68
Mr11SCBC4-2-1B-1 D, dan Mr12SCBC3-3-1B-1 E, yang
disaling silangkan mengikuti pola persilangan diallel.  Galur
Mr14SCBC4-6-1B-1 B tidak digunakan
pada penelitian I dan  II.    Hal  ini  disebabkan  galur  tersebut  tidak  tumbuh  dan  DNA-nya  tidak
teramplifikasi  dengan  baik.    Namun  pada  penelitian  III  dimasukkan  kembali  dalam materi penelitian setelah berusaha dikecambahkan berulang-ulang, dengan pertimbangan
bahwa  materi  galur  Mr14  memang  sudah  digunakan  dari  awal  penelitian  dan berdasarkan  penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  oleh  Pabendon  2005,  galur  Mr14
memiliki kemiripan genetik yang rendah dengan Mr4. Setiap  galur  ditanam  empat  baris  dengan  jarak  tanam  0.75  cm  x  0.20  cm  pada
lahan  dengan  panjang  5  m.  Pemupukan  diberikan  sebanyak  dua  kali.    Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam HST dengan dosis 150
kg.ha
-1
Urea,  200  kg.ha
-1
SP36,  dan  100  kg.ha
-1
KCl.  Pemupukan  dilakukan menggunakan  tugal  di  samping  tanaman.    Pemupukan  kedua  dilakukan  saat  tanaman
berumur 30 HST dengan dosis 150 kg.ha
-1
Urea. Persilangan  dilakukan  antara  tanaman  plant  to  plant  dari  masing-masing  galur
pada saat tanaman berumur ±45-55 hst.  Jumlah tongkol F
1
yang dihasilkan sedikitnya enam tongkol tiap pasangan persilangan. Benih hasil persilangan diallel digunakan untuk
evaluasi daya gabung karakter hasil dan ketahanan terhadap penyakit bulai.
I.  Evaluasi daya gabung karakter hasil Pelaksanaan:
Rancangan  yang  digunakan  adalah  Rancangan  Kelompok  Teracak,  dua  ulangan, masing-masing  genotipe  ditanam  dua  baris.  Genotipe  ditanam    menggunakan  tugal
dengan  jarak  tanam    0,75  x  0,20  m,  panjang  barisan  5  m,  benih  sebelum  ditanam diberikan
perlakuan dengan
metalaksil untuk
mencegah penyakit
bulai Perenosclerospora maydis.  Pupuk  yang digunakan sesuai dengan dosis rekomendasi
untuk jagung  yaitu 300  kg Ureaha, 200 kg SP36ha, dan 100 kg KClha.  Pemupukan diberikan  dua  kali,  pemupukan  pertama  diberikan  saat  tanaman  berumur  tujuh  hari
setelah  tanam  dengan  takaran  pupuk  150  kgha  Urea,  200  kgha  SP36,  dan  100  kgha
69 KCl,  dengan  cara  menugal  disamping  tanaman,  pemupukan  kedua  diberikan  saat
tanaman berumur 30 hari setelah tanam dengan takaran pemupukan 150 kgha Urea. Penyiangan  dilakukan  2
–3 kali tergantung keadaan gulma dengan membersihkan gulma yang berada di sekitar tanaman.  Panen dilakukan pada saat tanaman berumur dua
puluh hari setelah berbunga.
Pengamatan
Pengamatan    dilakukan  terhadap  karakter  hasil  tongkol  segar  per  petak  yang dipanen  saat  tanaman  berumur  20  hari  setelah  berbunga  g,    panjang  tongkol  cm,
diameter  tongkol  mm,  jumlah  baris  per  tongkol  baris,  tinggi  tanaman  cm,  tinggi letak tongkol cm,  dan kandungan gula ºbriks.
II.   Evaluasi daya gabung ketahanan terhadap penyakit bulai. Pelaksanaan :
Genotipe  ditanam    menggunakan  tugal    dengan  jarak  tanam    0,75  x  0,20  m, panjang barisan 5 m.  Percobaan disusun mengikuti pola Rancangan Kelompok Teracak,
2  dua  ulangan.    Pemberian  pupuk  sedikit  berbeda  dengan  rekomendasi  pemupukan, yakni  dengan  menambahkan  pupuk  Urea  lebih  tinggi  penambahan  dosis  50  kg.ha
-1
dengan harapan akan mendapatkan serangan penyakit bulai yang cukup tinggi. Skrening  ketahanan  terhadap  penyakit  bulai,  pengamatan  dan  penghitungan  luas
serangan penyakit sama pada penelitian II.
Analisis Data
Analisis  daya  gabung  dilaksanakan  dua  tahap,  yaitu  analisis  ragam  untuk mengetahui  perbedaan  respon  antar  genotipe  Tabel  17,  jika  pada  analisis  ragam
diperoleh respon genotipe yang berbeda nyata maka dilanjutkan analisis daya gabung.
70
Analisis Perbedaan Genotipe
Model statistik analisis perbedaan genotipe menurut  Singh and Chaudhary 1979 sebagai berikut:
Y
ijk
=  m  +  T
ij
+  R
k
+ {RT
ijk
+  e
ijk
} dimana:
Y
ijk
:  genotipe i x j dalam ulangan ke k m
:  rata-rata umum T
ij
:  efek genotipe i x j R
k
:  efek ulangan ke k RT
ijk
:  interaksi ulangan dengan perlakuan e
ijk
:  galat Tabel  17   Analisis ragam  perbedaan genotipe
Sumber Variasi
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah F
0.05
Ulangan R r
– 1 
rt x
t x
2 ij
2 j
.
 
1 r
JKR 
Galat KT
Replikasi KT
Perlakuan T
t – 1
 
rt x
r x
2 ij
2 .
i
 
1 t
JKT 
Galat KT
Perlakuan KT
Galat r-1 t-1
Jk Total- JK Perlakuan - JK Replikasi
 
1 r
1 r
JKGalat 
 Total
rt-1
 
rt 2
ij x
2 ij
x
 
Keterangan:  r  =  jumlah  ulangan,  t  =  jumlah  perlakuan,  JK  =  jumlah  kuadrat,  KT  = kuadrat  tengah,  JKR=jumlah  kuadrat  replikasi,  JKT=jumlah  kuadrat
perlakuan
Analisis Daya Gabung
Analisis  daya  gabung  dilakukan  jika  pada  analisis  perbedaan  antara  genotipe terdapat  perbedaan  yang    nyata.    Data  dianalisis  daya  gabung  umum  DGU  dan  daya
gabung  khusus  DGK  dengan  menggunakan  metode  1  tetua,  F
1
dan  resiprokalnya model 1 dari Griffing 1956  Tabel 18.
71 Model statistika  untuk analisis daya gabung  menurut Griffing 1956 adalah:
Y
ij
=  m  +  g
i
+  g
j
+  s
ij
+  r
ij
+
b 1
ijk
e
dimana: Y
ij
:  rata-rata genotipe ke i x j m
:  nilai rata-rata umum g
i
:  efek daya gabung umum tetua ke- i g
j
:  efek daya gabung umum tetua ke-j s
ij
:  efek  DGK  untuk  persilangan  antara  tetua  ke-i  dan  tetua  ke-j, sedemikian sehingga s
ij
= s
ji
r
ij
: pengaruh resiprokal untuk persilangan antara tetua ke-i dan tetua ke- j, sedemikian sehingga r
ij
= -r
ji
b 1
ijk
e
: pengaruh galat percobaan pada pengamatan ke ijk i
= j = 1,2,3,……….,n  galur k
= 1,2,3,……….….,r  ulangan Tabel 18  Analisis  ragam daya gabung metode I model 1 dari Griffing.
Sumber Variasi
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah
F
hitung
DGU p
– 1 S
g
1 p
g S
KTGalat KTDGU
DGK pp-12
S
s
2 1
p p
Ss 
KTGalat KTDGK
Resiprokal pp-12
S
r
2 1
p p
S
r
KTGalat .
s Re
KT
Galat t-1 r-1
S
e
r S
e
Keterangan    p: jumlah tetua,   r:  jumlah ulangan,     t  : jumlah perlakuan , DGU=daya  gabung umum, DGK=daya gabung khusus, KTDGU=kuadrat tengah daya gabung umum, KTDGK=kuadrat
tengah daya  gabung  khusus,   KTRes.=kuadrat tengah   replikasi,   KTGalat=kuadrat tengah galat.
S
g
=
 
2 2
2 i
j .
. i
.. Y
p 2
Y Y
p 2
1 
S
s
=
 
 
 
 
 
i j
i i
i ji
ij ij
Y p
Y Y
p Y
Y Y
2 2
2 .
.
.. 1
2 1
2 1
S
r
=
 
i j
ji ij
Y Y
2
2 1
72 Bila  dalam  analisis  daya  gabung    ternyata  ketiga  kuadrat  tengah  berbeda  nyata
terhadap  galat  maka  dapat  dihitung  secara  tersendiri  ketiga  pengaruh  sumber  variasi tersebut.  Perhitungannya mengacu pada Singh and Chaudhary 1979 sebagai berikut:
1.  efek daya gabung umum:
 
.. Y
2 n
1 j
. Y
.i Y
n 2
1 
2.  efek  daya gabung khusus:
  
.. Y
2 n
1 j
. Y
.j Y
i. Y
.i Y
n 2
1 ji
Y ij
Y 2
1 
 
 
3.  efek resiprokal                  :
 
 
 
 ji
Y ij
Y 2
1
Nilai Heterosis
Jika uji daya  gabung khusus berbeda nyata pada uji F taraf 5 berarti ada  efek heterosis.    Besar  nilai  heterosis  biasanya  dinyatakan  dengan  persen    dan  besarnya
dapat dihitung sebagai berikut Halloran 1979: 1.   Heterosis tetua tertinggi High-parent heterosis
 
 
 
 
 HP
HP -
F h
1
x 100
2.   Heterosis rata-rata tetua Mid-Parent Heterosis
 
 
 
 
 
 
 
 
2 P
P 2
P P
F h
2 1
2 1
1
x 100 Keterangan:
1
F
rata-rata penampilan hybrida
1
P
rata-rata penampilan tetua pertama
2
P
rata-rata penampilan tetua kedua
HP
=  rata-rata penampilan tetua tertinggi
73
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Antargenotipe
Hasil  analisis  ragam  pada  Tabel  19  dan  20,    menunjukkan  bahwa  karakter  hasil tongkol segarper petak, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol,  tinggi tanaman, dan
kandungan gula antar genotipe berbeda pada taraf  beda nyata 5.   Untuk mengetahui apakah  ada  perbedaan  daya  gabung  antara  genotipe,  maka  dilakukan  analisis  daya
gabung. Tabel  19   Kuadrat  tengah  perbedaan  antar  genotipe  hasil  tongkol  segar  per  petak,
panjang  tongkol,  diameter  tongkol,  dan  jumlah  baris  biji  per  tongkol persilangan dialel 5 x 5 galur jagung manis
Sumber Variasi
db Kuadrat Tengah
Hasil Tongkol segar per Petak
Panjang Tongkol
Diameter Tongkol
Jumlah Baris per
Tongkol Ulangan
1  11,865,658.6952 34,1138
0,3799 5,9168
Perlakuan 24
3,113,415.8945 6,2521 ns
0,3998 1,9325
Galat 24
640,360.9785 4,4621
0,0770 0,7768
Keterangan:  db = derajat bebas,  = berpengaruh nyata taraf 5,  = berpengaruh sangat nyata taraf 5,  ns = berpengaruh tidak nyata
Tabel  20   Kuadrat  tengah  perbedaan  antar  genotipe  karakter  tinggi  tanaman,  tinggi letak  tongkol,  persentase  serangan  terhadap  penyakit  bulai,  dan  kandungan
gula persilangan dialel  5 x 5 galur jagung manis.
Sumber Variasi
db Kuadrat Tengah
Tinggi Tanaman
Tinggi letak Tongkol
Presentasi serangan penyakit bulai
Kandungan Gula
Ulangan 1  118,5800
364,5000 45,9152
0,3200 Perlakuan
24 528,9467   209,8750ns
3,4063ns 2,7917
Galat 24  241,0800
109,2917 6,1706
1,6950
Keterangan:  db = derajat bebas,    = berpengaruh nyata taraf 5,  ns = berpengaruh tidak nyata
74
1.  Evaluasi Daya Gabung Karakter Hasil Daya Gabung Umum DGU
Nilai  kuadrat  tengah  analisis  ragam  DGU  persilangan  dialel  lima  galur  jagung manis  berpengaruh  sangat  nyata  terhadap  hasil  tongkol  segar  per  petak,  diameter
tongkol,  jumlah  baris  biji  per  tongkol,  dan  kandungan  gula  Tabel  21  dan  22.    Nilai kuadrat tengah analisis ragam DGK berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap hasil
tongkol  segar  per  petak,  diameter  tongkol,  jumlah  baris  biji  per  tongkol,  dan  tinggi tanaman.    Nilai  kuadrat  tengah  analisis  ragam  DGU  dan  ragam  DGK  sangat  nyata
terhadap  hasil  tongkol  segar  per  petak,  jumlah  baris  biji  per  tongkol,  tinggi  tanaman, diameter tongkol telah dilaporkan oleh Ahmad dan Saleem 2003; Malik et al. 2004,
dan Abdel-Moneam  et al. 2009.   Peubah-peubah  yang memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ragam DGU dipengaruhi oleh aksi gen aditif, sedangkan peubah-peubah
yang  memberikan  pengaruh  nyata  dan  sangat  nyata  terhadap  ragam  DGK  dipengaruhi oleh aksi gen dominan.
Tabel 21  Kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan resiprokal pada persilangan dialel 5 x 5 galur jagung manis
Sumber Variasi
db Kuadrat tengah
Hasil Tongkol Segar pe Petak
Panjang Tongkol
Diameter Tongkol
Jumlah Baris per Tongkol
DGU 4
3,997,606.991   4,826ns 0,196
2,205 DGK
10 1,451,507.627   4,298ns
0,363 1,039
Resiprokal 10
685,548.650ns   1,275ns 0,039ns
0,398ns Galat
24 320,180.489
2,231 0,039
0,388
Keterangan:  db = derajat bebas,  = berpengaruh nyata taraf 5,  = berpengaruh sangat nyata taraf 5,  ns = berpengaruh tidak nyata
Aksi gen aditif dan dominan pada hasil dan jumlah baris biji telah dilaporkan oleh Saleem  et  al.  2002  dalam  penelitian  analisis  genetik  beberapa  karakter  kuantitatif
