Perbedaan Franchise dengan Lisensi

C. Perbedaan Franchise dengan Lisensi

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak rahasia dagang kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak bukan pengalihan hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu” 93 Dari pengertian di atas, sekilas sistem waralaba mirip dengan pemberian lisensi untuk menggunakan suatu merek dagang. Namun keduanya sangat berbeda, walaupun tetap ada unsur – unsur yang sama. Waralaba justru merupakan sistem baru yang menyempurnakan mekanisme atau cara kerja sistem lama, termasuk di dalamnya lisensi. Waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba member hak penggunaaan lisensi, merek dagang, saluran distribusi perusahaan kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan menejemen . 94 1. Dalam pewaralabaan terdapat pengawasan pelaksanaan usaha, metode dan produksi, serta pemasokan kebutuhan untuk menunjang usaha penerima waralaba. . Iman Sjahputra Tunggal menjelaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara kedua perjanjian tersebut : 93 Gunawan Widjaja,Seri Hukum Bisnis : Lisensi,Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2001. Hal. 43 94 Lukman Hakim, Op.cit. hal. 20 Universitas Sumatera Utara 2. Pada licensee yang terjadi hanyalah sekedar pemberian izin penggunaan merek, teknologi dan know – how, tanpa adanya pengawasan yang terus – menerus atas pelaksanaan usaha itu. 3. Dalam bisnis waralaba, kepemilikan badan usaha sepenuhnya ada pada penerima waralaba. Secara hukum pemberi waralaba dan penerima waralaba adalah dua badan usaha yang terpisah. 4. Dalam bisnis waralaba, selama kerja sama tersebut, pemberi waralaba melakukan pengendalian hasil dan kegiatan dalam kedudukannya sebagai pimpinan sistem kerja lama. 5. Dalam bisnis waralaba, selain kerja sama tersebut, pihak pemberi waralaba mengizinkan penerima waralaba menggunakan merek dagang dan identitas usaha milik pemberi waralaba dalam bidang usaha yang disepakati. Penggunaan identitas usaha tersebut akan menumbuhkan asosiasi pada masyarakat adanya kesamaan produk dan jasa dengan pemberi waralaba 95 Lisensi sudah berkembang cukup lama. Banyak produk – produk lisensi yang berhasil di Indonesia. Karena itu, lisensi juga sangat menjanjikan. Syaratnya, dia memang memiliki keunggulan. Lisensi biasanya juga dikembangkan melalui . 95 Ibid. hal 20 Universitas Sumatera Utara penelitian, research and development RD. Prinsipnya, lisensi harus bisa menjanjikan pasar bagi pembelinya 96 Di Indonesia, hukum yang mengatur lisensi masih kurang memadai. Apalagi jika sudah mengenai enforcement-nya. Lihat saja berapa banyak terjadi pembajakan, tetapi tidak diambil tindakan yang tegas terhadap pelakunya. Di produk – produk pakaian, banyak merek – merek terkenal ditiru dan lainnya, tidak diambil tindakan. Padahal, di sini sudah ada pemegang hak lisensinya. Di Indonesia itulah masalah yang crusial. Hukumnya memang ada, tetapi enforcement-nya sangat lemah. Di produk – produk tangible saja seperti itu, bagaimana jika produk – produk intangible. Lisensi di produk – produk intangible hukumnya harus benar – benar baik. Jika hukumnya baik dan pelaksanaannya juga baik, merek – merek lisensi bisa lebih berkembang dengan baik . 97 Sebaliknya, franchise dimaknai lebih luas, yaitu franchisor tidak hanya memperkenalkan franchisee untuk memakai mereklogohak ciptanya, akan tetapi turut pula mengatur internal perusahaan. Baik mengenai karyawan, pelatihan, lokasi, bahan baku hingga strategi pemasarannya. Pada franchise, keterlibatan seorang franchisor lebih banyak. Jika lisensi keterlibatannya hanya sebatas mengajarkan bagaimana memproduksi lalu dipungut royalty-nya. Tetapi jika franchise itu pemilik bisnis atau merek harus mengemas menjadi suatu format. Kemudian bisnis itu harus survive. Setelah itu, franchisor memonitor, memandu, . 96 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Lisensi atau Waralaba Suatu Panduan Praktis, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2002. hal.21 97 Ibid.hal 21 Universitas Sumatera Utara member pelatihan, menyelenggarakan marketing programnya dan bantuan – bantuan lain yang berkesinambungan 98 1. Pemberian lisensi tidak diatur secara spesifik tetapi tunduk dan diatur dalam berbagai macam peraturan perundang – undangan yang tersebut. Hal ini membawa konsekuensi hukum bahwa luas cakupan dan ruang lingkup pemberian lisensi harus memperhatikan luasnya perlindungan hak atas kekayaan Intelektual yang dapat diberikan oleh negara kepada pemberi lisensi. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya pemerian lisensi paksa atas permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas suatu hak atas kekayaan intelektual yang telah dimohonkan pendaftarannya, maupun yang telah memperoleh perlindungan dari negara. Hal lain yang perlu juga dipertimbangkan adalah kemungkinan terjadinya penggunaan hak atas kekayaan intelektual secara sah oleh pihak lain, atas penolakan pendaftaran hak atas kekayaan intelektual, yang tentunya dalam banyak hal akan merugikan kepentingan penerima lisensi, baik langsung maupun tidak langsung. . Dari uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa perbedaan pokok dalam penyusunan atau pembuatan perjanjian lisensi dibandingkan dengan perjanjian waralaba adalah sebagai berikut : 98 Ibid. hal.23 Universitas Sumatera Utara 2. Pemberian waralaba senantiasa diikuti dengan pemberian bantuan menejemen dan fasilitas dalam satu perjanjian dengan pembayaran royalty yang sudah ditentukan besarnya. Dalam pemberian lisensi, perjanjian pemberian lisensi dapat dipisahkan dari perjanjian pemberian bantuan teknis atau menejemen, yang masing – masing dapat melahirkan suatu hak royalty yang independen bagi pemberi lisensi. 