stroke iskemik karena keadaan pro-inflamasi yang ditimbulkan meningkatkan manifestasi penyakit vaskular melalui progresifitas aterosklerosis.
5.2.3 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Stroke Iskemik
Berdasarkan kebiasaan merokok yang dimiliki sampel penelitian ini, dapat dilihat bahwa lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok pada kelompok
pasien stroke iskemik yaitu 14 orang 60,9 dibandingkan dengan kelompok non-stroke yaitu 7 orang 21,4.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square dari data tersebut hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0,038. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Bhat et al., 2008 di area Baltimore-Washington yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaa merokok dengan kejadian
stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0.001. Hal ini membuktikan benar adanya hubungan kebiasaan merokok terhadap kejadian stroke iskemik, karena
zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok menyebabkan keadaan hiperkoagulasi juga hiperviskositas darah yang mempercepat proses aterosklerosis
sehingga lebih rentan untuk terjadinya stroke iskemik Bhat et al., 2008. Berdasarkan lamanya merokok dapat dilihat bahwa sebagian besar
kelompok pasien stroke iskemik telah merokok selama lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 12 orang 52,2, sedangkan pada kelompok non-stroke hanya 6 orang
26,1 yang telah merokok lebih dari 10 tahun. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square
hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0,103. Hasil
ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marisa 2014 yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok
dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0.017. Namun Price dan
Wilson 2006 dalam Nurwidayanti dan Wahyuni 2013 menyatakan bahwa lama merokok tidak menunjukkan kemaknaan secara statistik, tetapi lebih kepada
jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak sehari menjadi lebih rentan karena zat-zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif
dan jika dosisnya telah mencapai titik toksis maka gejala yang ditimbulkan akan terlihat.
Berdasarkan jumlah konsumsi rokok per harinya dapat dilihat bahwa pada kelompok pasien stroke iskemik terdapat 6 orang 26,1 yang mengkonsumsi
rokok lebih dari 20 batang per harinya, kemudian 5 orang 21,7 yang mengkonsumsi rokok 11-20 batang per harinya, dan 3 orang 13,0 yang
mengkonsumsi rokok kurang dari 10 batang per harinya. Berbeda dengan kelompok non-stroke yang lebih banyak ditemui konsumsi rokok per harinya
antara 11-20 batang per harinya yaitu sebanyak 3 orang 13,0 , konsumi rokok kurang dari 10 batang per harinya sebanyak 4 orang 17,4 , dan tidak ada
konsumsi rokok lebih dari 20 batang per harinya. Selebihnya tidak memiliki kebiasaan merokok secara rutin setiap harinya dalam setahun terakhir.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi rokok
harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0,035. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhat et al., 2008 yang
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsusmsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0.0045. Selain
itu hasil ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Marisa 2014 yang juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
konsusmsi rokok harian dengan kejadian stroke iskemik dengan nilai p 0,05 p=0.047. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari akan
memberi pengaruh yang besar terhadap progresifitas aterosklerosis terutama pada pembuluh darah otak sebagai pemicu kejadian stroke iskemik.
5.3 Keterbatasan Penelitian