Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi Di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA

MINAT AKSEPTOR VASEKTOMI DI KELURAHAN

SEI MERBAU KECAMATAN TELUK NIBUNG

SKRIPSI

Oleh

Fitria Shahra Nasution 111121058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN T.A. 2013


(2)

i


(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat rintangan, namun berkat Rahmat-Nya serta bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga rintangan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asiah, S.Kep,Ns selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep dan Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen penguji yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf yang membantu memfasilitasi secara administratif.


(4)

5. Bapak Muhammad Ali. SE selaku Lurah Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung yang telah memberikan izin penelitian.

6. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian berlangsung.

7. Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi, memberikan semangat, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada adik-adikku Mora Amalia Nasution, Lianda Nasution dan Dika Fauziah Nasution yang juga telah mendoakan dan mendukung penulis.

8. Teman-teman mahasiswa S1 Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khusunya stambuk 2011 (Sharly Adetia, Unin, K’tika, Eriwahyuni, Maya, Hanna Sefriza, Tia, Widia, Ade,) dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahan, menemani, menghibur, dan memberikan semangat kepada penulis. Terimakasih buat kebersamaan kita selama satu tahun setengah.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kriktik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Februari 2013

Penulis iii


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Lampiran ... vii

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Abstrak ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana ... 6

1.1. Defenisi KB ... 6

1.2. Tujuan KB ... 7

1.3. Sasaran Program KB ... 7

2. Akseptor KB ... 8

2.1. Definisi KB ... 8

2.2. Jenis-jenis KB ... 8

3. Kontraseps ... 9

4. Vasektomi ... 11

4.1. Definisi Vasektomi... 11

4.2. Syarat Vasektomi ... 11

4.3. Keuntungan ... 12

4.4. Kerugian ... 12


(6)

4.6. Efek Samping ... 12

4.7. Prosedur Vasektomi ... 13

4.8. Waktu Kunjungan Ulang ... 14

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi 14

5.1. Umur ... 14

5.2. Tingkat Pengetahuan ... 15

5.3. Tingkat Pendidikan ... 15

5.4. Agama ... 16

5.5. Suku/Budaya ... 17

5.6. Ekonomi ... 17

5.7. Sikap ... 18

5.8. Dukungan Petugas KB ... 18

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 20

2. Defenisi Operasional ... 21

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 23

2. Populasi dan Sampel ... 23

2.1. Populasi ... 23

2.2. Sampel ... 23

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 24

5. Instrumen Penelitian ... 24

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

7. Pengumpulan Data ... 27

8. Analisa Data ... 28


(7)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 29 2. Pembahasan ... 32

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan ... 42 2. Rekomendasi ... 43


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Informed Consent

2. Kuesioner Penelitian

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

4. Surat Izin Balasan Penelitian dari Dinas Kesehatan TanjungBalai 5. Surat Izin Balasan Penelitian dari Kelurahan Sei Merbau

6. Surat Izin Validitas 7. Hasil Reliabilitas

8. Hasil Tabulasi Data penelitian 9. Jadwal Penelitian

10. Riwayat Hidup

vii vii


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 21 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 30 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat

Pengetahuan ... 31 Tabel 5.3 Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap ... 31 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan

Petugas KB ... 32

ix


(11)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung

Nama : Fitria Shahra Nasution NIM : 111121058

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2013

Abstrak

Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya kontrasepsi pria adalah kontrasepsi Vasektomi. Vasektomi merupakan tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2012 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 139 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia <45 tahun (73,4%), berpendidikan SMA (64,0%), berpenghasilan Rp.850.000-Rp.1.000.000 (64,7%), bersuku Batak (64,7%), beragama Islam (90,6%), memiliki pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (43,2%), menyatakan, bersikap positif terhadap Vasektomi (78,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan Vasektomi (54,7%). Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas. Bagi pelayan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang Vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang Vasektomi kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap Vasektomi dan bersedia menggunakan Vasektomi sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.


(12)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung

Nama : Fitria Shahra Nasution NIM : 111121058

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2013

Abstrak

Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya kontrasepsi pria adalah kontrasepsi Vasektomi. Vasektomi merupakan tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2012 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 139 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia <45 tahun (73,4%), berpendidikan SMA (64,0%), berpenghasilan Rp.850.000-Rp.1.000.000 (64,7%), bersuku Batak (64,7%), beragama Islam (90,6%), memiliki pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (43,2%), menyatakan, bersikap positif terhadap Vasektomi (78,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan Vasektomi (54,7%). Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas. Bagi pelayan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang Vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang Vasektomi kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap Vasektomi dan bersedia menggunakan Vasektomi sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.

Kata kunci : Faktor-Faktor Pengaruh, Kontrasepsi Vasektomi

x


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia ini. Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional (BKKBN, 2008).

Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanaan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Sedangkan kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan (BKKBN, 2006).

Program KB Nasional merupakan program pembangunan sosial dasar yang sangat penting artinya pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,


(14)

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (BKKBN, 2008).

Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan, oleh karena itu program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan, maupun pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga memungkinkan program dan gerakan KB diposisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi (Suratun dkk, 2008).

Dari data yang ada di BKKBN Sumatera Utara untuk Kota Medan pada bulan Agustus 2009 diperoleh 317.084 Pasangan Usia Subur, dimana 209.337 (66,02%) pasangan merupakan peserta Akseptor KB aktif, sedangkan 107.747 (33.98%) pasangan tidak merupakan Akseptor KB. Data pemakaian kontrasepsi menunjukkan bahwa jumlah peserta KB perempuan lebih tinggi dibandingkan pria. Dari akseptor KB yang ada 200.920 orang (95,81%) adalah wanita yang berKB, sedangkan pria yang menjadi akseptor KB sebanyak 8.417 orang (4,19%). Padahal selayaknya pria juga diharapkan berperan aktif, karena pria mempunyai hak-hak reproduksi yang sama dengan perempuan, pria juga bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga. Dari akseptor KB pria yang ada pada bulan Agustus 2009, 7.973 orang (94,72%)menggunakan kondom sedangkan 444 orang (5,28%) menggunakan metode Medis Operasi Pria (MOP) (BKKBN SUMUT, 2008).

