motivasi, pengendalian, dan penilalan kinerja. Struktur pengendalian manajemen terkait dengan desain struktur organisasi yang tercermin dalam
bentuk pusat-pusat pertanggungjawaban Mardiasmo, 2002.
2.5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN
2.5.1 Pengertian APBN Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan SAP, APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, yang meliputi anggaran pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan. Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum negara
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Transfer secara substansi adalah sistem bagi hasil, alokasi dana
umum, hibah atau subsidi antar entitas pemerintahan baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN merupakan instrumen utama pemerintah untuk mengelola perekonomian negara yang
bertujuan mensejahterakan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan SAP, APBN
merupakan pedoman tindakan yang dilaksanakan pemerintah, meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan selama suatu periode
tertentu yang diukur dengan satuan rupiah. Pemerintah dalam mengelola penerimaan negara diwakilkan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara BUN. Menteri Keuangan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara memiliki kewenangan sebagai kasir, pengawas, sekaligus sebagai fund manager dalam membayarkan tagihan
dengan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN menggambarkan
rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR seperti tertuang dalam pasal 1 angka 7 Undang-
Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Anggaran APBN dalam satu tahun anggaran menurut pasal 12 Undang-
Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, meliputi:
1. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih,
2. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih,
3. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya melalui Kas Umum Negara KUN.
Tahun anggaran adalah periode pelaksanaan APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, tahun anggaran menggunakan tahun kalender, yaitu dari
tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya.
Penggunaan tahun kalender sebagai tahun anggaran dikukuhkan dalam Undang-undang Keuangan Negara dan Undang-undang Perbendaharaan
Negara Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2003 dan Pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2004.
2.5.2 Fungsi APBN Anggaran negara menurut Bagian Penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 17 Tahun 2003 memiliki fungsi sebagai alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi
akuntabilitas, pengeluaran
anggaran hendaknya
dapat dipertanggungjawabkan sesuai perencanaan dengan menunjukkan hasil
berupa outcome. Sebagai alat manajemen, sistem penganggaran dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk memperbaiki efektifitas dan
efisiensi program pemerintah. Sedangkan sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pembangunan. Berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia
No. 17 Tahun 2003, anggaran belanja negara mempunyai fungsi yaitu: 1. Otorisasi. Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. 2. Perencanaan. Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Pengawasan. Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan perencanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan
4. Alokasi. Anggaran negara diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perekonomian. 5. Distribusi. Kebijakan anggaran negara memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. 6. Stabilisasi. Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. 2.5.3 Struktur APBN
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, keseimbangan primer, surplusdefisit, pembiayaan dan belanja negara.
Secara umum pendapatan negara dan hibah bersumber pada penerimaan negara berupa pajak meliputi Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan
Nilai PPN, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, Cukai, serta Pajak Perdagangan bea masuk
dan pajakpungutan ekspor yang merupakan sumber penerimaan utama dari APBN. Penerimaan negara bukan pajak PNBP meliputi penerimaan dari
sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak
lainnya. Sementara penerimaan hibah bersumber dari dalam negeri dan luar negeri.
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit dan
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Pembiayaan dalam APBN digunakan untuk menutup defisit anggaran.
Beberapa sumber pembiayaan yaitu pembiayaan dalam negeri perbankan dan non perbankan serta pembiayaan luar negeri netto yang merupakan
selisih antara penarikan utang luar negeri bruto dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.
Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum
diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2003 yang memuat unified budgeting, anggaran belanja pemerintah pusat
bernama Daftar Isian Kegiatan DIK yang terdiri atas pengeluaran rutin pada masing-masing unit organisasi pada Kementerian Lembaga yang
dirinci ke dalam belanja pegawai dan non pegawai, serta Daftar Isian Proyek DIP berupa pengeluaran pembangunan untuk masing-masing
proyek pada KementerianLembaga yang dirinci ke dalam belanja modal dan penunjang. Penerapan unified budgeting secara tegas baru dilaksanakan
sejak tahun 2005, dengan ditiadakannya pengeluaran rutin dan pembangunan dari struktur dan format APBN.
2.5.4 Belanja Negara Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010, Belanja merupakan
semua pengeluaran dari rekening kas umum negaradaerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sehingga anggaran belanja merupakan rencana keuangan yang
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pengelolaan keuangan negara.
2.5.5 Format Belanja Negara Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara Pasal 11 ayat 5 menyatakan bahwa belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja. Sementara Pasal 15
ayat 5 menyatakan bahwa APBN yang telah disetujui oleh DPR memuat perincian sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis
belanja. Sejak tahun 2005, pemerintah melalui Undang-Undang No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara melakukan perubahan format baru belanja negara guna mewujudkan format belanja negara yang lebih
transparan dan tidak tumpang tindih, yaitu dengan membagi klasifikasi sebagai berikut:
1. Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi, merupakan klasifikasi belanja yang didasarkan susunan kementerian negaralembaga sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran yang tidak bersifat permanen disesuaikan dengan susunan kementerian negaralembaga pemerintah pusat yang ada.
2. Klasifikasi belanja berdasarkan fungsi, mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 yang merupakan perwujudan tugas
kepemerintahan dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Undang- Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2003 dalam penjelasan pasal
11 ayat 5 mengatur klasifikasi belanja berdasarkan fungsi menjadi sebelas fungsi utama yaitu : pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan
keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan
sosial. 3. Klasifikasi belanja berdasarkan sub fungsi, merupakan penjabaran lebih
lanjut dari fungsi yang disesuaikan dengan tugas masing-masing kementerian negaralembaga.
4. Klasifikasi belanja berdasarkan program, merupakan penjabaran kebijakan kementerian negaralembaga dalam bentuk upaya yang berisi
satu beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur.
5. Klasifikasi belanja berdasarkan kegiatan, adalah bagian dari program yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengesahan sumber daya baik
berupa sumber daya manusia, barang, modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semia jenis sumber
daya tersebut sebagai masukan input untuk menghasilkan keluaran output dalam bentuk barang atau jasa.
6. Klasifikasi belanja berdasarkan sub kegiatan, merupakan bagian dari kegiatan yang terdiri atas dua atau lebih sub kegiatan yang menunjukkan
keterkaitan dengan program serta memiliki sasaran keluaran yang jelas dan terukur.
7. Klasifikasi belanja berdasarkan jenis belanja Belanja negara menurut jenisnya berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 17 Tahun 2003 terdiri dari : a. Belanja pegawai, digunakan untuk menampung seluruh pengeluaran
negara yang digunakan untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi haknya, dan membayar honorarium,
lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja pegawai transito, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan.
b. Belanja barang, digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan yang habis pakai untuk pengadaan barang dan jasa, dan
biaya pemeliharaan aset negara. c. Belanja modal, yang digunakan untuk menampung seluruh
pengeluaran negara yang dialokasikan untuk pembelian barang-barang kebutuhan investasi dalam bentuk aset tetap dan aset lainnya. Pos
belanja modal dirinci atas belanja modal aset tetapfisik, dan belanja modal aset lainnyanon-fisik.
d. Pembayaran bunga utang, merupakan pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga interest yang dilakukan atas kewajiban
penggunaan pokok utang principal aoutstanding baik utang dalam atau luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang.
e. Subsidi, yang digunakan untuk menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk membayar beban subsidi atas
komoditas vital dan strategis tertentu yang menguasai hajat hidup orang banyak, baik melalui perusahaan negara BUMNBUMD atau
perusahaan swasta. f. Hibah dalam negeri atau yang berasal dari luar negeri, berupa transfer
dalam bentuk uang, barang atau jasa yang bersifat tidak mengikat, tidak terus-menerus serta tidak wajib yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya. g. Bantuan sosial, yang digunakan untuk menampung seluruh
pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer uangbarang guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko
sosial, misalnya transfer untuk pembayaran dana kompensasi sosial. h. Belanja lain-lain, pengeluaran yang sifat pengeluarannya tidak dapat
diklasifikasikan pos-pos pengeluaran di atas. 2.5.6 Pejabat yang Terkait dengan Pengelolaan Keuangan
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. Per- 66PB2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan APBN di pasal 2 ayat 1
bahwa pada setiap awal tahun anggaran, MenteriPimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran menunjuk pejabat Kuasa Pengguna Anggaran KPA
untuk satuan kerja di lingkungan instansi pengguna anggaran bersangkutan dengan surat keputusan. Kemudian Kepala Satuan Kerja selaku KPA
menunjuk Pejabat Pengelola Keuangan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan SK yang terdiri atas:
1. Kuasa Pengguna Anggaran KPA 2. Pejabat Pembuat Komitmen PPK
3. Bendahara pengeluaran 4. Bendahara penerimaan
Untuk membantu fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian, KPA membentuk Panitia Perencanaan Anggaran yang biasa disebut Tim
Pemantauan Monitoring dan Evaluasi PME yang terdiri atas : 1. Kuasa Pengguna Anggaran KPA
2. Kepala bidang atau setingkat Eselon III 3. Kepala bagian atau setingkat Eselon III
4. Kepala sub bagian keuangan atau setingkat Eselon IV 2.5.7 Penyusunan Anggaran
Pelantikan presiden merupakan dasar pemerintah untuk mulai menyusun Rencana Pembangunan Nasional Repenas dan disaat bersamaan
dengan rencana strategis kementerian negaralembaga yang disusun masing- masing kementerian negaralembaga dalam kurun waktu 5 tahun. Repenas
tersebut kemudian dijabarkan dalam rencana kerja tahunan pemerintah. Rencana Kerja Pemerintah RKP menjadi landasan kementerian
negaralembaga dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga RKA-KL dalam satu tahun.
Rencana kerja yang dimuat dalam RKA-KL menguraikan visi, misi, tujuan, kebijakan, program berikut hasil yang diharapkan, kegiatan serta
keluaran yang diharapkan. Berdasarkan RKP dan RKA-KL, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN
setiap tahun untuk dibahas dan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR menjadi APBN.
Setelah Undang-Undang APBN disahkan, maka menjadi tugas dari masing-masing kementerian negaralembaga untuk memproses usulan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA guna melaksanakan kegiatan- kegiatan yang sudah direncanakan. Usulan atau konsep DIPA memuat
memuat uraian sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, rencana penarikan dana belanja tiap-tiap bulan dalam satu tahun,
serta pendapatan yang diperkirakan. Konsep DIPA yang telah selesai disusun oleh Kuasa Pengguna
Anggaran satuan
kerja disampaikan
kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara untuk kemudian menelaah kesesuaian konsep DIPA dengan rincian APBN yang ditetapkan peraturan presiden. DIPA yang nanti ditetapkan
tersebut akan menjadi dokumen pelaksanaan anggaran. Setelah dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disahkan oleh Menteri Keuangan, dokumen
tersebut kemudian disampaikan kepada menteripimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK.
2.5.8 Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan kegiatan penganggaran oleh kementerian negara
lembaga, biasanya dilakukan oleh satuan kerja yang terdapat dalam kemeterian negaralembaga tersebut. Satuan kerja dalam kementerian
negaralembaga atau unit eselon I terdiri dari : 1. Satuan Kerja Pusat Eselon I
2. Satuan Kerja Pusat Eselon II 3. Satuan Kerja Instansi Vertikal Eselon II
4. Satuan Kerja Instansi Vertikal Eselon III 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD
6. Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu SNVT 7. Satuan Kerja Sementara SKS
8. Satuan Kerja Khusus Diluar bagian anggaran KL Berdasarkan dokumen pelaksanaan anggaran, kementerian lembaga
sebagai pengguna anggarankuasa pengguna anggaran melaksanakan kegiatan. Untuk keperluan kegiatan tersebut, pengguna anggarankuasa
pengguna anggaran berwenang mengadakan ikatanperjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, pengguna anggarankuasa pengguna anggaran berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan,
dan memerintahkan pembayaran tagihan –tagihan atas beban APBN.
Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh Bendahara Umum NegaraKuasa Bendahara Umum Negara.
2.5.9 Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBN Keuangan Negara meliputi seluruh hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, di dalamnya termasuk berbagai perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban
anggaran dan belanja atas kegiatan yang terselenggara dalam bidang fiskal, moneter dan atau pengelolaan kekayaan negara. Anggaran yang digunakan
Kuasa Pengguna Anggaran selama satu periode, dituangkan ke dalam
Laporan Realisasi Anggaran LRA dan dibukukan kedalam Laporan Keuangan diakhir tahun anggaran. LRA mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusatdaerah, kementerianlembaga yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola dalam satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pengawasan pelaksanaan APBN berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dilakukan secara post audit oleh
pengawas fungsional baik eksternal maupun internal pemerintah. Pengawasan eksternal dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK
yang menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR. Sementara itu, pengawasan internal dilakukan oleh inspektorat jenderal inspektorat utama
pada masing-masing kementerianlembaga dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP pada semua kementerianlembaga
termasuk BUMN.
2.6. Statistik Keuangan