Analisa Faktor-Faktor yang Mengwujudkan Bentuk Jam Gadang

3. Pada masa Pemerintan Republik Indonesia Pasca kemerdekan indonesia tahun 1953 bentuk atap Jam Gadang di ganti lagi dengan bangunan bergonjong sebagai ciri khas Minangkabau dan menjadikan Jam Gadang sebangai monumen sejarah yang di lindungi. Bentuk bangunan jam gadang ini tidak ada ditambaahi hanya saja perbaikan sisi luar saja yaitu pengecatan. Gambar 4.1.5. Jam Gadang pada masa Pemerintan RI Sumber: http:media-kitlv .

4.2. Analisa Faktor-Faktor yang Mengwujudkan Bentuk Jam Gadang

Analisa dilakukan Menurut teori Hendraningsih, dkk, 1985, faktor faktor yang mewujudkan bentuk yaitu: 1. Fungsi 2. Simbol 3. Teknologi Struktur dan Bahan. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah analisa bentuk Jam Gadang, melalui faktor-faktor yang mewujudkan bentuk Jam Gadang, sehingga ditemukan makna bentuk bangunan tersebut. 4.2.1. Fungsi Dari hasil wawancara mendalam dengan bapak Ridwan, sebagai ketua Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menjelaskan mengenai fungsi bangunan ini dibangun yaitu: Jam Gadang dibangun pada masa Pemerintahan Belanda pada tahun 1926 oleh Jazid seorang arsitek kota bersama St. Gigi Ameh, pada waktu itu sekretaris kota yang dijabat oleh tuan Rookmaker mendapat hadiah sebuah jam yang berukuran besar dari Ratu Belanda. Kemudian ia meminta kepada arsitektur kota untuk membuat sebuah bangunan untuk meletakkan jam tersebut. Jadi bangunan Jam Gadang terbentuk dari fungsi bangunan ini sendiri, yaitu sebagai bangunan penopang Jam yang terlihat pada Gambar 4.2.1. Gambar 4.2.1. Jam Gadang pada masa Pemerintan Belanda Sumber: http:media-kitlv . Bagian atap bangunan Jam yang dipoang bangunan bangunan untuk meletakkan jam Universitas Sumatera Utara Bangunan yang berfungsi sebagai bangunan penopang Jam di buat dengan ketinggian 36 Meter dan di letakkan di Bukit tertinggi di bukittinggi, sehingga Jam ini bisa terlihat sekitar kawasan tersebut. Dalam buku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan ketinggian keseluruhan 36 meter, bangunan ini juga berfungsi untuk mengintai gerak gerik pengikut Imam bonjol semasa perang padri. Gambar 4.2.2. Bagian puncak Jam Gadang pada masa Pemerintan Belanda Sumber: http:media-kitlv . Pada masa Pemerintahan Jepang bangunan ini juga berfungsi untuk mengintai gerak gerik tentara Belanda dan mengawasi masayarakat yang ada disekitar bangunan ini dari puncak bangunan ini. Pada masa Pemerintahan Indonesi bangunan ini dijadikan bangunan cagar budaya yang merupakan landmark Kota Bukittinggi dan menjadi icon Sumatera Barat. Pada saat ini bangunan Jam Gadang berfungsi sebagai tempat Pariwisata karena bangunannya yang bersejarah yang terletak dipusat Kota . 4.2.2. Simbol Bagian puncak bangunan berfungsi untuk mengintai gerak gerik pengikut Imam bonjol pada masa perang padri Universitas Sumatera Utara Bangunan ini mengalami 3 kali perubahan pada bagian atapnya di karenakan simbol yang melambangkan kekuasaan terlihat jelas pada bagian atap bangunan ini, yang terlihat pada Gambar 4.2.3. Gambar 4.2.3. Jam Gadang di 3 masa Pemerintan RI Sumber: http:media-kitlv . Pada masa Pemerintahan Belandan bagian puncak Jam Gadang dibuat setengah lingkaran seperti kubah mesjid dan diatasnya dipasang patung ayam jago, menghadap arah timur, yang sedang berkokok. Sengaja dibuat demikian untuk menyindir masyarakat Agam Tuo yang bangun kesiangan. Dengan bentuk puncak bangunan setengah lingkaran dan diatasnya terletak patung ayam jago menandakan simbol kekuasaan pemerintahan Belanda pada masa waktu itu. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2.4. Jam Gadang pada masa Pemerintan Belanda Sumber: http:media-kitlv . Dalam buku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan pada masa pemerintahan Jepang pada tahun 1942 bagian puncak bangunan Jam Gadang di ganti dengan bentuk atap segi empat yang mirip dengan rumah Jepang, dengan menganti bagian puncak Jam Gadang yang menandai wilayah tersebut dikuasai tentara Jepang atau simbol kekuasaan tentara Jepang. Gambar 4.2.5. Jam Gadang pada masa Pemerintan Jepang Sumber: http:media-kitlv . Dalam buku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan pasca era kemerdekan indonesia tahun 1953 bentuk atap Jam Gadang di ganti lagi dengan bangunan bergonjong sebagai ciri khas Minangkabau. Bagian puncak Jam Gadang digandi dengan atap bergonjong untuk menandakan bagunan Jam gadang merupkan bagunan yang berada di daerah dengan kebudayaan Minang Kabau, dan Universitas Sumatera Utara bagian atas bangunan dengan atap gonjong sebagai simbol kebudayaan Minang Kabau Gambar 4.2.6. Jam Gadang pada masa Pemerintan RI Sumber: http:media-kitlv . Bangunan ini mengalami sejarah yang sangat panjang dilihat dari sejarahnya bagian atap bangunan ini dijadikan simbol kekuasan karena setiap pergantian kekuasaan bagian puncak atau atap diganti dengan gaya Arsitektur yang menguasai di daerah tersebut. 4.2.3. Teknologi Struktur dan Bahan Dari hasil wawancara mendalam dengan bapak Ridwan, sebagai ketua Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menjelaskan mengenai Konstruksi bangunan pada Jam Gadang pada awalnya tidak mengunakan besi penyangga dan adukan semen, dan hanya mengunakan campuran kapur, putih telur dan pasir putih. Tetapi hasil yang di dapat dari Tim Rehabilitasi Jam Gadang setelah melakukan pengupasan dinding untuk melihat strukstur dinding Jam Gadang di Universitas Sumatera Utara lantai satu dan empat, ternyata mengunakan bata, kemudian ada campuran semen dan juga campuran dengan pasir putih atau kapur tapi tidak ada itu campuran putih telur.

4.3. Analisa Berdasarkan Unsur-Unsur Bentuk