19
2.4 Uraian Bahan 2.4.1 Ketoprofen
Gambar 2.5 Struktur kimia ketoprofen
Ketoprofen mengandung tidak kurang dari 98,5 dan tidak lebih dari 100,5 C
16
H
14
O
3
, dihitung terhadap zat yang sudah dikeringkan. Pemeriannya yaitu serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir tidak
berbau.Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter; praktis tidak larut dalam air. Berat molekul ketoprofen yaitu 254,3 Ditjen, POM., 1995. Nilai
pKa ketoprofen 4,07 Meloun, et al., 2007. Ketoprofen adalah senyawa obat turunan asam propionat yang
menghambat cyclooxygenase secara nonselektif dan lipoxygenase, yang bekerja sebagai antiinflamasi, dan analgetik. Sebagaimana anti-inflamasi non-steroid
lainnya, ketoprofen bekerja menghambat sintesa prostaglandin. Ketoprofen banyak digunakan dalam pengobatan atritis reumatoid, osteoartritis dan keadaan
nyeri lainnya Katzung, 2002.
2.4.2 Natrium alginat
Asam alginat adalah polimer glycuronan yang terdiri dari campuran asam β-1→4-D- asam mannosyluronic dan α-1→4-L- asam gulosyluronic, formula
umumnya C6H8On dengan berat molekul biasanya 20.000-240.000 Rowe, et al., 2009.
Universitas Sumatera Utara
20 Asam alginat tidak larut dalam air, karena itu yang digunakan dalam
industri dalam bentuk garam natrium dan garam kalium. Salah satu sifat dari natrium alginat yakni mempunyai kemampuan membentuk gel dengan
penambahan larutan garam-garam kalsium seperti kalsium glukonat, kalsium tartat dan kalsium sitrat. Pembentukan gel ini disebabkan oleh terjadinya kelat
antara rantai L-guluronat dengan ion kalsium Thom, dkk., 1982. Natrium alginat adalah produk pemurnian karbohidrat yang diekstraksi
dari alga coklat Phaeophyceae dengan menggunakan basa lemah. Natrium alginat larut dengan lambat di dalam air, membentuk larutan kental, tidak larut
dalam etanol dan ester. Alginat diperoleh dari spesies Macrocrystis pyrifera, Laminaria, Ascophylum dan Sargassum Belitz dan Grosch, 1987.
2.4.3 Etanol
Gambar 2.6 Struktur etanol
Etanol dalam berbagai konsentrasi secara luas digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan kosmetik. Penggunaan etanol secara topikal dikembangkan
untuk pelepasan obat transdermal sebagai peningkat penetrasi Rowe, et al., 2009. Sebagai pelarut etanol mampu meningkatkan kelarutan obat. Perembesan
etanol ke dalam stratum corneum bisa mengubah kelarutan jaringan dan memperbaiki partisi obat ke dalam membran. Sebagai peningkat penetrasi juga
memiliki aktivitas mengubah termodinamik obat sehingga terjadi peningkatan konsentrasi obat yang mana menguapnya etanol juga menyebabkan tercapainya
kelarutan dalam kondisi jenuh sehingga peningkatan penetrasi lebih tinggi Raut, et al., 2014.
Universitas Sumatera Utara
21
2.4.4 Gliserin
Gliserin digunakan diberbagai jenis formulasi farmasetik, termasuk sediaan oral, mata, topikal dan sediaan parenteral. Pada formulasi sediaan topikal
dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien. Gliserin digunakan juga sebagai pelarut dan cosolvent. Gliserin digunakan juga sebagai
plasticizer dalam pembuatan kapsul lunak gelatin dan supositoria gelatin Rowe, et al., 2009.
Gliserin atau gliserol memiliki rumus kimia C
3
H
8
O
3
yang dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap Ditjen, POM., 1995.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang