19
Gambar 4. Diagram alir penelitian pembuatan susu kambing bubuk dan
analisisnya
3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan dua ulangan. Perlakuan yang diamati pada
penelitian utama adalah pengaturan suhu outlet 80, 90, dan 100 C. Model
matematis untuk rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut : Y
ij
= µ + τ
i
+ ε
ij
Dimana : i = perlakuan
1,2…,t dan j = ulangan 1,2,…,r Y
ij
= pengamatan pada perlakuan suhu ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum
τ
i
= pengaruh perlakuan suhu ke-i ε
ij
= pengaruh acak pada perlakuan suhu ke-i ulangan ke-j Bentuk hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H = τ
1
= τ
2
= τ
3
H
1
= paling sedikit ada satu i dimana τ
i
≠ 0
20
4. Metode Analisis a. Berat jenis BSN, 1998a
Susu dihomogenkan dengan sempurna dituangkan dari gelas piala satu ke gelas piala lainnya, kemudian dengan hati-hati dituangkan ke
dalam tabung tanpa menimbulkan buih. Laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu dalam tabung tadi dengan hati-hati, dibiarkan timbul
dan ditunggu sampai diam. Skala yang ditunjukkan kemudian dibaca dan angka yang terbaca menunjukkan angka ke-2 dan ke-3 di belakang
koma, sedangkan desimal ke-4 dikira-kira.
b. Bahan kering dan bahan kering tanpa lemak BSN, 1998a
Setelah angka kadar lemak dan BJ didapatkan, maka angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus :
BK = 1,311 x L + 2,738
-
Keterangan : BK = Kadar bahan kering L = Kadar lemak susu
BJ = Berat jenis susu Penetapan kadar bahan kering tanpa lemak berdasarkan rumus :
BKTL = BK
– L Keterangan : BKTL = Bahan Kering Tanpa Lemak
BK = Kadar Bahan Kering L = Kadar Lemak Susu
Hasil uji Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak susu dinyatakan dalam
c.
Penentuan pH Apriyantono et al., 1989
Sampel yang berbentuk larutan homogennya yang tidak terlalu pekat maka penetapan pH-nya dapat langsung, jika terlalu pekat maka
harus diencerkan dulu perhatikan faktor pengencer, untuk setiap sampel harus sama. Sedangkan untuk sampel kering dilakukan dengan
metode ekstraksi. Sampel sebanyak 1 gram ditimbang dan
21 ditambahkan air 20 ml kemudian dikocok dengan stirer sampai basah
semua, kemudian ditambahkan 50 ml air dan dihomogenkan. Sampel dibiarkan selama 1 jam. Tidak perlu disaring dan dibiarkan sampai
terbentuk endapan, selanjutnya diukur pH supernatan sampel.
d. Kadar laktosa susu segar Teles, 1978
Susu 2 ml dipindahkan ke labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tepat 100 ml. dicampurkan dengan baik. Sampel 2,5 ml yang
telah diencerkan dalam tabung sentrifus, ditambahkan 2 ml ZnSO
4
, 0,2 ml BaOH 4,5 . Sentrifus tabung dengan kecepatan 2500 rpm selama
15 – 30 detik atau 1000 rpm selama 1 menit. Supernatan sebanyak 1
ml dipindahkan ke tabung folin sugar blood dan ditambahkan reagen Teles serta ditutup kencang dengan penutup karet yang kering. Bagian
tabung sebesar 4-6 cm dibenamkan dalam air mendidih selama 6 menit kemudian didinginkan secara cepat. Sampel dipindahkan ke 12,5 atau
25 ml air distilasi tergantung kandungan laktosa dari sampel. Sampel dibolak-balik 6 kali agar tercampur. Absorbansinya dibaca pada 520
nm, untuk blankonya sampel diganti air 2,5 ml.
e. Kadar lemak BSN, 1998a
Sebanyak 10 ml asam sulfat pekat dimasukkan ke dalam butirometer. Sebanyak 10,75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol
ditambahkan pula ke dalam butirometer. Urutan dari pemasukan bahan ke dalam butirometer harus runtut seperti cara di atas. Butirometer
disumbat sampai rapat, kemudian dikocok sehingga bagian-bagian di dalamnya tercampur rata. Setelah terbentuk warna ungu tua sampai
kecoklatan terbentuk karamel, butirometer dimasukkan ke dalam sentrifus dan disentrifusi pada 1200 rpm selama 5 menit. Kemudian
butirometer dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 65 C
selama 5 menit. Setelah itu, skala yang tertera pada butirometer dibaca. Skala tersebut menunjukkan kadar lemak.
22
f. Kadar protein Castillo et al, 1962
Sebanyak 10 ml sampel susu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml. Indikator PP 2
– 3 tetes dan 0,4 ml kalium oksalat ditambahkan pula ke dalam Erlenmeyer. Campuran dalam Erlenmeyer
kemudian dititrasi dengan NaOH sampai warna merah muda. Formaldehid ditambahkan 2 ml. Warna larutan akan berubah dari
merah jambu menjadi bening. Campuran dititrasi kembali dengan NaOH sampai warna berubah menjadi merah muda. Hasil akhir titrasi
yang didapat kemudian dicatat P. Blanko juga dititrasi dengan prosedur yang sama seperti titrasi sampel tetapi susu diganti dengan
aquades. Hasil akhir titrasi yang didapat kemudian dicatat Q. Perhitungan = P
– Q x faktor formol Keterangan : faktor formol : susu sapi = 1.70
susu kerbau = 1.91 susu kambing = 1.95
g. Kadar abu DSN, 1992
Sebanyak 2-3 g sampel ditimbang dengan seksama ke dalam sebuah cawan porselen yang diketahui bobotnya, untuk sampel cairan
diuapkan di atas penangas air sampai kering. Sampel diarangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu
maksimum 550 C sampai pengabuan sempurna. Sampel didinginkan
dalam eksikator, lalu ditimbang sampai bobot tetap. Perhitungan : Kadar abu bb =W1- W
2
x 100 W
Keterangan : W = bobot contoh sebelum diabukan dalam gram
W
1
= bobot contoh+cawan sesudah diabukan dalam gram W2 = bobot cawan kosong dalam gram
23
h. Total asam tertitrasi susu segar AOAC, 1995
Pengukuran total asam tertitrasi merupakan penentuan konsentrasi total asam. Pada susu segar total asam tertitrasi dihitung sebagai persen
asam laktat. Pengukuran asam tertitrasi menggunakan prinsip asam basa. Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein 1. Sampel dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N yang telah distandardisasi sampai
terbentuk warna merah muda yang merupakan titik akhir titrasi. Jumlah volume titran yang digunakan, normalitas basa standar,
volume atau berat contoh digunakan untuk menghitung total asam tertitrasi.
Total asam laktat = [V
NaOH
x N
NaOH
x 90 : V
sampel
x 1000] x 100
i. Angka lempeng total Maturin dan Peller, 2001
Pengenceran desimal disiapkan dengan pipet steril terpisah sampai sejumlah keperluan. Pengenceran dilakukan terhadap sampel sampai
pengenceran yang telah dibuat. Pengenceran 1 ml hasil dipipet dan diduplikat serta cawan petri ditandai. Sebanyak 12
– 15 ml PCA ditambahkan pada tiap cawan 15 menit dari pengenceran aslinya. Agar
dibiarkan memadat. Kemudian diinkubasi terbalik 48±2 jam pada 35°C. Setelah itu dihitung koloni yang tumbuh.
j. Total koliform metode solid Feng et al., 2002
Violet red bile agar VRBA disiapkan sesuai dengan instruksi pabrik kemudian didinginkan sampai suhu 48
C sebelum digunakan. Sampel disiapkan, dihomogenisasi dan diencerkan sehingga koloni
yang diisolasi dapat diperoleh di cawan nantinya. Sebanyak 1 ml dari setiap pengenceran dipindahkan ke cawan petri. VRBA 10 ml
dituangkan ke dalam cawan, kemudian digoyang agar tercampur dan dibiarkan memadat. Untuk mencegah koloni permukaan dan sebar,
agar padat dilapisi kembali dengan 5 ml VRBA dan dibiarkan memadat. Cawan kemudian diinkubasi terbalik selama 18-24 jam pada
24 suhu 35
C. Koloni yang dihitung adalah yang berwarna merah-ungu berukuran 0,5 mm atau lebih besar. Cawan harus memiliki 25-250
koloni. Koliform dikonfimasi dengan mengambil sedikitnya 10 perwakilan koloni dan dipindahkan dalam BGLBB. Kemudian
diinkubasi pada 35 C dan diperiksa terdapat gas atau tidak setelah 24-
48 jam.
k. Total koliform metode MPN Feng et al., 2002
Sampel ditimbang untuk diencerkan dalam pengenceran 1:10 secara aseptis. Pengenceran desimal kemudian disiapkan dengan
pengencer Butterfield’s fosfat steril. Jumlah pengenceran yang
disiapkan tergantung dari densitas koliform yang diantisipasi. Suspensi divortex dan dipindahkan sebanyak 1 ml bagian ke 3 tabung LSTB
untuk setiap pengenceran sedikitnya 3 pengenceran berurutan. Penyiapan sampai inokulasi ke media yang dituju tidak lebih dari 15
menit. Inkubasi tabung LSTB pada suhu 35 C. Tabung diperiksa dan
reaksi dicatat pada 24±2 jam untuk gas. Tabung yang negatif diinkubasi kembali untuk tambahan 24 jam dan reaksi diperiksa serta
dicatat kembali sampai 48±2 jam. Uji konfirmasi dilakukan terhadap
tabung LSTB yang positif.
Uji konfirmasi untuk koliform : Untuk setiap tabung LSTB bergas, seose suspensi dipindahkan ke
dalam tabung BGLBB. Tabung BGLBB dinkubasi pada 35 C dan
diperiksa untuk produksi gas pada 48±2 jam. MPN dari koliform dihitung berdasarkan proporsi dari tabung LSTB yang positif untuk 3
pengenceran berurutan.
l. Kelarutan Nuraini, 2001
Sampel susu bubuk a gram dilarutkan dalam air bersuhu 40
o
C dengan konsentrasi 5. Larutan kemudian diaduk secara kontinyu
selama 20 menit. Larutan disaring dengan kertas saring yang telah diketahui bobot tetapnya. Kertas saring dan bagian sampel yang tidak
lolos saringan dioven selama satu jam pada suhu 105
o
C. Bobot sampel
25 yang tidak tersaring b gram diperoleh dari selisih bobot kertas saring
akhir dan bobot kertas saring awal. x 100
m. Total asam tertitrasi susu bubuk Apriyantono et al., 1989
Sebanyak 10 gram larutan dari persiapan sampel dilarutkan menjadi 250 ml dalam labu takar. Kemudian dititrasi dengan NaOH
0,1 M dan indikator Phenolphtalein 0,3 ml PP untuk 100 ml larutan yang dititrasi. Hasilnya dinyatakan sebagai ml NaOH 0,1 M100 g
atau 100 ml bahan. Nilai persen asam laktat diperoleh dengan acuan dasar 1 ml NaOH 0,11 N = 0,01 g asam laktat dalam 100 ml susu
Robinson, 1999.
n. Pengukuran warna metode Hunter Lab Sopian, 2005
Pengukuran warna dilakukan dengan alat chromameter. Sampel diletakkan pada cawan petri dengan alas putih. Sampel diratakan
sampai seluruh permukaan tertutup sampel. Pengukuran dilakukan pada dua posisi yang berbeda dan dua kali untuk tiap sampel.
Pengukuran menghasilkan nilai Y, x, y, L, a, b, Hue, dan C. Dalam pengukuran ini dipakai parameter sistem Hunter L, a, b. L menyatakan
kecerahan sampel warna akromatis dari hitam mutlak dengan nilai 0 sampai putih mutlak dengan nilai 100. Parameter a menunjukkan
campuran merah hijau a+ = 0 – 100 untuk warna merah, a- = 0 – -
80 untuk warna hijau. Parameter b menunjukkan campuran biru kuning b+ = 0 - 70 untuk warna kuning, b- = 0
– -70 untuk warna biru.
o. Nilai Hue Kristie, 2008
Nilai Hue didapatkan dari rumus Hue = arctan ba. Intepretasi dari bola imajiner Munsell : merah 15
– 47 kuadran I,
kuning-merah 47 – 80
kuadran I, kuning 80 kuadran I
– 17 kuadran II, hijau-kuning 17
– 56 kuadran II, hijau 56
– 85
26 kuadran II, biru-hijau 85
kuadran II- 30 kuadran III, biru 30
– 76 kuadran III, ungu biru 76
kuadran III – 31
kuadran IV, ungu 31 –
66 kuadran IV, merah-ungu 66
kuadran IV – 14
kuadran I.
p. Kadar laktosa susu bubuk Mistry dan Pulgar, 1996
Laktosa dihitung dengan by difference : Laktosa = Total Padatan - Protein + Lemak+ Abu
q. Kadar Protein Metode Kjeldahl-mikro Apriyantono et al., 1989
Sejumlah kecil sampel ditimbang kira-kira akan membutuhkan 3- 10 ml HCl 0,01 N atau 0,02 N. Sampel dipindahkan ke dalam labu
Kjedhl 30 ml dan ditambahkan 1,9±0,1 g K
2
SO
4
, 40±10 mg HgO, dan 2,0±0,1 ml H
2
SO
4
. Jika sampel lebih dari 15 mg ditambahkan 0,1 ml H
2
SO
4
untuk setiap 10 mg bahan organik di atas 15 mg. Beberapa butir batu didih ditambahkan ke dalam labu Kjedahl. Sampel didihkan
selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Campuran didinginkan dan ditambahkan sejumlah kecil air secara perlahan-lahan,
kemudian didinginkan kembali. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi. Labu dicuci dan dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian
ini dipindahkan ke dalam alat distilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H
3
BO
3
dan 2-4 tetes indikator Campuran 2 bagian metil merah 0,2 dalam alkohol dan 1 bagian metil biru 0,2 dalam
alkohol diletakkan di bawah kondensor. Sebanyak 9-10 ml larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
ditambahkan kemudian distilasi dilakukan sampai tertampung kira
–kira 15 ml destilat dalam Erlenmeyer. Tabung kondenser dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam
Erlenmeyer yang sama. Isi Erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 sampai terjadi perubahan
warna menjadi abu-abu. Penetapan blanko juga dilakukan. Kadar nitrogen dihitung berdasarkan rumus :
Nitrogen = HCl – Blanko ml x N HCl x 14,007 x 100
mg sampel Kadar protein = Nitrogen x 6.38 susu
27
q. Kadar air DSN, 1992
Sebanyak 1-2 g cuplikan ditimbang dengan seksama pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Untuk contoh
berupa cairan, botol timbang dilengkapi dengan pengaduk dan pasir kwarsa kertas saring berlipat. Sampel dikeringkan pada oven suhu 105
C selama 3 jam kemudian didinginkan dalam eksikator. Hasilnya ditimbang dan pekerjaan ini diulangi hingga diperoleh bobot tetap.
Perhitungan : Kadar air = WW1 x 100
W= bobot cuplikan sebelum dikeringkan dalam gram W1= kehilangan bobot setelah dikeringkan dalam gram
r. Total padatan AOAC, 1995
Total padatan ditentukan dengan menimbang sampel susu, mengeringkan susu, dan menimbang residu susu kering. Sampel
dikeringkan semalam di dalam oven suhu 100±1 C. Kandungan total
padatan adalah berat dari residu susu yang dikeringkan dan diekspresikan dalam bentuk dari berat susu bubuk aslinya.
Pelaksanaan metodenya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Perhitungan :
Total Padatan = W2-WW1-W x 100 Keterangan : W = berat cawan
W1 = Berat cawan + sampel susu W2 = Berat cawan + susu kering
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Karakterisasi sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi susu kambing segar