Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI
ULANGAN KEPADA ANAK USIA SEKOLAH DI
LINGKUNGAN IX KELURAHAN SUNGGAL
SKRIPSI
Oleh
Krissan Melita Tambunan 111121017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
(2)
(3)
Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah
di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Nama Mahasiswa : Krissan Melita Tambunan
NIM : 111121017
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011
Abstrak
Imunisasi ulangan adalah revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini anak sudah aman dari ancaman penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.Desain penelitian ini merupakan desain penelitian survei deskriptif. Sampel yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 64 orang yaitu 20% dari total populasi dan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 5 November 2012 - 25 Januari 2013 di wilayah Lingkungan IX Kelurahan Sunggal dengan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah cluster sampling. Setelah pengumpulan data dan pengolahan data didapatkan hasil dari karakteristik demografi responden responden lebih banyak berada pada rentang usia 27-29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), pekerjaan pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%). Hasil penelitian adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah mayoritas cukup sebanyak 46 orang (71,9%), 14 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang (21,8%), dan 4 orang (6,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di daerah yang lebih luas dengan sampel yang lebih representative dan juga meneliti hubungan antara faktor usia, pendidikan, sumber informasi dan jenis pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu dan kepada petugas kesehatan di lapangan agar dapat lebih mensosialisasikan tentang pentingnya imunisasi ulangan kepada masyarakat.
(4)
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal.”
Skripsi ini dapat selesai atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama dalam proses penyelesaian Skripsi ini:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik. 4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen Pembimbing Skripsi.
Terimakasih banyak atas segala saran dan arahan yang telah Ibu berikan kepada saya. Atas waktu dan kesabaran ibu dalam memahami saya, mau berbagi ilmu kepada saya selama penyusunan Skripsi ini.
5. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji I. 6. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji II.
(5)
8. Teman-teman satu angkatan saya, kelas ekstensi tahun 2011, baik kelas pagi dan sore atas dukungan dan bantuannya selama ini. Terutama kepada kakak-kakakku tersayang Kak Hanna, Kak Ika, Kak Cut, adik-adikku yang terkasih Yulia Tigan, Elpiana Munthe, Elly Tetty, Ingrid dan Anggriani.
9. Suamiku yang terkasih, Pdt. Hendra Victor Lumbantobing, S.Si Teol dan juga kedua putra kami tersayang, Ishak Satria Lumbantobing dan Gideon Dwi Putra Lumbantobing.
10. Orangtua saya tercinta, P. Tambunan dan S.L. br. Hutagalung yang selalu mendoakan dan mendukung saya selama masa perkuliahan ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.Semoga Tuhan memberkati dan kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, 06Februari 2013
Peneliti,
(6)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Abstrak
Prakata ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... v
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengetahuan ... 6
2.1.1PengertianPengetahuan ... 6
2.1.2 Pengukuran Pengetahuan ... 6
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7
2.2 Imunisasi Ulangan ... 9
2.2.1 Pengertian ... 9
2.2.2 Jenis-jenis ...10
BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian ...16
3.2 Defenisi Operasional ...17
BAB 4 Metodologi Penelitian 4.1 Desain Penelitian ...18
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...18
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...19
4.4 Pertimbangan Etik ...19
4.5 Instrumen Penelitian ...20
4.6 Validitas dan Reliabilitas ...21
4.6.1 Validitas ...21
4.6.2 Reliabilitas...21
4.6 Pengumpulan Data ...22
4.7 Analisa Data ...23
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ...25
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden ...25
5.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu ...26
(7)
BAB 6 Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan ...32 6.2 Saran ...32 Daftar Pustaka ...35 Lampiran-lampiran
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2. Lembar Kuesioner
Lampiran 3. Lembar Surat Penelitian Lampiran 4. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 5. Lembar Surat Pernyataan Lampiran 6.Lembar Daftar Riwayat Hidup
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi ...26 Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada
Anak Usia Sekolah ...27 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah ...28
(9)
Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan kepada Anak Usia Sekolah
di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Nama Mahasiswa : Krissan Melita Tambunan
NIM : 111121017
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011
Abstrak
Imunisasi ulangan adalah revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini anak sudah aman dari ancaman penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.Desain penelitian ini merupakan desain penelitian survei deskriptif. Sampel yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 64 orang yaitu 20% dari total populasi dan penelitian dilakukan mulai dari tanggal 5 November 2012 - 25 Januari 2013 di wilayah Lingkungan IX Kelurahan Sunggal dengan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah cluster sampling. Setelah pengumpulan data dan pengolahan data didapatkan hasil dari karakteristik demografi responden responden lebih banyak berada pada rentang usia 27-29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), pekerjaan pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%). Hasil penelitian adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah mayoritas cukup sebanyak 46 orang (71,9%), 14 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang (21,8%), dan 4 orang (6,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di daerah yang lebih luas dengan sampel yang lebih representative dan juga meneliti hubungan antara faktor usia, pendidikan, sumber informasi dan jenis pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu dan kepada petugas kesehatan di lapangan agar dapat lebih mensosialisasikan tentang pentingnya imunisasi ulangan kepada masyarakat.
(10)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten, dan upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit (Supartini, 2004).
Imunisasi selalu dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian pada bayi. Hal ini dikarenakan pemberian imunisasi adalah sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Dalam hal ini pemerintah mencanangkan program imunisasi yang diwajibkan terutama pada bayi usia 0-12 bulan (Lisnawati, 2011).
Menurut Hadinegoro (dalam Ranuh, dkk., 2008) kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini anak sudah aman dari ancaman penyakit. Imunisasi akan memberikan antibodi bagi anak. Setelah diimunisasi, antibodi anak akan naik. Tapi suatu saat, antibodi itu akan turun lagi. Pada saat antibodi turun atau hampir habis, harus diberikan imunisasi lagi agar antibodi yang turun itu bisa kembali baik.
(11)
Secara global, kematian karena campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan dari jumlah itu, 202.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% kematian karena campak tersebut berasal dari Indonesia (Prasetyawati, 2011).
Di Indonesia, saat ini, dalam setahun diperkirakan ada 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada anak balita adalah akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), yaitu campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, dan tuberkulosis. Khusus untuk campak, setiap 20 menit satu anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Anak penderita penyakit campak umumnya meninggal karena komplikasi di paru dalam wujud pneumonia atau komplikasi di pencernaan yang menyebabkan diare. Imunisasi campak tambahan pada tahun 2005-2007 di Indonesia masih menyisakan 30-40% anak berisiko terkena campak. Indonesia termasuk satu dari 47 negara yang mendapat pengawasan WHO dan UNICEF akibat tingginya kasus campak.
Anak yang sudah divaksin campak tidak 100% terbebas dari campak karena efektivitas imunisasi campak yang diberikan kepada anak usia 9-59 bulan ini hanya 85%. Namun, resiko komplikasi pada anak yang sudah diimunisasi lebih ringan daripada jika tidak diimunisasi.
Pada tahun 2005, terjadi ledakan infeksi virus polio liar dari mancanegara di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Karena itu, walau kasus polio liar terakhir ditemukan pada tahun 2006, tidak berarti Indonesia bisa mengklaim telah bebas polio. Imunisasi polio lengkap harus terus diberikan. Tahun 2011 ada 4% anak
(12)
yang tak memperoleh imunisasi polio dan 9% tidak terjangkau. Ini berisiko menimbulkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) polio.
Berita lain adalah KLB difteri di Jawa Timur yang sejak Januari 2011 hingga Oktober 2011 menjangkiti tak kurang dari 328 anak dan menewaskan 11 di antaranya. Hal ini disebabkan ada resistensi masyarakat terhadap imunisasi anak. Karena hal ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus mengeluarkan dana tambahan Rp 8 miliar dan Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan belasan miliar rupiah (Julianto, 2011).
Dari penelitian mahasiswa sebelumnya, Amir (2004) yang berjudul “pengetahuan dan sikap ibu primipara mengenai pemberian imunisasi pada balitanya di lingkungan VIII kelurahan harjosari I kecamatan medan amplas” secara deskriptif didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu yang baik sebanyak 40,7%, cukup baik 33,3%, kurang baik 11,1% dan buruk 14,9%. Demikian juga dengan penelitian Surbakti (2007) yang berjudul “pengetahuan ibu tentang cakupan imunisasi polio pada bayi di lingkungan VII kelurahan simpang selayang wilayah kerja puskesmas simalingkar kecamatan medan tuntungan” mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu yang baik sebanyak 83,9%, cukup 12,9%, kurang 3,2 %. Ini menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu adalah baik walaupun masih ada ibu yang kurang informasi tentang imunisasi yaitu sejumlah 14,9% pada penelitian Amir dan 3,2% pada penelitian Surbakti. Apakah sama hasilnya jika dilakukan penelitian lebih dalam mengenai imunisasi yaitu mengenai imunisasi ulangan? Maka dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
(13)
bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan pada anak usia sekolah.
1.2 Perumusan Masalah
Program imunisasi dasar merupakan program wajib dari pemerintah dan dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan pengetahuan ibu baik terhadap imunisasi secara umum. Kenyataan yang peneliti dapatkan di lapangan dan berbagai sumber bahwa masih banyak terdapat penyakit campak, difteri dan beberapa kasus penyakit polio di Indonesia. Hal ini mungkin dikarenakan para ibu berhenti membawa anaknya untuk diimunisasi setelah imunisasi dasar terakhir yaitu imunisasi campak saat bayi usia 9-11 bulan. Dan ketika anak masuk SD, tidak semua sekolah mengadakan program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) atau bisa saja ibu tidak tahu bahwa ada imunisasi ulangan. Hal inilah yang menyebabkan peneliti lebih tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal?
1.4 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal.
(14)
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bahwa setelah imunisasi dasar masih ada imunisasi ulangan yang diberikan pada saat masuk sekolah dasar dan hal tersebut sangat penting bagi anak. Dalam penelitian ini juga dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan jenis-jenis dan efek samping setiap imunisasi ulangan yang diberikan.
1.5.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Untuk meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal lewat pemberian imunisasi ulangan. Sehingga tenaga kesehatan terutama perawat bisa berperan serta dalam program BIAS dengan bekerjasama dengan sekolah-sekolah dasar yang ada di lingkungannya. 1.5.3 Bagi Masyarakat
Untuk memberi informasi bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan sangat penting karena berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi anak. Imunisasi merupakan investasi masa depan bagi anak. Semakin lengkap imunisasi yang didapatkan anak maka semakin optimal derajat kesehatannya.
