Metode Ekstraksi Sterilisasi Uji Aktivitas Antimikroba

saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan sejak dahulu oleh masyarakat. Beberapa saponin bersifat antimikroba juga. Saponin menjadi penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan Robinson, 1995. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti akan adanya saponin. Paling sederhana untuk membuktikan adanya unsur saponin dalam simplisia adalah dengan cara mengocoknya dan perhatikan apakah akan terbentuk busa tanan lama pada permukaan cairan Harbone, 1987.

2.2.5 Tanin

Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan pemakan tumbuhan. Tanin terkondensasi terdapat pada paku-pakuan, gimnospermae dan angiospermae, sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Beberapa tanin terbukti mempunyai antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor Harborne, 1987.

2.3 Metode Ekstraksi

Menurut Depkes 2000, ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu: a. Cara dingin 1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi. 2. Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature kamar. b. Cara panas 1. Refluks Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Digesti Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C. 3. Sokletasi Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstrak- si kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infudasi Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit. 5. Dekoktasi Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.4 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau spesimen Pratiwi, 2008.

2.5 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang. Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil berukuran mikroskopis dengan lebar 0,5- 1 μm dan panjang hingga 10 μm 1mikron=10 -3

2.5.1 Faktor pertumbuhan dan perkembangan bakteri

sehingga hanya tampak dengan mikroskop Irianto, 2006. Pertumbuhan dan perkembangan bakteri menurut Irianto, 2006 dan Pratiwi, 2008, dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Temperatur Temperatur optimum bakteri yang pathogen bagi manusia biasanya tumbuh dengan baik pada temperatur 37°C. Berdasarkan temperatur pertumbuhan bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bakteri psikofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 20 o C, temperatur optimum adalah 0-15 o 2. Bakteri mesofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 45 C. o C, temperatur optimum adalah 20-40 o 3. Bakteri termofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 100 C o C, temperatur optimum 55-65 o b. pH C pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun ada beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali. c. Tekanan osmosis Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel plasmolisis. d. Oksigen Berdasarkan kebutuhan oksigen di kenal mikroorganisme menjadi 5 golongan yaitu: 1. Bakteri aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. 2. Bakteri anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. Adanya oksigen pada bakteri ini akan menghambat pertumbuhannya. Energi pada bakteri anaerob dihasilkan dengan cara fermentasi. 3. Bakteri anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen. 4. Bakteri mikroaerob yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen tetapi dalam konsenterasi yang rendah. e. Nutrisi Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak dan mikroelemen elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit.

2.5.2 Fase pertumbuhan bakteri

Fase pertumbuhan bakteri menurut Irianto 2006 meliputi: fase pertumbuhan diperlambat, fase log logaritma, fase konstan dan fase kematian atau penurunan. 1. Fase pertumbuhan diperlambat Fase ini merupakan fase penyesuaian bakteri terhadap suatu lingkungan baru dimana jumlah bakteri mulai bertambah sedikit demi sedikit, akan tetapi kecepatan berkembang biak menjadi berkurang sekali. Ini bukan karena keadaan medium memburuk, karena perubahan pH atau bertambahnya limbah kotoran sehingga tampak menyusut jumlah sel-sel yang segar. 2. Fase logaritma Fase ini terjadi setelah sel bakteri menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat, jumlah sel bakteri baru meningkat secara eksponensial. Bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum. 3. Fase konstan Fase konstan disebut juga dengan fase stationer fase diam. Pada fase ini kecepatan tumbuh bakteri yang berkembang biak sama dengan kecepatan bakteri yang mati. Kurva menunjukkan garis yang hampir horizontal, sehingga jumlah sel yang hidup menjadi tetap. 4. Fase penurunan period of decline atau fase kematian Pada fase ini bakteri mengalami penurunan dimana jumlah bakteri yang mati bertambah. Hal ini tergantung kepada spesies dan keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan, maka besar kemungkinan bakteri tidak dapat dihidupkan kembali dalam medium baru. Grafik pertumbuhan bakteri sebagai berikut: Grafik pertumbuhan bakteri

2.5.3 Klasifikasi bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan Irianto, 2006, yaitu:

2.5.3.1 Golongan basil bacillus

Golongan basil berbentuk batang dan silindris. Basil dapat dibedakan atas: a Monobasil batang tunggal contohnya: Escherichia coli dan Salmonella thyposa. b Diplobasil batang bergandengan dua-dua contohnya: Klebsilla pneumoniae. c Streptobasil batang bergandengan panjang membentuk rantai contohnya: Streptobacillus moniliformis dan Bacillus anthracis.

