ANALISIS PENGARUH SIZE, NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO DAN TANGIBILITY OF ASSETS TERHADAP DEBT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 2009
ANALISIS PENGARUH
SIZE
,
NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO
DAN
TANGIBILITY OF ASSETS
TERHADAP
DEBT RATIO
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2005-2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Menenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Oleh :
RIMBUN ANGGRAENI NIM : F0207106
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS PENGARUH SIZE, NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO DAN
TANGIBILITY OF ASSETS TERHADAP DEBT RATIO PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
(4)
MOTTO
"Kalau takut terkena angin kencang jangan mau jadi pohon yang menjulang tinggi, jadilah rumput saja, tapi tentu juga harus mau diinjak kerbau... Kalau mau jadi pemimpin, tentu harus berani menerima
segala resikonya yang tentu lebih berat..."
(Ust. Zainuddin MZ)
Jangan risaukan Nikmat yang belum kita miliki, tapi risaulah akan Nikmat yang belum kita Syukuri (wisatahati.com)
Sia-sia habiskan waktu bersedih untuk yang terjadi. Segala Sesuatu terjadi karena sebuah alasan. Live it, love it, learn from it!
(5)
HALAMAN PERSEMBAHAN
ß
‰ôJysø9$#
¬!
Å_Uu‘
šúüÏJn=»yèø9$#
ÇËÈ
Ku persembahkan karya ini kepada :
1.Almh nenekku yang telah meninggal sebelum selesai
skripsi ini
2.Emak dan Babe yang menjadi cinta pertamaku dan
motivator hidup 3.Kedua abangku dan kedua
mbakku yang memberikan pelajaran tentang makna
(6)
KATA PENGANTAR
É
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan Ridho dan kemudahanNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis selalu curahkan kepada Rasulullah SWA, teladan bagi semua umat di muka bumi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENGARUH
SIZE, NET PROFIT MARGIN, CURENT RATIO DAN TANGIBILITY OF ASSETS
TERHADAP DEBT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009” ini dapat terselesaikan juga atas dukungan dan doa yang selalu tercurah dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com. Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Unversitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Endang Suhari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret sekaligus dosen pembimbing skripsi yang
(7)
telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Reza Rahardian, SE,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan juga selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja Manajerial
4. Ibu Sinto Sunaryo,Msi, selaku dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak dan ibu dosen pengajar dan seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk segala dukungan dan doanya.
Walaupun tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK . ... xiii
ABSTRACT ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ... 1
(9)
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hutang ... 8
2. Teori Kebijakan Hutang ... 9
3. Debt Ratio ... 14
4. Ukuran Perusahaan ... 16
5. Profitabilitas ... 17
6. Rasio Likuiditas ... 18
7. Tangibility of Assets ... 18
B. Penelitian Terdahulu ... 21
C. Kerangka Pemikiran ... 25
D. Hipotesis ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 32
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ... 34
D. Definisi Operasional dan Pengukuran ... 36
E. Metode Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 37
2. Uji Asumsi Klasik ... 38
3. Uji Regresi Berganda 4. Pengujian Hipotesis ... 41
a. Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan (Uji-F) ... 42
b. Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial (Uji-t) ... 42
c. Koefisien Determinasi ... 43
(10)
A. Statistik Deskriptif ... 44
B. Pengujian Data 1. Uji Normalitas ... 46
2. Uji Asumsi Klasik ... 48
a. Uji Autokorelasi ... 53
b. Uji Multikolonieritas ... 54
c. Uji Heteroskedastisitas ... 55
3. Pengujian Hipotesis ... 52
a. Uji F (Uji Simultan) ... 53
b. Uji t (Uji Parsial) ... 54
c. Koefisien Determinasi (R2 ) d. Interpretasi Hasil ... 55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Keterbatasan Penelitian ... 65
C. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Sampel Penelitian ... 45
Tabel IV.2 Deskriptif Statistik ... 46
Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas ... 49
Tabel IV.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 50
Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolonieritas ... 51
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ... 43 Gambar IV.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 63
(13)
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Penelitian Lampiran 2 Daftar Total Hutang Perusahaan Lampiran 3 Daftar Total Asset Perusahaan Lampiran 4 Daftar Debt Ratio Perusahaan Lampiran 5 Daftar Logtotal Asset Perusahaan Lampiran 6 Daftar Earning After Tax Perusahaan Lampiran 7 Daftar Hasil Penjualan Perusahaan Lampiran 8 Daftar Net Profit Margin Perusahaan Lampiran 9 Daftar Total Asset Perusahaan Lampiran 10 Daftar Hutang Lancar Perusahaan Lampiran 11 Daftar Current Ratio Perusahaan Lampiran 12 Daftar Asset Tetap Perusahaan
Lampiran 13 Daftar Tangibility of Assets Perusahaan Lampiran 14 Uji Normalitas
Lampiran 15 Uji Autokorelasi Lampiran 16 Uji Multikolonieritas Lampiran 17 Uji Heterokedastisitas Lampiran 18 Uji F (Uji Simultan) Lampiran 19 Uji t (Uji Parsial)
(15)
ABSTRAKSI
ANALISIS PENGARUH SIZE, NET PROFIT AMRGIN, CURRENT RATIO DAN TANGIBILITY OF ASSETS TERHADAP DEBT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2005-2009
RIMBUN ANGGRAENI F0207106
Penelitian ini bertujuan : pertama, untuk menganalisis pengaruh antara size dan debt ratio; kedua, untuk menganalisis pengaruh antara net profit margin dan debt ratio; ketiga, untuk menguji pengaruh antara current ratio dan debt ratio; keempat, untuk menguji pengaruh antara tangibility of assets dan debt ratio
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Sampel yang diambil sebanyak 94 perusahaan dengan teknik
purposive sampling. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah (1) perusahaan manufaktur dengan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 (2) perusahaan memiliki laporan keuangan yang berkaitan dengan pengukuran lain yang digunakan dalam penelitian (3) perusahaan memiliki data jumlah hutang selama periode penelitian (4) perusahaan tidak memiliki rata-rata saldo laba negatif. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif statistik, pengujian normalitas, asumsi klasik (Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi), Regresi Berganda, Uji F, Uji t dan Koefisien Determinasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) size tidak berpengaruh signifikan terhadap
debt ratio (2) net profit margin berpengaruh negatif terhadap debt ratio (3) current ratio
berpengaruh negatif terhadap debt ratio (4) tangibility of assets tidak berpengaruh signifikan terhadap debt ratio
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perusahaan menetapkan kebijakan hutang diharapkan ikut mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga struktur modal yang terbentuk adalah struktur modal yang optimal.