(15)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan dalam kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi ( Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penggunaan kuesioner sebagai alat ukur, maka pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 75%-100%. 2. Pengetahuan cukup, apabila nilai yang diperoleh responden berkisar
50%-75%.
(16)
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan dan Perilaku Kesehatan tahun 2003, Notoatmodjo menjelaskan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi pengetahuan:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal dan lingkungan. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
(17)
b. Sumber informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang dan mempengaruhi kehidupannya. Dengan pengalaman, seseorang dapat memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik, khususnya pengetahuan tentang kesehatan. Dalam pekerjaan selalu mendapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan diperlukan untuk memegang pekerjaan yang mengarah ke sistem kerja yang otomatis. Untuk memenuhi tuntutan, dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, maka orang yang berpengalaman akan memiliki akses yang lebih baik tentang berbagai informasi.
(18)
d. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
2.2 Imunisasi Ulangan 2.2.1 Pengertian
Imunisasi ulangan adalah revaksinasi dari imunisasi dasar yang diberikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan. Imunisasi ulangan dapat meninggikan secara cepat kadar zat antibodi dalam tubuh (Prasetyawati, 2011).
Biasanya diberikan melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yaitu: imunisasi lanjutan pada anak SD yang dilaksanakan pada bulan Nopember setiap tahunnya. Imunisasi yang diberikan berupa vaksin Polio dan vaksin Campak
(19)
untuk anak kelas 1 SD atau sederajat, vaksin Difteri Tetanus (DT) pada anak kelas 2, vaksin Tetanus Toksoid (TT) dan Tetanus difteri (Td) pada anak kelas 3 SD atau sederajat dan vaksin TT dan vaksin Polio pada anak kelas 6 SD atau sederajat. Pada tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk kelas 3 SD atau sederajat ditambah dengan Antigen difteri (vaksin Td).
Pemberian imunisasi ini sebagai ulangan untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Perubahan pemberian imunisasi dari vaksin TT ditambah dengan vaksin Td ini sejalan dengan rekomendasi dari Komite Ahli Penasehat Imunisasi Nasional atau Indonesia Technical Advisory Group on Immunization. Hal ini disebabkan adanya perubahan trend kasus infeksi difteri pada usia anak sekolah dan remaja (Sundoro, 2011).
2.2.2 Jenis-jenis
Imunisasi ulanganada lima jenis, meliputi DT, TT, Td, campak dan polio. Di bawah ini merupakan penjelasan masing-masing penyakit dan vaksinnya (Ranuh, dkk, 2008).
1. Penyakit difteri
Difteri adalah salah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyakit ini diperkenalkan pertama kali oleh Hipokrates pada abad ke 5 SM dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Bakteri tersebut pertama kali diisolasi dari pseudomembran pasien penderita difteria pada tahun 1883 oleh Klebs, sedangkan anti-toksin ditemukan pertama kali dibuat pada akhir abad ke-19 sedangkan toksoid difteria mulai dibuat sekitar tahun 1920. Cara penularan terjadi apabila terdapat kontak
(20)
langsung dengan penderita difteri atau dengan pasien carrier difteri. Kontak langsung melalui percikan ludah (saat batuk, bersin dan berbicara), eksudat dari kulit yang terinfeksi atau kontak tidak langsung melalui debu, baju, buku maupun mainan yang terkontaminasi.
Gambaran klinis, masa inkubasi difteri umumnya 2-5 hari pada difteri kulit masa inkubasi adalah 7 hari setelah infeksi primer pada kulit. Pasien akan mengalami gejala seperti demam dan terkadang menggigil, kerongkongan sakit dan suara parau, perasaan tidak enak, mual, muntah, sakit kepala, hidung berlendir kadang-kadang bercampur darah, serta dapat teraba adanya benjolan dan bengkak pada daerah leher (bull neck).
2. Vaksin difteri
Anti-toksin difteri pertama kali digunakan pada tahun 1891 dan mulai dibuat secara massal tahun 1892. Anti-toksin difteri ini terutama digunakan sebagai pengobatan dan efektifitasnya sebagai pencegahan diragukan. Pemberian anti-toksin dini sangat mempengaruhi angka kematian akibat difteri. Kemudian dikembangkanlah toksoid difteri yang ternyata efektif dalam pencegahan timbulnya difteri. Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri yang kemudian digabung dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Untuk imunisasi rutin anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan saat masuk sekolah. Beberapa penelitian serologis membuktikan adanya penurunan kekebalan sesudah kurun waktu tertentu dan perlunya penguatan (booster) pada masa anak usia sekolah.
(21)
3. Penyakit Tetanus
Tetanus (lockjaw/kejang otot pada rahang dan wajah) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh tetanospasmin sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Penyakit ini sudah mulai dikenal sejak abad ke-5 SM tetapi baru pada tahun 1884 dibuktikan secara eksperimental melalui penyuntikan pus pasien tetanus pada seekor kucing oleh Carle dan Rattone.
Clostridium tetani adalah bakteri yang sensitif terhadap suhu panas dan
tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Sebaliknya, spora tetanus sangat tahan panas dan kebal terhadap beberapa antiseptik. Bakteri ini banyak terdapat pada kotoran, debu jalan, usus dan tinja kuda, domba, anjing serta kucing.
Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka sehingga mampu menginfeksi sistem urat saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Gejala utama penyakit ini timbul kontraksi dan spastisitas otot yang tidak terkontrol, kejang, gangguan saraf otonom, dan rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak). Perawatan luka merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus di samping imunisasi pasif dan aktif.
