δ
ik
= Galat faktor α ω
j
= Pengaruh faktor ω taraf ke-j, ulangan ke-k j= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7; k = 1, 2
γ
jk
= Galat faktor ω αω
ij
= Pengaruh interaksi faktor α dengan faktor ω �
ijk
= Galat interaksi faktor α dengan faktor ω Parameter yang diamati meliputi pH, bilangan asam, viskositas, densitas, kadar
bahan aktif, bilangan iod dan tegangan permukaan.
3.6 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampai batas tertentu, suhu input ME pada proses sulfonasi berpengaruh
positif terhadap kinerja surfaktan yang dihasilkan dimana semakin tinggi suhu input maka semakin tinggi suhu proses sulfonasi maka gugus alkil sulfonat
yang terikat semakin banyak sehingga kadar bahan aktif dan kinerja surfaktan terutama dalam menurunkan tegangan antarmuka akan semakin tinggi
2. Lama proses sulfonasi pada suhu tertentu diduga akan mengoptimumkan kontak antara umpan metil ester dan reaktan gas SO
3
, dan kestabilan kualitas dan kinerja surfaktan yang dihasilkan
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisikokimia ME Stearin
Proses konversi stearin sawit menjadi metil ester dapat ditentukan dari kadar asam lemak bebas FFA bahan baku. FFA merupakan asam lemak jenuh
atau tidak jenuh yang terdapat dalam minyaklemak tetapi tidak terikat pada gliserol Sharma dan Singh 2009. Menurut Ma dan Hanna 1999 dan Freedman
et al. 1984, minyak dengan FFA kurang dari 1 dapat dikonversi menjadi metil
ester menggunakan katalis basa. Sedangkan Ramadhas et al 2005 dan Sahoo et al.
2007 mensyaratkan FFA kurang dari 2. Apabila FFA bahan baku lebih besar dari 2 maka proses konversi
minyaklemak menjadi metil ester dilakukan dengan dua tahap, yaitu proses esterifikasi dengan katalis asam dan proses transesterifikasi menggunakan katalis
basa. FFA dikonversi menjadi ester pada proses esterifikasi, kemudian pada pada proses transesterifikasi, trigliserida dikonversi menjadi ester.
Minyaklemak dengan FFA tinggi dapat dikonversi menjadi ester melalui proses esterifikasi dengan katalis asam. Reaksi ini menghasilkan yield yang tinggi
namun berlangsung lambat. Meher et al. 2006 menyebutkan proses esterifikasi minyak kedelai menggunakan katalis H
2
SO
4
sebanyak 1 dan rasio molar metanolminyak sebesar 30:1 berlangsung selama 20 jam pada suhu proses 65
o
C. Minyaklemak dengan FFA tinggi yang dikonversi menjadi ester menggunakan
katalis basa transesterifikasi tanpa melalui proses esterifikasi, akan menyebabkan reaksi penyabunan antara FFA dan katalis basa. Sabun yang
terbentuk kemudian akan mempersulit proses pemisahan produk dan berpotensi mengurangi yield.
Pada penelitian ini bahan baku RBD stearin sawit mempunyai bilangan asam sebesar 1,078 mg KOHg dan FFA 0,493. Oleh karena itu proses konversi
stearin menjadi metil ester dilakukan satu tahap melalui proses transesterifikasi menggunakan katalis basa.
Analisis sifat fisikokimia metil ester ME stearin dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisikokimia ME stearin yang dihasilkan melalui proses
transesterifikasi stearin sawit serta menunjukkan keberhasilan dari proses yang