Kata kunci : size, net profit margin, current asset, tangibility of assets, debt ratio, struktur modal
(16)
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE EFFECT OF SIZE, NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO AND TANGIBILITY OF ASSETS OF DEBT RATIO IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE PERIOD 2005-2009
RIMBUN ANGGRAENI F0207106
The research has several purposes, those are : the first, to examine the effect of size on debt ratio; the second, the effect of net profit margin on debt ratio; the third, the effect of current ratio on debt ratio; the fourth, the effect tangibility of assets on debt ratio.
The population is manufacture firms that published in Indonesian Capital Market from 2005-2009. The total number of observation used the model estimate was 94 with purposive sampling technical. The criterion is (1) manufacture firms published in Indonesian Capital Market during 2005-2009 (2) firms that have the financial report relating to the other measurements used in this study (3) firms have a data amount of debt during the observation (4) firm did not have an average of negatif profitability. The study applies econometrics modeling using normality test, multi-co linearity test heterocedastisity, autocorelation test, F test, t test and determination coefficient
The result demonstrate that (1) there are not significant effect of size on debt ratio (2) there are a significant negative effect of net profit margin on debt ratio (3) there are a significant negative effect of current ratio on debt ratio (4) there are not significant effect of tangiblity of assets on debt ratio.
The practical implication of study is that when firms take their capital structure decisions should consider the determinants of capital structure so that formed optimal structure.
Keywords: size, net profit margin, current asset, tangibility of assets, debt ratio, capital structure
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan tidak terlepas dari kebutuhan dana. Pemenuhan dana tersebut adalah menyangkut pada bagaimana perusahaan tersebut memperoleh dana dan memilih dana yang digunakan untuk membiayai investasi yang dilakukan.
Persaingan dalam industri membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama perusahaan yang telah go-public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan.
Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansiil perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik yaitu mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 1997)
(18)
Setiap perusahaan mengharapkan struktur modal mereka dalam keadaan optimal, karena hal ini sangat berkaitan erat dengan investasi yang nantinya akan dikeluarkan dan akan berpengaruh terhadap sumber dana yang akan dikeluarkan untuk pembiayaan suatu proyek. Untuk mewujudkannya, maka manajer keuangan sebagai pengambil keputusan dalam masalah ini, hendaknya sebisa mungkin untuk menentukan keseimbangan antara besarnya jumlah hutang dengan besarnya modal sendiri yang ada di dalam perusahaan. Selain itu, dengan struktur modal yang dalam keadaaan baik dapat meningkatkan profitabilitas yang nantinya dapat digunakan bagi kemakmuran para pemilik perusahaan.
Menurut Brigham dan Gapenski (1996), nilai perusahaan dapat ditingkatkan melalui kebijakan hutang. Besarnya hutang yang digunakan oleh perusahaan adalah suatu kebijakan yang berhubungan dengan struktur modal. Kebijakan hutang merupakan penentuan berapa besarnya hutang yang akan digunakan perusahaan dalam mendanai aktivanya yang ditunjukkan oleh rasio antara total hutang dengan total aktiva.
Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Sebagian perusahaan menganggap bahwa penggunaan hutang dirasa lebih aman daripada menerbitkan saham baru.
(19)
Mogdiliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan adanya keuntungan dari pengurangan pajak karena adanya bunga yang dibayarkan akibat pengguna hutang tersebut mengurangi penghasilan yang terkena pajak.
Pada kenyataannya, penggunaan hutang 100 persen sekarang ini sulit dijumpai dan menurut trade off theory semakin tinggi hutang maka semakin tinggi beban kebangkrutan yang ditanggung perusahaan. Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat risiko. Semakin besar hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinyaa perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada penghematan pajak. Oleh karena itu, perusahaan harus sangat hati-hati dalam menentukan kebijakan hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan nilai perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro,2007)
Dalam melakukan keputusan pendanaan, perusahaan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana ekonomis guna membelanjakan kebutuhan investasi-investasi serta kegiatan usahanya. Untuk itu dalam penetapan struktur modal, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
(20)
tersebut diantaranya adalah size, net profit margin, current ratio dan
tangibility of assets.
Menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto,2001) ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka akan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan tinggi sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang juga akan semakin besar. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar modal.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nina (2009) tentang struktur modal, meneliti apakah faktor-faktor intern perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang dengan menggunakan pendekatan pecking order theory
dengan menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan berpengaruh secara signifkan terhadap kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan. Hasil temuan mengenai ukuran perusahaan, mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki
(21)
kecenderungan semakin tinggi asset yang dimiliki, semakin besar pula devisit arus kas. Hal ini akan meningkatkan hutang jangka panjangnya. Perusahaan-perusahaan dengan ukuran lebih besar memiliki fleksibilitas dan kemampuan memperoleh dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan berukuran kecil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Hijazi (2004) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur modal, dimana keuntungan yang diperoleh oleh sebagian perusahaan sebagian dapat ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk menambah modal. Jumlah keuntungan laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian penganalisa karena melangsungkan hidupnya .
Penelitian tentang profitabilitas dengan kebijakan hutang menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Sofiati (2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas mempengaruhi struktur modal secara positif signifikan dan juga menyatakan bahwa utang mempengaruhi ekuitas secara positif signifikan. Huang dan Song (2011) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi struktur hutang perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
China Stock Market and Accounting Research Database (CSMADR) periode 1994-2000. Variabel yang diteliti adalah debtratio, size firm, tangibility dan
(22)
berpengaruh terhadap debt ratio, tangibility berpengaruh positif terhadap debt ratio dan untuk variabel profitability berpengaruh negatif terhadap debt ratio.
Kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutangnya. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana kepada perusahaan. Kemampuan perusahaan tersebut, sering diukur dengan current ratio (CR) yaitu perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya yang biasa disebut dengan likuiditas perusahaan. Perusahaan yang memiliki current ratio tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk mengembalikan hutang lancarnya sehingga memberikan peluang untuk memndapatkan kemudahan dalam memperoleh hutang dari investor (Ozkan,2001). Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang bank jangka pendek atau hutang lainnya yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Ozkan (2001) menunjukkan pengaruh negatif antara likuiditas dengan tingkat hutang. Sedangkan Mutamimah (2003) menunjukkan likuiditas mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Struktur aktiva (tangibility of assets) merupakan susunan dari penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan, yaitu perbandingan antara fixed asset dengan total aset. Perusahaan dengan struktur
(23)
aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Oleh karena itu, pemilihan struktur aktiva suatu perusahaan akan mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwattanakantang (1999) di Thailand melaporkan bahwa terdapat hubungan positif antara
tangibility dan leverage perusahaan, penelitian yang lain dilakukan oleh Aditya (2002) terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menemukan bahwa tangibility berhubungan negatif dengan tingkat
leverage.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai keterkaitan dan pengaruh antara size, net profit margin, current ratio, tangibility of assets dan debt ratio peusahaan yang diberi judul “PENGARUH SIZE, NET PROFIT MARGIN, CURRENT RATIO DAN TANGIBILITY OF ASSETS TERHADAP DEBT RATIO PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2009”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah ukuran (size) mempengaruhi debt ratio perusahaan manufaktur di Indonesia ?