3. Pembayaran imbalan dalam perjanjian waralaba hanya dapat dilakukan dalam bentuk direct compensation, yang besarnya digantungkan pada persyaratan dan atau penjualan barang atau jasa. Ini berarti dalam pemberian waralaba tidak dimungkinnya pemberian imbalan yang tidak didasarkan atau dikaitkan dengan persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Dalam pemberian lisensi, dapat meminta imbalan dalam bentuk apapun selama dan sepanjang hal tersebut disepakati oleh penerima lisensi, selama dan sepanjang tidak memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan ketentuan, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat merugikan Indonesia atau memuat pembatasan yang menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan invensi yang diberi paten tersebut pada khususnya. Universitas Sumatera Utara 4. Kewajiban untuk melaksanakan kegiatan waralaba oleh pihak penerima waralaba, sekurang – kurangnya satu tempat usaha. Pada prinsipnya pelaksanaan hak atas kekayaan intelektual yang diberikan perlindungan oleh negara, di Indonesia. Agak sedikit berbeda dari waralaba, dalam lisensi, kewajiban tersebut dapat diserahkan lebih lanjut oleh pihak penerima lisensi kepada pihak lain, tanpa adanya keharusan bagi dirinya sendiri untuk melaksanakan lisensi yang telah diberikan tersebut. Dalam rangka inilah dimungkinkan adanya pemberian lisensi paksa oleh negara sebagai wujud pelaksanaan pemberian perlindungan hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi oleh negara, tanpa perlu menghapuskan perjanjian lisensi itu sendiri. 5. Perjanjian pemberian waralaba harus dibuat untuk jangka waktu sekurang – kurangnya 5 tahun. Ketentuan ini tidak berlaku bagi pemberian lisensi. Pihak pemberi lisensi dapat dan berhak untuk menentukan sendiri jangka waktu pemberian lisensi, selama dan sepanjang hal tersebut disetujui oleh penerima lisensi dan sesuai dengan peruntukan hak atas kekayaan intelektual yang di lisensikan. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan adanya kemungkinan pemberian lisensi paksa dalam hal lisensi yang diberikan tidak optimum bagi pengembangan hak atas kekayaan intelektual di Indonesia. 6. Waralaba melibatkan keikutsertaan pemerintah, dalam hal ini Departemen Perindustrian dan Perdagangan, secara lebih mendalam, Universitas Sumatera Utara termasuk di dalamnya penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba STPUW bagi pelaksana usaha waralaba di Indonesia oleh penerima waralaba. Pemberian lisensi meskipun wajib didaftarkan, sebagai bagian dari pemberian perlindungan oleh negara, tidak melibatkan penerbitan izin usaha baru bagi penerima lisensi. 7. Adanya kewajiban bagi penerima waralaba untuk menyampaikan laporan perkembangan kegiatan waralaba secara periodic kepada Departemen Perindustrian dan Perdagangan, sebagai bagian dari monitoring pelaksanaan waralaba di Indonesia. Dalam pemberian lisensi kewajiban demikian tidak ada. 8. Sebagai bagian dari keterlibatan aktif pemerintah, ketentuan waralaba juga mengatur mengenai lokasi atau wilayah pelaksanaan waralaba. Pada pemberian lisensi, karena pada umumnya diberikan secara eksklusif atas hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi oleh negara, pembagian wilayah bukan dan tidak akan menjadi masalah, meskipun pengaturan pembagian wilayah ini tidak dilarang ataupun diatur secara khusus. 9. Perjanjian waralaba wajib untuk dibuat dalam Bahasa Indonesia. Perjanjian lisensi tidak tunduk pada ketentuan ini, dan terhadapnya dapat dipergunakan bahasa yang dianggap paling menguntungkan bagi para pihak dalam pemberian lisensi. Universitas Sumatera Utara 10. Perjanjian waralaba wajib tunduk dan terhadapnya diberlakukan ketentuan hukum Indonesia. Ketentuan ini bersifat memaksa, agar nantinya perjanjian waralaba tersebut dapat dilindungi di Indonesia. Ketentuan ini tidak dikenal dalam pemberian lisensi. Dalam perjanjian lisensi, pemberi lisensi dan penerima lisensi bebas untuk menentukan pilihan hukum, selama dan sepanjang hal tersebut harus patut dan tidak menyebabkan terjadinya penyelundupan hukum. 11. Clean break secara khusus diatur dalam ketentuan waralaba. Ketentuan tersebut secara tegas tidak memungkinkan pelaksanaan waralaba oleh penerima waralaba baru sebelum segala hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba berdasarkan perjanjian waralaba sebelumnya telah diselesaikan. Hal ini jelas merupakan perlindungan yang sangat bagi bagi kedua belah pihak, dari itikad tidak baik yang mungkin saja ada, di salah satu atau mungkin kedua belah pihak dalam pemberian waralaba 99

D. Aspek Hukum Perlindungan HAKI.