2.5.3.2 Golongan kokus Coccus

Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknya bulat atau bola. Kokus dapat dibedakan atas: a Monokokus kokus tunggal contohya: Monococcus ghonorhoea dan Chlamydia trachomatis. b Diplokokus bergandengan dua-dua diplokolus contohnya: Diplococcus pneumoniae dan Neisseria ghonorhoea. c Tetrakokus berbentuk segi empat contohnya: Pediococcus cerevisiae. d Streptokokus berkelompok memanjang seperti rantai contohnya: Streptococcus pyogenes dan Streptococcus mutans. e Stafilokokus berbentuk bulat seperti anggur contohnya: Stphylococcus aureus. f Sarcina bergandengan empat-empat mirip kubus contohnya: Thiosarcina rosea.

2.5.3.3 Golongan spiril Spirila

Golongan spiril merupakan bakteri yang melilit atau berbengkok-bengkok dinamalan spirillium atau spiral. Ada tiga macam bentuk spiral, yaitu: a Spiral tubuhnya kaku contohnya: Thiospirillopsis floridana. b Vibrio spiral tak sempurna cotohnya: Vibrio cholerae. c Spirochaeta spiral lentur contohnya: Treponema pallidum.

2.6 Uraian Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis

dan Esherichia coli 2.6.1 Bakteri Staphylococcus aureus Sistematika bakteri Staphylococcus aureus Dwidjoseputro, 1978 Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Species : Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 1,0 μm, tidak membentuk spora, tidak bergerak dan koloni berwarna kuning. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan Jawetz, 2001.

2.6.2 Bakteri Staphylococcus epidermidis

Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis Dwidjoseputro, 1978 Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus epidermidis Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk seperti anggur. Staphylococcus epidermidis membentuk koloni berupa abu-abu sampai putih, memfermentasi glukosa, dapat bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit. Infeksi staphylococcus lokal tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut, terdapat juga sebagai reaksi inflamasi yang kuat dan terlokalisir Irianto, 2006. 2.6.3 Bakteri Ecsherichia coli Sistematika bakteri Escherichia coli Dwidjoseputro, 1978. Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Species : Escherichia coli Escherichia coli disebut juga Bacterium coli, merupakan bakteri Gram negatif, aerob atau anaerob fakultatif, panjang 1- 4 μm, lebar 0,4-1,7 μm, berbentuk batang dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37° C tetapi dapat tumbuh pada suhu 8-40° C, membentuk koloni yang bundar, cembung, lembut dengan tepi rata. Eschericia coli biasanya terdapat dalam saluran cerna sebagai flora normal. Bakteri ini dapat menjadi patogen bila berada diluar usus atau dilokasi lain dimana flora normal jarang terdapat Jawetz, 2001.

2.7 Uji Aktivitas Antimikroba

Uji kepekaaan terhadap obat antimikroba pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu : a. Metode dilusi Cara ini digunakan untuk menentukan KHM kadar hambat minimum dan KBM kadar bunuh minimum dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi adalah sebagai berikut : Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37 o C selama 18- 24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih tidak ada pertumbuhan mikroba adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji Pratiwi, 2008. b. Metode difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram. Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat Jawetz, et al., 2001. c. Metode turbidimetri Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Pengukuran kekeruhan dilakukan. Kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer, setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba Depkes, 1995.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian. Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya Depkes, 2007. Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja mengingat perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat. Kondisi ini turut dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang manfaat tanaman sebagai obat. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam back to nature dengan memanfatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mengkonsumsi produk alami Djauhariyah, 2004. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat, dikenal dan digunakan masyarakat adalah tumbuhan senduduk Melastoma malabathricum L dari suku Melastomataceae. Menurut pengalaman masyarakat Desa Saitnihuta, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara, daun senduduk dapat digunakan sebagai obat luka dengan cara menempelkan puyuhan daun senduduk yang segar pada tempat luka. Daun tumbuhan ini secara tradisional berkhasiat mengobati keputihan, cacingan pada anak-anak, diare,

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas AntiBakteri Ekstrak n-Heksan Dan Etilasetat Serta Etanol Dari Talus Kappaphycus alvarezii (Doty) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

4 78 71

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong Dari Beberapa Penjual Jamu Gendong

4 120 85

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

2 59 77

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

8 82 96

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

0 0 15

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

0 3 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

5 22 4

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

1 7 15

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

4 14 3

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

0 0 27