Pembahasan 1. Distribusi Infeksi Nosokomial pada Wanita Pascapersalinan Di
kasus dengan prevalensi 8,6. Bakteri Clostridium perfringens dan Enterococcus
ditemukan sejumlah 6 kasus masing-masing dengan prevalensi 6,5. Bakteri Chlamydia trachomatis ditemukan sejumlah 5 kasus
dengan prevalensi 5,4 dan bakteri yang paling sedikit ditemukan adalah Gardenella vaginalis
sejumlah 2 kasus dengan angka prevalensi 2,2. Wanita yang mendapat infeksi nosokomial melalui persalinan seksio sesarea
adalah sebanyak 56 orang dengan prevalensi 60,3 dan wanita yang mendapat infeksi nosokomial melalui persalinan normal adalah sebanyak 37 orang dengan
prevalensi 39,7 .
5.2. Pembahasan 5.2.1. Distribusi Infeksi Nosokomial pada Wanita Pascapersalinan Di
Bagian Obgyn Di RSUP. H. Adam Malik dari Juni sampai Desember 2012.
Jumlah pasien pascpersalinan adalah sebanyak 194 orang. Pasien pascapersalinan yang menderita infeksi nosokomial adalah sejumlah 93 orang
dengan angka prevalensi sebanyak 47,9. Pasien yang tidak menderita infeksi nosokomial adalah sejumlah 101 orang dengan prevalensi sebanyak
52,1. Didapati angka infeksi nosokomial pada wanita pascapersalinan adalah
tinggi dalam hasil penelitian ini. Batasan untuk infeksi nosokomial di negara- negara maju adalah sebanyak 5-10. Hal ini mungkin terjadi disebabkan oleh
lama masa perawatan di rumah sakit, daya tahan pasien yang rendah, agen yang menginfeksi, infeksi secara langsung atau secara tidak langsung, faktor
lingkungan rumah sakit dan mikroba yang resisten obat-obatan Ducel, G, 2002.
5.2.2. Distribusi Jenis Bakteri yang Tumbuh dari Hasil Kultur Penderita Berdasarkan Penderita Infeksi Nosokomial Pascapersalinan Di
RSUP. H. Adam Malik dari Juni sampai Desember 2012 Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Streptococcus
agalactiae yang merupakan golongan dari Group B Streptococcus GBS dengan
prevalensi 35.5. Hal ini sesuai dengan teori menurut Steven G. Gabbe et. al, 2012 yang mengatakan Streptococcus agalactiae merupakan salah satu bakteri
Universitas Sumatera Utara
yang paling banyak menyebabkan infeksi postpartum seperti chorioamniotis dan endometritis. Hal ini disebabkan karena bakteri jenis ini sering ditemukan sebagai
flora normal pada vagina atau rectum pada wanita hamil. Jadi keadaan ini memungkinkan wanita untuk mengalami infeksi bakteri ini secara mudah.
Prevalensi bakteri ini tinggi mungkin juga karena pola resistensi telah berubah, banyak yang telah resisten terhadap antimikroba bahkan ada yang multi
resisten, sehingga untuk mengatasi hal ini diperlukan pemberian antibiotik yang rasional. Menurut penelitian dari pierson CL, 2003, bakteri Group B
Streptococcus GBS telah menjadi resisten kepada eritromisin sebanyak 29 dan
clindamisin sebanyak 21. Bakteri yang paling sedikit ditemukan adalah G a r d e n e l l a v a g i n a l i s
sejumlah 2 kasus dengan angka prevalensi sebanyak 2,2 dimana tergolong dalam bakteri anaerob fakultatif.
Prevalensi Infeksi nosokomial yang ditemukan pada persalinan melalui seksio sesarea adalah 60,3 dan prevalensi infeksi nosokomial melalui persalinan
spontan adalah 39,7. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shiliang Liu, 2007, resiko infeksi pada wanita setelah persalinan seksio sesarea adalah 3 kali
lebih tinggi dari persalinan normal. Menurut Kurt J. Isselbacher et. al, 1995, bakteri Group B Streptococcus GBS telah menjadi suatu penyebab utama
bakteremia pascapartum, bertanggung jawab untuk 10 sampai 20 persen isolat biakan darah dari perempuan yang diterima di pelayanan kebidanan. Jadi
penelitian ini hampir sependapat dengan teori berdasarkan Kurt J. Isselbacher et. al, 1995.
Universitas Sumatera Utara