46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Gliserindapatmeningkatkanjumlah
ketoprofen yang
berpenetrasimelaluikulitkelincisecara in vitro dengankonsentrasi 45, 50, dan 55. Jumlah ketoprofen yang berpenetrasimenurunpadakonsentrasi 60.
b. Etanol dapat meningkatkan jumlah ketoprofen yang berpenetrasi melalui kulit
kelinci secara in vitro dengan konsentrasi 3 dan 5. Jumlah ketopofen yang berpenetrasi menurun pada konsentrasi 7.
c. Campuran etanol dengan gliserin dapat meningkatkan jumlah ketoprofen yang
berpenetrasi melalui kulit kelinci secara in vitro dengan konsentrasi campuran etanol 3 dengan gliserin 45, etanol 5 dengan gliserin 45, etanol 7
dengan gliserin 45 dan etanol 5 dengan gliserin 55. Campuran etanol 5 dan gliserin 55 menunjukkan jumlah ketoprofen yang berpenetrasi yang lebih
tinggi.
Jumlah ketoprofen yang berpenetrasi dari yang paling tinggi ke rendah adalah gel ketoprofen merk dagang campuran gliserin 55 dengan etanol 5
etanol 5 gliserin 55. Hasil uji statistik One Way ANOVA, dilanjutkan denganuji Post HocdianalisisdenganTukey menunjukkanperbedaan yang
signifikan P 0,05.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti dan melakukan evaluasi secaraIn vitro sediaan patch dengan menggunakan ketoprofen sebagai
Universitas Sumatera Utara
47 obat dan mengamati pengaruh etanol dan gliserin serta kombinasi keduanya
sebagai peningkat penetrasi.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Penghantaran Obat Transdermal
Saat ini, penghantaran obat transdermal menjadi metodepenggunaan obat yang paling menjanjikan untuk meningkatkan jumlah obat yang disampaikan ke
sirkulasi sistemik melalui kulit. Penyampaian obat transdermal melalui kulit ke sirkulasi sistemik menyediakan rute yang nyaman dan menawarkan banyak
manfaat, seperti penghilangan first pass metabolism, peningkatan efisiensi terapi dan memelihara kestabilan obat dalam plasma, mengurangi frekuensi penggunaan
obat, mengurangi efek samping dan meningkatkan kepatuhan pasien Jadhav dan Sreenivas, 2012. Parameter obat yang ideal dipilih sebagai sediaan transdermal
yakni memiliki berat molekul 500 Daltons, pH 5-9, titik lebur 200 C,
kelarutan dalam air 1 mgmL dan lipofilisitas 10Kow1000 Patel, et al., 2011. Menurut Ansari, et al., 2011 kandidat obat yang cocok untuk pelepasan
obat transdermal yaitu: reaksi terhadap kulit tidak mengiritasi, indeks terapi rendah, bioavabilitas oral obat rendah, waktu paruh obat 10 jam atau kurang, dosis
obat rendah. Contoh formulasi obat transdermal seperti gel, krim, salep, patch dan sebagainya. Gel transdermal lebih populer karena kemudahan penggunaan dan
penyerapan yang lebih baik Saroha, et al., 2013. Pelepasan obat transdermal merupakan cara pelepasan obat secara
terkontrol dan berkelanjutan melalui kulit ke dalam saluran sistemik. Aplikasi topikal dengan penghantaran obat menuju epidermis atau jaringan dermis kulit
untuk mencapai efek terapi lokal yang mana fraksi obat akan dihantarkan ke dalam saluran sirkulasi darah. Di kulit stratum korneum adalah penghalang utama
Universitas Sumatera Utara
7 untuk penetrasi obat. Pemahaman yang benar mengenai struktur dan fungsi kulit
dan bagaimana mengubahnya akan memudahkan dalam pengembangan pelepasan obat secara transdermal Yadav, et al., 2012.
2.2 Kulit