1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong serta menentukan maju
mundurnya suatu proses pembangunan bangsa dalam segala bidang Hanifah Syukriy, 2001. Pendidikan juga merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi
manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimana pun
ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan
terbelakang Yusniati, 2008. Menurut Syah dalam Yusniati, 2008 pendidikan adalah usaha yang sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal ditempuh melalui pendidikan di sekolah seperti SDsederajat,
SMPsederajat, SMAsederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Mahasiswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, merupakan salah satu substansi yang perlu diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah
Universitas Sumatera Utara
terhadap dinamika ilmu pengetahuan, dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut Harahap dalam Naam, 2009. Mahasiswa secara umum
merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktifitas
dan kreatifitasnya, sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya Baharuddin Makin dalam Naam, 2009.
Menurut Naam 2009 kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang diperolehnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal
kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi
belajar, sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh siswa Sobur, 2006. Prestasi akademik pula yang menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman
siswa terhadap materi tertentu yang telah diberikan setelah siswa mengalami proses belajar pada jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai
Naam, 2009. Prestasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat melalui nilai bobot rata-
rata yang biasanya disebut Indeks Prestasi IP. Dalam buku pengaturan akademik dijelaskan bahwa indeks Prestasi dibedakan atas Indeks Prestasi Semester yang
berjalan IPS dan Indeks Prestasi Kumulatif IPK. Perhitungan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan pada akhir semester, dengan menghitung nilai yang telah
masuk pada semester yang dimaksud. Indeks Prestasi Kumulatif digunakan sebagai bahan masukan evaluasi keberhasilan studi mahasiswa dan penetapan
sanksi akademik .
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lim Mellisa 2012 prestasi akademik berupa IPK yang baik adalah hal yang sangat penting bagi mahasiswa karena akan meningkatkan
kemungkinan mendapatkan beasiswa, mempengaruhi pekerjaan yang bisa didapatkan pada saat dewasa dan pastinya mempengaruhi masa depan mahasiswa
tersebut. Namun sayangnya masih banyak mahasiswa yang memiliki nilai IPK yang kurang memuaskan. Seperti di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara, persentase mahasiswa yang mendapatkan IPK di bawah 3,00 adalah 51,42 , sedangkan persentase mahasiswa yang mendapatkan nilai IPK diatas 3,5
adalah 8,6 yang dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sedikit mahasiswa yang mendapat nilai yang bagus dan cukup
banyak mahasiswa yang mendapat nilai yang rendah. Tabel 1. Data IPK mahasiswa T.A 20122013
No Rentang IPK
Jumlah mahasiswa Persentase
1 x 1.99
33 Orang 6,42
2 2,00 ≤ x ≤ 2,49
56 Orang 12
3 2,5 ≤ x ≤ 2,99
154 Orang 33
4 3,00≤ x ≤ 3,50
184 Orang 39,4
5 x ≤ 3,51
40 Orang 8,6
Total 467 Orang
100
Sumber: Bagian Akademik Fakultas Psikologi USU
Indikator untuk melihat prestasi akademik di suatu fakultas dapat dilihat juga dengan jumlah mahasiswa drop out. Hal ini dikarenakan salah satu faktor
mahasiswa akan di drop out karena tidak memenuhi beban SKS minimum yang ditentukan berdasarkan nilai IPK yang diperoleh Universitas Sumatera Utara,
2010. Terdapat peningkatan jumlah mahasiswa drop out pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dapat dilihat dari tabel 2. Pada tahun ajaran
20092010 terdapat 9 orang 1,9 mahasiswa drop out. Jumlah mahasiswa drop
Universitas Sumatera Utara
out mengalami penurunan pada tahun ajaran berikutnya menjadi 1 orang 0.22 dan pada tahun ajaran 20112012 meningkat menjadi 11 orang 2,21.