2


(15)

Rumor dan fakta tentang vasektomi di masyarakat seperti vasektomi sama dengan kebiri, dapat membuat pria impotensi, dapat menurunkan libido, membuat pria tidak bisa ejakulasi, tindakan operasi yang menyeramkan pria/suami dapat dengan mudah untuk selingkuh, dan beberapa pria cemas terhadap prosedur pelaksanaan Vasektomi. Ternyata turut mempengaruhi rendahnya keikutsertaan pria dalam melakukan Vasektomi (Everet, 2005).

Dari hasil survey pendahuluan data yang diperoleh dari Kecamatan Teluk Nibung Kelurahan Sei Merbau, jumlah penduduknya sebesar 5.730 orang dengan jumlah PUS nya 1700 pasang, jumlah Akseptor KB 917 orang, jumlah peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi Vasektomi pada tahun 2012 sangat sedikit hanya 5 orang dan 50 Akseptor kondom.

Maka dari hasil data survey diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

2. Pertanyaan Penelitian

2.1.Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung?

3. Tujuan Penelitian 3.1.Tujuan Umum

Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.


(16)

3.2.Tujuan Khusus

a. Menggambarkan faktor umur responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

b. Menggambarkan faktor tingkat pendidikan responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

c. Menggambarkan faktor ekonomi responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

d. Menggambarkan faktor Suku responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

e. Menggambarkan faktor agama responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

f. Menggambarkan faktor tingkat pengetahuan responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

g. Menggambarkan faktor sikap responden sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

h. Menggambarkan faktor dukungan petugas KB sebagai faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas.

4


(17)

4.2. Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas (provider) kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan KB khususnya pelayanan kontrasepsi Vasektomi demi terciptanya metode kontrasepsi efektif dan berjangka panjang.

4.3. Bagi penelitian Selanjutnya

Sebagai sumber data atau masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun dkk, 2008).

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum,2008).

Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun dkk, 2008).

6


(19)

1.2. Tujuan KB

Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuannya yaitu tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk, mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup, mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, sebagai married canseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas, tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas (Suratun dkk, 2008).

1.3. Sasaran Program KB

Sasaran KB dibagi menjadi dua bagian yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung dari program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. Sedangkan sasaran tidak langsung dari program KB adalah kelompok remaja usia 15-19 tahun, organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun dkk, 2008).


(20)

2. Akseptor Keluarga Berencana

2.1. Definisi Akseptor Keluarga Berencana

Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat / obat kontrasepsi (BKKBN,2007).

2.2. Jenis-jenis Akseptor Keluarga Berencana

1) Akseptor Aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

2) Akseptor Aktif Kembali adalah Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

3) Akseptor KB Baru adalah Akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali mnggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

4) Akseptor KB Dini adalah Para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

5) Akseptor Langsung adalah Para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

6) Akseptor dropout adalah Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

8


(21)

3. Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrsepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto, 2004). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Sarwono, 2005). Mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma, adapun cara kerja kontrasepsi adalah mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi. Melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Ada beberapa jenis metode/alat kontrasepsi keluarga berencana sebagai pilihan akseptor KB, antara lain : AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), pil, implant, vasektomi, tubektomi, kondom, dan suntikan.

AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Everett, 2008). Keuntungan dari AKDR adalah efektivitas yang tinggi, tidak mengganggu hubungan suami istri, tidak berpengaruh terhadap ASI dan mudah dipakai, juga dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang. Sedangkan efek samping yang timbul akibat pemakaian AKDR adalah perdarahan dan nyeri, darah haid lebih banyak, kejang, anemia dan yang paling penting adalah kemungkinan AKDR terlepas dengan sendirinya tanpa disadari atau diketahui oleh pemakainnya (Varney, 2007).

Pil KB adalah jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi estrogen dan progestin (Varney, 2007). Keuntungaanya adalah efektivitas yang tinggi, siklus haid


(22)

teratur, mengurangi resiko terhadap kanker rahim, dan yang paling utama adalah mudah menggunakannya tanpa memerlukan keterampilan khusus. Sedangkan efek sampingnya yang timbul adalah perdarahan, pertambahan berat badan, rambut rontok serta mual muntah (Everett, 2008).

Implan adalah suatu jenis alat kontrasepsi jenis alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul silastik yang mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemakaian implan adalah efektivitas tinggi, kontrasepsi jangka panjang, kegagalan penggunaan rendah (Everett, 2008).

Vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan (Varney, 2007). Keuntungannya adalah metode permanen, prosedurnya lebih sederhana, kegagalan lebih rendah, disamping itu biayanya lebih murah, sedangkan efek sampingnya adalah perdarahan dan infeksi (Everett, 2008).

Kondom adalah selaput karet yang dipasang dan membungkus keseluruhan panjang penis selama berhubungan seksual. Keuntungan metode ini adalah murah, mudah di dapat, dapat mencegah penularan penyakit kelamin. Efek sampingnya adalah alergi terhadap karet kondom dan mengganggu koitus (Everett, 2008).

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi hormonal yang diberikan secara injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan (Pinem, 2009). Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, dan tidak menimbulkan gangguan (Everett, 2008).

iv 10


(23)

4. Vasektomi

4.1. Definisi Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan (Varney, 2007). Sedangkan menurut Saifuddin, Abdul Bari dkk (2006) vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara mengikat atau memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dengan demikian tidak terjadi pembuahan (Pinem, 2009).

Menurut Pinem, (2009) kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Vasektomi ini operasi yang aman dan mudah, dan ini baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum melakukan metode vasektomi harus dipertimbangkan secara matang. Konseling vasektomi lebih baik dilakukan bersama kedua pasangan, karena ini adalah keputusan yang secara permanen yang akan mempengaruhi kedua belah pihak. Karena ini adalah metode kontrasepsi permanen, pasangan tersebut harus yakin terhadap keputusan mereka dan menyadari bahwa metode ini sangat sulit untuk dikembalikan (Everett , 2008).

4.2. Syarat Vasektomi

Menurut Handayani (2010), syarat untuk melalkukan vasektomi antara lain: 1. Syarat sukarela

2. Syarat bahagia 3. Syarat sehat


(24)

4.3. Keuntungan

Efektivitasnya tinggi, mungkin karena alasan inilah maka angka kegagalan lebih rendah, prosedurnya lebih sederhana, metode permanen, menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan, tidak memerlukan peralatan canggih dan jauh lebih murah pengerjaannya. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal sebagai prosedur rawat jalan. tidak memerlukan peralatan canggih dan jauh lebih murah pengerjaannya, lebih praktis karna hanya memerlukan satu kali tindakan (Glasier & Gebbie, 2006).