jagung.    Nilai  keragaman  genetik  yang  didapat  pada  seluruh  peubah  yang  diamati umumnya  menunjukkan  ragam  aditif  yang  lebih  besar  dari  ragam  dominan.    Hal  ini
75 mengindikasikan  bahwa  keragaan  peubah-peubah  yang  diamati  lebih  banyak
dipengaruhi oleh aksi gen-gen aditif. Tabel 22   Kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan resiprokal pada persilangan dialel
5 x 5 genotipe jagung manis Sumber
Variasi db
Kuadrat tengah Tinggi
Tanaman Tinggi Letak
Tongkol
Presentase Serangan
Penyakit Bulai Kandungan
Gula
DGU 4
211,61ns 137,06ns
2.002ns 6,250
DGK 10
372,170 105,15ns
2.048ns 0,60ns
Resiprokal 10
177,93ns 91,88ns
1.239ns 0,250ns
Galat 24
120,54 54,65
3.085 0,8475
Keterangan:  db = derajat bebas    = berpengaruh nyata taraf 5  ns = berpengaruh tidak nyata
Analisis ragam DGU dan DGK tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol, tinggi  letak  tongkol,  dan  persentase  serangan  terhadap  penyakit  bulai,  sehingga  nilai
efek DGU dan DGK-nya tidak ditentukan.  Ragam GCA dan SCA tidak nyata terhadap panjang  tongkol  telah  dilaporkan  oleh  Ojo  et  al.  2007.    Nilai  efek  resiprokal  tidak
berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati.  Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak  ada  pengaruh  gen  ekstrakromosomal  pada  karakter  hasil,  tinggi  tanaman,  tinggi
letak  tongkol,  panjang  tongkol  dan  diameter  tongkol  lima  galur  jagung  manis  atau dikendalikan oleh gen-gen dalam inti.  Efek resiprokal yang tidak nyata telah dilaporkan
oleh  Ahmad  dan  Saleem  2003  pada  karakter  tinggi  tanaman  dan  tinggi  letak  tongkol pada jagung; Subekti dan Salazar 2007 pada karakter yang berbeda.
Galur  Mr4SCBC4-2-1B-1  dan  Mr11SCBC4-2-1B-1  mempunyai  nilai  DGU positif  dan  tinggi  untuk  hasil  tongkol  segar  per  petak.    Galur  Mr4SCBC4-2-1B-1,
Mr11SCBC4-2-1B-1,  dan  Mr12SCBC3-3-1B-1  mempunyai  nilai  positif    dan  tinggi untuk  diameter  tongkol  dan  jumlah  baris  biji  per  tongkol  Tabel  23.    Nilai  DGU  dan
DGK yang tinggi terhadap hasil tongkol segar per petak, diameter tongkol, dan  jumlah baris biji per tongkol  telah dilaporkan oleh Konak et al. 2001; El-Shouny et al. 2003.
Galur-galur  yang  mempunyai  nilai  DGU  positif  diharapkan  mempunyai  kemampuan
76 bergabung  umum  yang  baik  untuk  menghasilkan  genotipe  dengan  potensi  hasil  yang
lebih  tinggi.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Walter  1987  bahwa    pemilihan  tetua penguji  yang  baik  sangat  membantu  pemulia  menyeleksi  tetua-tetua  yang  layak
digunakan pada program pemuliaan dalam usaha mengembangkan kultivar hibrida. Tabel 23  Daya gabung umum lima galur jagung manis
Galur Hasil Tkol
Segar Dmtr
Tkol JBaris per
Tongkol Tgg
Tanm Kandungan
Gula
Mr12SCBC4-6-1B-1 A
-30,43 -0,01
-0,51 1,09
1,10
Mr14SCBC4-6-1B-1 B
-462,07 -0,22
-0,47 4,24
0,80
Mr4SCBC4-2-1B-1 C
221,73 0,13
0,25 3,99
0,80
Mr11SCBC4-2-1B-1 D
941,23 0,10
0,55 -2,91
0,30
Mr12SCBC3-3-1B-1 E
-670,47 0,00
0,19 -6,41
0,50 SE gi-gj
253,0535 0,09
0,28 4,91
0,41
Keterangan :
Hasil Tkol Segar = hasil tongkol segar;
Dmtr Tkol = diameter tongkol; JBaris per Tongkol = jumlah baris per tongkol; Tgg Tanm = tinggi tanaman.
Galur-galur  yang  mempunyai  nilai  DGU  positif  diharapkan  mempunyai kemampuan  bergabung  umum  yang  baik  untuk  menghasilkan  genotipe  dengan  hasil
yang lebih tinggi. Pemilihan galur-galur atau tetua yang mempunyai  daya penggabung yang  baik  akan  sangat  membantu  pemulia  dalam  menyeleksi  tetua-tetua  yang  layak