(24)
2. Apakah net profit margin perusahaan mempengaruhi debt ratio
perusahaan manufaktur di Indonesia?
3. Apakah current ratio mempengaruhi debt ratio perusahaan perusahaan manufaktur di Indonesia ?
4. Apakah tangibility of assets suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap
debt ratio perusahaan manufaktur di Indonesia?
5. Apakah size, net profit margin, current ratio dan tangibility of assets
secara bersama-sama berpengaruh terhadap debt ratio perusahaan manufaktur di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh size (ukuran perusahaan) terhadap debt ratio
perusahaan manufaktur di Indonesia .
2. Untuk menganalisis pengaruh net profit margin terhadap debt ratio
perusahaan manufaktur di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh current ratio terhadap debt ratio perusahaan manufaktur di Indonesia.
(25)
4. Untuk menganalisis pengaruh tangibility of assets terhadap struktur modal yang diproksikan dengan debt ratio.
5. Untuk melihat pengaruh size, net profit margin, current ratio dan
tangibility of assets secara bersama-sama terhadap struktur modal yang diproksikan dengan debt ratio.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan menggunakan hasil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan mengenai perubahan struktur modal perusahaan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat penanaman modal.
2. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan sehingga perusahaan akan lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan pembentukan struktur modal yang dapat menghasilkan struktur modal yang optimal.
3. Bagi praktisi / akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pustaka bagi yang berminat mendalami pengetahuan dalam bidang struktur
(26)
modal, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih menyempurnakan penelitian-penelitian selanjutnya.
(27)
BAB I I
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hutang
a. Pengertian Hutang
Menurut Munawir (2004) hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur.
Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage
keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.
(28)
b. Jenis-Jenis Hutang
1) Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek atau hutang lancar didefinisikan sebagai kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir,2004). Hutang jangka pendek atau hutang lancar antara lain berupa :
a) Hutang dagang merupakan hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit
b) Hutang wesel merupakan hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang.
c) Hutang pajak merupakan pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetor ke kas negara.
d) Biaya yang masih harus dibayar merupakan biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya
(29)
e) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo merupakan sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayaran.
f) Penghasilan yang diterima di muka merupakan penerimaan uang atas penjualan barang atau jasa yang belum direalisir
2) Hutang Jangka Menengah
Hutang jangka menengah adalah kewajiban yang jangka waktunya antara satu sampai dengan lima tahun (Husnan dan Pudjiastuti, 2006). Hutang jangka menengah meliputi :
a) Sewa guna (Leasing) merupakan suatu cara untuk dapat menggunakan suatu aktiva tanpa harus membeli aktiva tersebut.
b) Term loans merupakan suatu kewajiban yang lunas pada saat aktiva dibiayai dengan hutang tersebut tidak lagi diperlukan dan pelunasan hutang tersebut dapat disesuaikan dengan ketersediaan arus kas. Jangka waktu term loans antara satu sampai 5 tahun yang dapat dilunasi secara berkala, menggunakan agunan tertentu dan biasanya juga disertai dengan restrictive covenant (persyaratan tertentu yang diberikan sebagai tambahan atas agunan) untuk memperkecil kemungkinan debitur tidak mampu membayar kewajiban finansialnya.
(30)
3) Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Hutang jangka panjang meliputi (Husnan dan Pudjiastuti,2006):
a) Kredit Investasi
Pendanaan kredit investasi yang disediakan oleh perbankan masih banyak dimanfaatkan oleh kalangan pengusaha dengan suku bunga kredit investasi di indonesia yang lebih rendah dibandingkan suku bunga kredit bagi modal kerja. Akan tetapi, apabila terdapat klausul yang menyatakan bahwa debitur tidak dapat melunasi krdit investasi yang diambil dalam waktu yang disepakati maka hal ini akan membuat tingkat bunga kredit investasi menjadi tidak selalu lebih kecil dari suku bunga kredit bagi modal kerja
b) Hutang hipotik
Hutang hipotik merupakan bentuk hutang jangka panjang dengan agunan aktiva yang tidak bergerak (tanah, bangunan)
(31)
c) Hutang obligasi
Hutang obligasi merupakan surat tanda hutang dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Oleh karena itu, jika perusahaan bangkrut maka pemegang obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur umum sehingga hal ini akan menyebabkan perusahaan memilih untuk menerbitkan obligasi dengan suku bunga mengambang (floating rate)
c. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Keputusan pembiayaan melalui hutang mempunyai batasan sampai seberapa besar dana dapat digali. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk menentukan rasio hutang tertentu yang tidak boleh dilampui. Jika rasio hutang melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Salah satu rasio tersebut yaitu LDE (Long Term Debt Ratio) yang
(32)
menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau berapa porsi hutang dibanding dengan modal perusahaan, supaya aman porsi hutang harus lebih kecil dari modal. Perusahaan yang menggunakan semakin banyak hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban yang semakin besar.
Dari sudut pasar pemegang hutang jangka panjang, risiko hutang lebih kecil dibandingkan saham biasa atau saham preferen. Meskipun begitu,hutang dianggap memiliki keunggulan terbatas dipandang dari segi laba, dan dianggap lemah dipandang dari segi pengendalian.
Brigham et. Al dalam Kaaro (2001) mengemukakan bahwa penggunaan hutang memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan.
1) Keuntungan penggunaan hutang
a) Biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga biaya hutang menjadi lebih rendah
b) Kreditur hanya mendapat biaya bunga yang relatif tetap, sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim pemilik perusahaan
(33)
c) Bondholders tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil
2) Kelemahan penggunaan hutang
a) Hutang yang semakin tinggi dapat meningkatkan risiko
b) Bila bisnis perusahaan tidak bagus, pendapatan operasinya rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga yang akan menyebabkan kekayaan pemiliki berkurang dan pada kondisi ekstrim perusahaan terancam kebangkrutan
d. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Menurut Sartono (2001) para manajer perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting dalam menentukan kebijakan hutang yang optimal sebagai berikut :
1) Tingkat penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula,maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
(34)
2) Struktur asset
Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar ha ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
3) Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4) Profitabilitas
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang.
