5
Gambar 1. Diagram alir produksi chip singkong kering IGC 2005 Tabel 1. Spesifikasi umum untuk tepung, pati, chip dan pellet singkong IGC 2005
Komponen Tepung
Pati Chip
Pellet
Kadar Air mak. 12-14
12-14 12-14
12-14
Pati min. 70
80 70
68-70
Sand mak. 2
2 3
3
Fiber mak. 3
1 3-5
3-5
Abu mak. 3
1 3
3
Sumber : Buitrago et al.2002 dalam IGC 2005 Tabel 2. Spesifikasi chip singkong untuk ekspor ke Komunitas Eropa IGC 2005
Parameter Chip
Kadar Air mak. 10-14
Pati min. 70-82
Total abu mak. 1.8-3.0
Fiber Mentah mak 2.1-5.0
Pasir dan benda asing lainnya mak. 3
Sianida mak. 100 mg kg
Dimensi mak. dalam cm Panjang 4-5cm, tebal 1.5cm
Sumber : IGC 2005
2.2.2. Pelet Singkong
Pelet diperoleh dari umbi kering dan rusak dengan menggiling dan dikeraskan menjadi bentuk silinder. Ukurannya sekitar 2-3 cm untuk panjang dan sekitar 0,4-0,8 cm untuk diameter serta
seragam dalam penampilan dan tekstur. Pelet diproduksi dengan mengumpan chip singkong kering ke dalam mesin pembuat pelet,
diikuti dengan penyaringan dan pengemasan untuk ekspor. Gambar 2 menunjukkan diagram alir proses produksi pelet singkong.
2.2.3. Pengeringan Singkong
Singkong tidak dapat disimpan lama dalam kondisi segar setelah panen. Singkong akan cepat sekali mengalami deteriorasi jika disimpan dalam udara terbuka tanpa perlakukan apapun.
Balagopalan et al. 1988 menyebutkan bahwa umbi singkong segar tidak dapat disimpan pada udara terbuka lebih dari beberapa hari setelah panen tanpa cacat. Maka untuk mengatasi kesulitan tersebut
baik dalam hal pemasaran, penggunaan dan susut panen maka umbi singkong segar harus diproses
6
kedalam berbagai bentuk produk kering untuk meningkatkan masa simpan. Bentuk yang paling sederhana adalah umbi singkong diolah menjadi chip yang dikeringkan dengan matahari langsung.
Gambar 2. Diagram alir produksi pelet singkong IGC 2005 Pengeringan singkong umumnya dilakukan dengan memotong-motong umbi menjadi chip
dengan kisaran ketebalan antara 2-12 mm. Pengeringan dilakukan diatas lantai terbuka dengan tebal tumpukan yang bervariasi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan beragam kondisi pengeringan menghasilkan variasi kadar air akhir dan kebutuhan energi totalnya. Kajuna 2001 melakukan pengeringan singkong dalam
bentuk lapisan tipis thin layer dimana umbi singkong segar dipotong dadu dengan panjang sisi 5 mm dengan ketebalan tumpukan 10 mm sebanyak 200 gr singkong dikeringkan pada udara normal dan
dalam pengering buatan. Pada udara normal dengan suhu 25 ºC, untuk mengeringkan singkong dari kadar air 75.4 hingga mencapai kadar air kesetimbangannya membutuhkan waktu 2-3 hari,
sementara untuk pengering buatan hanya membutuhkan waktu 200 menit untuk suhu 55 ºC. Kajuna 2001 juga menyatakan bahwa suhu udara pengering yang baik adalah pada kisaran suhu sedang,
yaitu sekitar 55 ºC. Mkandawire 2008 menyebutkan bahwa kadar air singkong kering yang direkomendasikan
adalah pada kisaran 9 – 15 bb. Suhu pengering yang baik untuk pengeringan singkong menurutnya adalah 40 – 60 ºC sebagaimana yang direkomendasikan FAO 2008. Pada suhu 60 ºC terjadi
gelatinisasi zat tepung starch pada umbi singkong. Wenlapatit 2004 dalam Mkandawire 2008 merekomendasikan kisaran suhu yang sama. Mkandawire 2008 menyarankan agar pengeringan
dilakukan pada suhu dibawah 60 ºC untuk menghindari terjadinya gelatinisasi. Selama pengeringan udara kering perlu dilewatkan kedalam pengering untuk membawa uap
air keluar dari ruang pengering. Pada musim panas dimana kelembaban rendah, maka udara
7
lingkungan dapat digunakan untuk proses pengeringan, meskipun kondisi ini juga dapat dicapai dengan melakukan pre-heatingdrying terhadap udara pengering Mkandawire 2008.
2.3. Tinjauan Umum Pengeringan