commit to user
- Mendidik to educate
- Menghibur to entertain
- Mempengaruhi to influence Effendi, 1992.
3. Radio sebagai Media Massa
Unsur penting dalam komunikasi massa adalah media massa, yang terdiri dari media cetak surat kabar, tabloid, majalah dan media elektronik televisi, radio
dan media online internet. Media mendistribusikan pesan – pesan yang mempengaruhi dan merefleksikan kebudayaan dan masyarakat. Selain itu, ia juga
menyediakan informasi secara simultan kepada khalayak luas dan heterogen, sehingga membuatnya menjadi bagian dari kekuatan institusi masyarakat. Media
massa ini mampu memberikan informasi, pengetahuan, sugesti dan hiburan
Satriawan, 2004.
Produksi media merespon terhadap perkembangan sosial dan budaya dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan tersebut. Menurut McLuhan dan
Innis, media merupakan perpanjangan dari pikiran manusia, jadi media yang menonjol dalam penggunaan membiaskan masa historis apapun. Sedangkan
Donald Ellis memberikan satu tatanan preposisi yang mewakili sebuah sudut pandang kontemporer pada gagasan dasar Innis dan McLuhan. Menurutnya,
media yang terbesar pada suatu waktu akan membentuk perilaku dan pemikiran. Ketika media berubah, demikian juga dengan cara pikir kita, cara kita mengatur
commit to user
informasi dan berhubungan dengan orang lain Stephen W. Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009.
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberikan
efek lain dari luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja mempengaruhi sikap seseorang namun juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Efek
media dapat pula mempengaruhi seseorang dalam waktu yang pendek sehingga dengan cepat mempengaruhi mereka, namun juga member efek dalam jangka
waktu yang lama, sehingga member dampak pada perubahan – perubahan dalam waktu yang lama Bungin, 2006.
Dari sekian banyak bentuk media massa, salah satunya adalah radio. Dari dahulu hingga sekarang, media auditif hanya bisa di dengar ini tetap menjadi
media yang merakyat, murah dan popular. Sejarah membuktikan bahwa radio telah memegang peranan penting pada masa lampau. Awal perang dunia II, radio
mengemban satu fungsi khusus sebagai sarana propaganda. Bahkan tokoh dunia seperti Hittler menggunakan media ini untuk propagandanya Masduki, 2004.
Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas
berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang
commit to user
bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial,
sedangkan televisi audiovisual. Sejalan dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat, hal tersebut
juga mempengaruhi peran radio, dari media propaganda menjadi institusi sosial yang berada didalam komunitas yang heterogen dengan segala macam
kompleksitas permasalahan. Kini radio memiliki tiga peran sosial. Pertama, radio menjadi media sosialisasi. Dalam peran ini, radio menyebarluaskan informasi
dan hiburan yang membuat optimisme serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar. Selain itu, radio juga menjalin komunikasi untuk saling berkarya
mengubah berbagai persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu. Kedua, sebagai media aktualisasi. Radio mampu menyegarkan memori
pendengar terhadap peristiwa aktual dan momentum yang penting bagi kehidupan mereka. Melalui peran ini, radio juga mengagendakan masalah –
masalah sosial agar menjadi isu dan keprihatinan bersama daripada masalah personal. Mendesak makin terbukanya kebijakan politik – ekonomi bagi
partisipasi seluruh lapisan pendengar dan menjadi mediasi antar berbagai pihak yang sedang berkonflik sehingga muncul solusi damai dan saling
menguntungkan. Hal ini menjadi peran radio yang ketiga yaitu sebagai media advokasi Masduki, 2004.
commit to user
Radio memiliki beberapa kekuatan yang tidak dimiliki oleh media lain, sehingga membuat radio tidak ditinggalkan oleh pendengar, antara lain :
1. Bersifat langsung, pendengar bisa langsung mendengarkan informasi
yang disiarkan. Detik itu kita bicara detik itu juga pendengar bisa mendengarkan apa yang kita bicarakan.
2. Cepat, radio punya sifat cepat karena menggunakan ranah publik
yakni frekuensi sebagai alat antar informasinya tidak seperti media cetak yang menggunakan kertas.