5) Variabel laba dan perlindungan pajak
Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas atau volatilitas laba perusahaan kecil maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban
(35)
tetap dari hutang. Ada kecenderungan bahwa penggunaan hutang akan memberi manfaat berupa perlindungan pajak.
6) Skala perusahaan
Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang besar pula.
2. Teori Kebijakan Hutang
a. Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI)
Menurut Sartono (2001), pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menillai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (ke) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat hutang (kd) yang konstan pula. Karena ke dan kd konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang (ko) akan semakin kecil.
(36)
Keterangan :
ko : biaya modal rata-rata tertimbang
D : nilai pasar hutang perusahaan
E : nilai pasar saham biasa perusahaan
kd : biaya hutang
T : tingkat pajak perusahaan
ke : biaya modal sendiri
b. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI)
Sartono (2001) mengatakan bahwa pendekatan NOI ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekataan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensi biaya modal rata-rata
(37)
tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting
c. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal perusahaan) dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Menurut Husnan (1996) keadaan perusahaan menjadi lebih baik setelah perusahaan menggunakan hutang karena nilai perusahaan meningkat (atau biaya modal perusahaan menurun).
Menurut Sartono (2001), pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik ke (biaya modal sendiri) maupun kd (biaya hutang) relatif konstan. Namun demikian setelah leverage rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan demikian menurut
(38)
pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
d. Signalling Theory
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut. Jadi, ada informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, terjadi pertanda atau sinyal / signalling.
Ross (1977) mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Apabila manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin harga saham meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor, manajer dapat menggunakan hutang yang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih dapat
(39)
dipercaya. Hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Dasar pertimbangannya adalah penambahan hutang menyebabkan keterbatasan arus kas dan meningkatnya biaya-biaya beban keuangan sehingga manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Investor diharapkan akan menangkap sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau sinyal positif.
e. Static Trade Off Theory
Teori ini menganggap bahwa penggunaan hutang 100 persen sulit dijumpai. Kenyataannya semakin banyak hutang, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung. Satu hal yang penting bahwa dengan meningkatnya hutang, maka semakin tinggi probabilitas kebangkrutan. Beban yang harus ditanggung saat menggunakan hutang yang lebih besar adalah biaya kebangkrutan, biaya keagenan, beban bunga yang semakin besar dan sebagainya. Menurut Mamduh (2004) bahwa biaya kebangkrutan dapat cukup signifikan dapat mencapai 20 persen nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal :
(40)
1) Biaya langsung : biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, pengacara, dan lainnya yang sejenis
2) Biaya tidak langsung : biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal.
Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan (Brealey dan Myers, 1991). Teori ini memperbandingkan manfaat dan biaya atau kesinambungan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang. Pada teori ini juga dijelaskan bahwa sebelum mencapai suatu titik maksimum, hutang akan lebih murah daripada penjualan saham karena adanya tax shield. Implikasinya adalah semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai perusahaan (Mutamimah, 2003).
f. Pecking Order Theory
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa : (a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terdahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi,
(41)
kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target rasio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daipada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan (Suad Husnan, 1996). Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah :
internal fund (dana internal), debt (hutang) dan equity (Kaaro,2001).
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh sorotan dan publisitas publik sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya Emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru (Suad Husnan, 1996), hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh
(42)
pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal.
3. Debt Ratio (DR)
Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt Ratio (DR)
karena Debt Rati o (DR) mencerminkan besarnya proporsi antara total debt
(total hutang) dan total assets (total aktiva). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang) sedangkan
total assets merupakan total aktiva (baik aktiva tetap maupun aktiva lancar). Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total aktiva. Semakin tinggi Debt Ratio menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total aktiva, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur)
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar asset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan akan semakin
(43)
banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal masyarakat. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah total aset karena nilai asset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
Sartono (2001) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan. Memang penggunaan hutang dalam jumlah besar akan mengakibatkan financial risk / risiko keuangan, sementara asset tetap dalam jumlah besar tentu akan memperbesar bussines risk dan pada akhirnya berarti total risk juga meningkat. Risiko keuangan adalah risiko tambahan yang ditanggung pemegang saham akibat dari leverage keuangan. Risiko bisnis adalah ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa mendatang. Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil bila permintaan akan produknya stabil, harga-harga masukan dan produknya relatif konstan, harga produknya dapat segera disesuaikan dengan kenaikan biaya dan sebagian besar biayanya bersifat variabel sehingga akan menurun jika produksi dan penjualannya menurun. Apabila
(44)
hal-hal lain tetap sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi rasio hutang yang optimal.
5. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu (Riyanto, 1990). Dimana masing-masing pengukuran profitabiliitas dihubungkan dengan penjualan, total aktiva, dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran itu memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan, di dalam akuntansi digunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodic dengan didasarkan pada pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya-biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau rugi dalam suatu periode.
Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) yaitu :
a. Penghasilan bersih sesudah pajak yang dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk deviden. Persentase deviden yang dibagi dari EAT disebut dividend payout ratio (DPR).
b. Penghasilan bersih sesudah pajak yang diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan
(45)
Pembuat keputusan tentang perlakuan terhadap EAT disebut sebagai kebijakan dividen. Kebijakan dividen dapat didefinisikan sebagai kebijakan dalam memutuuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dan intern dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan (Sutrisno, 2000)
Berdasarkan pecking order theory disebutkan bahwa hutang secara khusus akan naik pada saat kemampuan investasi melebihi laba ditahan dan turun pada saat kesempatan investasi kurang dari laba ditahan (Marcus, Myers, Brealey, 2007:414). Jika profitabilitas dan pengeluaran investasi tetap maka perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang relatif rendah, sedangkan pada investasi yang memberikan keuntungan maka penggunaan hutang oleh perusahaan akan cenderung meningkat (Brigham dan Houston, 2001:40). Dengan kata lain, perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan cenderung menggunakan hutang
(46)
relatif lebih rendah meskipun mempunyai kesempatan untuk meminjam yang lebih banyak. Hal ini memberikan dukungan terhadap pecking order theory bahwa penggunaan sumber dana perusahaan didasarkan pada preferensi logis dari investor yang cenderung menggunakan sumber dana internal terlebih dahulu dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal karena sumber dana internal memiliki tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan sumber dana eksternal
6. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar (current ratio).
Current Assets
Current Ratio =
Current Liabilities
Pada umumnya aktiva lancar terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, wesel bayar jangka pendek, kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo, pajak akrual dan beban akrual lainnya, terutama upah (Brigham & Houston,2001:80)
(47)
Jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka perusahaan tersebut mulai membayar tagihannya (utang usaha) dengan lebih lambat, meminjam dari bank dan lain sebagainya. Jika kewajiban lancar meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancar, maka current ratio akan turun dan hal ini bisa menimbulkan permasalahan. Karena rasio lancar memberikan indikator terbaik atas besarnya klaim kreditur jangka pendek yang dapat ditutup oleh aktiva yang dapat dikonversikan menjadi kas relatif cepat, maka hal ini paling banyak digunakan dalam mengukur solvensi jangka pendek (Brigham & Houston,2001:80)
Helfert (1996) mengungkapkan terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar maka akan semakin baik posisi kreditur. Dari sudut pandang kreditur, suatu rasio lancar yang lebih tinggi tampaknya memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar tampaknya membantu melindungi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan piutang usaha.
Namun dilihat dari sudut lain suatu rasio lancar yang tinggi menunjukkan praktek-praktek manajemen yang kurang baik. Hal ini menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, tingkat persediaan yang berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, serta kebijakan kredit
(48)
yang keliru yang mengakibatkan piutang usaha menjadi berlebihan. Pada saat yang sama mungkin perusahaan tidak sepenuhnya menggunakan kemampuan yang ada untuk mengadakan pinjaman
Kim and david et, al (1998) mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi likuiditas perusahaan :
a. Cashflow uncertanty
Cashflow uncertainty atau ketidakpastian arus kas dapat menentukan keputusan manajer dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva yang likuid dengan jumlah yang besar
b. Current and future investment opportunity
Current and future investment opportunity merupakan kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini maupun masa yang akan datang. Berkaitan dengan current and future investment opportunity ini manajemen akan mempertimbangkan apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi dalam bentuk aktiva likuid
(49)
Transaction demand for liquidity berkaitan dengan dana atau arus kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Hal ini juga merupakan faktor yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan likuditas perusahaan.
Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang berkepentingan adalah pemiliki dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Sedangkan dari pihak luar yang juga memiliki kepentingan yaitu kreditur (penyedia dana) dan supplier yang menyalurkan atau menjual barang pembayaran secara angsuran kepada peruusahaan.bagi kreditur pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Sementara bagi supplier, digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyetujui penjualan barang dagangan dengan secara angsuran (Kasmir, 2008)
7. Tangibility of assets
Tangibility of assets merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan jumlah aktiva tetap. Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen (modal sendiri), sehingga modal asing hanya merupakan pelengkap. Apabila aktiva
(50)
perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, perusahaan cenderung menggunakan banyak hutang
Perusahaan yang mempunyai asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan. Mengenai penggunaan hutang dalam jumlah besar akan mengakibatkan financial risk
meningkat, sementara asset tetap dalam jumlah besar tentu akan memperbesar bussiness risk dan pada akhirnya berarti total risk akan meningkat (Sartono, 2001)
Nilai jaminan dari asset atau tangibility of assets, dipegang oleh suatu perusahaan untuk dijadikan sebagai penentu dari leverage (Rajan dan Zingales,1955). Perusahaan dengan tangibility of assets yang lebih tinggi diharapkan memiliki leverage yang lebih tinggi. Tangibility of assets
memungkinkan memiliki suatu dampak dalam memutuskan pinjaman perusahaan karena itu merupakan persoalan kecil untuk menerangkan asimetris dan biasanya mereka memiliki nilai yang lebih baik dari
intangibility of assets dalam kasus kebangkrutan. Sebagai tambahan, risiko-risiko moral berkurang ketika perusahaan menawarkan tangibility of assets
(51)
Tangibility of assets adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (Munawir,2004). Syarat lain yang dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut memiliki kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan). Yang dimaksud dalam aktiva tetap ini meliputi:
a) Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi
b) Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan pabrik
c) Mesin
d) Inventaris
e) Kendaraan dan kelengkapan atau alat-alat lainnya
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sheikh (2011) dengan judul An Empirical Study of Firms in Manufacturing Industry of Pakistan dengan meneliti pengaruh profitabilitas, size, tangibility, growth opportunities dan current ratio
terhadap debt ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah 160 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Karachi Stock Exchange (KSE) periode 2003-2007. Teknik analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) yang memberikan hasil bahwa profitabilitas,
(52)
likuiditas, tangibility of asset memiliki hubungan positif terhadap debt ratio. Sedangkan untuk variabel size menunjukkan hubungan negatif terhadap debt ratio.
Yartey (2011) melakukan penelitian dengan judul Small Business Finance in Sub-Saharan Africa :the case of Ghana meneliti bagaimana 25 sampel perusahaan unlisted di Ghana bergantung kepada dana internal daripada dana eksternal untuk periode penelitian 1998-2002. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah firm growth, tangibility, profit margin dan firm size. Teknik analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) menunjukkan bahwa variabel firm growth, tangibility dan firm size memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan untuk variabel profit margin memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal.
Serraqueiro (2009) melakukan penenlitian dengan judul Capital Stucture of Listed Portuguese Companies. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah debt ratio sedangkan variabel independennya adalah tangibility assets, size dan profitability. Sampel pada penelitian ini sebanyak 237 perusahaan di ambil dari Lisbon Stock Market periode 1991-2004. Teknik analisa menggunakan OLS (Ordinary Least Square) yang memberikan hasil semua variabel berpengaruh signifikan terhadap debt ratio. Tangibility asset dan size
(53)
memiliki pengaruh positif terhadap debt ratio sedangan untuk variabel
profitability memiliki pengaruh negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2006) dengan judul “ Studi Emprisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktuur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2003” meneliti pengaruh variabel tangibility of assets, firm size, net profit margin dan current ratio terhadap debt ratio. Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat pengaruh negatif variabel tangibility of assets, net profit margin, current ratio
terhadap debt to total asset dan variabel firm size berpengaruh positif terhadap
debt to total asset.
Penelitian yang dilakukan Anggraini (2007) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Foods and beverage di Bursa
Efek Jakarta: Periode Tahun 2001-2004”. Dalam penelitian tersebut variabel independen terdiri dari struktur aktiva (tangibility of assetsss), ukuran perusahaan (size), operating leverage, profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan penjualan (growth sales) dengan variabel dependennya adalah
debt to tatal asset (DTA). Hasil penelitian ini adalah tangibility of assets (FTA), liquidity (CR) dan growth sales (GS) berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal (DTA) dan untuk variabel size tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal (DTA). Sedangkan operating leverage (DOL) dan
(54)
hanya tangibility of assetss (FTA), operating leverage (DOL) dan liquidity (CR) yang berpengaruh secara signifikan terhadap Struktur Modal (DTA).
