penjual. Adapun agen penjual yang dimaksud di sini adalah bank dan atau perusahaan efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
melaksanakan penjualan ORI. Ketentuan mengenai penjualan ORI ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36PMK.062006
tentang Penjualan Obligasi Negara Ritel di Pasar Perdana. Penerbitan ORI ini tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk mengembangkan pasar surat
utang domestik, dan untuk mengurangi defisit APBN menurut Bank Indonesia dalam Sasanti 2008.
2.4. Integrasi Ekonomi
Istilah “integrasi” dalam ranah ekonomi pertama kali digunakan dalam konteks organisasi suatu industri sebagaimana dikemukakan oleh Machlup dalam
Jovanovic dalam bukunya tahun 2006 Arifin et al, 2008. Integrasi digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa perusahaan dalam
suatu industri baik secara vertikal maupun horizontal. Kemudian, istilah integrasi ekonomi dalam konteks negara, yang menggambarkan penyatuan beberapa negara
dalam satu kesatuan, diawali dengan kemunculan teori Custom Union CU Viner. Namun, batasan definisi yang baku tentang integrasi ekonomi di antara para
ekonom belum juga ditemukan hingga saat ini. Para ekonom mengembangkan berbagai definisi mengenai integrasi ekonomi dari berbagai sudut pandang yang
berbeda satu sama lain. Di tengah perbedaan tersebut, Jovanovic dalam Arifin et al 2008 dengan
ringkas telah mendokumentasikan berbagai definisi integrasi yang berkembang
hingga saat ini, antara lain definisi dikemukakan oleh Tinbergen, Balassa, Holzman, Kahneert, serta Menis dan Sauvant. Tinbergen dalam Arifin et al 2008
membedakan definisi integrasi sebagai bentuk penghapusan diskriminasi serta kebebasan bertransaksi negative integration dan sebagai bentuk penyerahan
kebijakan pada lembaga bersama positive integration. Pada sisi lain, Balassa dalam Arifin et al 2008 membedakan integrasi sebagai konsep dinamis melalui
penghapusan diskriminasi di antara negara-negara yang berbeda, maupun dalam konteks yang statis dengan melihat ada tidaknya perbedaan dalam diskriminasi.
Sementara Holzman dalam Arifin et al 2008 menyatakan integrasi ekonomi sebagai situasi di mana dua kawasan menjadi satu atau mempunyai satu pasar
yang ditandai harga barang dan faktor produksi yang sama di antara dua kawasan tersebut. Definisi tersebut mengasumsikan tidak ada hambatan dalam pergerakan
barang, jasa, dan faktor produksi di antara dua kawasan dan adanya lembaga- lembaga yang memfasilitasi pergerakan tersebut.
Kompleksitas integrasi ekonomi dan tingkatan intensitas integrasi yang berbeda mendorong munculnya analisis untuk membedakan tahapan integrasi
ekonomi. Sebagaimana disebutkan oleh Pelkman dalam Arifin et al 2008, pendekatan tahapan integrasi yang digunakan secara luas adalah tahapan integrasi
oleh Balassa. Balassa dalam Arifin et al 2008 membagi tahapan integrasi dalam enam tahap Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tahapan Integrasi Balassa Tahapan
Keterangan
Preferential Trading Area
PTA Blok perdagangan yang memberikan keistimewaan untuk
produk-produk tertentu dari negara tertentu dengan melakukan
pengurangan tarif
namun tidak
menghilangkannya sama sekali. Free
Trade Area
FTA Suatu kawasan di mana tarif dan kuota antara negara
anggota dihapuskan, namun masing-masing negara tetap menerapkan tarif mereka masing-masing terhadap negara
bukan anggota.
Customs Union CU
Merupakan FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antarnegara anggota dan menerapkan tarif yang
sama terhadap negara bukan anggota.
Common Market
CM Merupakan CU yang juga meniadakan hambatan-
hambatan pada pergerakan faktor-faktor produksi barang, jasa, aliran modal. Kesamaan harga dari faktor-
faktor produksi diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien.
Economic Union Merupakan suatu CM dengan tingkat harmonisasi
kebijakan ekonomi nasional yang signifikan termasuk kebijakan struktural.
Total Economic
Integration Penyatuan moneter, fiskal dan kebijakan sosial diikuti
dengan pembentukan lembaga supranasional dengan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh negara
anggota.
2.5.
