Kotrimoksazol Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus dan Escherichia coli terhadap Kotrimoksazol dalam Sediaan Tablet

2.3 Kotrimoksazol

Kotrimoksazol merupakan kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dalam perbandingan 5:1.

2.3.1 Sulfametoksazol

Menurut Ditjen POM 1995, karakteristik sulfametoksazol adalah: rumus struktur nama kimia : N1 – 5-metil-3-isoksazolilsulfanilamide rumus molekul : C 10 H 11 N 3 O 3 S berat molekul : 253,28 pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, praktis tidak berbau kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam eter dan dalam kloroform, mudah larut dalam aseton dan dalam larutan natrium hidroksida encer, agak sukar larut dalam etanol. Sulfonamida mempunyai struktur kimia yang analog dengan asam paraaminobenzoat PABA, suatu bahan biokimia yang sangat penting untuk sintesis tertrahidrofolat. Sulfonamida secara kompetitif menghambat penggunaan PABA oleh bakteri untuk membentuk asam dihidropteroat, yang Universitas Sumatera Utara digunakan sebagai prekursor asam pteroilglutamat PGA Sumadio dan Harahap, 1995.

2.3.2 Trimetoprim Menurut Ditjen POM 1995, karakteristik trimetoprim adalah:

rumus struktur nama kimia : 2,4-Diamino-5-3,4,5-trimetoksibenzilpirimidina rumus molekul : C14H18N4O3 berat molekul : 290,36 pemerian : Hablur atau serbuk hablur,putih sampai krem, tidak berbau kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam benzilalkohol, agak sukar larut dalam kloroform dan dalam metanol, sangat sukar larut dalam etanol dan dalam aseton, praktis tidak larut dalam eter dan dalam karbon tetraklorida. Trimetoprim adalah suatu diaminopirimidin yang kuat menghambat enzim hidrofolat reduktase bakteri, yang mereduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat sangat penting untuk mentransfer satu fragmen Universitas Sumatera Utara karbon yang dibutuhkan untuk biosintesis purin, pirimidin dan beberapa asam amino dalam sel bakteri Sumadio dan Harahap, 1995.

2.3.3 Farmakokinetik

Trimetoprim diabsorpsi dengan baik di usus dan didistribusikan secara luas dalam caian dan jaringan tubuh, termasuk cairan serebrospinal. Trimetoprim lebih larut dalam lemak dibandingkan sulfametoksazol, maka volume distribusi trimetoprim lebih banyak dibandingkan sulfametoksazol. Jika satu bagian trimetorim diberikan dengan lima bagian sulfametoksazol, maka konsentrasi plasma puncaknya adalah pada rasio 1:20 yang merupakan konsentrasi optimal. Sulfametoksazol lebih banyak terikat pada protein plasma dibandingkan dengan trimetoprim Chambers, 2001.

2.3.4 Kegunaan

Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim menjadi terapi efektif untuk infeksi, meliputi infeksi saluran kemih, pneumonia akibat Pneumocystis jiroveci, shigelosis, infeksi salmonella sistemik, dan beberapa infeksi Mycobacterium non tuberculosis. Kotrimoksazol merupakan pengobatan yang efektif untuk infeksi-infeksi saluran kemih dengan komplikasi, alat kelamin prostatitis dan saluran cerna Chambers, 2001.

2.3.5 Efek samping

Efek samping penggunaan kotrimoksazol dapat berupa gangguan kulit dan gangguan lambung-usus, dan stomatitis. Pada dosis tinggi efek sampingnya juga berupa demam dan gagguan fungsi hati dan kelainan pada darah neutropenia, trombositopenia. Penggunaan lebih dari dua minggu Universitas Sumatera Utara hendaknya disertai dengan pengawasan darah. Risiko kristaluria dapat dihindari dengan meminum lebih dari 1,5 liter air sehari Tjay, 2002.

2.3.6 Bentuk sediaan

Kotrimoksazol tersedia dalam bentuk tablet oral yang mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim atau 800 mg sulfametoksazol dan 160 mg trimetoprim. Untuk anak-anak tersedia dalam bentuk suspensi oral yang mengandung 200 mg sulfametoksazol dan 40 mg trimetoprim per 5 ml, serta tablet pediatrik yang mengandung 100 mg sulfametoksazol dan 20 mg trimetoprim. Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim per 5 ml Gunawan, 2007.

2.3.7 Dosis

Pemberian secara oral: 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol, untuk dosis dewasa 160 mg trimetoprim dan 800 mg sulfametoksazol. Dalam sediaan suspensi 40 mg trimetoprim dan 200 mg sulfametoksazol per 5 ml. Pemberian secara parenteral: 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol per 5 ml Chambers, 2001.

2.3.8 Mekanisme kerja

Sulfametoksazol-trimetoprim bekerja sinergis dengan cara menghambat sintesis prekursor DNA, RNA, dan protein yaitu asam folat pada tahap yang berbeda. Sulfametoksazol yang merupakan sulfonamid yang memiliki struktur analog PABA secara kompetitif menghambat sintesis asam dihidrofolat dari PABA. Selanjutnya trimetoprim yang secara struktural analog dengan asam Universitas Sumatera Utara dihidrofolat secara kompetitif menghambat sintesis asam tetrahidrofolat Pratiwi, 2008.

2.3.9 Resistensi terhadap sulfonamida dan trimetoprim

Sulfonamida dan trimetoprim menghambat reaksi yang berbeda pada jalur metabolisme yang memproduksi asam tetrahidrofolat tetrahydrofolic acid, yang merupakan kofaktor esensial dalam sintesis asam nukleat. Resistensi terhadap sufonamid dan trimetoprim disebabkan oleh mutasi pada gen pengkode enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme sintesis asam tetrahidrofolat. Enzim berubah berfungsi secara normal namun tidak dihambat oleh sulfonamida dan trimetoprim. Pencegahan resistensi dapat dilakukan dengan menggunakan penakaran obat yang relatif tinggi, melebihi dosis efektif minimal, dan digunakan dalam waktu yang singkat. Cara pencegahan yang lain adalah dengan pembatasan pemberian antibiotik hanya untuk penyakit infeksi yang parah dan penggunaan dosis yang benar dan sesuai aturan Pratiwi, 2008.

2.4 Bakteri