Penelitian yang dilakukan oleh KP Nurrohim (2008) dengan judul
Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kepemilikan dan Struktur Aktiva
terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia meneliti pengaruh profitabilitas, fixed asset ratio, kepemilikan dan struktur aktiva
terhadap Struktur modal (hutang jangka panjang terhadap total asset) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2001 – 2005. Hasa menemukan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia sebagian besar menggunakan hutang jangka panjangnya dalam menjalankan operasi perusahaan. Kontrol kepemilikan dan profitabilitas juga mempengaruhi operasi tersebut. Sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia
Ramlall (2009) melakukan penelitian yang berjudul Determinant of Capital Structure Among Non-Quoted Mauritian Firms Under Specifity of
Leverage: Looking for a Modified Pecking Order Theory. Penelitian tersebut menggunakan leverage ratio sebagai variabel dependen serta variabel ukuran perusahaan, growth opportunities, profitabilitas, tangibility of asset, likuiditas dan usia perusahaan sebagai variabel independen. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut
(55)
adalah variabel profitabilitas dan growth tidak berpengaruh terhadap leverage
perusahaan, variabel tangibility of assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap leverage ratio perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya
terhadap Nilai Perusahaan meneliti pengaruh variabel size, risiko bisnis dan likuiditas terhadapa debt ratio dan juga pengaruh hutang terhadap nilai dari perusahaan (price book value) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004-2007 sehingga diperoleh sampel 137 perusahaan manufaktur. Hasil yang ditemukan adalah ukuran perusahaan (size) dan risiko bisnis berpengaruh positif dan signifkan terhadap hutang. Sedangkan likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap hutang. Sementara variabel hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (price book value).
Penelitian Huang dan Song (2001) dengan judul The Determinants of Capital Structure :Evidence from China dengan sampel lebih dari 1000 perusahaan yang terdaftar di China Stock Market and Accounting Research database (CSMADR) untuk periode 1994-2000. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah debt ratio, size firm, tangibility dan profitability. Hasil dari penelitian ini adalah variabel size firm tidak berpengaruh terhadap debt
(56)
ratio, tangibility berpengaruh positif terhadap debt ratio dan untuk variabel
profitability berpengaruh negatif terhadap debt ratio.
Bauer (2004) dengan judul Determinants of Capital Structure:Empirical Evidence from Czech Republic meneliti pengaruh profitabilitas, tangibility dan
size firm terhadap debt ratio dengan sampel 74 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Prague Stock Exchange untuk periode 2001-2001 . Hasil yang ditemukan Bauer adalah profitability dan tangibility berpengaruh negatif terhadap debt ratio sedangkan size firm berpengaruh positif terhadap debt ratio.
Shah dan Hijazi (2004) melakukan penelitian dengan judul The Determinants of Capital Structure of Stock Exchange-Listed Non Financial
Firms in Pakistan dengan sampel 445 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange (KSE) untuk periode 1997-2001. Variabel yang diteliti adalah pengaruh variabel tangibility of assets. Size, growth dan
profitability terhadap debt ratio. Hasilnya ditemukan bahwa variabel tangibility
tidak berpengaruh terhadap debt ratio, size berpengaruh positif terhadap debt ratio sedangkan untuk variabel growth dan profitability berpengaruh negatif terhadap debt ratio.
(57)
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Sekaran (2001), kerangka teoritis merupakan suatu modal konseptual yang menggambarkan atau menjelaskan bagaimana suatu teori atau gambar menghubungkan antara beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah. Kerangka teoritis dapat membantu menjelaskan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan variabel-variabel penelitian yang diduga akan berpengaruh terhadap debt ratio perusahaan.
Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil. Dengan demikian, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, ada kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi, memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang profitable
(58)
perusahaan dengan aliran kas yang bebas atau profitabilitas yang tinggi, hutang yang besar dapat membatasi kebebasan manajemen. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh, berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang), sehingga semakin rendah pula struktur modalnya.
Likuiditas (yang diukur oleh current ratio) adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dengan current ratio yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar likuiditas (asset) perusahaan maka struktur modalnya (dalam hal ini hutang) akan semakin besar, karena perusahaan yang mempunyai aktiva lancar yang besar kemampuan untuk membayar hutangnya menjadi lebih besar. Maka diduga likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
Struktur aktiva (tangibility of assets) merupakan susunan dari penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan, yaitu perbandingan antara
fixed asset dengan total asset. Perusahaan dengan struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Oleh karena itu, pemilihan jenis aktiva oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan tersebut. Adapun kerangka pemikirannya adalah seperti digambarkan dibawah ini :
(59)
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
Dari adanya kerangka pemikiran di atas dapat diketahui bahwa size, net profit margin, current ratio dan tangibility of assets sebagai variabel independen berpengaruh terhadap debt ratio perusahaan sebagai variabel dependen
D. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
1. Pengaruh antara size (SIZE), net profit margin (NPM), current ratio (CR)
dan tangibility of assets (TA) secara simultan terhadap debt ratio (DR)
SIZE
NET PROFIT MARGIN
CURRENT RATIO
DEBT RATIO
TANGIBILITY OF ASSETS
(60)
Ukuran perusahaan (SIZE), net profit margin (NPM), current ratio (CR) dan tangibility of assetss (TA) merupakan empat faktor variabel independen yang akan diteliti pengaruhnya terhadap debt ratio (DR). Perusahaan dengan ukuran yang besar memiliki sumber daya pendukung yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil dan tentunya juga perusahaan besar memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidawati, 2001). Selain itu, perusahaan besar juga akan cenderung menggunakan dana yang lebih besar seiring dengan pertumbuhannya. Sehingga dengan hal ini, dapat diambil kesimpulan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) mempunyai pengaruh terhadap debt ratio (DR).
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini disebabkan laba yang ditahan sudah tinggi sudah menutup sebagian besar kebutuhan pendanaan. Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa profitabilitas (net profit margin) berpengaruh terhadap
debt ratio suatu perusahaan
Kemampuan perusahaan yang sering diukur dengan current ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya yang biasa disebut dengan likuiditas perusahaan. Perusahaan yang memiliki current ratio tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk mengembalikan
(61)
hutang lancarnya sehingga memberikan peluang untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh hutang dari investor (Ozkan,2001)
Tangibility of assets juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi debt ratio (DR). Perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, dalam rangka memenuhi kebutuhan modalnya biasanya akan menggunakan modal sendiri. Akan tetapi jika tangibility of assets perusahaan dapat dijadikan kolateral hutang perusahaan maka perusahaan cenderung menggunakan hutang dalam jumlah besar untuk melakukan investasinya.
Ha1 : Size, net profit margin, current ratio dan tangibility of assets berpengaruh secara simultan terhadap Debt ratio
2. Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap debt ratio (DR)
Perusahaan dengan ukuran yang besar memiliki sumber daya pendukung yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil dan tentunya juga perusahaan besar memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidawati, 2001). Selain itu, perusahaan besar juga akan cenderung menggunakan dana yang lebih besar seiring dengan pertumbuhannya. Atas uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
(62)
Ha2 : Ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif terhadap debt ratio
(DR)
3. Pengaruh net profit margin terhadap debt ratio (DR)
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil. Hal ini disebabkan laba ditahan yang tinggi sudah menutup sebagian besar kebutuhan pendanaan. Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Atas dasar uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha3 : Net profit margin (NPM) berpengaruh negatif terhadap debt ratio (DR)
4. Pengaruh current ratio (CR) terhadap debt ratio (DR)
Perusahaan dengan current ratio yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar likuiditas (asset) perusahaan maka struktur modalnya (dalam hal ini hutang) akan semakin besar, karena perusahaan yang mempunyai aktiva lancar yang besar kemampuan untuk membayar hutangnya menjadi lebih besar. Atas dasar uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
(63)
5. Pengaruh tangibility of assets (TA) terhadap debt ratio (DR)
Perusahaan yang memiliki tangibility of assets yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jaminan/agunan berupa asset tetap yang juga semakin tinggi sehingga perusahaan akan lebih berani untuk mengambil pinjaman dari pihak ketiga. Atas uraian diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
(64)
commit to user BAB I I I
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat survey data sekunder. Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yang memfokuskan pada hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang dirumuskan.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Pengertian populasi menurut Nazir (2003) adalah kunpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa semua populasi anggota kelompok orang, kejadian-kejadian atau hal-hal tertentu yang ingin diselidiki oleh peneliti, dari suatu populasi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah perusahaan-perusahaan yang manufaktur yang telah go-public dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pada umumnya, penelitian terhadap populasi dilakukan dengan jalan observasi yang digunakan bagi tujuan penelitian populasi atau karakteristiknya yang disebut dengan sampel.
(65)
commit to user
Pengertian sampel menurut Nazir (2003) adalah bagian dari populasi atau sejumlah subjek penelitian sebagai hasil dari populasi yang dituju. Dengan kata lain, sampel harus representatif dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya harus tercerminkan pula pada populasi yang diambil.
Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu :
1. Merupakan perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia susuai dengan pengklasifikasian Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
2. Memiliki laporan keuangan yang berkaitan dengan pengukuran lain yang digunakan dalam penelitian ini
3. Perusahaan memiliki data jumlah hutang selama periode penelitian
4. Perusahaan tidak memiliki rata-rata saldo laba negatif
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi terhadap laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 sampai 2009. Data diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang memuat laporan keuangan perusahaan yang telah go-public. Untuk beberapa variabel, data yang
(66)
commit to user
ada masih merupakan data mentah yang tertuang dalam laporan keuangan perusahaan sehingga masih harus diolah untuk menjadi data siap pakai.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran
Menurut Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hipotesis yang telah disajikan sebelumnya, maka penulis memisahkan objek penelitian ke dalam dua variabel, yaitu :
1. Variabel dependent (variabel Y)
Yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain yang sifatnya independent. Dalam penelitian ini variabel yang merupakan variabel independen adalah:
Debt Ratio : adalah rasio total hutang terhadap total aktiva
Total Hutang
Debt Ratio =
Total Aktiva
2. Variabel independent (variabel X)
Yaitu variabel yang mempengaruhi atau mengakibatkan masalah lain terjadi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah :
a. Ukuran perusahaan (SIZE): Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan dari besar/kecilnya perusahaan yang nampak
(67)
commit to user
dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun. Ukuran perusahaan diproyeksikan dengan LogNatural dari total asset. Ukuran perusahaan (Size) dapat diformulasikan sebagai berikut :
SIZE = Ln (Total asset)
b. Current Ratio: Rasio total asset lancar terhadap total hutang lancar.
Asset lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar
c. Net Profit Margin (NPM) : presentase keuntungan setelah bunga dan pajak terhadap penjualan
Keuntungan setelah bunga dan pajak
Net Profit Margin =
Penjualan
d. Tangibility of assets (TA) : Tangibility of assets pada penelititan ini diproyeksikan antara Fixed asset (FA) terhadap Total asset (TA)
Asset tetap
Tangibility of assets =
(68)
commit to user E. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dibutuhkan untuk menguji data yang digunakan berdistribusi normal ataukah tidak. Data yang baik adalah data yang terdistribusi normal, sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Pengalaman menunjukkan bahwa distribusi normal merupakan model yang cukup baik bagi data yang bersifat kontinyu yang nilainya tergantung pada sejumlah faktor, di mana masing-masing faktor memiliki pengaruh negatif atau positif yang relatif kecil (Gujarati, 2005 : 66).
Informasi terhadap variasi variabel dependen yang tidak dapat diterangkan pada regresi akan termuat dalam residual. Oleh karena itu, untuk melakukan pemeriksaan terhadap persamaan regresi melanggar asumsi ataukah tidak maka digunakan analisis residual.
Setelah mendapatkan nilai residual tersebut, selanjutnya dilakukan analisis uji normalitas melalui uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan level of significant sebesar 0,05 atau sebesar 5%. Pengujian normalitas dilakukan dengan membandingkan p-value yang diperoleh dengan tingkat signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05. Bila p-value ≥
0,05 maka data yang digunakan dalam penelitian merupakan data yang terdistribusi normal dan sebaliknya bila nilai p-value < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
(69)
commit to user 2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi artinya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Jadi pengujian ini untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Padahal model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi positif / negatif
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas adalah salah satu asumsi untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel independen (variabel bebas). Pengujian dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah antar variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi ini saling berkorelasi.