4.4. Kerugian

Diperlukan prosedur pembedahan, kadang-kadang terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi, dibutuhkan anestesi lokal atau anestesi umum, tidak mudah untuk kembali subur, diperlukan kontrasepsi alternative sampai didapat dua kali hitung sperma bersih secara berurutan (Glasier & Gebbie, 2006).

4.5. Kontraindikasi

Masalah hubungan keluarga, tidak didukung oleh pasanggannya, ketidakmampuan fisik yang serius, infeksi didaerah testis dan penis, tidak tetap pendiriannya. Apabila pasangan tersebut tidak yakin benar atas alasan apapun atau mereka tidak menginginkan anak lagi maka jangan lakukan sterilisasi (Glasier & Gebbie, 2006).

4.6. Efek Samping

Efek samping yang dialami akibat tindakan vasektomi antara lain bisa saja mengalami adanya cairan atau pendarahan dari luka, kesulitan buang air kecil, demam, rasa sakit/nyeri dan pembengkakan pada skrotum (BKKBN, 2008).

12


(25)

Konseling diberikan pada akseptor untuk menjelaskan bahwa pada tindakan vasektomi dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti yang telah disebutkan diatas. Syarat-syarat menjadi peserta vasektomi, serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi pun harus dijelaskan. Pastikan peserta mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti bahwa vasektomi adalah tindakan operatif dengan berbagai resiko yang mungkin saja terjadi (BKKBN, 2008).

Pelayanan vasektomi dapat diperoleh di rumah sakit dan klinik KB yang terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan (Meilami, dkk, 2010). Pelayanan vasektomi pria dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari minimal seorang dokter dan seorang paramedic yang telah mendapat pelatihan menyelenggarakan pelayanan vasektomi (BKKBN Prov.SU, 2008).

4.7. Prosedur Vasektomi Antara lain:

1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang. 2. Rambut kemaluan dicukur dan dibersihkan.

3. Desinfeksi kulit skrotum dan daerah operasi.

4. kemudian tutup dengan kain steril berlobang ditengahnya. 5. Palpasi dan cari vas deferens pada kantong skrotum.

6. Beri anestesi local pada daerah operasi lakukan sayatan kira-kira 1-2 cm. 7. Bebaskan jaringan sekitarnya, tangkap vas deferens tersebut.


(26)

9. Lakukan vasektomi dengan pemotongan sekitar 1-2 cm vas deferens, lalu jahit.

10. Luka operasi di jahit lalu berikan obat antibiotik. 4.8. Waktu Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang harus dilakukan dalam waktu 7 hari setelah tindakan vasektomi dilakukan. Pemeriksaan pada kunjungan ulang ini mencakup pemeriksaan lokasi tindakan dan pemeriksaan lain yang rfelevan sesuai dengan sifat spesifik dari kasus dan gejala atau keluhan yang diungkapkan pasien. Selama kunjungan ulang ini, harus dilakukan penilaian apakah ada efek samping atau komplikasi yang berhubungan dengan pembedahan. Selain masalah-masalah medis, juga harus digali apakah pasien mungkin mengalami ketidak puasan atau penyesalan mengenai prosedur (Meilani dkk, 2010).

5. Faktor-faktor Rendahnya Minat Akseptor KB Pria dalam Menggunakan Kontrasepsi Vasektomi

5.1. Umur

Usia seseorang dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Menurut Pinem, (2009) kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Kesehatan pasangan usia subur sangat mempengaruhi kebahagian dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontrasepsi Vasektomi, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi

14


(27)

dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi sebagai cara kontrasepsi (Wulansari & Hartanto, 2006).

5.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan tentang KB Vasektomi merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang alat kontrasepsi tersebut. Seseorang akan memilih KB Vasektomi jika banyak mengetahui dan memahami tentang kontrasepsi Vasektomi.

5.3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Dan juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB) karena pengetahuan tentang KB secara


(28)

umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan (Purwoko, 2000).

Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya (Purwoko, 2000). Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya kontrasepsi Vasektomi akan berkurang sehingga pasangan suami istri akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi yang mana akan dipilih (Winarni dkk, 2007).

5.4. Agama

Beberapa agama memberikan batasan untuk memiliki keturunan. bahkan beberapa aliran agama tertentu tidak menyarankan adanya pembatasan untuk memiliki keturunan. Di dalam agama Islam menurut sabda Nabi Muhammad SAW bahwasanya laki-laki dan perempuan menikah agar mendapat keturunan yang banyak, namun islam memperbolehkan dalam kondisi tertentu untuk mengatur jarak kelahiran, tetapi banyak masyarakat yang membuat salah arti tentang sabda ini. Islam juga memberikan kewenangan kepada laki-laki untuk memiliki pasangan lebih dari satu, hal ini juga akan memperbesar peluang untuk menambah keturunan. Maka dari itu vasektomi dilarang oleh agama karena penggunaan metode ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga melanggar norma agama (Nur Bahri, 2006).

16


(29)

5.5. Suku/Budaya

Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat Mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya. pada budaya tertentu sangat menyakini/menjunjung anak dengan jenis kelamin tertentu. jika seorang wanita belum mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang diharapkan maka pasangan tersebut berusaha untuk memiliki keturunan lagi agar terpenuhi tuntutan kebudayaan dan nilai kepercayaan. Budaya ini yang masih sulit untuk ditanggulangi dalam memotivasi mereka untuk menggunakan KB (Soemardjan, 2004).

5.6. Ekonomi

Variabel demografi dan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan, tempat tinggal, penghasilan, kebiasaan dan ciri lingkungan dimana pasangan suami istri menetap mempengaruhi adanya penggunaan alat kontrasepsi. Seseorang dengan pekerjaan yang tidak menetap ditambah lagi dengan penghasilan yang kurang memadai lebih memungkinkan untuk tidak ikut sebagai pengguna kontrasepsi. Hal ini dinilai karena penggunaan kontrasepsi Vasektomi membutuhkan pembiayaan dan perawatan yg besar. Ciri lingkungan dimana sebagian besar masyarakatnya memilih untuk tidak menggunakan kontrasepsi sedikit banyak akan mempengaruhi satu pasangan suami istri tertentu untuk juga tidak menggunakan alat kontrasepsi (Keraf, 2001).


