Aspek Hukum Perlindungan HAKI.

10. Perjanjian waralaba wajib tunduk dan terhadapnya diberlakukan ketentuan hukum Indonesia. Ketentuan ini bersifat memaksa, agar nantinya perjanjian waralaba tersebut dapat dilindungi di Indonesia. Ketentuan ini tidak dikenal dalam pemberian lisensi. Dalam perjanjian lisensi, pemberi lisensi dan penerima lisensi bebas untuk menentukan pilihan hukum, selama dan sepanjang hal tersebut harus patut dan tidak menyebabkan terjadinya penyelundupan hukum. 11. Clean break secara khusus diatur dalam ketentuan waralaba. Ketentuan tersebut secara tegas tidak memungkinkan pelaksanaan waralaba oleh penerima waralaba baru sebelum segala hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba berdasarkan perjanjian waralaba sebelumnya telah diselesaikan. Hal ini jelas merupakan perlindungan yang sangat bagi bagi kedua belah pihak, dari itikad tidak baik yang mungkin saja ada, di salah satu atau mungkin kedua belah pihak dalam pemberian waralaba 99

D. Aspek Hukum Perlindungan HAKI.

. Di Indonesia, masalah logodesainmerek diatur dalam Undang - Undang No.19 Tahun 2002 jo. Undang – Undang No. 12 Tahun 1997 jo. Undang – Undang No.7 Tahun 1987 jo. Undang – Undang No. 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta, dan Undang – Undang No. 15 Tahun 2001 jo. Undang – Undang No. 14 Tahun 1997 jo. Undang – Undang No. 19 Tahun 1992 jo. Undang – Undang No. 99 Ibid. hal.101 Universitas Sumatera Utara 21 Tahun 1961 Tentang Merek, serta Undang – Undang No.14 Tahun 2001 jo. Undang – Undang No. 13 Tahun 1997 jo. Undang – Undang No.6 Tahun 1989 Tentang Paten. Kesemua undang – undang ini dapat dijadikan dasar bagi usaha bisnis waralaba dalam rangka memberikan perlindungan terhadap jenis usaha ini dari pihak ketiga yang dapat merugikan pemilik bisnis waralaba ini. 1. Hak Cipta Hak cipta berarti hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan “ hak untuk menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan 100 Pengertian hak cipta juga terdapat pada Pasal 1 Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yaitu “ Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan – pembatasan menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku” . 101 100 Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010. Hal. 67 101 Ermansyah Djaja, Hukum Hak Kekayaan Intelektual,Jakarta:Sinar Grafika,2009. Hal .5 . Dalam pasal 12 1 Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak cipta ini juga memuat ciptaan yang dilindungi yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Dalam undang – undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup : a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan lay out karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain. b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu. c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. d. Lagu atau music dengan atau tanpa teks. e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim. f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan. g. Arsitektur. h. Peta. i. Seni batik. j. Fotografi. k. Sinematografi. Universitas Sumatera Utara l. Terjemahan, tafsir saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Jika diperhatikan poin – poin yang dapat dilindungi melalui Undang – Undang Hak Cipta Indonesia sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka dalam kaitannya dengan sistem bisnis franchise, seperti telah diuraikan bahwa di dalamnya terdapat unsur penggunaan logo dan merek yang telah mempunyai nilai ekonomi, buku petunjuk pengoperasian bisnis franchise, atau brosur dan pamflet yang dibuat oleh franchisor dengan berisikan rahasia kesuksesan usahanya, serta arsitektur tertentu yang memiliki ciri khas dari usahanya khususnya usaha franchise yang bergerak di bidang restoran, maka ada keseragaman tata letak dan bentuk ruangan dan bangunan yang semua dirancang melalui pendekatan ilmu arsitektur oleh para perancangnya. 2. Paten Hak paten ini masuk ke dalam atau merupakan bagian dari apa yang dinamakan hak milik intelektual yang sudah dituangkan dalam perundangan. Dalam ilmu hukum hak milik intelektual ini dibagi atas 2 dua bagian yaitu Hak Cipta dan Hak Milik Perindustrian yang meliputi hak paten, hak merek dagang, desain produk industri, dan rahasia dagang 102 Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan undang – undang diberikan kepada si pendapat si penemu atau menurut hukum pihak yang berhak . 102 Amir Pamuntjak, Sistem Paten : Pedoman Praktik dan Alih Teknologi, Jakarta,Djambatan, 1994. Hal. 2 Universitas Sumatera Utara memperolehnya, atas pemintaannya yang diajukannya kepada pihak penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu dapat diterapkan dalam bidang industri 103 1. Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri. . Hak Paten di Indonesia telah diatur dalam Undang – Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten. Adapun pengertian Hak Paten menurut Pasal 1 1 Undang – Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten ini adalah “ Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Mengenai penemuan yang dapat diberikan paten, Pasal 2 Undang – Undang No. 14 Tahun 2001 menegaskan : 2. Suatu invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. 3. Penilaian bahwa suatu invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada 103 H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak kekayaan Intelektual, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2007 . Hal.226 - 227 Universitas Sumatera Utara pada saat permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal permohonan itu diajukan dengan hak prioritas. Dari keterangan Pasal 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi penemuan yang dapat diterapkan dalam bidang industri. Dan untuk dapat diterapkan dalam industri, penemuan tersebut harus dapat diproduksi atau dapat digunakan dalam berbagai jenis industri. Dalam hal nya franchise, dimana franchise merupakan perikatan yang menjadi objeknya adalah hak kekayaan intelektual. Dengan demikian prinsip – prinsip hukum perjanjian dan hukum benda akan menjadi rujukan penting dalam dalam transaksi bisnis franchise 104 . Sebab si pemegang hak paten atas pendapatannya telah mempunyai suatu hak monopoli. Artinya, dia dapat menggunakan hak nya untuk melarang siapapun tanpa persetujuannya membuat apa yang telah di patenkan 105 Pengaturan Merek di Indonesia, diatur dalam Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, adapun pengertian merek menurut Pasal 1 1 yaitu “ Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. . 3. Merek 104 Ibid. hal 228 105 Adrian Sutedi,Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta:Sinar Grafika,2009 hal.69 Universitas Sumatera Utara Merek sebagaimana diatur dalam undang – undang merek ini meliputi merek dagang dan jasa. Walaupun menggunakan istilah merek dagang dan merek jasa, sebenarnya yang dimaksud dengan merek dagang adalah merek barang karena merek yang digunakan pada barang dan digunakan sebagai lawan dari merek jasa 106 Dalam pemberian lisensi merek, sudah dengan tegas menyebutkan bahwa merek yang dilisensikan adalah merek yang harus mempunyai perbedaan dengan merek – merek lainnya yang telah terdaftar pada Kantor Merek dan karenanya memperoleh perlindungan dalam hukum tersendiri. Merek – merek yang tidak terdaftar, selama belum dilakukan pendaftaran oleh pihak lain masih dapat dipergunakan secara bebas, namun tidak ada hak lagi bagi pihak lain untuk mempergunakan merek tersebut selain pemiliki terdagtar dan mereka yang memperoleh hak lebih lanjut . Dari ketentuan umum di atas tidak diatur secara khusus tentang franchise. Hanya dalam Pasal 43 ayat 1 dikatakan, pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak lain untuk memakai merek tersebut dengan perjanjian dan wajib didaftarkan ke Direktorat Jenderal HAKI. 107 Dalam kaitannya dengan sistem bisnis franchise, maka jelaslah bahwa pihak franchisor haruslah terlebih dahulu mendaftarkan merek atau logo yang dipunyainya, yang telah merebut pangsa pasar, jika memang ia ingin mendapat perlindungan hukum. Sedangkan bagi franchisee, terbuka kesempatan untuk . 106 Ahmad Miru, Hukum Merek, Jakarta : PT. Raja Grafindo persada, 2005 . Hal. 11 107 Gunawan Widjaja, Op.cit. hal. 32 Universitas Sumatera Utara menggunakan merek atau logo tersebut melalui izin dari pihak franchisor, yang dalam hal ini dituangkan dalam bentuk kesepakatan kerja sama dalam bentuk perjanjian franchise. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS PERJANJIAN FRANCHISE PADA IKKI SUSHI