9
c. Uji Salmonella AOAC 2000
Sebanyak 25 gr sampel diinokulasikan ke dalam 225 ml SCB dan diinkubasi pada  suhu  37
o
C  selama  24  ±  2  jam.  Apabila  warna  media  menjadi  keruh,  maka dilakukan  langkah  selanjutnya.  Sampel  diambil  dengan  ose  secara  aseptis
kemudian  digoreskan  ke  media  HEA  gores  kuadran  dan  diinkubasi  pada  suhu 37
o
C  selama  48  ±  2  jam.  Setelah  diinkubasi,  koloni-koloni  tipikal  yang  tumbuh pada media diamati.
Ciri-ciri koloni tipikal Salmonella pada HEA adalah warna biru kehijauan, dengan  atau  tanpa  warna  hitam  di  tengahnya,  beberapa  tampak  sebagai  koloni
yang  besar,  berwarna  hitam  mengkilap  di  tengahnya  atau  tampak  sebagai  koloni yang hampir semuanya berwarna hitam.
5. Rancangan Formulasi
Rancangan  formulasi  pada  penelitian  ini  menggunakan  Rancangan  Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor A = jenis fermentasi dan faktor
B  =  lama  fermentasi.  Jenis  fermentasi  adalah:  t1  =  fermentasi  natural  dan  t2  = fermentasi  dengan  penambahan  Lactobacillus  casei.  Sedangkan  lama  fermentasi
adalah: p1 = I hari, p2 = 2 hari dan p3 = 3 hari.
Sehingga formula yang didapatkan adalah sebagai berikut: Faktor
P1 1 hari P2 2 hari
P3 3 hari T1 natural
Tepung T1 Tepung T2
Tepung T3 T2 L. casei
Tepung L1 Tepung L2
Tepung L3 Data  yang diperoleh diolah dengan uji Analysis of Variance ANOVA. Jika
hasil  uji  ANOVA  menyatakan  bahwa  sampel  yang  diujikan  berbeda  nyata  pada taraf kepercayaan 0.05, maka dilakukan uji lanjut Duncan.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Modifikasi Tepung Ubi Jalar Melalui Proses Fermentasi
Ubi  jalar  yang  digunakan  pada  penelitian  adalah  varietas  Jago  yang merupakan varietas unggul nasional Ubi jalar Jago berdaging putih dan memiliki
warna kulit kuning muda. Varietas ini memiliki
rendemen dan total padatan kering tinggi
sehingga cocok untuk  dijadikan tepung atau pati
Jusuf 2003.
Gambar  ubi
jalar Jago dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ubi Jalar Jago
Pembuatan tepung ubi jalar meliputi pembersihan, pengupasan, penghancuran penyawutan  atau  pengirisan,  dan  pengeringan  hingga  kadar  air  tertentu.
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung diawali dengan pembersihan ubi jalar dengan air bersih, kemudian dikupas. Ada beberapa cara dalam mengupas umbi-umbian,
yaitu  pengupasan  manual  dengan  menggunakan  pisau,  pengupasan  dengan menggunakan mesin abrassive peeler, uap tekanan tinggi, dan pengupasan dengan
larutan NaOH panas. Pada penelitian dilakukan pengupasan menggunakan mesin abrassive peeler.
Ubi jalar yang telah dikupas direndam terlebih dahulu dalam air bersih untuk mencegah terjadinya browning. Selanjutnya ubi jalar disawut hingga berukuran 1-
2  mm.  Sawut  ubi  jalar  kemudian  dibagi  menjadi  tiga  kelompok  perlakuan. Pelakuan  pertama  adalah  kontrol,  yaitu  sawut  ubi  jalar  yang  tidak  mengalami
proses fermentasi. Perlakuan kedua adalah sawut ubi jalar yang difermentasi tanpa penambahan  bakteri  asam  laktat  sedangkan  perlakuan  ketiga  adalah  sawut  ubi
jalar  yang  difermentasi  dengan  penambahan  kultur  segar  Lactobacillus  casei. Proses fermentasi, dengan atau tanpa penambahan bakteri asam laktat, dilakukan
selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari.
Setelah  proses  fermentasi  selesai,  sawut  ubi  jalar  kemudian  ditiriskan  dan dikeringkan.  Sementara  itu  ubi  jalar  kontrol  dapat  langsung  dikeringkan  setelah
disawut  karena  tidak  perlu  mengalami  proses  fermentasi.  Pengeringan  umbi- umbian dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu menggunakan sinar matahari
langsung,  menggunakan  rumah  kaca  maupun  menggunakan  oven.  Teknik pengeringan menggunakan sinar matahari memberi hasil terbaik, namun memiliki
risiko  kontaminasi  yang  tinggi  pula.  Oleh  karena  itu,  pada  penelitian  ini digunakan  teknik  pengeringan  menggunakan  rumah  kaca  karena  sumber  radiasi
tetap  berasal  dari  matahari  dan  risiko  kontaminasi  dapat  dikurangi.  Suhu