Roadmap for Financial and Monetary Integration of ASEAN RIA- Fin
Dalam publikasi Departemen Keuangan Republik Indonesia yang berjudul Integrasi Ekonomi ASEAN 2009, dijelaskan bahwa pada bulan Desember 1997
di Kuala Lumpur dilaksanakan pertemuan di antara para Kepala Negara ASEAN ASEAN Summit yang membahas mengenai keinginan para Kepala Negara
ASEAN untuk mentransformasikan ASEAN ke dalam suatu wilayah yang stabil, makmur, mempunyai kompetensi tinggi, mempunyai tingkat perkembangan
ekonomi yang seimbang, dan tingkat kemiskinan dan disparitas sosial ekonomi yang rendah di antara negara-negara anggotanya. Keinginan tersebut dituangkan
ke dalam sebuah dokumen yang disebut dengan ASEAN Vision 2020 dimana pada tahun 2020 merupakan target waktu untuk mengimplementasikan visi dari
para Kepala Negara ASEAN yang dimaksud. Pada ASEAN Summit ke-12 di Cebu, Filipina, para Kepala Negara
ASEAN kembali menegaskan komitmen mereka untuk melaksanakan integrasi ekonomi ASEAN dengan mempercepat pelaksanaan ASEAN Economic
Community yang semula direncanakan pada tahun 2020 menjadi 2015. Beberapa
sebab yang diduga telah mendorong hal ini dipecepat adalah: Kesadaran yang timbul dari masing-masing negara anggota bahwa
dengan semakin terintegrasinya ekonomi di wilayah ASEAN maka diyakini bahwa akan lebih banyak manfaat yang dapat diperoleh;
Percepatan integrasi ekonomi dalam kawasan ASEAN merupakan reaksi atas terbentuknya blok-blok ekonomi regional di Eropa dan
Amerika karena diharapkan dengan membentuk suatu blok baru dapat meningkatkan kompetensi dalam perekonomian global dan
dapat bersaing dengan blok yang telah terbentuk sebelumnya; Semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Cina dan India juga
mendorong tekad untuk segera mewujudkan ASEAN Economic Community
agar ASEAN lebih kompetitif baik dalam wilayah Asia sendiri maupun dalam lingkup global;
Keinginan untuk saling menjaga dari potensi krisis yang dapat terjadi kapan saja dan yang dapat menjalar ke negara ASEAN
lainnya seperti halnya yang terjadi pada krisis mata uang Asia pada tahun 1997.
Dalam upaya memfasilitasi implementasi ASEAN Vision 2020 yang kemudian disepakati untuk dipercepat pada tahun 2015 menjadi ASEAN
Economic Community , pada bulan Agustus 2003 dalam pertemuan para Menteri
Keuangan ASEAN AFMM ke-7 di Makati City, Filipina telah disepakati perumusan Roadmap for Financial and Monetary Integration of ASEAN Ria-Fin
yang kemudian diluncurkan pada pertemuan para Kepala Negara ASEAN di Bali pada bulan Oktober 2003. Hal ini meliputi empat sektor yaitu:
a Pengembangan pasar modal yang tujuan utamanya adalah untuk memperdalam pasar finansial dan pencapaian kolaborasi lintas batas pasar
modal di antara negara-negara anggota ASEAN. Beberapa hal yang diduga akan menjadi penghambat adalah kurangnya infrastruktur keuangan dan
kurang terpenuhinya standar peraturan dan prudential supervision. b Liberalisasi neraca modal yang tujuan utamanya adalah aliran neraca
modal yang lebih bebas pada tahun 2020. Beberapa hal yang diduga akan menjadi penghambat adalah kemungkinan keterlambatan atau penundaan
atas komitmen yang telah direncanakan sebelumnya karena adanya krisis keuangan dan kesulitan neraca pembayaran, ketidaklayakan infrastruktur
keuangan, akuntansi, audit, diclosure practises, prudential regulation and supervision measures
yang membatasi kemampuan sistem perbankan domestik untuk memonitor secara efisien dan efektif aliran modal dalam
perekonomian. Selain itu hal yang dapat menjadi penghambat adalah
kekurangan kapasitas institusional untuk menilai dan mengatur risiko yang terkait dengan aliran modal yang besar.
c Liberalisasi jasa keuangan yang tujuan utamanya adalah bebasnya aliran jasa keuangan pada tahun 2020. Beberapa keterbatasan yang diduga dapat
menjadi penghambat adalah ketidaklayakan sarana infrastruktur, kondisi ekonomi dan keuangan yang tidak mendukung, dan kurangnya
pemahaman dan teknik negosiasi liberalisasi sektor jasa keuangan dalam World Trade Organisation
WTO. d Kerja sama nilai tukar yang tujuan utamanya adalah kerjasama nilai tukar
yang lebih dekat untuk meningkatkan perdagangan dalam wilayah dan integrasi ekonomi dan keuangan pada tahun 2020. Hambatan yang dapat
dihadapi dalam pembentukan kerjasama ini adalah kesulitan perilaku swasta untuk menyesuaikan dengan tingkat persaingan dagang yang
semakin besar di dalam wilayah ASEAN.
2.6. Penelitian Terdahulu