(30)

5.7. Sikap

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB. Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu alat kontrasepsi (Sarwono, 2007).

Banyak pria yang bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi Vasektomi. Hal ini karena sering mendengar rumor/mitos yang beredar di masyarakat, misalnya rumor tentang Vasektomi dapat menurunkan libido, vasektomi bisa menyebabkan kanker prostat, dan tidak bisa ejakulasi.

5.8. Dukungan Petugas KB

Mendidik individu dan pasangan mengenai ragam metode yang tersedia serta memberikan informasi tentang keamanan dan cara pemakaian metode-metode tertentu merupakan bagian penting setiap program KB. Aktifitas informasi, edukasi, dan komunikasi (IEK) di tingkat lokal, termasuk konseling, berperan penting dalam keberhasilan suatu program dan sangat berkaitan dengan penyediaan pilihan metode-metode yang sesuai. penekanan pada usaha IEK di tingkat nasional atau regional juga menimbulkan dampak besar pada pemakaian strategi pendidikan yang sesuai di tingkat lokal, dan akibatnya pada penerimaan metode dan pemakaiannya yang tepat (Wulansari & Hartanto, 2006).

Namun hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi, informasi dan edukasi masih kurang berkualitas terbukti dari banyak suami yang tidak menggunakan alat

18


(31)

kontrasepsi dengan alasan biayanya mahal. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang kontrasepsi Vasektomi dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Wulansari & Hartanto, 2006).


(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Menurut Varney (2007) vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Kerangka konseptual ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi adalah umur, tingkat pendidikan, ekonomi, suku dan sosial budaya, agama, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap, dukungan petugas KB.

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi : - Umur

- Tingkat Pendidikan - Ekonomi

- Suku/Budaya - Agama - Tingkat

Pengetahuan - Sikap

- Dukungan petugas KB

Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi

20


(33)

2. Defenisi Operasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang terkait dengan rendahnya minat akseptor Vasektomi meliputi: Umur, Tingkat Pendidikan, Agama, Suku, Tingkat Pengetahuan, Ekonomi, Sikap, Dukungan Petugas KB.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional No. Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skal Ukur 1. Umur Usia suami yang

terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir

1=<45tahun 2=>45 tahun

Interval

2. Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki 1=SD 2=SMP 3=SMA 4=Diploma 5=Sarjana Ordinal

3. Ekonomi Pendapatan

responden dan keluarga selama sebulan

Kuesioner 1=<Rp.850.00,- /bulan 2=Rp.850.000,- s/d Rp.1.000.000,-/bulan 3=Rp.1.000.000,-s/d Rp. 1.500.000, -/bulan

4=>Rp.1.500.000, -/bulan

Nominal

4. Suku Nilai-nilai yang

dimiliki seseorang dalam berprilaku dalam kelompok masyarakat

1= Batak Toba 2= Melayu 3= Minang 4= Jawa 5= Aceh

Ordinal

5. Agama Nilai-nilai

keyakinan dan kepercayaan seseorang yang 1=Islam 2=Kristen Protestan Ordinal


(34)

ditunjukkan dalam aktivitas agamanya

3=Kristen Katolik 6. Tingkat

Pengetahuan

Pengetahuan suami mengenai kontrasepsi Vasektomi Kuisioner dengan 8 pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7, dan 8

1=Baik (11-16) 2=Cukup (6-10) 3=Kurang (0-5)

Ordinal

7. Sikap Penilaian atau

pandangan suami terhadap metode kontrasepsi

Vasektomi

Terdiri dari 6 pernyataan no

9,10,11,12,13 dan 14

Setuju = 1 Tidak Setuju =0

Ordinal

8. Dukungan Petugas KB

Penilaian atau persepsi suami tentang tindakan dan sikap petugas

Kuisioner

dengan 6 pertanyaan

no

15,16,17,18, 19 dan 20

Mendukung = 1 Tidak

Mendukung = 0

Ordinal

22


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung dan diketahui jumlah suami sebanyak 1394 orang di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara pengambilan dari populasi 1394 -10% sehingga 10% dari 1394 orang adalah 139 orang (Arikunto, 2006). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah bersedia menjadi responden, dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dapat membaca dan menulis, dan belum menggunakan metode kontrasepsi Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.


(36)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena hasil survey menunjukkan tersedianya sampel yang memadai untuk penelitian dan belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi.

4. Pertimbangan Etik penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kecamatan Teluk Nibung. Setelah mendapat persetujuan tersebut, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika suami yang dijadikan sampel bersedia diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasian responden tersebut, maka peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan memberikan nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data tersebut. Kerahasian informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2009). 5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjuan teoritis. Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

24


(37)

5.1. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi meliputi umur, tingkat pendidikan, penghasilan, suku, agama, dan jumlah anak, bertujuan untuk melihat distribusi demografi dari responden.

5.2. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan. Faktor tingkat pengetahuan berisi 8 pertanyaan (pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7,8), faktor sikap berisi 6 pertanyaan (pertanyaan no 9,10,11,12,13,14), dan faktor dukungan petugas KB berisi 6 pertanyaan (pertanyaan no 15,16,17,18,19,20).

Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak 8 (Delapan) pertanyaan terdiri dari pilihan jawaban : a, b, dan c. Jika jawaban benar maka diberi nilai satu (skor =2), jika jawaban salah maka diberi nilai nol (skor = 0). Penilaian yang digunakan tersebut ialah menurut skala guttman (Riduan, 2010). Berdasarkan rumus statistika

P =

kelas Banyak

(R) Rentang

1. Menentukan nilai rentang (R)

2. Rentang = skor tertinggi – skor terkecil 8 X 2 = 16

16 – 0 = 16

3. Menentukan panjang kelas ( i )

Panjang kelas ( i ) =

kelas Banyak

(R) Rentang


(38)

4. Untuk menentukan kategori pengetahuan adalah sebagai berikut :

- Kategori baik = 10.6+5.3 = 15.9 (jika responden menjawab 11-16 pertanyaan dengan benar)

- Kategori cukup = 5.3+5.3 = 10.6 (jika responden menjawab 6-10 pertanyaan dengan benar)

- Kategori kurang = 0+5.3 = 5.3 (jika responden menjawab 0-5 pertanyaan dengan benar )

Faktor sikap terdiri 6 pernyataan terdiri dari dua jawaban yaitu “Setuju” dan “Tidak Setuju”. Setiap item yang dijawab dengan benar akan diberi nilai 1 sedangkan untuk setiap item yang dijawab dengan salah akan diberi nilai 0. Faktor dukungan petugas KB juga terdiri 6 pertanyaan terdiri dari dua jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”. Nilai untuk jawaban “Benar/Ya”= 1, “Salah/Tidak” = 0.

6. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006). Uji validitas dilakukan oleh dosen Departemen Keperawatan Maternitas Universitas Sumatera Utara.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson product Moment yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%.

26


(39)

Pernyataan dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel dan sebaliknya tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel.

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrument dikatakan reliable apabila koefisien nya bernilai lebih besar dari 0,7. Instrumen diujikan kepada 20 orang responden. Penghitungan uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk analisa Cronbach’s Alpha. Suatu instrument dikatakan realibel bila nilai alpa lebih besar dari kritis product moment (Hastono, 2007). Hasil uji reliabel pada penelitian ini adalah 0,719.

7. Pengumpulan Data

Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan peneliti pada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian yaitu Kelurahan Sei Merbau, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan pembagian kesioner kepada responden. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta proses pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesedian calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data dimulai. Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti selama 10 menit dan diberi kesempatan untuk bertanya selama pengisian kuesioner bila ada yang tidak dimengerti sehubungan dengan


(40)

pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui bebrapa langkah yang harus ditempuh, pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner kedalam program computer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa data secara deskriptif.

Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item pernyataan yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-item yang tidak perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase dengan menggunakan teknik komputerisasi.

28


(41)

BAB 5

HASIL PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang telah dilaksanakan pada bulan September s/d Oktober 2012 sebanyak 139 responden di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung dengan menggunakan kuesioner penelitian yang telah diuji reliabilitasnya terlebih dahulu dilakukan penelitian. Penyajian data hasil penelitian meliputi data demografi dan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

1. Hasil

1.1Karakteristik Demografi

Responden pada penelitian ini adalah seluruh suami yang bertempat tinggal di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 139 orang. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi Umur, Tingkat Pendidikan, Ekonomi, Suku, danAgama.

Menurut data yang diperoleh, responden terbanyak berada pada usia di bawah 45 tahun (102 orang/73,4%), berpendidikan SMA (89 orang/64,0%), ekonomi keluarga per bulannya Rp.850.000-1.000.000,- (90 orang/64,7%), bersuku Batak (90 orang/64,7%) dan beragama Islam (126 orang/90,6%). Berikut tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden.


(42)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n = 139) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Umur <45 Tahun >45 Tahun Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Ekonomi <850.000 850.000-1.000.000 1.000.000-1.500.000 >1.500.000 Suku Batak Melayu Minang Jawa Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik 102 37 4 17 89 13 16 23 90 10 16 90 28 8 13 126 10 3 73,4% 26,6% 2,9% 12,2% 64,0% 9,4% 11,5% 16,5% 64,7% 7,2% 11,5% 64,7% 20,1%% 5,8%% 9,4% 90,6% 7,2% 2,2% 30


(43)

1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi ada tiga yaitu faktor tingkat pengetahuan, faktor sikap, dan faktor dukungan petugas KB.

a. Tingkat Pengetahuan

Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (60 orang/43,2%), seperti terlihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat Pengetahuan (n = 139)

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang 55 60 24 39,6 43,2 17,3 b. Sikap

Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami bersikap positif terhadap Vasektomi (109 orang/78,4%), seperti terlihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.3 Disribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap (n = 139)

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Positif Negatif 109 30 78,4 21,6

c. Dukungan Petugas KB

Tabel ini menggambarkan bahwa petugas KB tidak mendukung untuk menggunakan Vasektomi (76 orang/54,7%), seperti terlihat pada Tabel 5.5


(44)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan Petugas KB (n = 139)

Dukungan Petugas KB Frekuensi Persentase (%) Mendukung

Tidak Mendukung

63 76

45,3 54,7

2. Pembahasan

a. Karakteristik Demografi a. Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Umur juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontrasepsi Vasektomi, karena umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi sebagai cara kontrasepsi (Wulansari & Hartanto, 2006).

Menurut Pinem (2009), kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuasaan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa usia responden terbanyak berada pada di bawah 45 tahun(102 orang/73,4%). Menurut hasil penelitian Wati (2012), responden yang umurnya di bawah 45 tahun cenderung

32


(45)

memilih metode alamiah karena menurut mereka lebih aman dan tanpa efek samping.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar, yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, semakin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebahagi alas an penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya kontrasepsi Vasektomi akan berkurang sehingga pasangan suami istri akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi mana yang akan dipilih (Winarni dkk, 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi berpendidikan SMA (89 orang/64,0%). Hasil


(46)

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ismah (2008), yang menyatakan bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah berpendidikan sekolah menengah (SMA).

2.3.Ekonomi

Variabel demografi dan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan, tempat tinggal, penghasilan, kebiasaan dan ciri lingkungan dimana pasangan suami istri menetap mempengaruhi adanya penggunaan alat kontrasepsi. Seseorang dengan pekerjaan yang tidak menetap ditambah lagi dengan penghasilan yang kurang memadai lebih memungkinkan untuk tidak ikut sebagai pengguna kontrasepsi. Hal ini dinilai karena penggunaan kontrasepsi Vasektomi membutuhkan pembiayaan dan perawatan yg besar.

Kondisi ekonomi keluarga dikatakan baik apabila mempunyai pendapatan keluarga yang tinggi, pendapatan cukup dapat dikatakan dengan memiliki keluarga yang hanya sedikit (1 anak). Maka untuk melihat keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatannya. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan ini tidak seperti yang diharapkan. Dari penelitian yang telah dilakukan, bahwa hasil karakteristik suami berpenghasilan Rp.850.000-1.000.000 (90 orang/64,7%). Hal ini disebabkan oleh pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga faktor ekonomi berpengaruh pada suami untuk melakukan vasektomi karena biayanya kurang dari pendapatan.

2.4.Suku/Budaya

Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman, perasaan suatu bangsa yang kompleksmeliputi pengetahuan,

34


(47)

kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyrakat. Pada budaya tertentu sangat menyakini/menjunjung anak dengan jenis kelamin tertentu. Jika seorang pria belum mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang diharapkan maka pasangan tersebut berusaha untuk memiliki keturunan lagi agar terpenuhi tuntutan kebudayaan dan nilai kepercayaan (Soemardjan, 2004).

