BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kerlinger dalam Ariko 2005, definisi teori adalah seperangkat konstruk konsep yang saling berhubungan; yang mempunyai definisidan detail
yang dipersentasikan melalui pandangan sistematik dari fenomena-fenomena spesifikasi yang saling berhubungan diantara variabel-variabel, dengan maksud
menjelaskan dan memprediksi fenomena gejala tersebut. Adapun pembahasan teori-teori yang terkait pada penelitian ini antara lain
mengenai bentuk visual bangunan dalam exspresi arsitektural, aspek komunikasi dalam arsitektur, aspek pengamat obyek pandangan, dan aspek pengamat manusia
terhadap lingkungan. Tahap selanjunya ditarik hipotesa yang dapat memberikan pangan, dasar pengetahuan dan arahan untuk menjalankan proses penelitian
selanjutnya.
2.1. Kajian Bentuk Bangunan
2.1.1. Pengertian Bentuk dalam Arsitertur Menurut Francis D. K. Ching 2008 dalam bukunya Arsitekur bentuk
ruang dan tatanan, mengatakan bahwa bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian.
Setiap benda mempunyai bentuk. Istilah “bentuk” dalam bahasa Indonesia dapat berarti bangun shape, atau benda plastis form. Setiap benda mempunyai
bangun dan bentuk plastis. Bangun adalah bentuk benda yang polos seperti yang
Universitas Sumatera Utara
terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebutkan sifatnya yang bulat, persegi, segitiga, ornamental, tak teratur dan sebagainya.
Bentuk adalah gambar figure dapat berupa dua dimensi atau tiga dimensi. Semua benda alam atau buatan manusia memiliki bentuk seperti bulat,
persegi, segitiga, ornamental, atau tak teratur. Sebuah bentuk akan berbeda
sifatnya apabila diberi warna gelap atau terang. Sembiring, 2008 : 27-28.
Istilah bentuk dalam arsitektur selalu kita rangkaikan dengan kata bangunan, dan menjadi istilah bentuk bangunan. Beberapa pengertian bentuk
bangunan yaitu: Christian Norberg dalam Hendraningsih, 1985. a.
Bentuk bangunan merupakan ruang yang dibangun didalam,pada atau di atas tanah yang diberi penutup berupa atap dan lebih sempurna lagi bila
ditutup oleh dinding-dinding. b.
Bentuk bangunan ditinjau dari fungsi pemakaiannya dikelompok- kelompokan sebagi bentuk tempat bekerja, bentuk tempat berkumpul,
beramah tamah, menempatkan barang-barang, bersemadi, menghormat dan mengenang pahlawan dalam bentuk-bentuk monumen dan sebagainya.
c. Bentuk bangunan secara erat berhubungan dengan skala manusia.
Selanjutnya diusahakan untuk mendapatkan kesenangan fisik dan non fisik dari bentuk itu sendiri, hal ini menjadi dasar perencanaan bentuk ruang-
ruang dalam bangunan. Menurut Louis Kahn dalam Hendraningsih 1985, bentuk mengikuti
fungsinya. Pemikirannya didasarkan oleh, kegiatan manusia sebagai makhluk yang berakal di dunia melahirkan fungsi yang terwujud dalam bentuk untuk
Universitas Sumatera Utara
menampung kegiatan manusia. Pemikiran ini diperkuat oleh penyataan yang berbunyi: “bentuk lahir karena ada sesuatu kekuatan yaitu kegiatan”, jadi kegiatan
manusia merupakan kekuatan yang mewujudkan bentuk. Semakin tinggi kebudayaan manusia, semakin banyak cabang kegiatan berarti semakin rumit
fungsinya. Oleh sebab itu manusia secara naluri berkeinginan bentu-bentuk
arsitektur mencerminkan identitas fungsinya.
Untuk menganalisa bentuk sebaiknya diadakan penilaian hubungan timbal balik antara bagian-bagian bentuk dan bentuk keseluruhan, karena sifat bagian
bentuk ditentukan oleh : Tingkat pemusatan
Kemampuan untuk bergabung dengan bagian bentuk lain.