4. Vaksin Tetanus
Pembuktian bahwa toksin tetanus dapat dinetralkan oleh suatu zat dilakukan oleh Kitasatol (1889) dan Nocard (1897) yang menunjukkan efek dari transfer pasif suatu anti-toksin yang kemudian diikuti oleh imunisasi pasif selama perang dunia I. Toksoid tetanus kemudian ditemukan oleh Descombey
(22)
pada tahun 1924 dan efektifitas imunisasi aktif didemonstrasikan pada perang dunia II.
Toksoid tetanus yang dibutuhkan untuk imunisasi adalah sebesar 40 IU dalam setiap dosis tunggal dan 60 IU bersama dengan toksoid difteria dan vaksin pertusis. Pemberian toksoid tetanus memerlukan pemberian berkesinambungan untuk menimbulkan dan mempertahankan imunitas. Tidak diperlukan pengulangan dosis bila jadwal pemberian ternyata terlambat. Efektifitas vaksin ini cukup baik, ibu yang mendapatkan toksoid tetanus 2 atau 3 dosis memberikan proteksi bagi bayi baru lahir terhadap tetanus neonatal.
KIPI terutama reaksi lokal sangat dipengaruhi oleh dosis, pelarut, cara penyuntikan dan adanya antigen lain dalam kombinasi vaksin itu.
5. Vaksin DT (Difteri Tetanus) dan Td (Tetanus difteri)
Vaksin DT diberikan pada anak yang memiliki kontra indikasi terhadap vaksin pertusis. Sedangkan vaksin Td (adult type) mengandung toksoid difteri yang lebih rendah daripada vaksin DPT tetapi toksoid tetanusnya sama. Vaksin ini dianjurkan untuk anak umur lebih dari 7 tahun untuk memperkecil kemungkinan KIPI karena toksoid difteri. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
6. Penyakit Campak
Penyakit Campak (measles) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus paramiksovirus Gejala dari penyakit ini ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan
(23)
ruam kulit. Penyakit ini penularan infeksi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak adalah pada kondisi dengan infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C, gangguan sistem kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, alergi terhadap protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.
7. Vaksin campak
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu: 1) vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B), 2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan. WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk negara maju, imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan dan diulangpada umur 4-6 tahun.
Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,5°C terjadi pada 5-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung 2-4 hari.
8. Penyakit Polio
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan sehingga bisa menyebabkan kematian.
(24)
Kontra indikasi pemberian vaksin polio adalah pada kondisi dengan diare berat, gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) dan kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertinggi.
9. Vaksin Polio
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan, jarang diberikan di Indonesia.
b. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen(MOPV)efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1ml) langsung ke mulut anak.
(25)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur malalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka konsep dapat dilihat bahwa indikator dalam penelitian akan mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.
Tingkat pengetahuan ibu
tentang
imunisasi ulangan: a. Baik a. Pengertian b. Cukup b. Jenis-jenis c. Kurang c. Jadwal Pemberian
(26)
3.2 Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan.
Segala sesuatu yang dimengerti oleh ibu yang berhubungan dengan imunisasi ulangan yang terdiri dari:
a) Pengertian,yaitu mencakup arti dan tujuan dari imunisasi ulangan .
b) Jenis-jenis, yaitu imunisasi apa saja yang termasuk imunisasi ulangan. c) Jadwal pemberian, yaitu kapan waktu yang tepat dalam pemberian imunisasi ulangan.
d) Efek samping, yaitu gejala yang mungkin timbul setelah pemberian imunisasi ulangan.
Kuesioner Ordinal a.Baik (skor 8-10) b.Cukup (skor 5-7) c.Kurang (skor <5)
(27)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan desain penelitiandeskriptif yang dilakukan untukmenggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Dimana dalam penelitian ini, dilakukan survei yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasiulangan kepada anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal. 4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal saat ini totalnya berjumlah 320 orang (Laporan Kepala Lingkungan IX tanggal 25 Mei 2012).
4.2.2 Sampel
Sampel yang diambil adalah ibu yang tinggal bersama dengan anaknya yang sedang duduk di kelas 1-6 SD. Apabila populasi kurang dari 100 orang, maka sampelnya harus diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika populasi lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil 10-20 % dari jumlah populasi (Arikunto, 2010).Berdasarkan data yang sudah diperoleh melalui survei awal, jumlah populasi 320 orang maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 20% adalah 64 orang.