Namun demikian masih ada juga yang berpendapat KB pria itu haram hukumnya bagi kaum muslim . Golongan yang masih menganut pendapat ini biasanya dari golongan muslim yang sangat kuat atau radikal. Selain itu masih adanya ketidakadilan dan kesetaraan gender. Hal ini terlihat dari kepercayaan suku Batak bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan. Ini karena adanya kepercayaan bahwa anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan .

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi bersuku Batak (90 orang/64,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cristina (2007), yang menyatakan bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah bersuku Batak bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan.

2.5.Agama

Beberapa agama memberikan batasan untuk memiliki keturunan. bahkan beberapa aliran agama tertentu tidak menyarankan adanya pembatasan untuk memiliki keturunan. Di dalam agama Islam menurut sabda Nabi Muhammad SAW bahwasanya laki-laki dan perempuan menikah agar mendapat keturunan yang


(48)

banyak, namun islam memperbolehkan dalam kondisi tertentu untuk mengatur jarak kelahiran, tetapi banyak masyarakat yang membuat salah arti tentang sabda ini.

Islam juga memberikan kewenangan kepada laki-laki untuk memiliki pasangan lebih dari satu, hal ini juga akan memperbesar peluang untuk menambah keturunan. Maka dari itu vasektomi dilarang oleh agama karena penggunaan metode ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga melanggar norma agama (BKKBN, 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi beragama Islam (126 orang/90,6%). Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007) bahwa beberapa orang yang memiliki pandangan KB tidak boleh dilakukan dengan alasan Al-Qur’an tidak membolehkan pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap sebagai membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Ditinjau dari sudut keadaan agama, masyarakat yang menganggap bahwa partisipasi laki-laki dalam ber KB belum atau tidak penting dilakukan. Hal ini terjadi karena munculnya pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi sepenuhnya kepada istri. Selain itu suami juga beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan secara aktif.

2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi a. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk persepsi, sikap, dan perilaku seseorang, karena perilaku yang didasari

36


(49)

oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif, yaitu tahu (know), memahami (comprehensive), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Dalam hasil penelitian ini didapat pengetahuan reponden yang paling tinggi yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 60 responden (43,2%) dan pengetahuan responden terendah yaitu berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (17.3%). Dimana peneliti membuktikan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden, karena dari data krateristik pendidikan responden sebagaian besar tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 63 orang (45,3%) dan berpendidikan terendah yaitu berpendidikan SD sebanyak 10 orang (7,20%).

Sesuai dengan pernyataan dari Soebroto, dkk (2001) bahwa dengan meningkatnya pendidikan seseorang maka tingka pengetahuannya juga akan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena dengan meingkatnya pendidikan seseorang maka lebih banyak informasi serta lebih berusaha untuk mencari hal baru yang belum mereka ketahui guna mensejajarkannya dengan tingkat pendidikannya, maka dari itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Nursalam (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sosial budaya, informasi dan pengalaman. Dimana umur seseorang terhitung mulai saat dilahirkan hingga dewasa, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang


(50)

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dalam penelitian ini responden berada pada usia 31-45 tahun sebanyak 100 responden (71.9%). Semakin bertambahnya umur semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Menurut Nursalam (2004) sesseorang yang mempunyai pekerjaan akan mempunyai lebih banyak informasi dan pengalaman. Dengan adanya pekerjaan seseorang mempunyai banyak waktu untuk mendapat informasi yang diperoleh baik dari media maupun dari temannya, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi. Apabila status sosial baik, tingkat pendidikan akan tinggi diiringi dengan tingkat pengetahuannya. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseoranag. Dimana faktor pengetahuan eksternal juga berpengaruh terhadap pengetahuan vasektomi, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengatahuan adalah hasil data dari karakteristik suku batak dimana suku batak sangat mempengaruhi pengetahuan terhadap vasektomi bagi suku batak tidak akan melakukan KB vasektomi sebelum mereka memiliki anak laki-laki penerus marga. Peneliti mengetahui adanya karakteristik suku yang terbanyak adalah suku batak sebanyak 55 responden (39,6%). dimana suku responden juga akan mempengaruhi pengetahuan dalam penelitian ini dalam suku batak diketahui bahwa kebudayaannya

38


(51)

sangat berdominan terhadap pengetahuan terutama pada pengaruh pengetahuan social budaya terhadap vasektomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wati (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan suami vasektomi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (13,46%), yang berpengetahuan cukup yaitu 40 orang (76,92%) dan sisanya berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (9,62%). Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh pendidikan karena dalam penelitian mayoritas responden berlatar belakang pendidikan adalah SMA/sederajat.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita ( BKKBN, 2002).

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB. Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu alat kontrasepsi (Sarwono, 2007). Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa responden memiliki sikap yang positif tentang Vasektomi sebanyak 109 orang (78,4%) dan responden memiliki sikap yang negative tentang Vasektomi sebanyak 30 orang (21,6%).


(52)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007) yang menyatakan bahwa sikap suami tentang vasektomi yaitu bersikap positif sebanyak 33 orang (63,5%) terhadap penggunaan alat kontrasepsi vasektomi. Menurut teori WHO (Notoatmodjo 2003) menyatakan bahwa sikap positif seseorang tidak otomatis terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Sikap juga akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman dimiliki oleh seseorang. Sikap juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang menjadi pengangan setiap orang dalam masyarakat.

c. Dukungan Petugas Kesehatan

Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan (KIP/K) yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan. Walaupun telah dilakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan KB, masih terdapat beberapa hambatan dalam penggunaan kontrasepsi, untuk itu diperlukan upaya, antara lain dengan memberikan Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K) pada saat sebelum pelaksanaan, saat pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (BKKBN, 2003).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa petugas KB tidak mendukung suami untuk menggunakan Vasektomi 76 orang (54,7%). Mayoritas suami menyatakan bahwa tempat pelayanan KB vasektomi tidak mudah di jangkau, petugas KB tidak menjelaskan tentang Vasektomi dan tidak menyarankan untuk menggunakan Vasektomi. Hal ini berarti bahwa penyampaian

40


(53)

konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden belum dilakukan secara optimal.

Menurut hasil penelitian Saptono Iman Budisantoso (2008), petugas kesehatan sering tidak menjelaskan tentang Vasektomi selama konseling dan walaupun hal tersebut dilakukan, mereka tidak memberikan informasi secara lengkap tentang Vasektomi. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya penggunaan Vasektomi. Hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi dan edukasi masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping dan kesehatan. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang Vasektomi dapat memengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Pendit, 2007).