2.1.2. Faktor faktor yang mengwujudkan bentuk Menurut Hendraningsih, dkk, 1985, faktor faktor yang mengwujudkan
bentuk yaitu: a.
Fungsi Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan terhadap
aktivitas manusia, tercakup di dalamnya kondisi alami. Sedangkan bangunan yang fungsionil ialah bangunan yang dalam pemakaiannya memenuhi kebutuhan secara
tepat dan tidak mempunyai unsur-unsur yang tidak berguna. Aktivitas timbul dari kebutuhan manusia baik itu kebutuhan jasmani
maupun rohani. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan kegiatan, cahaya, udara, kebahagiaan, perlindungan, kesejukan, kenyamanan dan lain sebagainya. Hal- hal
diatas harus sesuai dengan sifat kegiatan yang di inginkan.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi sendiri dapat berkembang dan berubah. Disebut berkembang bila fungsi tunggal menjadi tunggal menjadi fungsi ganda yaitu misalnya lobby suatu
bangunan menjadi ruang pameran sekaligus. Berubah bila fungsi berganti, sebagai contoh hotel menjadi apartement atau kantor. Berkembang dan berubah fungsi
tergantung dari waktu dan masyarakat. b.
Simbol Semakin lama, manusia sangat memerlukan identitas baik bagi dirinya,
maupun benda-benda yang ada disekelilingnya. Pada kenyataannya sehari-hari kebutuhan akan identitas tersebut ditampilkan secara gamplang, atau dengan
simbol-simbol. Dalam dunia arsitektur, pengenalan simbol tersebut, merupakan suatu
proses yang terjadi pada individu dan pada masyarakat. Melalui panca indera, di sini indera penglihatan lebih berbicara, manusia mendapat rangsangan yang
kemudian menjadi pra-persepsi terjadi pengenalan obyektif fisik. Selanjutnya terwujud persepsi. Persepsi ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman termasuk
pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat intelektual manusia. Setelah itu terjadi proses penyesuaian diri. Tingkat-penyesuaian ini berbeda-beda pada setiap
individu, ini juga diakibatkan oleh pengalaman dan tingkat intelektual yang berbeda. Meskipun tiap individu mempunyai pengalaman dan tingkat intektual
yang berbeda, masih ada suatu dasar yang sama pada tiap individu yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat, yaitu: kebudayaan. Ini lah yang lebih
membuka kemungkinan bagi suatu masyarakat untuk menghasilkan penilaian yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Arsitek sebagai penwujud bentuk dapat menampilkan simbol sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sehingga mudah dikenal
masyarakat. Simbol dapat pula timbul dari gagasan murni arsitek, tergantungnpada kemampuan dan citra arsitek untuk mengeluarkan hal yang baru.
Simbol tadi dapat diterima dan diakui oleh masyarakat setelah melalui proses adaptasi yang membutuhkan waktu yang relatif lama.
c. Teknologi Struktur dan Bahan
Teknologi struktur dan bahan merupakan faktor yang penting dalam arsitektur. Apakah yang dibangun hanya berupa atap sederhana,berupa ruangan
besar untuk beribadah, berdagang, ruang susun untuk kantor, tidaklah menjadi soal. Bahan yang digunakan harus disusun, dan dikonstruksikan dalam jumlah
tertentu, kekuatan tertentu menjadi bangunan yang kuat dan berdiri tegak, melawan kedasyatan alam seperti hujan, angin terik matahari, gempa bumi dan
sebagainya. Struktur pun mengandung keindahan karena struktur dibuatberdasarkan
hukum keindahan. Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur mengalami perkembangan, baik sisem konstruksinya, bahan bangunanya maupun metode
membangunnya. Sebab itu kemungkinan untuk menciptakan struktur yang kuat dan indahpun makin bertambah besar, Hendraningsih, dkk, 1985.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tranfortasi Arsitektur 2.2.1. Pengertian Tranfortasi