Densitas Proses Sulfonasi ME Stearin menjadi MESA

21,08 . Data hasil analisis kadar bahan aktif MESA pada kondisi proses yang diujikan disajikan pada Lampiran 8A. Hasil analisis ragam α=0,05 menunjukkan bahwa faktor suhu input dan lama proses sulfonasi berpengaruh nyata terhadap rata-rata kadar bahan aktif MESA, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis ragam kadar bahan aktif MESA selengkapnya disajikan pada Lampiran 8B. Hasil uji lanjut BNT α=0,05 menunjukkan rata-rata kadar bahan aktif MESA suhu input 90 o C tidak berbeda nyata dengan kadar bahan aktif suhu input 100 o C. Sedangkan kadar bahan aktif MESA suhu input 80 o C berbeda nyata dengan kadar bahan aktif suhu input 90 dan 100 o C. Hasil uji lanjut BNT α=0,05 menunjukkan rata-rata kadar bahan aktif MESA lama proses sulfonasi 0 jam, 1 jam, 2 jam dan 3 jam berbeda nyata dengan yang lainnya. Sedangkan rata-rata kadar bahan aktif MESA lama proses 4 jam sampai dengan 6 jam tidak berbeda nyata. Hasil uji BNT α=0,05 kadar bahan aktif MESA disajikan pada Lampiran 8C. Gambar 16 memperlihatkan perubahan rata-rata kadar bahan aktif MESA pada masing-masing suhu input akibat dari lama proses sulfonasi yang berbeda. Gambar 16 Grafik hubungan antara lama proses sulfonasi pada berbagai suhu input dengan kadar bahan aktif MESA Suhu input 80 °C � ; 90 °C � dan 100 ° C � Kadar bahan aktif MESA rata-rata meningkat dengan bertambahnya suhu input dan lama proses sulfonasi. Peningkatan suhu input dari 80 ke 90 o C meningkatkan rata-rata kadar bahan aktif sebesar 16,7. Hal ini diduga karena 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 1 2 3 4 5 6 Ka da r b ah an a kt if Lama proses sulfonasi jam pada suhu input bahan yang semakin tinggi maka akan semakin banyak gugus SO 3 yang terikat pada struktur ME. Menurut Moretti et al. 2001 total bahan aktif pada MES pasta berkisar antara 30-60, untuk mencapainya diperlukan perbaikan proses diantaranya kontrol yang akurat terhadap rasio mol metil ester terhadap gas SO 3 , konsentrasi gas SO 3 , kualitas bahan baku dan kondisi reaktor. Rendahnya kadar bahan aktif yang diperoleh pada penelitian ini apabila dibandingkan dengan Moretti et al. 2001, diduga disebabkan tidak dilakukannya proses aging yang dapat menyempurnakan konversi senyawa sulfonat anhidrid menjadi MESA. Pada awal proses sulfonasi, gas SO 3 diserap oleh ME secara cepat membentuk produk intermediet berupa senyawa sulfonat anhidrid RCH 2 COOSO 3 R. Senyawa sulfonat anhidrid ini mengikat SO 3 pada gugus oksigen karbonilnya, bersifat tidak stabil dan berperan dalam pengaktifan gugus Cα. Senyawa sulfonat anhidrid bereaksi kembali mengikat SO 3 pada gugus Cα, sehingga terdapat dua gugus SO 3 pada satu senyawa. Senyawa sulfonat anhidrid RCHSO 3 HCOOSO 3 R yang memiliki dua gugus SO 3 ini, kemudian mengalami rearrangement, kehilangan satu gugus SO 3 pada oksigen karbonilnya dan membentuk MESA RCHSO 3 HCOOR. SO 3 yang lepas pada saat rearrangement akan mengkonversi senyawa sulfonat anhidrid RCH 2 COOSO 3 R menjadi RCHSO 3 HCOOSO 3 R yang kemudian akan dikonversi menjadi MESA. Sehingga selain MESA, produk lain yang diperoleh dari proses sulfonasi adalah senyawa intermediet berupa senyawa sulfonat anhidrid yang masih dapat dikonversi menjadi MESA. Proses konversi senyawa intermediet menjadi MESA ini terjadi pada tahap aging. Pada tahap ini, senyawa sulfonat anhidrid RCHSO 3 HCOOSO 3 R akan bereaksi dengan ME yang tersisa dan menghasilkan MESA. Pada tahap netralisasi MESA akan menjadi MES, sedangkan senyawa sulfonat anhidrid yang juga terbentuk pada proses sulfonasi akan menjadi disalt dan sodium metil sulfat. Roberts et al. 2008 menggambarkan stokiometri proses sulfonasi ME seperti disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Interpretasi stokiometri proses sulfonasi ME Roberts et al. 2008

4.3.7 Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan dirumuskan sebagai energi yang dibutuhkan untuk memperbesar permukaan suatu cairan sebesar 1 cm 2 . Tegangan permukaan disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik dari molekul cairan. Tegangan permukaan dapat diukur menggunakan Tensiometer du Nouy dan dinyatakan dalam dynecm atau mNm. Tegangan permukaan merupakan fenomena akibat adanya ketidakseimbangan antara gaya-gaya yang dialami oleh molekul-molekul yang berada di permukaan antara molekul-molekul cairan dengan udara akibat gaya tarik menarik antara molekul-molekul cairan lebih besar dibanding pada gas. Resultan gaya yang terjadi pada molekul-molekul di permukaan cenderung menggerakkan molekul-molekul tersebut menuju pusat cairan sehingga menyebabkan cairan berperilaku membentuk lapisan tipis yang menyelimuti seperti kulit Rosen 2004. Besarnya kadar bahan aktif pada surfaktan MESA akan diiringi dengan peningkatan kemampuan surfaktan MESA untuk menurunkan tegangan permukaan. Pada penelitian ini pengujian tegangan permukaan dilakukan menggunakan pelarut air dengan beberapa konsentrasi surfaktan yang dilarutkan di dalamnya, kemudian ditentukan konsentrasi minimum dimana surfaktan mampu menurunkan tegangan permukaan optimum. Konsentrasi surfaktan yang diujikan terdiri atas 0,1, 0,3, 0,5, 0,7 dan 1,0. Tegangan permukaan air sebelum ditambahkan surfaktan MESA adalah sebesar 72,40 dynecm. Hasil analisis tegangan permukaan air dengan beberapa konsentrasi surfaktan MESA pada berbagai kondisi proses bervariasi antara 32,33-42,63 dynecm. Rata-rata tegangan permukaan air yang telah ditambahkan MESA mengalami penurunan sekitar 41,40-55,33 dibandingkan tanpa penambahan surfaktan. Data hasil analisis tegangan permukaan air dengan beberapa konsentrasi surfaktan MESA pada masing-masing perlakuan disajikan pada Lampiran 9A. Hasil analisis ragam α=0,05 menunjukkan bahwa faktor suhu input, konsentrasi MESA dan lama proses sulfonasi berpengaruh nyata terhadap rata- rata tegangan permukaan air. Interaksi antara faktor suhu dan konsentrasi MESA serta interaksi antara faktor suhu dan lama proses sulfonasi juga berbeda nyata. Sedangkan interaksi antara faktor konsentrasi MESA dan lama proses sulfonasi serta interaksi antara faktor suhu, konsentrasi dan lama proses tidak berbeda nyata. Hasil analisis ragam tegangan permukaan air selengkapnya disajikan pada Lampiran 9B. Hasil uji lanjut BNT α=0,05 menunjukkan rata-rata tegangan permukaan air yang telah ditambahkan MESA suhu input 90 o C tidak berbeda nyata dengan suhu 100 o C. Namun keduanya berbeda nyata dengan suhu input 80 o C. Rata-rata tegangan permukaan lama sulfonasi 0 jam berbeda nyata dengan lama sulfonasi lainnya, sedangkan tegangan permukaan lama sulfonasi 6 jam tidak berbeda nyata dengan 5 jam, 4 jam, 3 jam dan 2 jam. Penambahan MESA ke dalam larutan sebesar 0,1 dan 0,3 menyebabkan rata-rata tegangan permukaan yang berbeda dengan konsentrasi lainnya. Rata-rata tegangan permukaan dari konsentrasi surfaktan 0,7 tidak berbeda nyata dengan 0,5 dan 1,0, namun konsentrasi 0,5 berbeda nyata dengan 1,0. Hasil uji lanjut BNT α=0,05 tegangan permukaan setiap suhu input akibat perbedaan konsentrasi MESA disajikan pada Tabel 6. Gambar 18 memperlihatkan perbedaan tegangan permukaan yang telah ditambahkan MESA pada masing-masing suhu input dan lama sulfonasi akibat perbedaan konsentrasi MESA. Pada Tabel 6 terlihat pada masing-masing suhu input, rata-rata tegangan permukaan menurun dengan bertambahnya konsentrasi MESA dalam larutan. Pada tabel tersebut dapat diamati tegangan permukaan terbesar diperoleh dari kombinasi perlakuan suhu 90 o C dan konsentrasi MESA 0,1. Nilai ini tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan suhu 80 o C dan konsentrasi MESA 0,1 serta perlakuan suhu 100 o C dengan konsentrasi MESA yang sama.