(28)
4.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster
sampling/ pengambilan sampel secara kelompok atau gugus. Dalam teknik ini,
peneliti cukup mendaftar banyaknya kelompok atau gugus yang ada di dalam populasi itu kemudian mengambil beberapa sampel berdasarkan gugus tersebut. Dalam hal ini, lingkungan IX terdiri dari 4 wilayah, yaitu pasar 1, pasar 2, pasar 3 dan pasar 4. Dari tiap kelompok, peneliti akan mengambil 10 orang dari pasar 1, 5 orang dari pasar 2, 30 orang dari pasar 3, 19 orang dari pasar 4. Hal ini dikarenakan jumlah ibu yang memiliki anak usia sekolah berbeda-beda di setiap kelompok. Cara yang dilakukan adalah dengan mendata jumlah populasi di setiap wilayah pasar 1,2,3 dan 4. Didapatkan hasil populasi di pasar 1 sebanyak 50 orang, di pasar 2 sebanyak 25 orang, di pasar 3 sebanyak 150 orang dan di pasar 4 sebanyak 95 orang, dengan total populasi seluruhnya sebanyak 320 orang. Kemudian diambil masing-masing 20% dari setiap populasi sehingga didapatkan hasil seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dengan total sampel 64 orang. 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitan
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal dari tanggal 25 November 2012 sampai dengan tanggal 25 Januari 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari Fakultas Keperawatan USU. Dalam penelitian ini, responden akan diberi informasi tentang manfaat dilakukannya penelitian ini. Kemudian diberikan lembar persetujuan yang akan ditandatangani sebagai bukti kesediaannya menjadi
(29)
responden(informed consent).Dalam pengambilan data, peneliti harus memberitahukan keuntungan bagi responden dan peneliti jika responden turut serta dalam penelitian ini (beneficence) dan juga bahwa penelitian ini tidak membahayakan responden dalam hal apapun (non maleficence). Tetapi jika responden tetap menolak terlibat dalam penelitian ini, peneliti tidak boleh memaksa (autonomy). Antara peneliti dan responden harus memberikan penjelasan dan data-data yang jujur agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan (veracity).Penelitimenjaga kerahasiaan identitas dan data-data yang diberikan oleh respondendengan memakai inisial nama(confidentiality). 4.5 Instrumen Penelitian
Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu dituliskan data-data tentang karakteristik responden dan data-data demografi lainnya. Meskipun data-data tersebut tidak dianalisis, tetapi akan sangat membantu peneliti jika sewaktu-waktu dibutuhkan (Nursalam, 2008).
Data responden diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan imunisasi ulangan. Pada jenis pengukuran ini, peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan tersebut adalah jenis closeended questions, dimana diberikan beberapa pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan. Responden tinggal memilih jawaban yang benar. Dimana jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah skor 0. Total skor yang diperoleh terendah 0 dan tertinggi 10. Semakin tinggi skor, maka semakin baik tingkat pengetahuan ibu.
(30)
Berdasarkan teori dari bab 2 (Notoatmodjo, 2010), maka pengetahuan dikategorikan sebagai berikut: pengetahuan baik apabila skor responden 8-10, pengetahuan cukup apabila skor responden 5-7 dan pengetahuan kurang apabila skor responden dibawah 5.
Di dalam kuesioner yang dibagikan untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian imunisasi ulangan pada anaknya, terdapat 10 pertanyaan yang dikelompokkan dalam : a) 3 pertanyaan tentang pengertian imunisasiulangan, b) 2 pertanyaan tentang jenis-jenis imunisasi ulangan, c) 2 pertanyaan tentang jadwal pemberian imunisasiulangan, d) 3 pertanyaan tentang efek samping imunisasi ulangan.
4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Validitas
Uji validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil penelitian dan merupakan karakteristik yang penting dalam penelitian yang baik (Setiadi, 2007). Dimana uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh dr. Pertin Sianturi, Sp.A (K) dengan hasil bahwa pertanyaan di dalam kuesioner sangat relevan dengan konsep yang diteliti dengan nilai 4 untuk masing-masing pertanyaan.
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran
(31)
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama(Notoatmodjo, 2010).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan internal
consistency, yaitu dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian
hasilnya dianalisa. Uji reliabilitas ini diberikan secara acak kepada 10 orang responden dengan karakteristik sesuai sampel yang berada di wilayah berbeda yakni Lingkungan VIII Kelurahan Sunggal yang dilakukan pada hari Selasa, 27 November 2012.Pada penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan analisis Cronbach’s Alpha, yaitu untuk mencari reliabilitas instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha 0,6 – 0,9 (Polit & Hungler, 1995). Hasil reabilitas terhadap 10 orang responden yaitu diperoleh nilai 0, 731 yang berarti bahwa instrumen sudah reliabel (alpha > 0,6).
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai setelah kuesioner penelitian valid dan reliabel. Kemudian, setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan surat ijin dari lokasi penelitian, kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi yaitu mulai dari tanggal 3-20 Desember 2012. Jumlah sampel yaitu 64 orang dengan pembagian sebagai berikut 10 orang dari pasar 1, 5 orang dari pasar 2, 30 orang dari pasar 3 dan 19 orang dari pasar 4. Pada saat pengumpulan data, peneliti mendatangi rumah-rumah per wilayah.Peneliti mendatangi rumah satu per satu secara acak dari setiap wilayah dan respondendiminta untuk membaca informed
(32)
consent,setelah itu respondenyang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini boleh menjawab pertanyaan yang ada di kuesioner.
Selama pengisian kuesioner, responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang kejelasan pertanyaan pada kuesioner apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami.Setelah didapatkan data dari 64 orang responden, maka pengumpulan data selesai dilaksanakan dan dilanjutkan untuk analisa data.
4.8 Analisa Data
Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis ( Hidayat, 2011).
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
1. Editing, setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti langsung
memeriksa kelengkapan data agar dalam proses selanjutnya tidak ada kendala dalam pengolahan data.
2. Coding,merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori agar mempermudah proses pengolahan data.
3. Data entry, yakni mengisi kolom-kolom atau kotak- kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban-jawaban masing-masing pertanyaan ke dalam master tabel secara komputerisasi, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
(33)
4. Teknik analisa, dalam melakukan analisa khususnya terhadap data penelitian deskriptif, maka akan menggunakan teknik analisa univariat yaitu suatu metode untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada penelitian ini yang dianalisis adalah tingkat pengetahuan ibu.
