3.2 Sistem pemerintahan
Kabupaten samosir adalah salah satu kabupaten hasil pemekaran daerah yang baru di bentuk pada tahun 2002.Sebagai proses percepatan pembangunan
bagi masyarakat di kabupaten samosir.Sistem pemerintahan kabupaten samosir di kepalai oleh seorang bupati dan beberapa camat yang mengepalai tiap- tiap
kecamatan dan kepala desa yang juga mengepalai tiap – tiap desa.Namun cara hidup masyarakat tidak terlepas dari norma- norma dan adat- istiadat.Norma dan
adat- istiadat ini turun temurun di terapkan dalam masyarakat batak toba yang
menjadi masyarakat mayoritas di kabupaten samosir.
Hal ini dapat kita lihat dari falsafah hidup yang di miliki suku batak toba yaitu “dalihan natolu” yang secara etimologi berarti “tungku yang tiga “ yang
melambangkan unsur kerja sama dan kebersamaan untuk menghasilakn suatu kebaukan dalam hidup. Begitu juga dalam menjalankan pemerintahannya , kepala
daerah di kabupaten samosir bergandeng tangan atau bekerja sama dalam
kehidupan sehari – hari masyarakat.
3.3 Demografi penduduk
Kabupaten samosir di pimpin oleh seorang bupati yang berkedudukan di ibukota kabupaten yaitu pangururan yang berjarak sekitar 75 km dari kota
medan.masyarakat kabupaten samosir terdiri dari beberapa kelompok etnis seperti batak toba, angkola pak- pak , Nias dan mandailing.
Sumatera Utara mempunyai penduduk yang beraneka ragam suku dan agama dan merupakan provinsi yang paling padat di luar pulau jawa dengan
penduduk lebih dari 11 juta jiwa.Pekerjaaan masyarakat samosir pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
adalah bertani dan menambak ikan. Salah satu penghasil ikan air tawar terbesar di sumatera utara ada di kabupaten samosir.
3.4 Masyarakat Dan Sosial Budaya
Penduduk asli daerah ini adalah suku batak toba yang kaya akan adat istiadat dan kebudayaan baik berupa tari – tarian , nyayian , hikayat , cerita rakyat,
dan upacara yang bersifat sakral.Penduduk kabupaten samosir adalah dinamis dan patriotis serta takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Masyarakat samosir
berpegang kuat kepada adat- istiadat yang luhur yang merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Suku batak toba yang merupakan
suku mayoritas di kabupaten samosir memiliki falsafah hidup yang masih terus di pegang teguh oleh mereka yaitu falsafah “ dalihan na tolu “ Dalihan artinya
tungku yang terbuat dari batu. Na artinya yang, tolu artinya tiga. Jadi secara sederhana Dalihan na tolu adalah tiga tiang tungku.dalihan
yang terbuat dari batu bata di tata sedemekian rupa sehingga bentuknya bulat panjang, ujungnya yang satu tumpul dan ujung yang lain agak bersegi empat
berfungsi sebagai kaki dalihan. Panjangnya kira – kira 30 cm dan diameter lebih kurang 12 cm.Besar ketiga dalihan harus sama begitu juga dengan tingginya dan
ruang pembakaran tempat kayu baik serta jarakantara tiga tungku sama. Memang ada tungku terdiri dari dua dalihan tapi tidak sempurna karena alat – alat masak
yang diatasnya masih dapat goyah. Ketiga dalihan di tanam membentuk simetris di dapur di tempat yang sudah di sediakan yang terbuat dari papan empat persegi
panjang berisi tanah liat yang di keraskan. Ketiga dalihan tersebut berfungsi sebagai tungku alat masak di jerangkan. Diatas ke tiga tungku inilah nenek
Universitas Sumatera Utara
moyang sukui batak dahulu meletakkan alat – alat masaknya dan memasak segala masakan setiap harinya.
Melihat contoh sederhana dari Dalihan Na Tolu ini nenek moyang orang Batak toba melihat kehidupan manusia baik secara individu maupun sebagai
keluarga tidak ada ubahnya seperti keadaan Dalihan Na Tolu . Bahwa segala sesuatu yang perlu demi kepentingan manusia dan keluarga yang menjadi sumber
sikap perilaku seseorang dalam kehidupan sosial budaya haruslah bersumber dari tiga unsur kekerabatan ibarat tga tiang tungku yang berdiri sendiri tapi saling
berkaitan dala bentuk kerja sama atau sama – sama dimanfaatkan. Ketiga unsur tadi kalau berdiri sendiri tidak ada arti, tetapi harus saling kerjasama satu sama
lain baru bermanfaat. Unsur pertama adalah Suhut atau suami dengan saudara laki – laki di sebut dongan sabutuha . Unsur kedua adalah hubungan suhut dengan
saudaranya perempuan disebut boru sedangkan unsur ketiga adalah suhut dengan saudaranya laki – laki isteri suhut di sebut hula – hula.