Tabel 2. Data Mahasiswa DO Fakultas Psikologi USU
Tahun Jumlah
Mahasiswa Persentase dibandingkan dengan
Jumlah Mahasiswa Aktif pada Tahun Ajaran Tersebut
20092010 9 Orang
1,9 20102011
1 Orang 0.22
20112012 11 Orang
2.21
Total 20 Orang
4,33
Sumber: Bagian Akademik Fakultas Psikologi USU
Mahasiswa yang memiliki nilai yang buruk sering dianggap masyarakat karena mereka memiliki kemampuan kognitif yang kurang. Masyarakat
cenderung menganggap intelegensi sebagai faktor utama penentu pencapaian akademis Rodhe Thompson dalam Lim Melissa, 2012. Namun prestasi
akademik yang telah dicapai oleh seorang siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Penelitian di bidang psikologi pendidikan menemukan selain intelegensi, prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh faktor non-kognitif. Salah satu
faktor yang tersebut adalah tipe kepribadian Steinmayr Spinath; Bratko dalam Lim Melissa, 2012. Penelitian terdahulu menunjukan kepribadian membentuk
prilaku seseorang dan mempengaruhi kebiasaan belajar, sehingga akan berdampak pada pencapaian akademisnya O’Conner Paunonen; Furnham Heaven; De
Raad dalam Lim Melissa, 2012. Menurut Noftle Robbins 2007 penelitian terbaru menunjukan bahwa kepribadian dapat memprediksi prestasi akademik
Duckworth Seligman Wagerman Funder bahkan ketika kemampuan kognitif dan intelegensi sudah dikontrol.
Universitas Sumatera Utara
Kepribadian adalah konstruk multidimensional. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai kepribadian mengakibatkan munculnya beberapa teori yang
berbeda mengenai kepribadian. Salah satunya adalah teori Five Factor Theory atau sering disebut Big Five yang paling sering digunakan dalam menjelaskan
prilaku belajar dan pencapaian akademis pada siswa Gray Watson; Chamorro- Premuzic Furnham; Noftle Robins dalam Lim Melissa 2012.
Teori Big Five yang dicetus oleh Mc Crae dan Costa dalam Pervin dkk, 2005 menjelaskan kepribadian terdiri dari 5 dimensi, yaitu extraversion,
agreeableness, conscientiousness,
neuroticism, dan
openness. Dimensi
neuroticism memiliki sifat-sifat seperti kecenderungan mudah khawatir, gugup, emosional, sensitif, tegang, mudah cemas, inadequate dan hypochodriacal.
Seseorang yang dominan pada dimensi extraversion cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah, komunikatif, bersosialisasi, aktif, talkactive, person-
oriented, optimis dan fun-loving. Dimensi openness ini memiliki sifat-sifat seperti memiliki rasa ketertarikan yang luas, kreatif, imajinatif, tidak tradisional,
menyenangkan, dan artistik. Dimensi agreeableness berkarateristik berhati baik, suka menolong,
pemaaf, berterus terang, ramah, kooperatif, hangat, dan mudah mempercayai orang lain. Dimensi yang terakhir yaitu conscientiousness ini memiliki sifat-sifat
seperti terorganisir, reliabel, pekerja keras, disiplin, rapi, berhati-hati, dapat diandalkan, dan ambisius. Pembagian kedalam lima dimensi ini adalah hasil dari
faktor analisis dalam Pervin dkk, 2005; Friedman, 2008 . Model kepribadian ini
Universitas Sumatera Utara
ini ditemukan tidak bias budaya, universal, stabil, dan konsisten Lim Melissa, 2012.
Penelitian terdahulu telah dilakukan untuk melihat pengaruh dimensi kepribadian big five terhadap prestasi akademik. Salah satunya penelitian dari dari
Gray dan Watson dalam Lim Melissa, 2012 yang menemukan bahwa prestasi akademik pada siswa SMA dan mahasiswa S1 yang dilihat berdasarkan IPK lebih
berkaitan dengan dimesi conscientiousness daripada dimensi lain dari big five. Penemuan yang sama juga ditemukan oleh Noftle dan Robbins 2007, mereka
meneliti lebih dari 10.000 mahasiswa S1 di University of California dan menemukan dimensi conscientiousness yang paling mempengaruhi prestasi
akademik mahasiswa dilihat dari nilai IPK.. Penelitian ini juga menemukan korelasi positif yang lemah pada dimesi openness, korelasi negatif yang lemah
pada dimensi extraversion, serta korelasi positif lemah pada dimensi agreeableness.
