Praktek Pemberian Makan Pola Asuh

2.2.1. Praktek Pemberian Makan

Untuk kebutuhan pangangizi, ibu menyiapkan diri sejak prenatal dalam mengatur dietnya selama kehamilan, masa neo-natal berupa pemberian ASI, menyiapkan makanan tambahan berupa makanan padat yang lebih bervariasi bahannya atau makanan yang diperkaya, dan dukungan emosional untuk anak. Status sakit, pola aktivitas, asupan gizi rendah, frekuensi konsepsi terkait pertumbuhan balita melalui status gizi ibu Pengasuhan makanan balita terdiri atas hal yang berhubungan dengan menyusui, dan pemberian makanan selain ASI buat anak. Ada 2 tujuan pengaturan makanan untuk bayi dan balita balita : 1. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk pemeliharaan dan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktivitas fisik. 2. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik. Makanan untuk bayi dan balita yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umur. 2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makanan, dan selera terhadap makan. 3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faal bayianak. 4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan balita usia 1-3 tahun sangat rentan terhadap penyakit gizi dan penyakit infeksi. Syarat makanan yang harus diberikan adalah makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang tidak pedas dengan jadwal pemberian makan yang sama yaitu 3 kali makanan utama pagi, siang, malam dan 2 kali makanan selingan diantaranya 2 kali makanan utama. Pola hidangan yang dianjurkan adalah makanan seimbang yang terdiri atas sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Bedasarkan hasil penelitian Sarasani 2005 menyatakan bahwa balita yang mempunyai praktek pemberian makan yang baik lebih banyak ditemukan balita dengan status gizi baik. Berdasarkan penelitian Perangin-angin 2006, bahwa terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan status gizi anak. Dimana dari 36 orang yang mempunyai status gizi baik terdapat 26 orang 83,87 dengan praktek pemberian makan yang baik dan 10 orang 58,82 dengan praktek pemberian makan yang tidak baik. Sedangkan dari 8 orang responden yang mempunyai status gizi kurang terdapat 2 orang 6,45 dengan praktek pemberian makan yang baik dan 6 orang 35,29 dengan praktek pemberian makan yang tidak baik. Pada balita usia 1-3 tahun balita bersifat konsumen pasif. Makanannya tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi geligi susu telah tumbuh, tetapi belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras. Namun balita hendaknya sudah diarahkan untuk mengikuti pola makanan orang dewasa As’ad, 2002 Universitas Sumatera Utara Pada saat mempersiapkan makanan, kebersihan makanan perlu mendapat perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan si pembuat makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan sebagainya sangat menetukan bersih tidaknya makanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan binatang. b. Alat makan dan memasak harus bersih. c. Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan harus mencuci tangan dengan sabun sebelum memberikan makan. d. Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri

2.2.2. Pengasuhan Perawatan Dasar Anak