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Dalam penelitian ini memiliki 139 orang responden dengan cara pengambilan purposive sampling dan penelitian ini bersifat deskriptif.

1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 139 orang responden di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan teluk Nibung tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pada distribusi frekuensi karakteristik umur responden yang paling banyak yaitu umur dibawah 45 tahun sebanyak 102 orang responden (73,4%), berpendidikan SMA 89 orang (64,0%), ekonomi 90 orang (64,7%), bersuku Batak sebanyak 90 orang (64,7%), beragama islam sebanyak 126 orang responden (90,6%), pengetahuan responden yang tertinggi yaitu pengetahuan cukup sebanyak 60 orang responden (43,3%). Sikap yang tertinggi yaitu bersikap positif sebanyak 109 orang responden (78,4%), dan dukungan petugas KB yang tidak mendukung yaitu sebanyak 76 orang responden (54,7%).Dari hasil penelitian dilakukan dengan cara mencari sejauhmana tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan petugas KB responden dalam rendahnya minat vasektomi, sehingga peneliti melakukan pengolahan data dengan cara mencari frekuensi deskritip pengetahuan, sikap dan dukungan petugas KB responden dengan cara mengolah keseluruhan data yang telah

42


(55)

diisi oleh responden dan diolah dalam melakukan teknik pencarian deskriptif frekuensi pengetahuan responden, sikap dan dukukangan petugas KB. .

2. Saran

2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas.

2.2. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang vasektomi kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap vasektomi

2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arum dan Sujiyatini. 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Mitra BKKBN. 2001. Fakta, Data dan Informasi Kesenjangan Gender di

Indonesia. BKKBN. Jakarta.

BKKBN. 2007. Gender dalam Program KB dan KR. http://gemapria. bkkbn.go.id/artikel02-21.html

BKKBN. 2006. Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta

BKKBN. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Program KB Nasional Tahun 2007. Jakarta. Diambil tanggal 14 Oktober 2010 dari

BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. Diambil tanggal 23 Oktober 2010 dari

BKKBN SUMUT. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Medan. Diambil tanggal 26 Oktober 2010 dari

Everett, S. 2008. Buku saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta :

EGC

Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial, edisi ketiga cetakan pertama. Bandung : Eresco Glasier A dan Gebbie A. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :

EGC

Handayani, 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Hartanto, H. 2004. Keluaraga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Meilani, dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya Nursalam, Priani. 2004. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika

44


(57)

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pendit, B. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi : alih bahasa. Penerjemah Wulansari,

Hartanto. EGC, Jakarta.

Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Purwoko. 2000. Tesis Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba. Semarang : Fakultas

Kedokteran Undip

Riduan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Saifuddin, A, B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakata : YBP Sarwono, P. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Sarwono, S. 2007. Sosiologi Kesehatan : Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, cetakan keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wati, A. 2012. Tingkat Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Vasektomi Pada Pria Usia 35-40 tahun Di Desa Babadan Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten tahun 2012. Universitas Indonesia

Winda, N. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu

Menggunakan Metode kontrasepsi AKDR Di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011. Universitas Sumatera Utara

Winarni, dkk, 2007. Partisipasi Pria Dalam Ber-KB. Puslitbang KB-KR, BKKBN Wulansari dan Hartanto. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC


(58)

(59)

(60)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi Di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak untuk memberikan jawaban sesuai dengan pendapat Bapak tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak. Informasi yang Bapak berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud yang lain.

Partisipasi Bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela, karena Bapak bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada kolom yang telah disediakan sebagai bukti kesukarelaan Bapak . Terima kasih

Medan, 2012 Tanda Tangan Responden


(61)

Lampiran 2

KUESIONER DATA DEMOGRAFI Petunjuk :

a. Isilah titik-titik pada pertanyaan nomor 1

b. Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan saudara pada pertanyaan nomor 2,3,4 dan 5

1. Umur……….tahun 2. Tingkat Pendidikan

( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Diploma ( ) Sarjana 3. Penghasilan

( ) < Rp.850.000,-/bulan

( ) Rp.850.000,-s/d Rp.1.000.000,-/bulan ( ) Rp.1.000.000,-s/d RP.1.500.000,-/bulan ( ) >Rp.1.500.000,-/bulan

4. Suku ( ) Batak ( ) Melayu ( ) Minang


(62)

( ) Jawa ( ) Aceh 5. Agama

( ) Islam

( )Kristen Protestan ( )Kristen Katolik


(63)

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA MINAT PRIA DALAM MENGGUNAKAN KONTRASEPSI MOP

PETUNJUK PENGISIAN

Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik, kemudian jawab yang menurut anda benar dengan pemberian tanda silang (x).

1. Tingkat Pengetahuan

1. Kontrasepsi Vasektomi adalah :

a. Alat kontrasepsi yang terbuat dari karet/lateks

b. Alat kontrasepsi untuk menghambat sperma melaui upaya bedah c. Tidak tahu

2. Kontrasepsi Vasektomi dilakukan pada: a. Laki-laki

b. Perempuan c. Tidak tahu

3. Di bagian tubuh manakah tindakan kontrasepsi Vasektomi dilakukan: a. Penis

b. Vasdeferens c. Tidak tahu

4. Keuntungan menggunakan Vasektomi : a. Metode permanen

b. Perlindungan terhadap penyakit menular seksual dan HIV c. Tidak tahu


(64)

5. Kerugian menggunakan kontrasepsi Vasektomi: a. Tidak mudah untuk kembali subur

b. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual c. Tidak tahu

6. Pelayanan kontrasepsi Vasektomi dapat diperoleh di: a. Rumah sakit dan Klinik KB

b. Toko obat c. Tidak tahu

7. Efek samping dari kontrasepsi Vasektomi adalah: a. Rasa sakit/nyeri

b. Perubahan berat badan c. Tidak tahu

8. Kontraindikasi dari kontrasepsi Vasektomi adalah: a. Infeksi di daerah testis dan penis

b. Efektivitas tinggi c. Tidak tahu


(65)

2. Sikap yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi DI Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung

Berikanlah tanda checklist () pada pilihan yang anda anggap benar No

.

