Kelinci dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan. Ditimbang dan Setelah itu diukur kadarnya dengan menggunakan alat KCKT dengan

d. Tabung keempat dimasukkan LIB Natrium Diklofenak dengan kosentrasi 250 mcgml kemudian dicukupkan dengan darah hingga 1 ml.

3. Untuk sub 2. a, b, c dan d, masing-masing ditambah 1 ml TCA 20 lalu

divorteks dan disentrifug pada 2000 rpm selama 10 menit untuk diambil supernatannya. 4. Diambil supernatan dan diukur kadarnya dengan menggunakan alat KCKT dengan menyuntikkan supernatan sebanyak 20 µl. Bagan pengambilan darah untuk sampel baku dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 45 dan 46.

3.10.2 Perlakuan Pada Hewan Percobaan Dengan Pemberian Natrium Diklofenak Tanpa Vitamin C

1. Kelinci dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan. Ditimbang dan

dibersihkan bulu telinganya hingga bersih. Ambil darah enam hewan uji masing-masing 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung yang sudah berisi 2 tetes heparin. Tambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml lalu di vorteks dan disentrifuge untuk diambil plasmanya sebagai blangko. Gambar plasma kosong dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 41. 2. Kemudian hewan uji diberikan larutan Natrium Diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan dosis manusia ke dosis kelinci terhadap dosis lazim 25 mg. Konversi perhitungan dosis dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 49. 3. Masing-masing hewan uji diambil darahnya kira-kira 1 ml dengan rentang waktu yang telah ditetapkan. Rentang waktunya berkisar 0,25 Universitas Sumatera Utara jam; 0,5 jam; 0,75 jam; 1,25 jam; 1,75 jam; 2,25 jam; 3,25 jam; 4,25 jam; 5,25 jam. 4. Dan kemudian ditambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml lalu divorteks dan disentrifuge pada putaran 2000 rpm selama 10 menit untuk diambil supernatannya.

5. Setelah itu diukur kadarnya dengan menggunakan alat KCKT dengan

menyuntikkan supernatan sebanyak 20 µl. Bagan perlakuan pada hewan percobaan dengan pemberian Natrium diklofenak tanpa vitamin C dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 47. 3.10.3 Perlakuan Pada Hewan Percobaan Pemberian Natrium Diklofenak dengan Pemberian Vitamin C dengan 50 mgkg BB Selama 7 Hari Berturut-turut Suwarso, 2004 1. Enam hewan uji lainnya diberikan Vitamin C dengan dosis 50 mgkg BB selama 7 hari berturut-turut. Kelinci dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan. Ditimbang dan dibersihkan bulu telinganya hingga bersih Ambil darah hewan uji masing-masing 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung yang sudah berisi 2 tetes heparin. Tambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml lalu di vorteks dan disentrifuge untuk diambil supernatan sebagai blangko. Gambar plasma kosong dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 41 . 2. Kemudian hewan uji diatas pada hari ketujuh setelah pemberian Vitamin C, 4 jam kemudian diberikan larutan Natrium Diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan dosis manusia ke dosis kelinci terhadap dosis lazim 25 mg. Universitas Sumatera Utara 3. Masing-masing hewan uji diambil darahnya kira-kira 1 ml dengan rentang waktu yang telah ditetapkan. Rentang waktunya berkisar 0,25 jam; 0,5 jam; 0,75 jam; 1,25 jam; 1,75 jam; 2,25 jam; 3,25 jam; 4,25 jam; 5,25 jam. 4. Dan kemudian ditambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml lalu divorteks dan disentrifuge pada 2000 rpm selama 10 menit untuk diambil supernatan. 6. Setelah itu diukur kadarnya dengan mengunakan alat KCKT dengan menyuntikkan supernatan sebanyak 20 µl. Bagan dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 48. 3.11. Analisis Data Data hasil penelitian perlu dilakukan pengujian beda rata-rata. Dalam hal ini populasi yang dipakai dengan varians untuk dua populasi dengan varians yang sama besarnya Untuk mengetahui apakah harga variansinya sama besarnya atau tidak, maka dilakukan uji pendahuluan untuk hipotesis: H : σ 1 2 = σ 2 2 H 1 : σ 1 2 ≠ σ 2 2 Pengujian Hipotesis: f = 2 s L S 2 S dibandingkan dengan nilai kritis : f α2 , v1, v2 Bila f hitung f kritis tidak dapat ditolak, maka harga kedua variansi tersebut adalah sama, maka uji selanjutnya dalam membedakan dua rata-rata menggunakan uji t. H : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 ≠ µ 2 Pengujian hipotesis t = 2 1 2 1 1 1 r r s y y + − Universitas Sumatera Utara s = 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 \ 1 1 − +                           − +                 − ∑ ∑ ∑ ∑ = − − = r r r y y r y y r i i r i i r i r i i i nilai t hasil pengujian statistik ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritis t tabel , yaitu ±t α2 , v1, v2 Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan perbandingan fase gerak MeOH metanol dengn Buffer Asetat dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan penetapan kadar Natrium Diklofenak dalam plasma pada panjang gelombang 273 nm. Setelah fase gerak didapatkan kemudian tentukan pula laju alir, waktu tambat dan tekanan kolom yang optimal. Hasil orientasi menentukan perbandingan fase gerak terlampir pada Lampiran 2 halaman 39 . Setelah diketahui semuanya kemudian dilakukan penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI sebanyak kosentrasi 500 mcgml dalam plasma sebanyak 20µl ke dalam sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dengan perbandingan fase gerak MeOH : Buffer Asetat 85:15 dan laju alir yang tetap yaitu 1 mlmenit diperoleh waktu tambat 4,5 ml, seperti yang tertera pada Gambar 4. Gambar 4. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI dengan kosentrasi 500 mcgml dalam plasma, dengan fase gerak MeOH : Buffer Asetat 85:15 Universitas Sumatera Utara