BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Dental
Plak dental merupakan kumpulan mikroba yang beragam, terdapat dalam matriks pejamu dan polimer bakteri, yang tumbuh pada gigi sebagai biofilm. Menurut
World Health Organization WHO pada tahun 1978, plak dental didefinisikan sebagai struktural spesifik yang sangat bervariasi akibat adanya kolonisasi dan
pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan gigi dan terdiri dari banyak spesies mikroba.
14jaypee
Plak dental berkembang secara alami, dan berkontribusi terhadap pertahanan pejamu dengan mencegah kolonisasi oleh spesies eksogen. Komposisi plak dental
bervariasi pada permukaan yang berbeda sebagai akibat dari sifat biologis dan fisik yang melekat pada lokasi tersebut; dimana keseimbangan populasi bakteri dominan
berbeda pada tiap penyakit. Sifat biofilm terkait memengaruhi cara kerja dan khasiat antimikroba. Hal ini dapat mengakibatkan penghambatan selektif spesies yang
terlibat dalam penyakit, atau mengurangi produksi faktor virulensi, sambil menjaga manfaat yang terkait dengan mikroflora pada rongga mulut penduduk.
12,14
Plak dental secara luas diklasifikasikan sebagai supragingiva atau subgingiva berdasarkan posisinya pada permukaan gigi. Plak supragingiva ditemukan pada atau
di atas margin gingiva; plak supragingiva yang berkontak langsung dengan margin gingiva disebut sebagai plak marginal. Plak subgingiva ditemukan di bawah margin
gingiva, antara gigi dan jaringan sulkular gingiva. Plak dental terdiri dari
mikroorganisme. Terdapat sekitar 2x10
8
bakteri pada 1 mg plak dental. Bahan yang terdapat di antara bakteria dalam plak dental disebut sebagai matriks intermikrobial
dimana sekitar 25 dari volume plak. Plak, mikroba, saliva dan eksudat gingiva merupakan sumber yang berkontribusi pada matriks intermikrobial. Terdapat sekitar
500 spesies bakteri dan non-bakteri yang berbeda.
14,12jaypee
Pembentukan plak dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama pembentukan pelikel. Makromolekul hidrofobik mulai menyerap pada permukaan gigi untuk
membentuk pelikel. Pelikel ini terdiri dari berbagai glikoprotein saliva mucins yang berasal dari saliva, cairan sulkus, sel-sel jaringan bakteri dan pejamu. Pelikel ini
mengubah muatan dan energi bebas dari permukaan gigi, yang kemudian meningkatkan efisiensi adhesi bakteri.
14
Tahap kedua yaitu kolonisasi awal mikroorganisme. Kolonisasi awalnya adalah mikroba positif Gram fakultatif Actinomyces viscosus dan Streptococcus
sanguis. Bakteri ini menempel bervariasi pada permukaan gigi yang dilapisi pelikel. Beberapa bakteri memiliki struktur perlekatan tertentu seperti zat polimer
ekstraseluler dan fimbriae, yang memungkinkannya untuk menempel dengan cepat ketika terjadi kontak. Terdapat interaksi reseptor dari pelikel gigi dan adhesins dari
permukaan bakteri. Actinomyces viscosus memiliki fimbriae yang protein adhesins- nya mengikat secara khusus untuk prolin protein yang banyak ditemukan di pelikel
gigi.
14
Tahap ketiga yaitu kolonisasi sekunder dan pematangan dari mikroba. Porphyromonas intermedia, Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium nucleatum
adalah kolonisasi sekunder yang awalnya tidak mengkolonisasi permukaan gigi yang bersih atau dilapisi pelikel. Dalam fase ini, terjadi koagregasi, yang merupakan
kemampuan bakteri yang berbeda untuk melekat satu sama lain. Fusobacterium nucleatum diyakini penting dalam menjembatani antara kolonisasi primer dan
sekunder selama pematangan plak. Contoh interaksi kolonisasi sekunder dengan kolonisasi awal adalah Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis;
Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscosus; Capnocytophaga ochraceus dengan Actinomyces viscosus. Contoh interaksi antar kolonisasi sekunder adalah
Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis; Fusobacterium nucleatum dengan Treponema denticola.
14
2.2 Kontrol Plak