Pernyataan Setuju Tidak

Setuju 9. Kontrasepsi Vasektomi sebaiknya dilakukan pada pria

dengan usia lebih dari 45 tahun

10. Saya khawatir kontrasepsi Vasektomi ini permanen

11. Sebaiknya kontrasepsi Vasektomi dilakukan jika tidak mau punya anak lagi

12. Saya merasa takut menggunakan kontrasepsi Vasektomi karena kontrasepsi Vasektomi tindakan operasi yang menakutkan

13. Saya khawatir kontrasepsi Vasektomi dapat menyebabkan kanker prostat

14. Saya khawatir kontrasepsi Vasektomi ini membuat saya menjadi laki-laki tidak sejati


(66)

3. Dukungan Petugas KB

15. Apakah KB Vasektomi tersedia dan mudah dijangkau di tempat pelayanan KB? a. Ya

b. Tidak

16. Apakah petugas kesehatan selalu memberikan saran tentang KB Vasektomi ? a.Ya

b.Tidak

17. Apakah petugas KB menyebutkan bahwa kontrasepi Vasektomi sebagai salah satu dari alat kontrasepsi (KB)?

a. Ya b. Tidak

18. Apakah petugas KB menjelaskan tentang kontrasepsi Vasektomi pada bapak? a.Ya

b.Tidak

19. Apakah petugas KB menganjurkan bapak untuk menggunakan KB Vasektomi? a.Ya

b.Tidak

20. Apakah petugas KB memberikan penyuluhan tentang KB Vasektomi? a. Ya

b. Tidak


(67)

Lampiran 7 Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.719 20

Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N

P1 1.80 .410 20

P2 2.20 .616 20

P3 1.90 .308 20

P4 2.00 .649 20

P5 1.90 .308 20

P6 2.20 .410 20

P7 1.80 .410 20

P8 2.00 .000 20

P9 1.70 .470 20

P10 1.70 .470 20

P11 1.30 .470 20

P12 1.10 .308 20

P13 1.20 .410 20

P14 1.30 .470 20

P15 1.40 .503 20

P16 1.40 .503 20

P17 1.30 .470 20

P18 1.40 .503 20

P19 1.60 .503 20


(68)

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 31.10 11.253 .551 .687

P2 30.70 12.853 .067 .750

P3 31.00 11.158 .819 .677

P4 30.90 13.779 .262 .774

P5 31.00 11.158 .819 .677

P6 30.70 12.432 .116 .722

P7 31.10 11.463 .470 .694

P8 30.90 12.937 .000 .721

P9 31.20 11.747 .300 .707

P10 31.20 11.747 .300 .707

P11 31.60 11.621 .342 .704

P12 31.80 12.800 .019 .726

P13 31.70 12.011 .266 .710

P14 31.60 11.411 .411 .697

P15 31.50 11.421 .372 .700

P16 31.50 11.211 .438 .694

P17 31.60 12.463 .076 .727

P18 31.50 11.632 .307 .707

P19 31.30 11.168 .451 .692

P20 31.20 10.695 .657 .673

Scale Statistics

Mean Variance

Std. Deviation

N of Items

32.90 12.937 3.597 20


(69)

Lampiran 8

ANALISA DATA

1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Uraian Jawaban Responden Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi

Statistics Umur

N Valid 139

Missing 0

Mean 1.27

Median 1.00

Std. Deviation .444

Variance .197

Range 1

Umur

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <45 102 73.4 73.4 73.4

>45 37 26.6 26.6 100.0


(70)

Tingkat Pendidikan

N Valid 139

Missing 0

Tingkat Pendidikan Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 4 2.9 2.9 2.9

SMP 17 12.2 12.2 15.1

SMA 89 64.0 64.0 79.1

Diploma 13 9.4 9.4 88.5

Sarjana 16 11.5 11.5 100.0

Total 139 100.0 100.0

Ekonomi

N Valid 139

Missing 0

Ekonomi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <850.000 23 16.5 16.5 16.5

850.000-1.000.000 90 64.7 64.7 81.3

1.000.000-1.500.000

10 7.2 7.2 88.5

>1.500.000 16 11.5 11.5 100.0

Total 139 100.0 100.0


(71)

Suku

N Valid 139

Missing 0

Suku Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 90 64.7 64.7 64.7

Melayu 28 20.1 20.1 84.9

Minang 8 5.8 5.8 90.6

Jawa 13 9.4 9.4 100.0

Total 139 100.0 100.0

Agama

N Valid 139

Missing 0

Agama Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 126 90.6 90.6 90.6

Kristen protestan

10 7.2 7.2 97.8

Kristen katolik 3 2.2 2.2 100.0


(72)

Statistics Tingkat Pengetahuan

N Valid 139

Missing 0

Mean 1,7770

Median 2,0000

Minimum 1,00

Maximum 3,00

Tingkat Pengetahuan Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1,00 55 39,6 39,6 39,6

2,00 60 43,2 43,2 82,7

3,00 24 17,3 17,3 100,0

Total 139 100,0 100,0

Statistics Sikap

N Valid 139

Missing 0

Mean ,7842

Median 1,0000

Minimum ,00

Maximum 1,00

Sikap Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ,00 30 21,6 21,6 21,6

1,00 109 78,4 78,4 100,0

Total 139 100,0 100,0


(73)

Statistics Dukungan Petugas KB

N Valid 139

Missing 0

Mean ,4532

Median ,0000

Minimum ,00

Maximum 1,00

Dukungan Petuga KB Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ,00 76 54,7 54,7 54,7

1,00 63 45,3 45,3 100,0


(74)

(75)

(76)

(77)

(78)

Lampiran 9

JADWAL PENELITIAN


(79)

Lampiran 10

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Fitria Shahra Nasution Tempat, tanggal lahir : Medan, 5 Mei 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. T.Bongkar X No. 46c Medan

Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri 066050 Medan (1996 – 2002) 2. SMP Negeri 27 Medan (2003 – 2005) 3. SMA Negeri 21 Medan (2006 – 2008) 4. D III Keperawatan USU (2009 – 2011)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran 9


(6)

Lampiran 10

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Fitria Shahra Nasution Tempat, tanggal lahir : Medan, 5 Mei 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. T.Bongkar X No. 46c Medan

Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri 066050 Medan (1996 – 2002) 2. SMP Negeri 27 Medan (2003 – 2005) 3. SMA Negeri 21 Medan (2006 – 2008) 4. D III Keperawatan USU (2009 – 2011)