Komarraju 2009 mengatakan bahwa conscientiousness juga ditemukan mempengaruhi kesuksesan akademik Dollinger Orf; Furnham, Chamorro-
Premuzic, McDougall; Paunonen Ashton, termasuk nilai ujian Chamorro- Premuzic Furnham, dan nilai IPK Busato, Prins, Elshout,
Hamaker;Wagerman Funder. Penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Trapmann dan Hell 2007 dengan menggunakan data dari 15 negara menemukan
hanya dimensi conscientiousness yang berpengaruh terhadap nilai mahasiswa. Penelitian selama ini menemukan walaupun instrumen yang digunakan berbeda-
beda seperti NEO-PI-R, NEO FFI, dan BFI hasil penelitiannya tetap sama yaitu
Universitas Sumatera Utara
conscientiousness yang berkorelasi kuat dengan prestasi akademik pada siswa SMA dan Mahasiswa Lieven dkk; Chamorro-Premuzic Furnham; Chamorro-
Premuzic Furnham; Nguyen dkk dalam Noftle Robins 2007. Penelitian lain menemukan selain conscientiousness, dimensi openness
dan agreeableness berkorelasi positif dengan prestasi akademik Lounsbury, Sundstrom, Loveland, Gibson; Farsides Woodfield, dalam Komarraju, 2009.
Penelitian pada siswa SMA dan Mahasiswa menemukan conscientiousness yang paling mempengaruhi performa akademik, yang kedua adalah dimensi openness
Gray Watson dalam Noftle Robins, 2007. Penelitian juga menemukan bahwa conscientiousness dan openness memprediksi prestasi mata kuliah tertentu
Paunonen Ashton, 2001, sedangkan conscientiousness, openness dan agreeableness dapat memprediksi prestasi akademik secara menyeluruh Farsides
Woodfield; Poropat, dalam Komarraju, 2011. Beberapa penelitian menemukan korelasi yang lemah sampai sedang antara nilai dengan agreeableness E. C. Hair
Graziano dan neuroticism Ridgell Lounsbury dalam Noftle Robbins, 2007. Penelitian lainnya menemukan neuroticism bearsosiasi negatif dengan
pencapaian akademik Chamorro-Premuzic Furnham, dalam komarraju 2011. Penelitian serupa pada mahasiswa di Indonesia masih tergolong sedikit.
Salah satu penelitian di Indonesia dilakukan oleh Deasyana dalam Septiarini, 2011 yang berjudul ”Hubungan Trait Kepribadian dan Prestasi Belajar pada
Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta ”, Penelitian ini menemukan bahwa domain
conscientiousness merupakan satu-satunya prediktor signifikan pada prestasi belajar dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Costa and McCrae dalam Lim Melissa, 2012 dimensi openness berasosiasi dengan kemampuan kognitif yang tinggi seperti pemikiran
divergen, sedangkan dimensi conscientiousness beasosiasi dengan prilaku disiplin, seperti merencanakan dan mengorganisir tugas dan berprilaku dengan
rasa tanggung jawab untuk mencapai sesuatu. Murid yang memiliki tingkat conscientiousness yang tinggi memiliki trait seperti keinginan kuat untuk belajar
dan berambisi untuk sukses di bidang akademik Costa McCrae; Digman Takemoto-Chock dalam Lim Melissa, 2012.
Individu dengan skor agreeableness yang tinggi umumnya kooperatif, dapat dipercaya dan suka menolong orang lain serta selalu menyelesaikan
tugasnya tidak melewati deadline yang diberikan Komarraju, 2011. Selain itu menurut Vermetten, Lodewijks Vermunt agreeableness juga berhubungan
dengan kepatuhan terhadap perintah guru dan berusaha fokus kepada materi pembelajaran Poropat, 2009. Menurut De Raad dan Schouwenburg siswa
dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung akan memiliki prestasi yang baik diakibatkan tinginya tingkat energi ditambah dengan attitude positif yang
mengarahkan kepada keinginan untuk belajar dan memahami Poropat 2009. Menurut De Raad Schouwenburg dalam Poropat, 2009 individu dengan
neuroticism yang tingi cenderung memfokuskan diri kepada perasaan mereka dan self-talk untuk tidak fokus terhadap tugas di universitas sehingga menurunkan
prestasi akademik.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian-penelitian sebelumnya
menemukan bahwa
dimensi conscientiousness yang paling sering ditemukan mempengaruhi prestasi
akademik. Berdasarkan dinamika di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kepribadian Big Five terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara”.
B. Rumusan Masalah