digunakan  dalam  program  pemuliaan  dalam  usaha  pengembangan  kultivar    yang mempunyai  potensi  hasil  tinggi.    Menurut  Sujiprihati  et  al.  2008  genotipe  yang
memiliki  nilai  DGU  tinggi  dapat  digunakan  sebagai  tetua  penyusun  varietas  sintetik synthetic variety atau sebagai tetua pembentuk populasi dasar melalui metode  seleksi
berulang  recurrent  selection.  Kombinasi  persilangan  dengan  nilai  DGK  tinggi  dapat dipertimbangkan sebagai tetua pembentuk varietas hibrida.
Daya Gabung Khusus DGK
Genotipe  mempunyai  nilai  DGK  cukup  tinggi  merupakan  gambaran  bahwa genotipe  tersebut  memiliki  kemampuan  bergabung  dengan  genotipe  lain  dan
77 memberikan  peluang  penampilan  terbaik.    Menurut  Poehlman  dan  Sleeper  1990  jika
nilai  pasangan  persilangan  tertentu  lebih  baik  dari  pada  nilai  rata-rata  keseluruhan persilangan  yang  terlibat,  dikatakan  pasangan  persilangan  tersebut  memiliki  daya
gabung khusus yang baik.  Nilai efek daya gabung khusus persilangan dialel lima galur jagung manis disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24  Nilai Daya Gabung Khusus 20 kombinasi persilangan galur jagung manis
Genotipe
Daya Gabung Khusus DGK
Hasil Tongkol Segar per Petak
Diameter Tongkol
Jumlah Baris biji
per Tongkol Tinggi
Tanaman Kandung
an Gula A x B
86,33 0,36
0,61 9,76
0,00 A x C
380,53 0,09
0,19 17,51
0,30 A x D
831,03 0,12
0,29 5,66
0,35 A x E
-49,77 0,23
0,55 -9,59  -0,35
B x A 287,50
0,13 0,10
-3,75  -0,25 B x C
-657,33 -0,10
-0,45 -13,64
0,60 B x D
990,67 0,24
0,35 15,01
0,40 B x E
-165,13 0,26
0,01 6,01  -0,80
C x A -650,50
-0,17 -0,20
-6,25  -0,25 C x B
-12,00 0,06
0,80 11,75
0,00 C x D
646,87 0,06
0,53 -4,74  -0,05
C x E 229,07
0,35 0,49
12,51 0,25
D x A 890,50
0,13 0,60
2,50  -0,50 D x B
705,50 0,18
0,50 -15,00
0,00 D x C
-327,50 -0,04
0,00 -7,50  -0,25
D x E 164,57
0,13 0,19
1,91  -0,20 E x A
-810,00 -0,07
-0,70 -3,75  -0,50
E x B -628,00
0,00 0,00
2,50 0,50
E x C -684,00
-0,20 -0,40
18,75  -0,25 E x D
-74,00 -0,23
-0,20 -6,25
0,50
Keterangan:   A = Mr12SCBC4-6-1B-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1 E = Mr12SCBC3-3-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1
Persilangan  galur  B  dengan  galur  D  mempunyai  nilai  DGK  tertinggi  untuk  hasil tongkol  segar  per  petak  yaitu  990,67;  sedangkan  persilangan  galur  E  dengan  galur  A
mempunyai nilai DGK terendah yaitu -810,00.  Jellena 2008 telah mengestimasi nilai DGK  yang tinggi pada hasil diallel enam  galur jagung manis.  Nilai DGK  yang tinggi
pada hasil telah  juga telah dilaporkan oleh Sujiprihati et al. 2001;  Ahmad dan Saleem
78 2003;  dalam penelitian daya gabung beberapa karakter pada jagung, serta Has dan Has
2009 dalam penelitian  pewarisan beberapa karakter penting  jagung manis. Persilangan  galur  A  dengan  galur  B  mempunyai  nilai  DGK  tertinggi  untuk
diameter tongkol yaitu 0,36; sedangkan persilangan galur E dengan galur D mempunyai nilai  DGK  terendah  yaitu  -0,23  Tabel  24.    Nilai  DGK  yang  tinggi  pada  diameter
tongkol juga diperoleh pada penelitian daya gabung beberapa karakter pada jagung yang dilakukan Ojo et al. 2007; dan Abdel-Moneam et al. 2009.
Galur  C  x  galur  B  mempunyai  nilai  DGK  tertinggi  untuk  jumlah  baris  0,80, sedangkan persilangan galur E dengan A mempunyai nilai DGK terendah -0,70.  Nilai
DGK tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada persilangan galur E dengan galur C 18,75, sedangkan nilai DGK terendah pada galur D x galur B -15,00.  Zelleka 2000;
