Koefisien Determinasi Uji F F-Test Uji t t-test

menguji secara simultan melalui uji signifikansi simultan Uji statistik F, yang bermaksud untuk dapat menjelaskan pengaruh variabel independen dan variabel moderating terhadap variabel dependen. Sedangkan untuk menguji masing-masing variabel secara parsial, dilakukan dengan uji signifikansi parameter individual uji t statistik yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen maupun moderating berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen, serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen.

4.6.2.1. Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali 2005, Koefisien determinasi R² bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol.

4.6.2.2. Uji F F-Test

Uji f dimaksudkan untuk menguji apakah secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95α = 0,05. Hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1 H : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 , X 4 terhadap variabel terikat Y. 2 Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 , X 4 terhadap variabel terikat Y. Berdasarkan probabilitas • Jika probalitas p-value 0,05, maka H0 diterima • Jika probabilitas p-values 0,05, maka H0 ditolak

4.6.2.3. Uji t t-test

Uji ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 95 α = 0,05. Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut: • H : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 , X 4 terhadap variabel terikat Y. • Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X 1 , X 2 , X 3 , X 4 terhadap variabel terikat Y. berdasarkan probabilitas • Jika probabilitas p-value 0,05, maka H diterima • Jika probabilitas p-value 0.05, maka H ditolak Universitas Sumatera Utara Untuk pengujian hipotesis pertama akan dipergunakan analisis regresi berganda, tujuannya adalah untuk melihat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan rumusan sebagai berikut: Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + e Dimana: Y = Belanja Daerah a = Konstanta X1 = DAU X2 = DAK X3 = DBH X4 = PAD b1-b… = Koefisien regresi e = error Selanjutnya pengujian hipotesis yang kedua akan dilakukan secara bersama-sama, yaitu semua variabel independen dan variabel moderating. Dalam penelitian ini pengujian regresi dengan variabel moderating dilakukan dengan metode Uji Residual adapun rumus persamaan regresinya yaitu: Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e ……………… 1 e = a + b1Y ……………………………………………… 2 Dimana: Z = Dana Otonomi Khusus a = Konstanta X1 = DAU Universitas Sumatera Utara X2 = DAK X3 = DBH X4 = PAD b1-b… = Koefisien regresi e = nilai residual e = nilai residual mutlak menurut Ghozali 2005, analisis residual ingin menguji pengaruh deviasi penyimpangan dari suatu model. Fokusnya adalah ketidakcocokan lack of fit yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antar variabel independen. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual didalam regresi. Suatu variabel dikatakan sebagai variabel moderating dalam model persamaan regresi ditunjukkan oleh nilai koefisien dari variabel dependent yang signifikan dan negatif hasilnya berarti adanya lack of fit antara variabel independen dan variabel moderating yang mengakibatkan variabel dependen turun atau berpengaruh negatif. Universitas Sumatera Utara 46 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian ini seluruh pemerintah daerah kabupatenkota di provinsi Aceh menjadi sampel, yaitu sebanyak 23 dua puluh tiga kabupatenkota, dapat dilihat pada tabel 4.3.1. pada bab sebelumnya, dengan data runtut waktu selama 3 tiga tahun yaitu 2008 sd 2010. Data kuantitaif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Pemerintah Daerah KabupatenKota di Propinsi Aceh yaitu laporan realisasi anggaran tahun 2008 sd tahun 2010. Dari laporan tahunan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah Realisasi Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi khusus DAK, Dana Bagi Hasil DBH, Pendapatan Asli Daerah PAD, dana Otonomi Khusus Otsus dan Belanja Daerah BD. Data diperolah dari perpustakaan Badan Pusat Statistik BPS Aceh dan dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, diakses melalui situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan http:www.djpk.depkeu.go.id dan http:www.tkp2e-dak.org . Berdasarkan data cross section sebanyak 23 daerah kabupatenkota dan time series sebanyak 3 tahun pengamatan, maka diperoleh deskriptif statistik data penelitian pada tabel 5.1. Dari tabel 5.1. menunjukkan bahwa nilai rata-rata transfer DAU ke kabupatenkota di provinsi Aceh adalah sebesar Rp.269.140.565.200, nilai minimum sebesar Rp.87.982.000.000 dengan nilai maksimum sebesar Rp.447.302.000.000 dengan standar deviasi yang cukup besar mencapai Rp.74.547.286.310. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DAU 69 87982.00 447302.00 269140.5652 74547.28631 DAK 69 7794.00 66590.00 39339.9130 11465.24886 DBH 69 20280.00 447244.00 52753.2609 66545.68814 PAD 69 1515.00 79925.00 17310.0145 15755.78066 Otsus 69 46.00 169.00 95.5652 28.51237 BD 69 152640.00 1348719.00 443050.3333 1.93815E5 Valid N listwise 69 Sumber : hasil pengolahan data Besarnya nilai dari standar deviasi menunjukkan masih besarnya ketimpangan fiskal di kabupatenkota pada provinsi Aceh. Nilai minimum transfer DAU pada tahun 2008 sd 2010 diterima oleh kota Subulussalam yaitu sebesar Rp.87.982.000.000, kemudian meningkat menjadi Rp.167.098.000.000, dan meningkat menjadi Rp.163.056.000.000. Dan nilai maksimum transfer DAU pada tahun 2008 diterima oleh kabupaten Aceh Besar sebesar Rp.407.952.000.000, pada tahun 2009 dan 2010 diterima oleh Kabupaten Pidie sebesar Rp.417.374.000.000, kemudian meningkat menjadi Rp.447.302.000.000. Transfer DAK minimum pada tahun 2008 diterima oleh kabupaten Pidie Jaya sebesar Rp.7.794.000.000, pada tahun 2009 oleh kabupaten Bener Meriah sebesar Rp.32.179.000.000, dan pada tahun 2010 diterima oleh kota Sabang sebesar Rp.16.842.000.000. Standar deviasi untuk DAK sebesar Rp.11.465.248.860, dengan nilai rata-rata sebesar Rp.39.339.913.000, transfer DAK maksimum pada tahun 2008 dan 2009 diterima oleh kabupaten Pidie sebesar Rp.59.091.000.000 dan sedikit menurun menjadi Rp.58.774.000.000, Universitas Sumatera Utara sedangkan tahun 2010 diterima oleh kabupaten Aceh Utara sebesar Rp.66.590.000.000. Transfer DBH minimum pada tahun 2008 sd 2010 diterima oleh kota Subulussalam, dan transfer DBH maksimum diterima oleh kabupaten Aceh Utara selama tahun 2008 sd 2010 karena kabupaten ini merupakan daerah penghasil sumber daya gas. Berdasarkan data dari tabel 5.1. jumlah penerimaan PAD terendah adalah kota Subulussalam namun kota ini merupakan kota yang menerima transfer DAU yang terendah pula. Namun dapat dipahami bahwa beberapa kabupatenkota yang memiliki penerimaan PAD yang kecil merupakan kabupatenkota yang baru saja dimekarkan, PAD maksimum diperoleh oleh kabupaten Aceh Utara untuk tahun 2008 dan 2009, sedangkan tahun 2010 jumlah PAD maksimum diperoleh kota Banda Aceh. Nilai rata-rata untuk PAD adalah sebesar Rp.17.310.014.500, perbedaan PAD yang diperoleh oleh masing-masing daerah memiliki rentang yang sangat lebar yaitu dengan nilai minimum sebesar Rp.1.515.000.000 dan nilai maksimum Rp.79.925.000.000 dengan standar deviasi sebesar Rp.15.755.780.660, hal ini menunjukkan besarnya ketimpangan fiskal yang terjadi. Transfer dana otonomi khusus paling rendah diterima oleh kota Subulussalam sebesar Rp.46.000.000, meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp.47.000.000, namun pada tahun 2010 tidak mengalami peningkatan, sedangkan transfer maksimum diterima oleh kabupaten Aceh Timur yaitu sebesar Rp.158.000.000, kemudian meningkat menjadi Rp.169.000.000 dan sedikit menurun pada tahun 2010 menjadi Rp.161.000.000. Universitas Sumatera Utara Jumlah belanja daerah yang terendah adalah kota Subulussalam selama tahun 2008 sd 2010 dan kabupaten Aceh Utara merupakan daerah dengan jumlah belanja yang paling tinggi selama tahun 2008 sd 2010. hal ini menunjukkan bahwa pendapatan suatu daerah mempengaruhi belanja daerah tersebut. Standar deviasi pada dana transfer DAK untuk tahun 2009 mengalami penurunan yaitu sebesar Rp.6.253.603.676 dari standar deviasi sebelumnya sebesar Rp.13.526.855.196, namun kembali meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp.11.622.686.217, hal ini menunjukkan transfer dana tersebut sudah cukup merata ke kabupatenkota di provinsi Aceh pada tahun 2009. 5.2. Analisis Data Penelitian 5.2.1. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Pengujian terhadap ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum pengujian hipotesis meliputi:

5.2.1.1. Pengujian normalitas Hipotesis Pertama

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi pada variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1. Histogram uji Normalitas Data Hipotesis Pertama Hasill pengujian normalitas data pada variabel DAU, DAK, DBH, PAD, dan BD dapat dilihat pada Gambar 5.1. diatas. Histogram tersebut berbentuk lonceng dan tidak miring kanan atau kiri. Maka dapat disimpulkan data sudah berdistribusi normal. Gambar 5.2. Normal P-P Plot Hipotesis Pertama Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2. menunjukkan bahwa dengan menggunakan Normal Probability Plot of Regression Standardized Residual dapat dilihat bahwa data residual membentuk pola garis lurus mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal. Tabel 5.2. Uji Kolmogorov Smirnov Hipotesis Pertama One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N 69 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .97014250 Most Extreme Differences Absolute .089 Positive .089 Negative -.088 Kolmogorov-Smirnov Z .739 Asymp. Sig. 2-tailed .646 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Hasil pengolahan data Uji statistik normalitas data dengan dilakukannya uji Kolmogorov Smirnov, hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 5.2. menunjukkan bahwa nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,646 0,05, hal ini berarti bahwa data telah berdistribusi normal.

5.2.1.2. Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama

Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dengan melihat nilai VIF, jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Universitas Sumatera Utara Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 110 = 0,1. Maka hasil uji Multikolinearitas dengan VIF dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3. Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama Sumber : Hasil Pengolahan Data Nilai toleransi untuk variabel DAU adalah sebesar 0,578 0,1, untuk DAK bernilai 0,62 0,1, DBH sebesar 0,465 0,1, dan untuk PAD sebesar 0,487 0,1. Tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel yang diuji memiliki nilai toleransi yang tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF dari variabel DAU sebesar 1,73 10, variabel DAK sebesar 1,614 10, variabel DBH sebesar 2,149 10, variabel PAD sebesar 2,055 10 ,semua variabel memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model yang diuji terbebas dari multikolinearitas.

5.2.1.3. Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama

Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan dengan Uji Durbin Watson, karena uji ini yang umum digunakan. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama first order autokorelasi dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi, pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: Model Collinearity Statistics Keterangan Tolerance VIF DAU .578 1.730 Non Multikolinearitas DAK .620 1.614 Non Multikolinearitas DBH .465 2.149 Non Multikolinearitas PAD .487 2.055 Non Multikolinearitas Universitas Sumatera Utara 4 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. 5 Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. 6 Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Uji autokorelasi dari data, diperoleh hasil pada tabel 5.4 Tabel 5.4. Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .953 a .908 .902 60628.71044 1.882 a. Predictors: Constant, PAD, DAK, DAU, DBH b. Dependent Variable: BD Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,882, dan nilai tersebut berada diantara nilai -2 dan +2, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data.

5.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama

Dengan memperhatikan grafik scatterplot, bila membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan bila scatterplot menyebar secara acak, maka hal itu tidak menunjukkan terjadinya masalah heteroskedastisitas. Gambar 5.3merupakan Grafik scatterplot, grafik tersebut menunjukkan adanya heteroskedastisitas, menurut Ghozali 2005,untuk memperbaiki model jika terjadi masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan transformasi logaritma. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.3. Grafik Scatterplot Hipotesis Pertama sebelum transformasi Setelah dilakukan transformasi, maka grafik scatterplot sebagai berikut: Gambar 5.4. Grafik scatterplot Hipotesis Pertama setelah transformasi Universitas Sumatera Utara Dari grafik diatas, menunjukkan titik titik menyebar secara acak, artinya heteroskedastisitas sudah tidak terjadi. Dengan melakukan uji Park, maka diperoleh hasil sebagai berikut pada tabel 5.5. Tabel 5.5. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama dengan Metode Park Sumber : Hasil Pengolahan Data Jika nilai sig α 0,05, maka model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan output diketahui bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena sig dari variabel lnDAU 0,496 0,05, sig variabel lnDAK 0,590 0,05, sig variabel lnDBH 0,259 0,05, sig dari variabel lnPAD 0,211 0,05. 5.2.2. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua 5.2.2.1. Pengujian Normalitas Hipotesis Kedua

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh dengan Dana Otonomi khusus sebagai Moderator

1 75 166

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 52 85

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah (Survei pada Pemerintah Kota Bandung)

0 2 1

Pengaruh Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

3 44 97

Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh dengan Dana Otonomi khusus sebagai Moderator

0 0 71

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Belanja Daerah - Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh dengan Dana Otonomi khusus sebagai Moderator

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh dengan Dana Otonomi khusus sebagai Moderator

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah - Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 0 17

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 2 11