Sebelum Dalihan Na Tolu ada pandangan suku Batak toba tentang Tuhan
Yang Maha Esa sadah ada yang di sebut Debata Mula Jadi Na Bolon. Dia tidak
bermula dan tidak akan berakhir. Dia maha besar, Maha Mutlak dan Dialah asal mula segala- galanya, baik yang ada maupun yang tiada dan berdiam dia Banua
atas dunia atas . Segala alam ciptaan-Nya yaitu semesta alam disebut Banua Tonga dunia tengah dan menjadi tempat tinggal segala makhluk ciptaan-Nya.
Kehidupan di balik kehidupan ini adalah tempat yang jahat karena dosanya disebut Banua Toru dunia bawah. Menurut pandangan suku batak Toba tentang
mula jadi na bolon memilioki tiga wujud pancaran kuasa dan mempunyai simbol
Universitas Sumatera Utara
warna pada masing – masing wujud kuasa mula jadi na bolon. Tiga wujud pancaran kuasa Mula Jadi Na Bolon adalah:
Wujud pancaran kuasa Hahomion atau kebijakan di sebut Debata Batara Guru diberi simbol warna hitam dengan
makna bahwa manusia dan jalan pikirannya tidak mampu mengetahui, menganalisa, meneliti kebijakan Tuhan
itu.Kebijakan Tuhan itu masih gelap bagi pikiran manusia sebagaimana gelapnya warna hitam. Jalan satu – satunya adalah
hanya berserah kepada kebijakan itu dan inilah diterapkan pada sikap perilaku Batak Toba yaitu kepada Hula-hula yang
dianggap berfungsi sebagai Hahomion atau kebijakan.Hula- Hula dianggap penyalur kebijakan Debata Batara Guru dalam
hidup ini dan inilah pangkal mula pada sopan santun dan moral
serta adat kekerabatan yaitu Somba Marhula-hula yang artinya
suami Batak Toba harus hormat dan sembah kepada keluarga dari isterinya yaitu saudara laki-laki isterinya juga orang tua
dari isterinya mertua.
Wujud pancaran kuasa tentang Kesucian dan kebenaran disebut Debata Sorisohaliapan di beri simbol warna putih
dengan makna bahwa putih itu tidak dapat dibedakan sebagaimana kesucian dan kebenaran Tuhan tidak dapat
dibedakan.Inilah diterapkan pada sesama saudara atau Namardongan TubuDongan Sabutuha tidak ada perbedaan
sebagaimana warna putih yang sangat mudah kotor, harus
Universitas Sumatera Utara
dijaga sedemikian rupa supaya jangan sempat kotor.Kehati- hatian menjaga warna putih menjadi sumber sopan santun dan
moral serta adat kekerabatan yaitu Manat Mardongan Tubu yang artinya adalah berhati-hatilah sesama saudara.
Wujud pancaran kuasa tentang hal kekuatan Tuhan dinamai
Debata Balabulan yang diberi simbol warna merah dengan
makna bahwa merah itu adalah perlambang kegairahan untuk hidup.Karena kegairahan untuk hidup mendorong manusia
bekerja.Pada pelaksanaan setiap pekerjaan akan menghadapi tantangan dan menumbuhkan keberanian. Penyaluran kekuatan
Debata Bala Bulan pada kehidupan suku Batak Toba adalah Boru.Karena borulah memang akan selalu bekerja apabila ada
pesta atau kegiatan adat pada masyarakat Batak Toba, maka ia harus di bujuk dan disayangi dan inilah yang menjadi sumber
sopan santun dan moral serta adat kekerabatan yaitu Elek Marboru.
Jadi sebenarnya Dalihan Na Tolu adalah sistem kemasyarakatan Batak Toba sekaligus merupakan sumber hukum dan adat masyarakat Batak Toba. Hal
ini dapat kita lihat perwujudannya dengan berbagai barang yang dikeramatkan oleh suku Batak Toba seperti ulos yang masih di pakai oleh orang Batak pada
acara-acara ritual tertentu yang terbuat dari bonang manalu.Warna pokok dari setiap ulos Batak adalah hitam putih dan merah sedangkan warna adalah variasi
kehidupan.Justru inilah ritual ulos dalam adat Batak Toba. Simbol Tuhanlah yang
tergambar dalam ulos Batak.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV POTENSI PUSUK BUHIT SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI