Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi)

(1)

EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI

ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN

(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)

Oleh

DESTY PRAWATININGSIH

H24103058

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DESTY PRAWATININGSIH

H24103058

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN

(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Desty Prawatiningsih H24103058

Menyetujui, Mei 2007

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(4)

Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi.

Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi keuangan yang dapat digunakan melalui anggaran belanja.Dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat merencanakan pengalokasian dana yang dibutuhkan dan dapat melakukan pengendalian keuangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja, mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja, menganalisis penyimpangan antara anggaran belanja dengan realisasi, serta mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak rumah sakit. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit yaitu laporan anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran dan t-test. Pengolahan data anggaran menggunakan bantuan

software komputer Microsoft Excel 2003 untuk analisis varians, serta mengevalusi penyimpangan masih dalam batas pengendalian dengan melakukan t-test menggunakan alat bantu SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.

Hasil dari analisis varians yang dilakukan pada anggaran belanja BRSD Ciawi bahwa secara keseluruhan penyimpangan yang terjadi favorable dengan penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2005 sebesar Rp 2.943.680.421 dan persentase perubahan sebesar 13,6 %. Serta penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2006 sebesar Rp 2.957.470.915 dengan persentase perubahan sebesar 8 %. Setelah t-test yang dilakukan pada penyimpangan anggaran belanja tahun 2005 maka diperoleh kesimpulan hipotesis Ho yang menyatakan bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Untuk anggaran belanja tahun 2006 kelompok belanja aparatur pegawai, belanja aparatur barang dan jasa, belanja aparatur perjalanan dinas, belanja aparatur pemeliharaan, belanja publik pegawai, belanja publik perjalanan dinas, belanja publik pemeliharaan serta belanja publik modal diperoleh hasil t-test bahwa hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Sedangkan untuk anggaran belanja publik barang dan jasa hipotesis Ha yang menyatakan bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya tidak dalam batas pengendalian dapat diterima.


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1985 di Bogor. Penulis yang bernama lengkap Desty Prawatiningsih adalah anak pertama dari pasangan ayahanda Erri Sumardianto dan ibunda Yuningsih.

Penulis memulai pendidikan di taman kanak-kanak Tunas Karya PTPN XI tahun 1989 dan lulus 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di sekolah Dasar Cibandawa tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cijeruk, tamat pada tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.


(6)

iv

Puji dan syukur atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan Allah SWT kepada penulis, yang salah satunya berupa nikmat kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi) dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberi saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. DipI. Ing. Dea. dan Ibu Wita Juwita Ermawati, S.TP. MM selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Bapak dr. Komar Hanifi, M.Kes. selaku Direktur BRSD Ciawi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRSD Ciawi.

4. Bapak dr. Rudi Sudjono, Sp.M. selaku kepala bidang keuangan BRSD Ciawi. 5. Bapak Aep Saepurahman, S.Ip. MM. selaku kepala Sub. Bidang Anggaran

BRSD Ciawi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H. Sudianta, MM., Bapak Drs. H. Andi K. Kosasih, Bapak H. E. Supratman, SE. MBA. MM. Dari BRSD Ciawi yang telah membantu memberikan data pada penyusunan skripsi ini.

7. Bapak, Mama, adik saya Viony, serta keluarga atas segenap daya dan upaya selalu mendoakan, memberi dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Andin, Evi, Linda, Sekar, Eva, Vika, Risa yang selalu memberikan motivasi dan semangat selama kuliah di Departemen Manajemen.


(7)

v

10. Seluruh dosen dan staf Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjadi mahasiswa Departemen Manajemen.

11. Teman-teman Manajemen 40 terima kasih atas motivasi dan dukungannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2007

Penulis


(8)

vi

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Batasan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Rumah Sakit ... 5

2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ... 5

2.2.2. Jenis-Jenis Rumah Sakit ... 5

2.2. Anggaran ... 9

2.2.1. Pengertian Anggaran ... 9

2.2.2. Fungsi Anggaran ... 10

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran ... 11

2.2.4. Karakteristik Anggaran ... 12

2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran ... 13

2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran ... 15

2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran... 16

2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran ... 16

2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17

2.3. Anggaran Sektor Publik ... 18

2.3.1. Pengertian Sektor Publik ... 18

2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 18

2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja ... 19

2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik... 19

2.3.5. Tujuan Anggaran sektor Publik... 21

2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik... 21

2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 22

2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran sektor Publik... 23

2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik... 24


(9)

vii

2.4. Analisis Varians Anggaran ... 26

2.5. Penelitian Terdahulu ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Kerangka Pemikiran ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Metode Penelitian ... 31

3.3.1. Pengumpulan Data... 31

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi... 34

4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi ... 34

4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi... 35

4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi ... 36

4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi ... 37

4.1.5. Struktur Organisasi BRSD Ciawi ... 39

4.2. Faktor - Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 41

4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi... 43

4.4. Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 48

4.5. Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi Sebagai Alat Pengendalian . 4.5.1. Analisis Varians... 48

4.5.2. T-Test Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 61

4.5.3 Hasil Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

1. Kesimpulan... 68

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(10)

viii

No. Halaman

1. Faktor - faktor pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja

BRSD Ciawi ... 43 2. Kelompok belanja anggaran belanja BRSD Ciawi... 48


(11)

EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI

ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN

(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)

Oleh

DESTY PRAWATININGSIH

H24103058

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DESTY PRAWATININGSIH

H24103058

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN

(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Desty Prawatiningsih H24103058

Menyetujui, Mei 2007

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(14)

Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi.

Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi keuangan yang dapat digunakan melalui anggaran belanja.Dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat merencanakan pengalokasian dana yang dibutuhkan dan dapat melakukan pengendalian keuangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja, mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja, menganalisis penyimpangan antara anggaran belanja dengan realisasi, serta mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak rumah sakit. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit yaitu laporan anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran dan t-test. Pengolahan data anggaran menggunakan bantuan

software komputer Microsoft Excel 2003 untuk analisis varians, serta mengevalusi penyimpangan masih dalam batas pengendalian dengan melakukan t-test menggunakan alat bantu SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.

Hasil dari analisis varians yang dilakukan pada anggaran belanja BRSD Ciawi bahwa secara keseluruhan penyimpangan yang terjadi favorable dengan penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2005 sebesar Rp 2.943.680.421 dan persentase perubahan sebesar 13,6 %. Serta penyimpangan anggaran belanja BRSD Ciawi pada tahun 2006 sebesar Rp 2.957.470.915 dengan persentase perubahan sebesar 8 %. Setelah t-test yang dilakukan pada penyimpangan anggaran belanja tahun 2005 maka diperoleh kesimpulan hipotesis Ho yang menyatakan bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Untuk anggaran belanja tahun 2006 kelompok belanja aparatur pegawai, belanja aparatur barang dan jasa, belanja aparatur perjalanan dinas, belanja aparatur pemeliharaan, belanja publik pegawai, belanja publik perjalanan dinas, belanja publik pemeliharaan serta belanja publik modal diperoleh hasil t-test bahwa hipotesis Ho yang menyatakan penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya masih dalam batas pengendalian dapat diterima. Sedangkan untuk anggaran belanja publik barang dan jasa hipotesis Ha yang menyatakan bahwa penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasinya tidak dalam batas pengendalian dapat diterima.


(15)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1985 di Bogor. Penulis yang bernama lengkap Desty Prawatiningsih adalah anak pertama dari pasangan ayahanda Erri Sumardianto dan ibunda Yuningsih.

Penulis memulai pendidikan di taman kanak-kanak Tunas Karya PTPN XI tahun 1989 dan lulus 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di sekolah Dasar Cibandawa tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cijeruk, tamat pada tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.


(16)

iv

Puji dan syukur atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan Allah SWT kepada penulis, yang salah satunya berupa nikmat kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi) dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberi saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. DipI. Ing. Dea. dan Ibu Wita Juwita Ermawati, S.TP. MM selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Bapak dr. Komar Hanifi, M.Kes. selaku Direktur BRSD Ciawi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRSD Ciawi.

4. Bapak dr. Rudi Sudjono, Sp.M. selaku kepala bidang keuangan BRSD Ciawi. 5. Bapak Aep Saepurahman, S.Ip. MM. selaku kepala Sub. Bidang Anggaran

BRSD Ciawi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H. Sudianta, MM., Bapak Drs. H. Andi K. Kosasih, Bapak H. E. Supratman, SE. MBA. MM. Dari BRSD Ciawi yang telah membantu memberikan data pada penyusunan skripsi ini.

7. Bapak, Mama, adik saya Viony, serta keluarga atas segenap daya dan upaya selalu mendoakan, memberi dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Andin, Evi, Linda, Sekar, Eva, Vika, Risa yang selalu memberikan motivasi dan semangat selama kuliah di Departemen Manajemen.


(17)

v

10. Seluruh dosen dan staf Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjadi mahasiswa Departemen Manajemen.

11. Teman-teman Manajemen 40 terima kasih atas motivasi dan dukungannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2007

Penulis


(18)

vi

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Batasan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Rumah Sakit ... 5

2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ... 5

2.2.2. Jenis-Jenis Rumah Sakit ... 5

2.2. Anggaran ... 9

2.2.1. Pengertian Anggaran ... 9

2.2.2. Fungsi Anggaran ... 10

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran ... 11

2.2.4. Karakteristik Anggaran ... 12

2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran ... 13

2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran ... 15

2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran... 16

2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran ... 16

2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17

2.3. Anggaran Sektor Publik ... 18

2.3.1. Pengertian Sektor Publik ... 18

2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 18

2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja ... 19

2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik... 19

2.3.5. Tujuan Anggaran sektor Publik... 21

2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik... 21

2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 22

2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran sektor Publik... 23

2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik... 24


(19)

vii

2.4. Analisis Varians Anggaran ... 26

2.5. Penelitian Terdahulu ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Kerangka Pemikiran ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Metode Penelitian ... 31

3.3.1. Pengumpulan Data... 31

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi... 34

4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi ... 34

4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi... 35

4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi ... 36

4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi ... 37

4.1.5. Struktur Organisasi BRSD Ciawi ... 39

4.2. Faktor - Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 41

4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi... 43

4.4. Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 48

4.5. Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi Sebagai Alat Pengendalian . 4.5.1. Analisis Varians... 48

4.5.2. T-Test Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 61

4.5.3 Hasil Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian ... 65

KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

1. Kesimpulan... 68

2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(20)

viii

No. Halaman

1. Faktor - faktor pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja

BRSD Ciawi ... 43 2. Kelompok belanja anggaran belanja BRSD Ciawi... 48


(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 30 2. Urutan penyusunan rencana anggaran satuan kerja ... 45 3. Alur prosedur penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi... 47


(22)

x

No. Halaman

1. Struktur organisasi BRSD Ciawi ... 73 2. Formulir RASK... 74 3. Analisis varians anggaran belanja BRSD Ciawi Tahun 2005 ... 83 4. Analisis varians anggaran belanja BRSD Ciawi Tahun 2006 ... 84 5. Hasil t-test anggaran belanja BRSD Ciawi 2005... 85 6. Hasil t-test anggaran belanja BRSD Ciawi 2006... 89


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kesehatan dalam pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam upaya untuk memperluas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka pembangunan kesehatan harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya pemerintah dalam pembangunan kesehatan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien yang diadakan oleh rumah sakit.

Menurut Wikipedia Indonesia (2006) rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan di Indonesia. Menurut Prof. Sujudi dalam Aditama (2002) mengatakan bahwa sistem pelayanan rumah sakit yang berjalan selama ini harus ditinjau kembali untuk mengantisipasi persaingan tingkat dunia. Rumah sakit tidak dapat lagi dikelola dengan manajemen yang sederhana, tetapi harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang muncul akibat perubahan-perubahan tersebut.

Rumah sakit dalam menghadapi persaingan global, serta sebagai salah satu organisasi yang memiliki tujuan meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada masyarakat, membutuhkan suatu pengelolaan yang baik, yaitu diantaranya melalui fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Untuk menjembatani pencapaian tujuan tersebut, maka dibutuhkan suatu alat yang termasuk sebagai fungsi perencanaan dan pengendalian biasanya diwujudkan dalam bentuk anggaran (budget).

Menurut Mulyadi (2001) anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses


(24)

penyusunan program (programming). Anggaran merupakan suatu bentuk perencanaan jangka pendek yang menyediakan standar yang harus dicapai oleh manajer.

Peran anggaran sangat penting bagi setiap rumah sakit termasuk bagi rumah sakit pemerintah. Salah satunya yaitu Rumah Sakit Daerah Ciawi (RSD Ciawi). RSD Ciawi merupakan salah satu dari dua rumah sakit yang berada di kabupaten Bogor. Dalam perkembangannya selama beberapa periode, RSD Ciawi menunjukkan peningkatan yang cukup baik seperti peningkatan sarana & prasarana rumah sakit serta peningkatan sumber daya manusia sehingga pada tahun 2002, RSD Ciawi berubah status menjadi Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 29 Tahun 2002.

Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu melalui anggaran, karena dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat merencanakan pengalokasian dana jangka pendek yang dibutuhkan serta dapat melakukan pengendalian keuangan. BRSD Ciawi dapat menggunakan anggaran belanja sebagai alat pengendalian bagi penggunaan dananya. Sehingga, apabila terdapat perbedaan antara anggaran belanja dengan realisasinya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk penyusunan anggaran belanja tahun berikutnya atau bahan untuk perubahan anggaran belanja yang sedang berjalan.


(25)

3

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana prosedur penyusunan anggaran belanja dan evaluasi terhadap realisasi jika dibandingkan dengan anggaran belanja yang telah disusun pada BRSD Ciawi tahun 2005-2006.

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi ?

2. Bagaimana prosedur penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi ? 3. Bagaimanakah penyimpangan antara anggaran dengan realisasi pada

anggaran belanja BRSD Ciawi ?

4. Apakah penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian pada anggaran belanja BRSD Ciawi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi.

2. Mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi. 3. Menganalisis penyimpangan antara realisasi dengan anggaran belanja

pada BRSD Ciawi.

4. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja BRSD Ciawi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Rumah Sakit

Sebagai masukan yang bermanfaat bagi manajemen rumah sakit untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan yang mungkin terjadi dalam proses penyusunan anggaran selama ini serta untuk mengadakan perbaikan– perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi anggaran pada Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi.


(26)

2. Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai proses penyusunan anggaran dalam aplikasinya pada sebuah rumah sakit.

3. Masyarakat Umum

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau masyarakat yang membutuhkan.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya membahas mengenai anggaran belanja BRSD Ciawi yaitu apakah faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi, bagaimana prosedur penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi. Serta evaluasi terhadap realisasi jika dibandingkan dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan dengan melakukan analisis varians untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dengan realisasi tahun 2005 dan 2006. Melakukan t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian pada anggaran belanja BRSD Ciawi tahun 2005 dan 2006.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

2.1.1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Aditama (2002) rumah sakit adalah institusi (atau fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan beberapa penjelasan lain. Sementara itu, menurut SK Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Aditama, 2002).

Menurut Susilawati dalam Hadimitomuliani (2006) rumah sakit merupakan pelayanan publik yang harus terus menerus ditingkatkan pelayanannya sampai menuju pelayanan prima yaitu pelayanan yang berorientasi atau berfokus kepada konsumen.

2.1.2. Jenis–Jenis Rumah Sakit

Menurut Wikipedia Indonesia (2006) jenis–jenis rumah sakit sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Umum.

Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.

2. Rumah Sakit Terspesialisasi.

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (pschiatric hospital), penyakit pernapasan dan lain-lain.

3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan.

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi.


(28)

4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan.

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/ karyawan perusahaan tersebut.

5. Klinik.

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.

Selain itu, menurut Trisnantoro (2005) berdasarkan pengaruh sejarah, maka pada awal abad XXI terdapat berbagai jenis pemilikan rumah sakit di Indonesia yaitu :

1. Rumah Sakit Milik Pemerintah.

Ada dua jenis pemilikan rumah sakit pemerintah, yaitu rumah sakit milik pemerintah pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota (Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD). Kedua jenis rumah sakit pemerintah ini berpengaruh terhadap gaya manajemen rumah sakit masing-masing. Rumah sakit pemerintah pusat, mengacu kepada Departemen Kesehatan (Depkes), sementara rumah sakit pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota mengacu pada stakeholders utamanya yaitu pimpinan daerah dan lembaga perwakilan masyarakat daerah. Rumah Sakit umum daerah (RSUD) mempunyai keunikan karena secara teknis medis berada dibawah koordinasi Depkes, sedangkan secara kepemilikan sebenarnya berada dibawah pemerintah provinsi atau kabupaten atau kota dengan pembinaan kerumahtanggaan dari Departemen Dalam Negeri (Depdagri). 2. Rumah Sakit Milik Militer.

Sejarah menunjukan bahwa sebagian rumah sakit di Indonesia berasal dari program pelayanan kesehatan milik militer di masa kolonial Belanda. Pada tahun 1995, di Indonesia terdapat 112


(29)

7

rumah sakit militer yang berinduk pada Angkatan Darat (62), Angkatan Laut (19), Angkatan Udara (19), Kepolisian (12). Rumah sakit militer tersebut misi utama sebenarnya untuk kesehatan militer dan persiapan perang. Pihak militer menganggap bahwa pelayanan rumah sakit bukan urusan pokok sehingga pendanaan rumah sakit tersebut sangat terdesentralisasi dan akibatnya sangat tergantung pada situasi serta kondisi lingkungan bekerja.

3. Rumah Sakit Milik Yayasan Keagamaan dan Kemanusiaan. Di Indonesia, pemilikan rumah sakit oleh yayasan mempunyai sejarah panjang yang bersumber dari masa kolonial Belanda, terutama rumah sakit Kristen dan Katolik diberbagai kota, rumah sakit swasta besar dimiliki oleh lembaga-lembaga keagamaan misalnya: Rumah Sakit (RS) Bethesda di Yogyakarta, RS PGI Cikini di Jakarta, RS Charitas di Palembang, RS St. Elizabeth di Semarang, RS PKU Muhammadiyah di Yogyakarta. Perkembangan menarik terjadi saat ini yaitu sumbangan dana-dana kemanusiaan yang menjadi sumber tradisional pendanaan ternyata semakin berkurang, kecuali pada beberapa rumah sakit Islam. Filosofi pemilik rumah sakit ini mempengaruhi pola manajemen dan situasi rumah sakit. Sebagai contoh, rumah sakit keagamaan yang dimiliki oleh lembaga keagamaan yang konservatif terlihat sangat berhati-hati dalam melakukan investasi untuk pengembangan.

4. Rumah Sakit Swasta Milik Dokter.

Kepemilikan rumah sakit oleh dokter biasanya bersumber dari prestasi klinis seorang dokter. Sebagai contoh, seorang dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dapat memiliki rumah sakit melalui perluasan klinik spesialis kebidanan dan penyakit kandungannya. Perluasan klinis ini dimulai dari kesehatan anak dengan membentuk rumah sakit ibu dan anak. Kemudian dapat berkembang menjadi RSU. Adapula rumah


(30)

sakit khusus yang dimiliki oleh dokter misalnya rumah sakit mata, rumah sakit jiwa dan lain-lain.

5. Rumah Sakit Swasta Milik Perusahaan yang Mencari Keuntungan.

Rumah sakit saat ini sudah dianggap sebagai tempat yang menarik dan potensial untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, berbagai perusahaan, terutama yang bersifat konglomerasi memandang perlu untuk mendirikan rumah sakit yang menguntungkan. Kecenderungan lain adalah tantangan pendirian jaringan rumah sakit, seiring dengan ekspansi bisnis konglomerasi. Contoh yang paling menarik adalah RS Gleneagles Siloam di Karawaci Tangerang yang berinduk pada kelompok perusahaan Lippo. Rumah sakit yang dikelola oleh perusahaan untuk mencari keuntungan ini merupakan fenomena baru yang melanda Indonesia, khususnya di Jakarta pada tahun 1980 an dan 1990 an.

6. Rumah Sakit Milik Badan Usaha Milik Negara.

Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai rumah sakit, misalnya Pertamina, PT. Aneka Tambang, PT Pelni, dan berbagai perusahaan perkebunan. Dengan sifat sebagai organ BUMN, maka keadaan rumah sakit tersebut sangat tergantung pada kondisi keuangan induknya. Rumah Sakit (RS) Pertamina Pusat terkenal sebagai rumah sakit yang memiliki peralatan dengan teknologi tinggi karena Pertamina mampu membiayainya dan mempunyai segmen masyarakat yang menuntut penyediaan peralatan dengan teknologi tinggi. Sebaliknya, kondisi PT Timah yang pernah mempunyai masa sulit, mempengaruhi rumah sakitnya hingga dalam kondisi yang sulit untuk berkembang, sehingga rumah sakit dilepas dari induknya.


(31)

9

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Sitio

dalam Hadimitomuliani, 2006) pengklasifikasian jenis rumah sakit sebagai berikut :

1. Rumah Sakit Umum (RSU) adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub-spesialistik

2. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) adalah rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa.

3. Rumah Sakit Khusus (RSKh) adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan penyakit atau disiplin ilmu tertentu, meliputi Rumah Sakit Kusta (RSK), Rumah Sakit Tuberkulosa Paru (RSTP), Rumah Sakit Mata (RSM), Rumah sakit Orthopedi (RSO), Rumah Sakit Bersalin (RSB), dan rumah sakit khusus lainnya seperti rumah sakit jantung, rumah sakit kanker, dan sebagainya.

2.2. Anggaran

2.2.1. Pengertian Anggaran

Menurut Nafarin (2000) anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi anggaran bukan tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen.

Menurut Hansen dan Mowen (1997) anggaran (budget) adalah perencanaan keuangan untuk masa depan; anggaran memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Sementara itu menurut Machintosh dan Williams (1992) mendefinisikan anggaran sebagai alat utama bagi manajer untuk menjalankan fungsi manajemen planning, organizing, coordinating, and controlling dengan mengacu kepada target dan strategi


(32)

perusahaan dalam rangka mencapai tujuan jangka perusahaan (Syakhroza, 2000).

2.2.2. Fungsi Anggaran

Sesuai dengan fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, fungsi anggaran juga demikian. Menurut Nafarin (2000) fungsi-fungsi anggaran :

1. Fungsi Perencanaan.

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.

2. Fungsi Pelaksanaan.

Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan. Sehingga tiap bagian harus melaksanakan tugasnya secara selaras, terarah, terkoordinasi sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.

3. Fungsi Pengawasan.

Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :

1. Memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran). 2. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu

(apabila terdapat penyimpangan yang merugikan). Menurut Mulyadi (2001) fungsi anggaran yaitu :

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan dimasa mendatang.


(33)

11

3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dan manajer atas.

4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.

5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan.

6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.

2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran

Tujuan penyusunan anggaran menurut Nafarin (2000) antara lain :

1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan dana.

2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.

3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan. 4. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat

mencapai hasil yang maksimal.

5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.

6. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

Sedangkan manfaat anggaran menurut Nafarin (2000) : 1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama. 2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan

pegawai.

3. Dapat memotivasi pegawai.


(34)

5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu. 6. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat

dimanfaatkan seefisien mungkin. 7. Alat pendidikan bagi para manajer.

2.2.4. Karakteristik Anggaran

Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran, berikut ini diuraikan karakteristik anggaran. Menurut Mulyadi (2001) anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain

keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang

berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.

5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat berubah pada kondisi tertentu.

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibanding dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Menurut Mulyadi (2001) anggaran yang baik memiliki karakteristik berikut :

1. Anggaran disusun berdasarkan program.

Rencana jangka panjang yang dituangkan dalam program memberikan arah kemana kegiatan perusahaan ditujukan dalam jangka panjang. Anggaran merinci pelaksanaan program, sehingga anggaran yang disusun setiap tahun memiliki arah seperti yang ditetapkan dalam rencana jangka panjang.

2. Anggaran disusun berdasarkan pusat pertangungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan.


(35)

13

3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian, penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini :

a. Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran.

b. Organisasi anggaran.

4. Penggunaan informasi akuntansi pertanggung jawaban sebagai alat pengirim pesan dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur manajer dalam pelaksanaan anggaran

2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran

Menurut Nafarin (2000) anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang berikut :

1. Menurut dasar penyusunan anggaran terdiri dari :

a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Misalnya anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1.000 unit. Anggaran variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel.

b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya penjualan direncanakan 1.000 unit, dengan demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1.000 unit. Anggaran tetap disebut juga dengan anggaran statis.

2. Menurut cara penyusunan anggaran terdiri dari :

a. Anggaran periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran.

b. Anggaran kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat,


(36)

misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

3. Menurut jangka waktu anggaran terdiri dari :

a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.

b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek.

4. Menurut bidangnya anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut “anggaran induk (master budget)”. Anggaran induk mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulanan dan anggaran triwulanan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.

a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan rugi laba. Anggaran operasional antara lain terdiri dari :

i. Anggaran penjualan ii. Anggaran biaya pabrik

1) Anggaran biaya bahan baku

2) Anggaran biaya tenaga kerja langsung 3) Anggaran biaya overhead pabrik iii. Anggaran beban usaha


(37)

15

b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Antara lain terdiri dari :

i. Anggaran kas ii. Anggaran piutang iii. Anggaran persediaan iv. Anggaran utang

v. Anggaran neraca

2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran

Menurut Harahap (1997) ditinjau dari siapa yang membuatnya maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara :

1. Otoriter atau top down

Dalam metode otoriter, anggaran yang disusun dan ditetapkan sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan bahwa tanpa keterlibatan bawahan dalam penyusunannya.

2. Demokrasi atau bottom up

Dalam metode demokrasi anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang. 3. Campuran atau top down dan buttom up

Metode ini adalah campuran dari kedua metode diatas. Disini perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan pengarahan atasan.


(38)

2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran

Menurut Gudono (1993) tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk menyusun anggaran adalah sebagai berikut :

1. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan anggaran (termasuk tujuan umum perusahaan) ke masing-masing bagian serta membentuk komite anggaran, jika belum memiliki komite.

2. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana laba) dimulai dengan membuat ramalan penjualan dan anggaran penjualan. Masing-masing manajer yang terlibat menerima anggaran penjualan itu untuk dijadikan dasar penyusunan anggaran operasionalnya sendiri. Konsultasi dengan komite anggaran atau manajemen yang lebih tinggi sering dilakukan pada tahap ini.

3. Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan pihak atasan. 4. Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan

anggaran yang diajukan masing-masing departemen oleh komite anggaran. Beberapa revisi mungkin dilakukan supaya terjadi keharmonisan antara anggaran dari departemen yang satu dengan anggaran dari departemen yang lain.

5. Persetujuan akhir dari manajemen puncak. Anggaran induk kemudian dibagi-bagi ke setiap departemen.

2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran

Menurut Mulyadi (2001) proses pengendalian anggaran dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut :

1. Tahap Penetapan Sasaran.

Tujuan Perusahaan kemudian dirinci lebih lajut ke dalam sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada manajer tertentu dalam proses penyusunan anggarannya. Informasi akuntansi manajemen berperan dalam tahap penetapan sasaran sebagai alat pengirim peran. Proses penetapan peran para


(39)

17

manajer dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah dirumuskan.

2. Tahap Implementasi.

Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut, serta dialokasikan sumberdaya kepada manajer yang diberi peran dalam mencapai sasaran anggaran, fungsi anggaran dalam perusahaan kemudian mengkonsolidasikannya ke dalam suatu anggaran komprehensif yang formal untuk disahkan oleh direksi dan pemegang saham. Tahap implementasi anggaran dilaksanakan melalui dua kegiatan penting :

a. Komunikasi Anggaran.

Manajer fungsi anggaran bertanggungjawab untuk mengkomunikasikan anggaran yang telah disahkan kepada para manajer jenjang menengah dan bawah.

b. Kerjasama dan Koordinasi.

3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja.

Sasaran anggaran tidak akan tercapai tanpa pemantauan secara terus menerus kemajuan karyawan dalam mencapai sasaran mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi kinerja, kierja yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang tercantum dalam anggaran, untuk menunjukkan bidang masalah dalam organisasi dan menyarankan tindakan pembetulan yang memadai bagi kinerja yang berada dibawah standar.

2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Harahap (1997) Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem dimana setiap bagian diatur dalam satu unit pertanggungjawaban dan sistem pencatatan ditetapkan melaporkan prestasi masing-masing bagian.

Realisasi dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah adanya pusat-pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggung


(40)

jawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab sesuai bagiannya.

Pusat-pusat pertanggungjawaban dapat dibagi atas : 1. Pusat Pertanggungjawaban Biaya.

2. Pusat Pertanggungjawaban Hasil. 3. Pusat Pertanggungjawaban Laba. 4. Pusat Pertanggungjawaban Investasi.

2.3. Anggaran Sektor Publik 2.3.1. Pengertian Sektor Publik

Pengertian Sektor Publik menurut Rosjidi (2001) adalah birokrasi dan kesatuan ekonomi yang ditangani oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya dalam rangka memerankan fungsinya untuk alokasi sumber-sumber ekonomi yang langka, redistribusi pendapatan, pengendalian stabilitas ekonomi serta penyediaan barang dan jasa publik yang tidak bisa disediakan oleh sektor swasta, dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat (publik).

2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Menurut Mahsun (2006) anggaran adalah alat perencanaan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang menerjemahkan berbagai program kedalam rencana keuangan tahunan yang lebih kongkret. Usulan anggaran pada umumnya ditelaah atau di review terlebih dahulu oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal. Selain itu anggaran adalah alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Menurut National Committe on Govermental Accounting (NCGA) sekarang Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Rosjidi (2001) sebagai berikut :


(41)

19

Budget adalah rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.

Menurut Rosjidi (2001) budget atau anggaran dalam organisasi pemerintah sering disebut dengan financial plan, yang berarti rencana keuangan untuk membiayai suatu program atau kegiatan.

2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja

Menurut Handayaningrat (1982) pengertian dari anggaran belanja adalah suatu rencana yang merupakan perkiraan tentang apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Setiap anggaran belanja menguraikan berbagai fakta khusus (spesifik) tentang apa-apa yang direncanakan untuk dilakukan oleh unit/organisasi yang menyusun anggaran belanja tersebut pada periode yang akan datang.

2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Wikipedia Indonesia (2006) anggaran sektor publik berfungsi sebagai berikut :

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.

4. Anggaran sebagai pengendalian unit kerja.

5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisiensi dalam pencapaian visi organisasi.

6. Anggaran merupakan instrumen politik


(42)

Menurut Mahsun (2006) anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama, yaitu :

1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan.

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian.

Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian yang digunakan untuk menghindari dan membatasi adanya pengeluaran /belanja lebih (overspending), pengeluaran/belanja kurang (underspending) dan pengeluaran /belanja yang salah sasaran yaitu alokasi pada bidang lain yang bukan prioritas. 3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal.

Anggaran negara dibuat sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah yaitu digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. Anggaran sebagai Alat Politik.

Anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dan publik untuk kepentingan tertentu sehingga kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menurunkan kredibilitas pemerintah.

6. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi.

Anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi dan komunikasi antar bagian (unit kerja) dalam pemerintah, sehingga anggaran yang baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan.

7. Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja.

Oleh karena anggaran merupakan bentuk komitmen dari eksekutif kepada pemberi wewenang (legislatif) maka kinerja


(43)

21

eksekuif dapat dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.

8. Anggaran sebagai Alat Motivasi.

Anggaran dapat digunakan sebagai alat memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 9. Anggaran sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik.

Anggaran bisa berfungsi sebagai media bagi masyarakat, LSM, perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan untuk memonitor dan menyoroti rencana keuangan pemerintah sehingga mereka bisa menyampaikan suara mereka.

2.3.5. Tujuan Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002) tujuan dari proses penyusunan anggaran yaitu :

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.

2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

3. memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik

Menurut Rosjidi (2001) Budget Sektor Publik memiliki peranan sebagai :

1. Perencanaan.

Perencanaan adalah proses sistematik untuk menetapkan aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan program pada masa yang akan datang. Jadi, merupakan kehendak pemerintah yang ditetapkan terlebih dahulu untuk melaksanakan program guna meningkatkan


(44)

kesejahteraan masyarakat (public welfare) dengan jalan untuk memanfaatkan sumberdaya dan dana untuk mendukung kegiatan pembangunan jangka panjang.

2. Pengendalian.

Pengendalian yang efektif harus dilakukan secara melekat dalam tubuh organisasi, yaitu pengendalian atau pengawasan oleh atasan terhadap bawahannya dalam setiap jenjang pelaksanaan tugas.

3. Evaluasi.

Setiap perencanaan kegiatan dan anggarannya agar bisa dipakai sebagai dasar penilaian harus diciptakan acuan dalam bentuk standar-standar. Dengan standar-standar tersebut kinerja setiap pelaksanaan kegiatan dapat diukur dan dievaluasi yaitu : apakah sudah sesuai dengan rencana kegiatan dan anggarannya, apakah tidak menyimpang dari peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku dan apakah sudah dilaksanakan secara efisien dan efektif berdasarkan pembanding yang sejenis sehingga bisa segera diakukan tindakan korektif yang diperlukan apabila terjadi penyimpangan dan mencegah agar tidak terulang kembali.

2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Wikipedia Indonesia (2006) meliputi :

1. Otorisasi oleh Lembaga Legislatif.

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari lembaga legislatif terlebih dahulu sebelum lembaga eksekutif dapat membelanjakan anggaran.

2. Komprehensif.

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran. Oleh karena itu, adanya non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.


(45)

23

3. Keutuhan Anggaran.

Semua penerimaan dan belanja harus terhimpun dalam dana umum.

4. Nondiscretionary Appropiation.

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.

5. Periodik.

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi tahunan.

6. Akurat.

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan Over estimate

pengeluaran. 7. Jelas.

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak membingungkan.

8. Diketahui Publik.

Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas.

2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mahsun (2006) jenis-jenis anggaran sektor publik terdiri dari :

1. Anggaran Operasional.

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalanakan pemerintahan misalnya anggaran untuk pengeluaran/belanja rutin. Pengeluaran ini manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah asset atau kekayaan bagi perusahaan.

2. Anggaran Modal/Investasi.

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan,


(46)

kendaraan, perabot dan sebagainya. Belanja Modal/Investasi merupakan contoh anggaran modal. Belanja modal ini manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah.

2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik

Sistem anggaran sektor publik terdiri dari empat bagian yaitu (Mahsun, 2006) :

1. Sistem Anggaran Tradisional.

Sistem anggaran tradisional mempunyai ciri utama yaitu : a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan

incrementalism yaitu penyusunan anggaran dilakukan hanya dengan menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan data tahun sebelumnya sebagai dasar besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian secara mendalam. b. Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item artinya

anggaran disusun berdasarkan item-item penerimaan dan pengeluaran yang pernah digunakan pada tahun sebelumnya. 2. Sistem Anggaran Kinerja (Performance Budgeting System)

Sistem anggaran kinerja ini disusun untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada anggaran tradisional, terutama kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk megukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.

3. Zero Based Budgeting System

Sistem penyusunan anggaran yang benar-benar didasarkan pada kebutuhan saat ini tanpa berpatokan pada anggaran tahun lalu. Dengan zero based budgeting penyusunan anggaran diasumsikan mulai dari nol sehingga item-item anggaran tahun lalu mungkin dikurangi, ditambah, atau bahkan diganti sama sekali dengan item-item yang baru yang sesuai dengan kebutuhan saat ini.


(47)

25

4. Planning, Programing, and Budgeting System (PPBS)

Sistem penganggaran ini didasarkan pada teori sistem yang berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utama adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur organisasi tradisonal yang terdiri dari divisi-divisi, namun berdasarkan program yaitu pengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.

2.3.10. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Menurut Wikipedia Indonesia (2006) proses penyusunan anggaran sektor publik memiliki prinsip-prinsip pokok dalam siklus anggaran :

1. Tahap Persiapan Anggaran.

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan di estimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.

2. Tahap Ratifikasi.

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai

political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dari pihak legislatif.


(48)

3. Tahap Implementasi atau Pelaksanaan Anggaran.

Dalam tahap ini yang paling penting adalah harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) dan sistem pengendalian manajemen.

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi.

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.

2.4. Analisis Varians Anggaran

Menurut Harahap (1997) dalam mekanisme penerapan budget

maka satu teknis yang selalu diterapkan adalah analisis varian atau analisis penyimpangan. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara

budget dengan realisasi. Perbedaan antara angka budget dengan realisasi ini disebut penyimpangan atau varians. Apabila kita menganggap bahwa budget

ataupun standar sudah benar dan akurat maka secara prinsip kita harus mengusahakan agar realisasi harus sama dengan budget.

Menurut Mahsun (2006) analisis selisih anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisonal yang membandingkan antara anggaran dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Pengukuran kinerja ditekankan pada input, yaitu jika terjadinya overspending dan

underspending.

Menurut Shim & Siegel (2001) analisis varians membandingkan antara kinerja standar dengan kinerja aktual dan dapat dilakukan oleh divisi, departemen, program, produk, wilayah atau unit tanggung jawab lainnya. Evaluasi varians dapat dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap hari atau setiap jam, tergantung pada penting atau tidaknya mengidentifikasi masalah dengan cepat. Karena kita tidak mengetahui angka aktual hingga akhir periode, maka varians hanya dapat dilakukan pada akhir periode. Menurut Welsch, et al. (2000) dalam mempelajari dan mengevaluasi varian untuk


(49)

27

menentukan sebab yang paling mendasarinya, kemungkinan berikut ini perlu dipertimbangkan :

1. Varians tidak material.

2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan.

Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang disediakan oleh departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya. 3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen.

Untuk meningkatkan efisiensi atau untuk menghadapi kemungkinan tertentu, manajemen sering membuat keputusan yang menyebabkan adanya varians.

4. Banyaknya varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari faktor yang tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi.

5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian utama dan harus diselidiki secara teliti.

Analisis varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pengalaman penyebab terjadinya suatu penyimpangan. Salah satu jumlah diperlakukan sebagai dasar, standar, atau titik pedoman. Analisis Varians mempunyai aplikasi yang luas dalam pelaporan keuangan. Sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut (Welsch, et al., 2000) :

1. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya dianggap sebagai dasar.

2. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya standar digunakan sebagai standar.

3. penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagai dasar.

2.5. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Purwanto (1993) yang mengkaji penggunaan anggaran sebagai alat pengendalian dan performance evaluation pada rumah sakit XYZ menyatakan bahwa rumah sakit harus dapat memenuhi keperluan dana dari menarik bayaran untuk setiap pelayanan yang diberikan. Rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat umum,


(50)

sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Dalam hal ini rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan dana yang terus meningkat mengharuskan rumah sakit melakukan pengendalian. Dalam melakukan pengendalian rumah sakit harus membagi menjadi profit center dan cost center.

Hanifa (2001) meneliti mengenai anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT “X”. Peneliti hanya memfokuskan pada anggaran biaya produksi. Tujuan dari penelitiannya yaitu untuk melihat apakah proses penyusunan anggaran pada PT “X” sudah berjalan secara efisien sehingga memperoleh anggaran yang dapat diandalkan serta untuk mengetahui dan mengevaluasi penyimpangan yang terjadi antara anggaran dengan realisasi. Hasil penelitian tersebut yaitu bahwa prosedur penyusunan anggaran pada PT “X” masih belum dapat dikatakan efisien karena penggunaan waktu penyusunan anggaran masih terlalu lama, masih diperlukan adanya penyederhanaan tata cara pada tahapan penyusunan anggaran, dan masih kurang kerjasama dan koordinasi antar departemen. Selain itu, hasil penyimpangan tersebut juga menunjukkan bahwa penyimpangan biaya antara anggaran dengan realisasinya masih dalam batas wajar pengendalian manajemen.

Wulandari (2005) meneliti mengenai penerapan anggaran pada badan usaha berbentuk koperasi. Penelitian dilaksanakan pada Koperasi Karyawan Indocement (KKI). Hasil dari penelitian tersebut bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan KKI menerapkan penganggaran. Faktor-faktor tersebut terdiri dari Faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain : memudahkan pengendalian, peningkatan SHU dan Badan Pengawasan KKI. Faktor eksternal antara lain : tuntutan PT Indocement Tbk dan persaingan usaha. Proses penyusunan anggaran KKI menggunakan metode campuran yaitu Top Down dan Bottom Up. Fungsi anggaran bagi KKI antara lain sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengukuran kinerja.


(51)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Rumah sakit agar tujuannya tercapai membutuhkan suatu kinerja yang maksimal. Hal ini dilakukan dengan cara penyusunan anggaran yang efektif dan efisien agar setiap dana yang dianggarkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal untuk setiap kegiatannya. Anggaran memiliki fungsi diantaranya sebagai alat pengendalian. Salah satu anggaran yang disusun oleh BRSD Ciawi adalah anggaran belanja. Rumah sakit dalam menyusun anggaran belanja memiliki faktor-faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan mengapa anggaran belanja tersebut dibuat dan apa manfaat yang dapat diperoleh bagi rumah sakit apabila anggaran belanja ditetapkan.

Pada saat menyusun anggaran BRSD Ciawi memiliki prosedur-prosedur sebelum anggaran belanja tersebut ditetapkan. Sehingga, setelah anggaran belanja dilaksanakan dan memperoleh hasil dari penggunaannya yaitu berupa realisasi, maka BRSD Ciawi dapat melaksanakan evaluasi terhadap anggarannya, yaitu dengan membandingkan antara anggaran belanja yang disusun dengan realisasi melalui analisis varians dan melakukan uji hipotesis yaitu t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan tersebut masih dalam batas pengendalian. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan rekomendasi terhadap hasil dari penggunaan anggaran belanja tersebut. Untuk lebih lengkap dijelaskan pada Gambar 1.


(52)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pentingnya Anggaran Belanja BRSD Ciawi

Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Faktor-Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan

dalam Penyusunan Anggaran Belanja

uji t

Hasil Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi

Evaluasi terhadap Anggaran Belanja sebagai Alat Pengendalian

Analisis Penyimpangan (Varians)


(53)

31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di BRSD Ciawi yang berlokasi di Jalan Raya Puncak No. 479 Ciawi Bogor. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2007.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak rumah sakit atau pihak-pihak lainnya yang berhubungan dengan masalah rumah sakit (key-informants), serta hasil pencatatan lapangan. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit dan berbagai sumber kepustakaan mengenai anggaran.

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran. Dasar penilaiannya yaitu dengan penyelidikan varians antara realisasi dengan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan. Dalam anggaran biaya, jika biaya realisasi lebih besar daripada

budget maka dianggap tidak menguntungkan (unfavorable). Sebaliknya jika realisasi lebih rendah dari anggaran, maka dianggap menguntungkan (favorable). Pengolahan data anggaran tersebut menggunakan software komputer Microsoft Excel 2003 untuk analisis varians dan mengukur apakah penyimpangan anggaran belanja masih dalam batas pengendalian dengan melakukan uji t menggunakan alat bantu software Statistical Packages for The Social Sciences SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.

Uji hipotesis dengan menggunakan t-test untuk mengukur apakah penyimpangan anggaran dengan realisasi masih dalam batas pengendalian. Menurut Riduwan (2005) tujuan dari uji t adalah untuk membandingkan apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda.Langkah-langkah dalam Uji t menurut Riduwan (2005) yaitu :


(54)

1. Buatlah Ha dan Ho dalam uraian kalimat.

Ho : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan realisasinya masih dalam batas pengendalian.

Ha : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan realisasinya tidak dalam batas pengendalian.

2. Mencari t hitung .

Rumus t :

2 n n ) 1 n ( ) 1 n ( S n 1 n 1 S x x t 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1

s

s

− + − + − = + − = Keterangan : 1

X = Rataan nilai anggaran belanja

2

X = Rataan nilai realisasi anggaran belanja n1 = Jumlah laporan anggaran belanja

n2 = Jumlah laporan realisasi belanja

X1 = Anggaran Belanja

X2 = Realisasi anggaran Belanja

S1 = Simpangan baku X1 (Anggaran Belanja)

S2 = Simpangan baku X2 (realisasi belanja)

3. Tentukan terlebih dahulu taraf signifikan (α) kemudian dicari ttabel dengan ketentuan db = n-1.


(55)

33

4. Tentukan kriteria pengujian.

Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

5. Bandingkan antara t hitung dengan t tabel dan gambarlah posisinya.

6. Buatlah kesimpulan.


(56)

4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi 4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi

Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi merupakan salah satu dari 2 buah rumah sakit daerah yang ada di Kabupaten Bogor yang beralamat di Jalan Raya Puncak No. 479 Ciawi Bogor. Awalnya BRSD Ciawi yaitu sekitar tahun 1986 adalah rumah sakit yang masih sangat sederhana, baik aspek sarana dan prasarananya maupun aspek sumberdaya manusianya.

Pada tahun 1993, RSD Ciawi meningkat menjadi rumah sakit tipe C berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 009D/Menkes/5/1993 dengan kapasitas 111 tempat tidur dan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor Nomor 45/07/Kpts/Ortala/1993 tanggal 31 Desember 1993 yang secara administrasi statusnya dibawah naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.

Dalam perkembangannya selama beberapa periode, RSD Ciawi menunjukan peningkatan yang cukup baik, seperti peningkatan sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia sehingga pada bulan Desember tahun 2002, Rumah Sakit Daerah Ciawi berubah status menjadi Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi atau disingkat BRSD Ciawi berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No. 29 tahun 2002 mengenai pembentukan Badan Rumah sakit Daerah Ciawi Kabupaten Bogor yaitu bahwa dalam upaya mendorong agar rumah sakit daerah dapat lebih mampu mengantisipasi perubahan, perkembangan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang sehingga mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sesuai semangat otonomi luas didaerah, perlu dilakukan perubahan status kelembagaan Rumah Sakit Umum daerah sebagai Unit Pelaksana


(57)

35

Teknis Dinas pada Dinas Kesehatan menjadi Badan Rumah Sakit daerah yang mandiri.

4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi

Visi BRSD Ciawi adalah terwujudnya pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh jenis pelayanan dengan unggulan Instalasi Gawat Darurat Tahun 2006 berdasarkan iman dan taqwa.

Misi BRSD Ciawi adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2. Meningkatkan fasilitas pendukung pelayanan berupa sarana dan prasarana sesuai dengan standar pelayanan kesehatan khususnya di Instalasi Gawat Darurat.

3. Meningkatkan pengelolaan manajemen yang profesional dan keterbukaan.

4. Meningkatkan jalinan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Tujuan BRSD Ciawi yaitu :

1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM.

2. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana penunjang pelayanan khususnya IGD dan HCU.

3. Terwujudnya pengelolaan manajemen yang profesional dan keterbukaan.

4. Terciptanya jalinan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memberikan pelayanan di rumah sakit.

Sasaran yang ditetapkan oleh BRSD Ciawi sebagai tolak ukur untuk mencapai Visi Misi dan Tujuan rumah sakit adalah : 1. Tersedianya jumlah SDM yang terampil dan terlatih.

2. Ketersediaan jenis sarana medis.

3. Ketersediaan jenis prasarana penunjang medis. 4. Terwujudnya produk-produk unggulan.


(58)

5. Tersedianya instrumen manajerial rumah sakit. 6. Terlaksananya akurasi sistem informasi rumah sakit.

7. Terkoreksinya kekurangan/penyimpangan pelaksanaan tugas. 8. Terlaksananya bimbingan akreditasi rumah sakit menjadi 12

pelayanan.

9. Terwujudnya kerjasama pihak ketiga. 10. Terwujudnya HUMAS rumah sakit.

Fungsi BRSD Ciawi adalah :

1. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan medik.

2. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan penunjang medik dan non medik.

3. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan dan asuhan keperawatan.

4. penyelenggaraan kebijakan operasional pendidikan dan pelatihan.

5. penyelenggaraan kebijakan operasional penelitian dan pengembangan.

6. penyelenggaraan kebijakan operasional tugas pembantuan bidang pelayanan.

4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi

Letak : 6.19 - 6.47 Lintang Selatan 106.21 - 107.13 Bujur Timur Lokasi :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta, Kab. Tangerang, Kota Tangerang dan Kab. Bekasi.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan kab. Cianjur dan Kab. Karawang.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Sukabumi. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Lebak. 5. Sebelah Tengah terletak Kota Bogor.

Luas Tanah : 19.420 M2 Luas bangunan : 5.393 M2


(59)

37

4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi Fasilitas pelayanan BRSD Ciawi terdiri dari :

1. Fasilitas Medis

a. Instalasi rawat jalan merupakan Instalasi yang memberikan pelayanan spesialistik sesuai dengan fungsi rumah sakit sebagai pelayan rujukan, meliputi Poliklinik Gigi, Poliklinik Kebidanan, Poliklinik Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik THT, Poliklinik Paru-Paru, Poliklinik Neurologi, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Gizi, Poliklinik Orthopedi, dan unit pelayanan spesialistik pada pelayanan medis yaitu rehabilitasi medik.

b. Instalasi rawat inap yang merupakan kegiatan pokok layanan kesehatan di rumah sakit dimana penderita akan mendapatkan tindakan pengobatan yang memerlukan perawatan inap di rumah sakit. Meliputi :

i. Rawat Inap Penyakit Dalam yaitu Dahlia dan Aster dengan kapasitas tempat tidur 30 buah.

ii. Rawat Inap Anak yaitu Melati dengan kapasitas tempat tidur 20 buah.

iii. Rawat Inap Bedah yaitu Anggrek dengan kapasitas tempat tidur 23 buah.

iv. Rawat Inap Kebidanan yaitu Mawar dengan Kapasitas tempat tidur 12 buah.

v. Rawat Inap Bayi yaitu Cempaka dengan kapasitas tempat tidur 14 buah.

vi. Rawat Inap Utama yaitu Jasmin dengan kapasitas tempat tidur 17 buah.

c. Instalasi Gawat Darurat.

Merupakan pelayanan kegawat daruratan yang merupakan unggulan dari pelayanaan BRSD Ciawi.


(60)

d. Instalasi Bedah Sentral

Merupakan layanan bedah yang sifatnya invasive. Tindakan operasi merupakan kegiatan pokok instalasi tersebut sehingga pemenuhan peralatan tindakan maupun penunjang tindakan harus dilaksanakan untuk kelancaran tindakan medis.

e. Instalasi Laboratorium. f. Instalasi Radiologi.

g. Instalasi Rehabilitasi Medik. h. Instalasi Perawatan Jenazah. i. Instalasi Gizi.

j. Instalasi Farmasi.

k. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit. 2. Fasilitas Prasarana

BRSD Ciawi memiliki rencana pengembangan dengan akan dibangunnya gedung 4 (empat) lantai sesuai dengan master plan

BRSD Ciawi 2004-2014. Gedung tersebut akan dimanfaatkan untuk pengembangan pelayanan spesialistik, pengembangan rawat inap, penambahan pelayanan penunjang medis yaitu ruang isolasi, ICU, ICCU, pengembangan gawat darurat dan penunjangnya serta pengembangan bisnis lain seperti apotik, bank dan lain-lain.

3. Sumber daya Manusia

BRSD Ciawi memiliki sumber daya manusia sebanyak 350 orang yang terdiri dari Tenaga Medis yaitu Medis dan Paramedis, serta Tenaga Non Medis yang terdiri dari Strata 2, Strata 1, Sarjana Muda, SLTA, SLTP, dan SD.


(61)

39

4.1.5 Struktur Organisasi BRSD Ciawi

Struktur organisasi dibutuhkan pada proses penyusunan anggaran yang dapat digunakan untuk mengetahui arah dari pemberian wewenang dan instruksi serta koordinasi diantara perangkat organisasi.

Struktur organisasi BRSD Ciawi berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 30 Tahun 2002, tanggal 25 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi Kabupaten Bogor. Pada Bab III pasal 6 dijelaskan bahwa susunan organisasi BRSD ciawi, terdiri dari :

1. Kepala Badan, yang sehari-hari disebut Direktur. 2. Sekertariat, membawahi :

a. Sub Bagian Umum. b. Sub Bagian Kepegawaian.

c. Sub Bagian Rekam Medis dan Laporan. 3. Bidang Pelayanan, membawahi :

a. Sub Bidang Pelayanan Medik.

b. Sub Bidang Pelayanan Penunjang Medik dan Non Medik. c. Sub Bidang Program Pelayanan.

4. Bidang Keperawatan, membawahi :

a. Sub Bidang Pelayanan dan Asuhan keperawatan. b. Sub Bidang Etika dan Mutu Keperawatan. c. Sub Bidang Program Keperawatan. 5. Bidang Keuangan, membawahi :

a. Sub Bidang Anggaran.

b. Sub Bidang Akuntansi dan Verifikasi. c. Sub Bidang Perbendaharaan.

6. Instalasi-Instalasi. 7. Komite Medik. 8. Komite Keperawatan. 9. Staf Medik Fungsional.


(62)

10. Paramedik Fungsional dan Tenaga Non Medik. 11. Satuan Pengawas Intern.

Adapun tugas pokok dari Sub Bidang Anggaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2002 pasal 15 bahwa Sub Bidang Anggaran pada BRSD Ciawi mempunyai tugas yaitu membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyusunan anggaran serta pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan tugas-tugas anggaran BRSD Ciawi. Dengan uraian tugas yaitu :

1. Menyusun rencana kerja Sub Bidang Anggaran

2. Memberi petunjuk tata cara kerja, pendistribusian tugas, tanggung jawab, dan target kerja kepada para pelaksana.

3. Melaksanakan pengendalian, monitoring dan evaluasi kegiatan pelaksanaan.

4. Membuat laporan hasil kegiatan Sub Bidang Anggaran. 5. Berkoordinasi dengan pemegang kas dalam hal anggaran. 6. Menyusun konsep rencana anggaran BRSD Ciawi bersama unit

terkait.

7. Memberikan saran-saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Keuangan dalam hal anggaran.

8. Berkoordinasi dengan unit terkait dalam pelaksanaan kegiatan anggaran.

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi BRSD Ciawi disajikan pada Lampiran 1.


(63)

41

4.2. Faktor-Faktor Yang Menjadi Bahan Pertimbangan Dalam Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2002 Bab VII pasal 31 dijelaskan Bahwa Sistem Pengelolaan Keuangan BRSD Ciawi memiliki kewenangan yaitu dalam penggunaan langsung penerimaan fungsional BRSD Ciawi, serta perencanaan pendapatan dan pembiayaan BRSD Ciawi yang termuat dalam APBD.

Dalam penyusunan anggaran pada BRSD Ciawi, tentunya ada beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu :

1. Jumlah Kunjungan Pasien.

Untuk menyusun anggaran belanja salah satunya dengan perkiraan jumlah pasien pada tahun yang akan berjalan, berdasarkan data jumlah kunjungan pasien sebelumnya, serta BOR (Bed Occupation Rates) rata-rata tingkat hunian kamar untuk perkiraan kebutuhan rawat inap. Perkiraan terhadap jumlah kunjungan pasien akan berpengaruh pada penentuan anggaran belanja seperti alat-alat kedokteran, alat-alat tenun pasien, alat-alat operasi, blanko-blanko perawatan, biaya makan untuk PMT, serta biaya Gakin.

2. Jenis Penyakit.

Jenis penyakit digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun anggaran dengan didasarkan pada jumlah jenis penyakit terbanyak pasien yang berkunjung pada tahun sebelumnya, serta perkiraan jenis penyakit pada tahun berikutnya. Dengan memperkirakan jenis penyakit terbanyak dapat menentukan berapa anggaran yang akan ditetapkan untuk kebutuhan obat-obatan, alat-alat kesehatan jenis pakai seperti plester, perban, bahan-bahan labolatorium dan biaya rontgen dan EKG.

3. Rencana Penambahan Sarana Medis dan Non Medis.

Kondisi alat-alat kedokteran atau sarana medis yang sudah rusak menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menyusun anggaran. Selain itu juga anggaran yang ditetapkan untuk pengadaan


(1)

T-Test

One-Sample Statistics

2 40000.00 56568.5425 40000.00 Penyimpangan belanja

publik perjalanan dinas 2005

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.000 1 .500 40000.000 -468248 548248.2

Penyimpangan belanja publik perjalanan dinas 2005

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0

T-Test

One-Sample Statistics

10 1.5E+08 388263028.7 1.2E+08 Penyimpangan belanja

publik modal 2005

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.244 9 .245 1.53E+08 -1.2E+08 4.3E+08

Penyimpangan belanja publik modal 2005

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0


(2)

One-Sample Statistics

15 3.7E+07 76410410.40 2.0E+07 penyimpangan

anggaran belanja aparatur pegawai 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.875 14 .082 36988395 -5326280 7.9E+07

penyimpangan anggaran belanja aparatur pegawai 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0

T-Test

One-Sample Statistics

12 6557086 24139119.36 6968364 penyimpangan

anggaran belanja barang dan jasa 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

.941 11 .367 6557085.9 -8780179 2.2E+07

penyimpangan anggaran belanja barang dan jasa 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0


(3)

T-Test

One-Sample Statistics

2 1412500 1997576.6569 1412500 penyimpangan

anggaran belanja perjalanan dinas 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.000 1 .500 1412500.0 -1.7E+07 1.9E+07

penyimpangan anggaran belanja perjalanan dinas 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0

T-Test

One-Sample Statistics

12 334916.7 715218.3975 206465.8 penyimpangan anggaran

belanja aparatur pemeliharaan 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.622 11 .133 334916.67 -119511 789344.8

penyimpangan anggaran belanja aparatur pemeliharaan 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0


(4)

3 1.8E+08 295716372.5 1.7E+08 penyimpangan

anggaran belanja publik pegawai 2006

One-Sample Test

1.038 2 .408 1.77E+08 -5.6E+08 9.1E+08

penyimpangan anggaran belanja publik pegawai 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Test Value = 0

T-Test

One-Sample Statistics

15 3.0E+07 50952921.02 1.3E+07 penyimpangan

anggaran belanja publik barang dan jasa 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

2.316 14 .036 30463442 2246655 5.9E+07

penyimpangan

anggaran belanja publik barang dan jasa 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0


(5)

T-Test

One-Sample Statistics

2 50000.00 70710.6781 50000.00 penyimpangan

anggaran belanja publik perjalanan dinas 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.000 1 .500 50000.000 -585310 685310.2

penyimpangan

anggaran belanja publik perjalanan dinas 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0

T-Test

One-Sample Statistics

2 4.2E+07 59092913.70 4.2E+07 penyimpangan

anggaran belanja publik pemeliharaan 2006

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

1.007 1 .498 42090000 -4.9E+08 5.7E+08

penyimpangan

anggaran belanja publik pemeliharaan 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Test Value = 0


(6)

9 1.4E+08 394415499.0 1.3E+08 penyimpangan

anggaran belanja publik modal 2006

One-Sample Test

1.051 8 .324 1.38E+08 -1.6E+08 4.4E+08

penyimpangan anggaran belanja publik modal 2006

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Test Value = 0