Pengujian multikolonieritas dapat dilakukan dengan cara meregresi model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan tolerance value (TV) dan variance tolerance factor
(70)
commit to user
(VIF). Jika nilai tolerance value lebih besar dari 0,01 dan VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi mulitkolinieritas, demikian jga sebaliknya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran terhadap garis regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
Scatter Plot. Metode ini mendeteksi jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk satu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka disinyalir ada gejala Heterokedastisitas. Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali:2006)
3. Uji Regresi Berganda
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
DR = b0 + b1SIZE + b2NPM + b3CR + b4TA + e
Keterangan :
DR : Debt Ratio
b : Konstanta
b1,b2,b3,b4 : Koefisien regresi
(71)
commit to user
NPM : Net Profit Margin
CR : Current ratio
TA : Tangibility of assetss
e : Error term
4. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji-F)
Uji F digunakan untuk menguji segnifikan koefisien regresi secara simultan. Uji F menunjukkan pengaruh semua variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan cara menggunakan tingkat signifikansi dan analisis hipotesa, yaitu tingkat signifikansi atau α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Dan untuk membuktikan apakah Ha diterima atau ditolak dalam penelitian ini digunakan dengan melihat nilai p-value.
Bila nilai p-value dari F < α = 5% maka Ha = diterima, artinya secara simultan variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jikan nilai p-value dari F ≥ α = 5% maka Ha = ditolak, artinya secara simultan variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:84)
(1)
commit to user
73
Song (2001), Bauer (2004), Aditya (2006), Shah dan Hijazi (2004) yang menemukan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap debt ratio (DR). Dari hasil peneliitian tersebut dapat disimpulkan, perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan cenderung menggunakan hutang relatif lebih rendah meskipun mempunyai kesempatan untuk meminjam yang lebih banyak. Hal ini memberikan dukungan terhadap pecking order
theory bahwa penggunaan sumber dana perusahaan didasarkan pada
preferensi logis dari investor yang cenderung menggunakan sumber dana internal terlebih dahulu dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal karena sumber dana internal memiliki tingkat risiko yang lebih kecil dibandingkan sumber dana eksternal (Brigham dan Houston, 2001)
3. Current Ratio dan Debt Ratio
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggraini (2007) dan Aditya (2006) yang menunjukkan bahwa current ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Sesuai dengan pecking order theory, perusahaan yang memiliki likuiditas dalam hal ini current ratio yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut dapat menggunakan asset yang likuid sebagai sumber pembiayaan sehingga posisi likuiditas sebuah perusahaan memiliki hubungan negatif dengan struktur hutang
(2)
commit to user
74
4. Tangibility of assets dan Debt Ratio
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tangibility of assets memiliki tidak berpengaruh pada level 0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Hijazi (2004) yang menemukan hasil bahwa variabel tangibility of assets tidak berpengaruh terhadap debt ratio (DR). Tangibility of assets tidak berpengaruh terhadap debt ratio (DR)
karena perusahaan lebih mempertimbangkan tangibility of assets dari sisi apakah jenis aktiva yang dimiliki sesuai untuk jaminan kredit dibandingkan dari sisi jumlah aktiva tetap perusahaan (Weston dan Brigham, 1994:174)
(3)
commit to user
75
BAB V
KESIMPULAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahahasan yang telah dikemukakan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara varibel dependen dan variabel independen atau dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel Debt ratio (DR) dengan ukuran perusahaan (SIZE), net profit margin (NPM), current ratio (CR) dan
tangibility of assets (TA)
2. Hanya ada 2 (dua) variabel independen yang berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu variabel net profit margin (NPM) dan
current ratio (CR). Sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE) dan variabel tangibility of assets (TA) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel debt ratio (DR)
3. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel debt ratio (DR). Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yaitu terdapat pengaruh positif variabel SIZE terhadap debt ratio (DR)
(4)
commit to user
76
4. Variabel net profit margin (NPM) memiliki pengaruh negatif terhadap debt ratio (DR). Hasil ini sesuai dengan hipotesis yaitu terdapat pengaruh negatif terhadap debt ratio (DR)
5. Variabel current ratio (CR) memiliki pengaruh negatif terhadap debt ratio (DR). Walaupun arahnya tidak sesuai dengan dengan hipotesa tetapi current ratio mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap debt ratio (DR).
6. Variabel tangibility of assets (TA) tidak berpengaruh signifikan terhadap
debt ratio (DR). Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis yaitu terdapat pengaruh positif terhadap debt ratio (DR).
5. Variabel-variabel yang mempengaruhi debt ratio yang diteliti meliputi ukuran perusahaan (SIZE), net profit margin (NPM), current ratio (CR) dan
tangibility of assets (TA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 54,4% variabel debt ratio dapat dijelaskan oleh variabel independen yang diteliti, sedangkan sisanya (45,6%) dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
B.KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai sejumlah keterbatasan, antara lain :
1. Populasi dalam penelitian ini hanya terbatas pada satu jenis industri yaitu perusahaan manufaktur. Hal ini mengakibatkan hasil penelitian tidak bisa digeneralisasi untuk semua jenis perusahaan
(5)
commit to user
77
2. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yang dipertimbangkan dapat mempengaruhi debt ratio perusahaan. Keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini kesemuanya bersifat kuantitatif dan belum memasukkan variabel yang bersifat kualitatis sehingga variabel yang diharapkan untuk lebih menentukan debt ratio hanya dapat ditunjukkan oleh variabel yang bersifat kuantitatif.
3. Kebenaran data sangat bergantung pada keakuratan data pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
C.SARAN
Berdasarkan segala keterbatasan di atas maka terdapat beberpa saran yang diharapkan mampu menjadi penunjang dan media penambah informasi bagi beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi Investor
Bagi calon investor maupun calon kreditur hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan tingkat hutang perusahaan, seperti
current ratio dan tingkat profitabilitas perusahaan.
2. Bagi pemilik dan manajemen perusahaan
Pemilik dan manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan pendanaan harus bisa mempertimbangkan secara teliti sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih, karena setiap pendanaan memiliki dampak yang
(6)
berbeda-commit to user
78
beda sehingga dengan pemilihan sumber dana yang tepat dapat mengoptimalkan tingkat keuntungan yang diperoleh.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan industri yang berbeda dan memperpanjang tahun penelitian dari penelitian ini agar penelitian selanjutnya dapat memberikan penjelasan yang lebih sempurna mengenai kebijakan hutang perusahaan.
b. Peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah struktur modal disarankan untuk menentukan batas atau level minimum persentase profit perusahaan sehingga dapat diketahui saat yang tepat bagi perusahaan untuk menggunakan dana eksternal dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat lebih akurat dalam menentukan keputusan pendanaan yang tepat.