(34)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah yaitu:
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden
Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas dari jumlah responden berada pada rentang usia 27–29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), dengan jenis pekerjaan terbanyak pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan mayoritas responden memiliki jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%). Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
(35)
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi (f = 64)
Karakteristik Demografi f %
Usia 24 – 26 tahun 27 – 29 tahun
30 – 32 tahun 33 – 35 tahun 36 – 38 tahun 39 – 41 tahun 42 – 44 tahun
6 19 10 10 9 5 5 9,4 29,7 15,6 15,6 14,1 7,8 7,8 Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 2 14 32 12 4 3,1 21,9 50,0 18,8 6,3 Pekerjaan Tidak bekerja Pegawai Swasta Pegawai negeri Pemulung Pedagang 11 12 5 27 9 17,2 18,8 7,8 42,2 14,1 Jumlah anak Satu Dua Tiga > Tiga 12 21 20 11 18,8 32,8 31,3 17,2
5.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Ulangan Kepada Anak Usia Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup (71,9%) sebanyak 46 orang tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(36)
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan Kepada Anak Usia Sekolah
Tingkat Pengetahuan f %
Baik 4 6,3
Cukup 46 71,9
Kurang 14 21,8
Hasil tersebut diperoleh berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti kepada 64 orang responden, salah satunya yaitu untuk pertanyaan nomor 7, sebanyak 100% responden menjawab “benar” tentang jadwal imunisasi ulangan yang terakhir diberikan pada anak usia sekolah dan untuk pertanyaan tentang jadwal pertama kali imunisasi ulangan diberikan jika sesuai dengan program pemerintah, sebanyak 96,9% menjawab dengan “benar”. Dan untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(37)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Ulangan Kepada Anak Usia Sekolah (n=64)
No Pertanyaan Benar Salah
f % f %
1 Pemberian imunisasi apa yang diberikan setelah imunisasi dasar lengkap?
48 75 16 25
2 Revaksinasi setelah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada waktu-waktu tertentu atau juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit tertentu termasuk imunisasi apa?
47 73,4 17 26,6
3 Imunisasi apakah yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh secara cepat?
52 81,3 12 18,8 4 Apakah salah satu jenis imunisasi ulangan yang
ibu ketahui?
52 81,3 12 18,8
5 Jenis imunisasi ulangan? 54 84,4 10 16,6
6 Kapan biasanya pertama kali imunisasi ulangan diberikan jika sesuai dengan program pemerintah?
62 96,9 2 3,1
7 Imunisasi ulangan yang terakhir diberikan pada anak usia sekolah adalah imunisasi TT (Tetanus Toxoid), kapan imunisasi tersebut diberikan?
64 100 0 0
8 Apakah efek samping dari pemberian imunisasi ulangan campak?
55 85,9 9 14,1 9 Bagaimanakah cara ibu mengatasi efek samping
yang terjadi setelah pemberian imunisasi ulangan?
54 84,4 10 16,6
10 Apakah gejala yang biasa terjadi setelah pemberian vaksin DT?
59 92,2 5 7,8
5.2 Pembahasan
Karakteristik responden dalam penelitian ini mencakup usia, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah terbanyak responden berada pada rentang usia 27–29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), berpendidikan SMA sebanyak 32 orang (50%), pekerjaan sebagai pemulung
(38)
sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak dua orang sebanyak 21 orang (32,8%).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa responden memiliki pengetahuan cukup tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah yaitu sebanyak 46 orang (71,9%). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amir (2004) di Lingkungan VIII Kel. Harjosari I Kec. Medan Amplas yang berjudul “pengetahuan dan sikap ibu primipara mengenai pemberian imunisasi pada balitanya” secara deskriptif didapatkan karakteristik demografi responden mayoritas usia ibu 20-23 tahun (37,04%), pendidikan SMU (70,37%) dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (85,18%) dengan hasil analisa data bahwa mayoritas ibu memiliki pengetahuan baik (40,7%). Demikian juga, Surbakti (2007) melakukan penelitian di Lingkungan VII Kelurahan Simpang Selayang Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan yang berjudul “pengetahuan ibu tentang cakupan imunisasi polio pada bayi” dengan karakteristik demografi responden usia mayoritas 25-29 tahun (35,5%), pendidikan SMA (58,1%), dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (77,4%) dan kesimpulannya adalah pengetahuan ibu mayoritas baik (83,9%). Kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi secara umum adalah baik, sedangkan jika digali lebih dalam tentang imunisasi khususnya imunisasi ulangan maka hasil yang peneliti dapatkan adalah bahwa tingkat pengetahuan ibu adalah cukup. Hal ini bisa disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan ibu tentang topik imunisasi ulangan atau bisa juga karena ibu tidak tahu pentingnya imunisasi ulangan bagi anaknya.
(39)
Seperti yang terjadi di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal, jawaban responden melalui kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tentang pengertian, jenis-jenis, jadwal dan efek samping imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah, pada pertanyaan no.1 dan no.2 yang berkaitan dengan pengertian imunisasi ulangan kebanyakan responden menjawab salah 25% dan 26,6%. Pada pertanyaan no.1 tentang pemberian imunisasi yang diberikan setelah imunisasi dasar lengkap dan pertanyaan no.2 tentang revaksinasi setelah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada waktu tertentu atau saat ada wabah, responden yang jawabannya salah menjawab imunisasi tambahan. Mungkin dikarenakan masyarakat lebih sering mendengar istilah imunisasi tambahan daripada imunisasi ulangan sehingga pada pertanyaan no.1 dan no.2 ada yang menjawab imunisasi tambahan.
