organisasi terdiri dari intemal auditor pemeriksa internal atau pengawasan internal atau lebih luas lagi pengendali internal. Keberadaan legal audit adalah sebagai perwujudan pengendalian intern, tidak hanya sampai pengawasan internal, kerena legal audit perlu tindak lanjut, tanpa tindak lanjut jelas legal risk dan indirect financial risk akan ditanggung oleh bank. commit to user 32 Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa salah satu tujuan legal audit adalah mengamankan asetharta kekayaan bank, dalam rangka mencapai tujuan tersebut legal auditor melakukan langkah-langkah pemeriksaan hukurn terhadap seluruh transaksi yang dilakukan bank dengan nasabahnya, termasuk transaksi dengan bank lain dan melakukan pemeriksaan apakah transaksi yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Selama ini memang Bank telah melakukan legal audit terhadap transaksi perbankan dengan pihak lainnya, namun legal audit yang dilakukan perbankan selama ini lebih banyak bersifat check point. Hal ini tidak akan menemui kelemahan-kelemahan yuridis atau penyimpangan yang mungkin ada karena pemeriksaan tidak dilakukan secara teliti dan mendalam terhadap objek yang diperiksa. Perjanjian kredit, mulai dari tanggal pembuatan, isi perjanjian dan tanda tangan para pihak, harus diperiksa tingkat kesesuaian dan dipastikan tidak ada kelemahan-kelemahan yang berakibat adanya cacat yuridis terhadap perjanjian tersebut. Lebih jelasnya, fungsi legal audit adalah untuk mengetahui kekuatan kesempurnaan data dan fakta sebagai dokumen transaksi bank dengan nasabahnya pihak lainnya, agar bila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bank telah mempunyai alat bukti yang kuat, lengkap dan sempurna untuk menjalankan suatu tindakan hukum bila dianggap perlu, di sini yang dinilai adalah kemampuan manajemen dalam bertransaksi dalam hal legal aspect dan dikaitkan dengan coorporate image risk aspect dan financal risk aspect, serta yang berkenaan dengan fungsi fungsi manajemen lainnya. Oleh karena itu, dalam legal audit, analisis yang dilakukan lebih banyak bersifat kualitatif daripada kuantitatif.Hasanudin Rahman, 2000:37-38