3. Tanpa batas, radio punya karakter kekuatan seperti ini karena yang
menjadi alat antar informasinya gelombang elektromagnetik yang bisa diakses atau didengarkan di mana saja dan kapan saja.
4. Murah, radio media komunikasi yang murah dibandingkan dengan
media komunikasi-informasi lainnya. Radio cukup dengan sekali membangun stasiun yang bermodal rendah bisa dipakai bertahun-tahun,
media yang lain butuh ongkos produksi yang besar setiap menyampaikan informasi.
5. Radio juga sangat pribadi yakni bisa membuat pendengar merasa
akrab dengan penyampai informasi. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa
lisan. Kalaupun ada lambang-lambang nirverbal yang dipergunakan jumlahnya
commit to user
sangat minim, umpamanya tanda waktu pada saat akan memulai warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu musik Effendi, 1990.
Rentang waktu 1998 – 2001 merupakan proses historis terpenting bagi kebangkitan media penyiaran. Selama rentang waktu tersebut terjadi lima
perubahan mendasar yang mempengaruhi peta industri penyiaran. Pertama, pergeseran orientasi penyiaran, dari medium artikulasi kepentingan Negara
menjadi medium aktualisasi dinamika pasar. Kedua, pergeseran substansi kepemilikan dari private-state-nonprofit ke community-public-profit. Ketiga,
pergeseran materi siaran dari hiburan ke informasi jurnalistik. Berikutnya kemasan siaran dari monolog reaktif ke dialog interaktif. Dan kelima,
pergeseran teknologi dari era analog AMFM ke era digital internet dan satelit.
TABEL 1 Pergeseran Paradigma Penyiaran Pasca Reformasi 1998
Kepemilikan Dari Sw
Materi Siaran Dari Hib
Kemasan Dari mo
Teknologi Dari ana
Sumber : Masduki, Radio Siaran dan Demokratisasi
commit to user
Masduki dalam buku Menjadi Broadcaster Profesional 2004 mengungkapkan beberapa kelemahan media radio diantaranya adalah output yang dihasilkan
berupa suara, tidak ada visualisai yang tampak nyata. Kualitas suara yang diterima juga tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi.
Informasi dan pesan yang diberikan tidak bisa mendetail, hanya selintas dengar, sulit diingat dan sulit didokumentasikan.
Radio dapat menyarankan banyak hal pada pendengarnya, sebagai tujuan dalam proses komunikasi massa ini. Karena pada dasarnya media memang merupakan
cermin dan refleksi dari kondisi sosial dari kondisi sosial budaya masyarakat. Media massa termasuk radio memberi penonjolan blow up terhadap realitas
sosial melalui kemampuan exposure-nya, yang bisa mengilhami dan menyemangati perasaan, pemikiran maupun tindakan masyarakat Panuju, 1997
. Dibidang teknologi usaha untuk menyempurnakan radio siaran telah mencapai
kemajuan. Prof. E.H. Amstrong dari Universitas Columbia pada tahun 1944 telah
memperkenalkan sistem
Frequency Modulation
FM sebagai
penyempurnaan Amplitude Modulation AM. Keuntungan yang diperoleh diantanranya,
pertama dapat
menghilangkan interfence
gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca bintik – bintik matahari atau alat listrik.
Kedua menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang bekerja pada gelombnag yang sama. Ketiga, dapat menyiarkan suara sebaik – baiknya
bagai telinga manusia yang sensitif Effendi 1991. Bahkan sekarang sejumlah
commit to user
radio juga sudah bergeser ke teknologi digital internet dan satelit. Radio merupakan media massa yang paling menyebar.
Kini Indonesia sedang menjalani masa menuju demokratisasi penyiaran. Undang – undang penyiaran no.32 tahun 2002 secara langsung maupun tidak
langsung memberikan perubahan terhadap peran radio. Lembaga Penyiaran yang ada saat ini adalah swastakomersial, publik, dan komunitas. Lembaga penyiaran
publik merupakan pengganti istilah lembaga penyiaran milik pemerintah, seperti RRI dan TVRI. Sementara itu, selama 35 tahun lebih, wacana komunitas relatif
masih asing di Indonesia Masduki, 2003.
4. Industri Radio Komunitas