Hurlock 1990 menyatakan bahwa ada perilaku moral; yaitu perilaku yang sesuai dengan harapan sosial, ada perilaku tidak bermoral; yang merupakan
perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial, perilaku yang demikian tidak semata disebabkan karena ketidakacuhan akan harapan sosial saja melainkan
karena ketidaksetujuan dengan standart sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta ada perilaku amoral; yang lebih disebabkan oleh
ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial daripada pelanggaran terhadap standar kelompok.
Selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa moral adalah nilai-nilai perbuatan perilaku yang baik dan buruk yang berhubungan dengan kelompok
sosial sesuai dengan nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati nurani dan bukan merupakan paksaan yang berasal dari luar dirinya.
2. Perkembangan Moral
Moral sebagai salah satu aspek kehidupan jelas akan pengaruh mempengaruhi aspek-aspek kehidupan yang lain. Salah satunya adalah aspek
lingkungan sosial yang memberi kan sikap penerimaan yang akan menyediakan kesempatan bagi individu untuk mengalami konsekuensi-konsekuensi dari
perilakunya, sehingga dapat membangun suatu keyakinan dalam membuat keputusan-keputusan yang mandiri dan memperbesar rasa percaya diri serta rasa
percaya kepada orang lain di sekitarnya. Sikap penolakan akan menghambat rasa kepercayaan diri dan teknik-teknik hukuman akan menumbuhkan kecemasan serta
menimbulkan kondisi-kondisi yang membingungkan anak untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
dirinya. Dengan kata lain lingkungan termasuk lingkungan budaya dapat merangsang atau bahkan menghambat perkembangan moral seorang individu
Hurlock, 1990. Hasil penelitian Köhlberg 1995 menyatakan bahwa untuk mendapatkan
tahap penalaran moral yang lebih tinggi diperlukan kemampuan menyesuaikan diri dan berperilaku abstrak. Kemampuan menyesuaikan diri dan kemampuan
berpikir abstrak sendiri merupakan unsur inteligensi. Dengan demikian, untuk membuat keputusan-keputusan moral seseorang harus memikirkan konsekuensi-
konsekuensi atau akibat-akibat dari keputusan tersebut, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Uraian di atas menjelaskan bahwa perkembangan moral merupakan hasil kemampuan yang semakin berkembang dalam memahami kenyataan sosial atau
untuk menyusun dan mengintegrasikan pengalaman sosial. Faktor-faktor penentu utama yang didapatkan dari pengalaman bagi perkembangan moral menurut
Köhlberg 1995 antara lain adalah jumlah dan keanekaragan pengalaman sosial, kesempatan untuk mengambil sejumlah peran dan berjumpa dengan sudut
pandang yang lain. Kesempatan untuk mengambil peran moral bagi perkembangan moral
anak bisa diperoleh dari keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan moral anak. Anak-anak yang telah maju dalam penalaran moral
mempunyai orang tua yang juga maju penalaran moralnya. Namun, kecenderungan orang tua dalam merangsang proses pengambilan peran timbal-
balik juga berhubungan dengan kematangan anak. Orang tua yang berusaha
Universitas Sumatera Utara
mengenal pandangan anak dan bisa mendorong terjadinya perbandingan pandangan lewat dialog merupakan anak yang lebih maju dalam hal moral
Kohlberg, 1995. Keluarga memang memegang peranan penting, namun tersedianya
kesempatan untuk mengambil peran moral dari teman sebaya, sekolah, dan masyarakat yang lebih luas akan memberikan akibat-akibat positif bagi
perkembangan moral seorang individu. Bahkan agama dan pendidikan keagamaan tampaknya tidak memberikan peran khusus apapun dalam perkembangan moral,
ini sesuai dengan studi Köhlberg yang memperlihatkan bahwa perbedaan dalan hal keanggotaan religius dan kehadiran dalam peribadatan tidak berhubungan
dengan proses perkembangan moral Köhlberg, 1995. Sebelum anak memasuki masa remaja, kehidupannya teratur dan
mengikuti tata cara tertentu. Setelah memasuki masa remaja tindak tanduknya acapkali mengalami tantangan baik dari teman sebaya maupun generasi yang
lebih tua, terutama orang tua mereka. Maka pada masa remaja awal perkembangan moral sangat penting. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk
mengembangkan moral seorang anak adalah dengan pemberian pendidikan disiplin. Disiplin merupakan cara yang akan mengajarkan pada anak apa-apa saja
yang dianggap oleh kelompok sosialnya; baik itu tradisi, peraturan dan adat istiadat, tentang benar dan salah, dan mengusahakan agar anak-anak bertindak
sesuai dengan pengetahuan yang telah diajarkan ini Kohlberg, 1995. Pada awal remaja, moral sangat dipengaruhi oleh standar moral dari
kelompok sebaya dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok sebaya agar
Universitas Sumatera Utara
tidak ditolak dan mempertahankan statusnya dalam kelompok sebaya tersebut, tetapi bukan berarti anak remaja meninggalkan kode moral keluarga dan
mengikuti kode moral kelompok. Oleh karena itu, penggunaan teknik-teknik disiplin yang efektif ketika remaja masih kanak-kanak cenderung menyebabkan
kebencian pada saat anak memasuki masa remaja. Oleh karenanya dibutuhkan perkembangan suara hati, rasa bersalah, dan rasa malu untuk mencegah kebencian
seorang remaja pada orang tua atau standar masyarakat Kohlberg, 1995. Uraian di atas lebih memperjelas bahwa penalaran moral pertama-tama
merupakan suatu fungsi dari kegiatan rasional, seperti hasil dari disiplin yang telah diberikan oleh keluarga; orang tua dan masyarakat; guru, teman sebaya,
tokoh masyarakat menyangkut apa harapan masyarakat pada seorang individu. Faktor-faktor afektif seperti kemampuan untuk mengadakan empati dan
kemampuan rasa diri bersalah turut berperan dalam penalaran moral, tetapi situasi-situasi moral ditentukan secara kognitif oleh suara hati. Dengan kata lain
perkembangan moral merupakan suatu hasil kemampuan yang semakin berkembang untuk memahami kenyataan sosial atau untuk menyusun dan
mengintegrasikan pengalaman sosial. Untuk mendapatkan moralitas yang mengacu pada prinsip perlu adanya kemampuan untuk berpikir logis. Sedangkan
faktor-faktor penentu utama, yang didapatkan dari pengalaman bagi perkembangan moral, berupa jumlah dan keanekaragaman pengalaman sosial,
kesempatan untuk mengambil sejumlah peran dan untuk berjumpa dengan sudut pandang yang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Penalaran Moral