c. Tinjauan mengenai Legal Audit di bidang kredit

Secara umum kredit diartikan sebaaai the ability to borrow on the opinion conceived by the lender that he will be repaid. Di dalam perpustakaan Hukum Perdata terdapat beberapa pendirian mengenai arti kredit itu : a Savelberg menyatakan kredit mempunyai arti antara lain : 1 Sebagai dasar dari setiap perikatan verbintenis di mana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain; commit to user 33 2 Sebagai jaminan, di mana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu commodatus, depositus, regulare, pignus. b Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai berikut: menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di belakang hari. Di dalam istilah ini terkumpul 2 dua pengertian yaitu sebab akibat. Yang merupakan sebab ialah bahwa penerima dianggap mampu untuk mengembalikan pinjamannya di belakang hari, dan akibatnya ialah si penerima kredit itu dipercaya. Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Noimor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang akan dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 terebut di atas, berhubungan dengan legal audit bidang perkreditan, lebih lanjut dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: 1 Yang menjadi objek perjanjian adalah uang berupa pinjam meminjam, penyediaan uang atau tagihan menjadi kewajiban bank sebagai kreditur dan menjadi hak bagi pihak lain sebagai debitur untuk menariknya. 2 Uang atau tagihan sebelum disediakan oleh bank, terlebih dahulu dilakukan suatu persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan debiturcalon debitumya. Persetujuan atau ke sepakatan mana didahului dengan adanya permohonan sebagai perwujudan niat dari debiturcalon debitur kepada bank, adanya pemberitahuan persetujuan dari bank kepada debiturcalon debiturnya, yang kemudian diwujudkan dalam suatu perjanjian kredit. Persetujuan atau kesepakatan ini terus berlanjut sampai kredit tersebut lunas. 3 Adanya kewajiban bagi debitur untuk melunasi hutangnya sebesar jumlah commit to user 34 uang atau tagihan yang telah disediakan oleh bank sebelumnya, kecuali ada overdraft yang dibuat dalam suatu perjanjian kredit. 4 Jangka waktu merupakan bukti bahwa uang atau tagihan yang disediakan oleh bank adalah kredit, karena tanpa jangka waktu penyediaan uang atau tagihan tersebut bukanlah merupakan kredit. Semakin panjang jangka waktu kredit, semakin besar risiko yang terkandung di dalamnya begitupun sebaliknya. 5 Kewajiban lain debitur adalah membayar bunga kredit sebesar yang telah diperjanjikan, kelalaian membayar bunga oleh debitur, sudah cukup sebagai bukti bahwa debitur wanprestasiHasanudin Rahman, 2000:84-85. Harus diakui dibandingkan dengan produk dan jaga perbankan yang ditawarkan pendapatan atau keuntungan, pendapatan suatu bank lebih banyak bersumber dari pemberian kredit kepada nasabahnya, terlebih lagi bagi bank-bank yang belum berstatus bank devisa. Oleh karena itu, pemberian kredit tersebut pasti secara terus-menerus dilakukan oleh bank dalam kesinambungan kegiatan operasionalnya. Namun disisi lain, penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada nasabah, terdapat risiko tidak kembalinya dana atau kredit yang disalurkan tersebut, sehingga ada pernyataan yang berbunyi: bisnis perbankan adalah bisnis risiko dan dengan pertimbangan risiko inilah, bank-bank harus selalu melakukan analisis yang mendalam terhadap setiap permohonan kredit yang diterimanya dan harus selalu melakukan review terhadap setiap pemberian kredit yang disalurkannya. Legal Audit bank dilakukan oleh Comittee Audit yang berasal dari dalam bank atau disebuat internal auditor dan bisa pula tenaga ahli dari luar bank atau jasa disebut eksternal auditor. Committee Audit mempunyai tugas-tugas khusus seperti diterangkan dalam Jurnal Internasional tentang Perbankan, “ The Audit Committee must set standards for establishing, maintaining, and assessing the effectiveness of the bank’s internal controls. Each of the federal banking agencies has provided detailed written guidance on the various factors to be considered in establishing these standards” Issue of The Banking Law Journal. Copyright ALEXeSOLUTIONS, INC. February 2008 . Jurnal Internasional Perbankan tersebut menerangkan bahwa Committee Audit mempunya tugas membuat standar commit to user 35 untuk membentuk dan menciptakan internal control perbankan yang efektif yang dituangkan dalam peraturan tertulis. Review terhadap setiap pemberian kredit inilah yang sering diabaikan oleh pihak perbankan, khususnya dalam hal auditing yang lazim diistilahkan dengan sebutan loan review. Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa kalaupun dilakukan review tehadap setiap pemberian kreditnya, bank melakukannya dengan hanya mempergunakan metode checklist, tidak diiakukan pemeriksaan yang mendalam, termasuk pemeriksaan terhadap dokumentasi kredit yang banyak berhubungan dengan legal risk aspect. Sebagai contoh, seorang auditor melakukan pemeriksaan terhadap suatu port of folio kredit, maka dia hanya dibekali suatu form standar berupa pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya hanya berkisar antara diperlukan, tidak diperlukan, ada, tidak ada, antara ya atau tidak dan jawaban- jawaban sejenis yang dangkal Berangkat dari uraian di atas, maka diperlukan suatu bentuk atau teknis pemeriksaan yang diharapkan mempunyai nilai lebih dengan ruang lingkup Legal Audit adalah : 1 permohonan kredit; 2 persetujuan pemberian kredit; . 3 pengikatanperjanjian kredit; 4 jaminanagunan kredit; 5 pengikatan jaminan kredit; 6 pencairan dana kredit; 7 pembayaran kewajiban debet rekening; 8 perubahan kredit persyaratan, jumlah, jangka waktu, bunga; 9 pelunasan kredit dan penarikan agunan.Hasanudin Rahman, 2000: 84-86

4. Tinjauan Umum tentang Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang