Chip Singkong Pelet Singkong

4 Media Tanam a Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikro-nya. b Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. c Derajat keasaman pH tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5- 8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah asam, yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal. Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam. Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah Prihatman 2000.

2.2. Pengolahan Singkong

2.2.1. Chip Singkong

Sebagaimana diketahui bahwa umbi singkong segar mengalami deteriorasi dengan cepat. Setelah dipanen, singkong biasanya diiris menjadi keping-keping kecil atau biasa disebut dengan chip dan dikeringkan dibawah terik matahari. Irisan singkong kering tersebut dapat disimpan beberapa bulan dan dikonsumsi setelah digiling menjadi tepung. Singkong kering juga digunakan dalam industri untuk memproduksi kanji, dekstrin, dan glukosa Balagopalan 1988. Chip singkong kering ini merupakan bentuk yang paling umum dijumpai, karena negara pengekspor biasanya membuatnya menjadi bentuk seperti ini. Chip harus putih atau mendekati putih, bebas dari benda asing, jamur, gangguan serangga dan kerusakan, dan tidak berbau aneh. Selain itu, chip juga tidak boleh mengandung debu, karena hal ini tidak memenuhi syarat untuk importir-importir di Eropa, seperti ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 IGC 2005. Gambar 1 menunjukkan diagram alir dari proses produksi chip singkong kering. 5 Gambar 1. Diagram alir produksi chip singkong kering IGC 2005 Tabel 1. Spesifikasi umum untuk tepung, pati, chip dan pellet singkong IGC 2005 Komponen Tepung Pati Chip Pellet Kadar Air mak. 12-14 12-14 12-14 12-14 Pati min. 70 80 70 68-70 Sand mak. 2 2 3 3 Fiber mak. 3 1 3-5 3-5 Abu mak. 3 1 3 3 Sumber : Buitrago et al.2002 dalam IGC 2005 Tabel 2. Spesifikasi chip singkong untuk ekspor ke Komunitas Eropa IGC 2005 Parameter Chip Kadar Air mak. 10-14 Pati min. 70-82 Total abu mak. 1.8-3.0 Fiber Mentah mak 2.1-5.0 Pasir dan benda asing lainnya mak. 3 Sianida mak. 100 mg kg Dimensi mak. dalam cm Panjang 4-5cm, tebal 1.5cm Sumber : IGC 2005

2.2.2. Pelet Singkong

Pelet diperoleh dari umbi kering dan rusak dengan menggiling dan dikeraskan menjadi bentuk silinder. Ukurannya sekitar 2-3 cm untuk panjang dan sekitar 0,4-0,8 cm untuk diameter serta seragam dalam penampilan dan tekstur. Pelet diproduksi dengan mengumpan chip singkong kering ke dalam mesin pembuat pelet, diikuti dengan penyaringan dan pengemasan untuk ekspor. Gambar 2 menunjukkan diagram alir proses produksi pelet singkong.

2.2.3. Pengeringan Singkong