Sedangkan untuk pertanyaan berikutnya, dimana sebanyak 100% responden menjawab “benar” pertanyaan no.7 dan 96,9% responden menjawab “benar” yang kedua pertanyaan tersebut berkaitan dengan jadwal pemberian imunisasi ulangan, kemudian sebanyak 92,2% responden menjawab benar pertanyaan no.10, sebanyak 85,9% responden menjawab “benar” pertanyaan no.8
dan 84,4% responden menjawab “benar” pertanyaan no.9 yang ketiganya
berkaitan dengan efek samping imunisasi ulangan. Hal ini menunjukkan untuk ketiga indikator lainnya, jawaban responden mayoritas baik karena banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan ibu yang cukup tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang
(40)
lebih banyak SMA sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi juga tingkat pengetahuannya.
(41)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu cukup tentang imunisasi ulangan sebanyak 71,9% (46 orang), baik sebanyak 6,3% (4 orang) dan kurang sebanyak 21,9% (14 orang). Kriteria untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu dinilai dari skor kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pengertian, jenis-jenis, jadwal dan efek samping imunisasi ulangan. Dimana pada pertanyaan no.7 sebanyak 64 orang (100%) menjawab benar tentang jadwal pertama kali biasanya diberikan imunisasi ulangan. Dan sebanyak 17 orang (26,6%) menjawab salah pertanyaan no.2 tentang pengertian imunisasi ulangan. Dengan karakteristik demografi terdiri dari usia mayoritas 27-29 tahun sebanyak 19 orang (29,7%), pendidikan mayoritas SMA sebanyak 32 orang (50%), pekerjaan mayoritas pemulung sebanyak 27 orang (42,2%) dan jumlah anak mayoritas dua orang sebanyak 21 orang (32,8%).
Dari hasil tersebut, tingkat pengetahuan cukup karena didukung tingkat pendidikan responden yang mayoritas adalah SMA (50%).
6.2 Saran
a. Bagi praktek keperawatan
Dari penelitian sebelumnya, diperoleh hasil bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi secara umum adalah baik, sedangkan dalam penelitian ini tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan adalah cukup. Diharapkan bagi
(42)
perawat agar dapat lebih mensosialisasikan tentang imunisasi ulangan lewat program Posyandu, kunjungan langsung ke masyarakat atau penyuluhan di Puskesmas agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan lebih jelas. b. Bagi pendidikan keperawatan
Pengetahuan tentang imunisasi ulangan perlu disosialisasikan lebih dalam lagi kepada mahasiswa untuk menambah wawasan sehingga saat terjun ke masyarakat, mahasiswa memiliki bekal yang kuat tentang topik tersebut. Juga perlunya dijalin kerjasama yang baik dengan antara pihak universitas dengan puskesmas-puskesmas selama mahasiswa terjun ke masyarakat dalam meningkatkan promosi kesehatan tentang imunisasi ulangan pada saat mahasiswa melakukan penyuluhan agar masyarakat tahu lebih banyak dan dapat memberikan imunisasi ulangan kepada anaknya sesuai jadwal yang ditetapkan pemerintah. c. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa kekurangan yang menjadi keterbatasan peneliti selama melakukan penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini, sampel penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah sebanyak 64 orang tanpa diketahui status imunisasi ulangannya. Seharusnya, peneliti harus mendata terlebih dahulu status imunisasi ulangan anak sehingga sampel tersebut menjadi lebih representative. Setelah didata ulang oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa ibu yang anaknya telah mendapat imunisasi ulangan sebanyak 19 orang (29,69%) dan yang belum mendapat imunisasi ulangan sebanyak 45 orang (70,31%), kemudian pada pertanyaan kuesioner no.9, seharusnya ditujukan bagi ibu yang anaknya telah mendapatkan imunisasi ulangan. Padahal dalam penelitian ini tidak
(43)
diteliti terlebih dahulu status imunisasi ulangan anak. Oleh sebab itu, peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih menyempurnakan penelitian ini sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.
(44)
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Nur Hidayah. (2004). Skripsi. Pengetahuan dan Sikap Ibu Primipara Mengenai Pemberian Imunisasi pada Balitanya di Lingkungan VIII Kel.
Harjosari I Kec. Medan Amplas. USU: Medan.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik
(Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data (Edisi 1). Jakarta: Salemba Medika.
Lisnawati, Lilis. (2011). Generasi Sehat melalui Imunisasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Machfoedz, Ircham. (2005). Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang
Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam, Rekawati S., Sri U. (2006) . Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Polit&Hungler. (1995). Nursing Research: Principles and Methods. Philadelphia: Lippincot.
Prasetyawati, Arsita Eka. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Kebidanan
(45)
Ranuh, dkk. (2008). Pedoman Imunisasi di Indonesia (Edisi 3). Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika (Edisi 6). Bandung: Tarsito.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Surbakti, Bertha. (2007). Skripsi. Pengetahuan Ibu tentang Cakupan Imunisasi Polio pada Bayi di Lingkungan VII Kelurahan Simpang Selayang Wilayah
Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. USU: Medan.
Hadinegoro, Sri Rezeki S. (2010). Mengapa Imunisasi Harus Diulang?. Dalam http://health.kompas.com/read/2010/11/01/12324224/Mengapa.Imunisasi. Harus.Diulang.
Julianto, Irwan. (2011). Imunisasi Tak Lengkap Dapat Timbulkan Wabah. Dalam http://health.kompas.com/read/2011/10/19/03031847/Imunisasi.Tak.Lengkap. Dapat.Timbulkan.Wabah.
Sundoro, Julitasari. (2011). BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah): Anak
Terlindung dari Penyakit Campak, Difteri dan Tetanus. Dalam
http://www.bumn.go.id/biofarma/kontribusi/bias-bulan-imunisasi-anak-sekolah-anak-terlindung-dari-penyakit-campak-difteri-dan-tetanus/
(46)
Informed Consent
Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi ulangan kepada anak usia sekolah.
Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Terima kasih atas perhatian dan partisipasi yang Anda berikan.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak dan mengundurkan diri tanpa ada sanksi apa pun.
Medan, Desember 2012
Peneliti, Responden,
(47)
KUESIONER
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Ulangan
kepada Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Sunggal A. Petunjuk Pengisian Kuesioner.
1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut dan jawab semua pertanyaan yang ada dengan baik kemudian pilih salah satu jawaban yang benar dengan benar dengan memberi silang (X) pada kolom yang dipilih. 2. Jika saudara ingin memperbaiki jawaban, coret yang salah dengan
memberi tanda (=) dan ganti jawaban yang benar. B. Data Responden.
No. responden :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jumlah Anak :
C. Pengetahuan Tentang Imunisasi Ulangan. I. Pengertian
1. Pemberian imunisasi apa yang diberikan setelah imunisasi dasar lengkap?
a. Imunisasi wajib. c. Imunisasi ulangan. b. Imunisasi tambahan.
(48)
2. Revaksinasi setelah mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada waktu-waktu tertentu atau juga diberikan bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit tertentu termasuk imunisasi apa?
a. Imunisasi lanjutan. b. Imunisasi ulangan. c. Imunisasi tambahan.
3. Imunisasi apakah yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh secara cepat?
a. Imunisasi dasar. b. Imunisasi tambahan. c. Imunisasi ulangan. II. Jenis-jenis
4. Apakah salah satu jenis imunisasi ulangan yang ibu ketahui? a. Campak. b. Hepatitis B.
b. BCG.
5. Di bawah ini merupakan jenis imunisasi ulangan, kecuali:
a. Campak. b. Polio.
b. BCG. III. Jadwal Pemberian
6. Kapan biasanya pertama kali imunisasi ulangan diberikan jika sesuai dengan program pemerintah?
(49)
a. Kelas 1 SD c. Kelas 6 SD. b. Kelas 3 SD.
7. Imunisasi ulangan yang terakhir diberikan pada anak usia sekolah adalah imunisasi TT (Tetanus Toxoid), kapan imunisasi tersebut diberikan?
a. Kelas 1 SD. c. Kelas 6 SD. b. Kelas 3 SD.
IV. Efek Samping
8. Apakah efek samping dari pemberian imunisasi ulangan campak?
a. Demam. b. Gatal-gatal. c. Kelumpuhan.
9. Bagaimanakah cara ibu mengatasi efek samping yang terjadi setelah pemberian imunisasi ulangan?
a. Membawa ke petugas kesehatan terdekat. b. Didiamkan saja karena akan hilang sendiri. c. Membeli obat sendiri di warung terdekat.
10. Apakah gejala yang biasa terjadi setelah pemberian vaksin DT? a. Demam ringan dan gelisah.
b. Batuk. c. Kelumpuhan.
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Krissan Melita Tambunan
Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 12 Mei 1985 Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Protestan
Alamat : Rumah Dinas Pendeta HKBP Tapian Nauli Jl. Pasar 1, Lingkungan IX, Kelurahan Sunggal
Riwayat Pendidikan: 1. SD Santa Maria Pekanbaru 2. SMP Santa Maria Pekanbaru 3. SMUN 1 Pekanbaru
4. Akademi Perawat Gleneagles Medan Pengalaman kerja:
1. RS Gleneagles Medan (Perawat Pelaksana Lt.7 East), September 2006-Maret 2007
2. RS Awal Bros Batam (Perawat Pelaksana ICU), Juli 2007-Oktober 2007 3. RS Santa Maria Pekanbaru (Perawat Pelaksana Ruang VIP Lt.6), Januari
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Krissan Melita Tambunan
Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 12 Mei 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Protestan
Alamat : Rumah Dinas Pendeta HKBP Tapian Nauli
Jl. Pasar 1, Lingkungan IX, Kelurahan
Sunggal
Riwayat Pendidikan:
1. SD Santa Maria Pekanbaru
2. SMP Santa Maria Pekanbaru
3. SMUN 1 Pekanbaru
4. Akademi Perawat Gleneagles Medan
Pengalaman kerja:
1. RS Gleneagles Medan (Perawat Pelaksana Lt.7 East), September
2006-Maret 2007
2. RS Awal Bros Batam (Perawat Pelaksana ICU), Juli 2007-Oktober 2007
3. RS Santa Maria Pekanbaru (Perawat Pelaksana Ruang VIP Lt.6), Januari