Aguiar et al. 2003;  Ahmad  dan Saleem 2003; Viana dan Matta 2003;  Olakojo dan Olaoye 2005  telah mengestimasi nilai DGK yang tinggi terhadap jumlah baris biji per
tongkol dan tinggi tanaman jagung. Galur B bukan penggabung umum yang baik karena memiliki nilai DGU negatif,
dan  galur  D  merupakan  penggabung  umum  yang  baik,  tetapi  kombinasi  persilangan galur  B x D memiliki nilai DGK tertinggi pada  karakter hasil tongkol segar per petak.
Persilangan antara galur yang memiliki DGU positif dengan galur yang memiliki DGU negatif,  umumnya  memberikan  efek  DGK  yang  tinggi.      Fenomena  ini  diduga
disebabkan karena gen-gen yang menguntungkan pada suatu galur dapat menutupi gen- gen  yang  merugikan  pada  galur  pasangannya  dan  mampu  bergabung  dengan  baik.
Fenomena yang sama diperoleh pada penelitian Iriany et al. 2003 dalam evaluasi daya gabung  ketahanan  tanaman  jagung  terhadap  penyakit  bulai.  Seperti  pada  persilangan
galur A dengan galur C,  galur A x galur D, galur B x galur D, galur C x galur D, galur C x galur E, galur D x galur A, galur D x galur B, dan galur D x galur E.  Demikian pula
persilangan  galur  C  dengan  galur  B  untuk  karakter  jumlah  baris,  persilangan  galur  E dengan galur C untuk tinggi tanaman, dan  galur A x galur B memiliki nilai DGK tinggi
untuk diameter tongkol. Menurut  Virmani  1994,  hibrida  yang  mempunyai  nilai  DGK  tinggi,  biasanya
dihasilkan  dari  rekombinasi  persilangan  dimana  paling  sedikit  satu  tetuanya  memiliki
79 nilai  DGU  tinggi.  Namun  demikian,  beberapa  dari  rekombinasi  persilangan  salah  satu
atau  kedua  tetuanya  memiliki  DGU  tinggi,  namun  setelah  dipasangkan  dalam persilangan,  DGK-nya  rendah  dan  bahkan  bisa  juga  terjadi  suatu  rekombinasi
persilangan  yang  DGK-nya  tinggi,  tetapi  kedua  tetuanya  memiliki  DGU  rendah. Sedangkan  menurut  Mangoendidjojo    2003  nilai  DGK  merupakan  indikator  adanya
aksi gen dominan dan epistasis, sedangkan nilai DGU mengindikasikan adanya aksi gen aditif  yang  mengendalikan  suatu  karakter.    Daya  gabung  khusus  yang  tinggi  didukung
dengan nilai ragam dominan positif akan memberikan hasil yang lebih baik.
Heterosis dan Heterobeltiosis
Nilai  heterosis  tertinggi  diperoleh  dari  persilangan  antara  tetua  yang  mempunyai perbedaan frekuensi gen dominan tinggi, sehingga pada hibridanya akan terkumpul gen-
gen yang baik dan dominan diberbagai losi serta alil-alil dominan yang menguntungkan akan  menutupi  alil-alil  resesif  yang  merugikan    Bruce  1910;  Jones  1917;  1945,  1958
dikutip Fehr 1987. Persilangan  galur  A  dengan  galur  D  memiliki  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis
tertinggi untuk hasil tongkol segar per petak masing-masing 314,93 dan 234,60.  Hal ini  bermakna  bahwa  hasil  tongkol  segar  jagung  manis  akan  meningkat  314,93
dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya  dan  234,60  dibandingkan  rata-rata  tetua terbaiknya.  Sedangkan  galur  B  x  galur  E  memiliki  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis
terendah  masing-masing  -68,35  dan  -73,67  Tabel  25.  Dengan  demikian  persilangan galur  B dengan  galur E akan menurunkan hasil sebesar 68,35 dibandingkan rata-rata
kedua tetuanya dan 73,67 dibandingkan rata-rata tetua terbaiknya. Terdapat tujuh persilangan yang menunjukkan peningkatan hasil terhadap rata-rata
kedua tertua dan tetua terbaiknya yaitu galur A x galur D,   galur B x galur D,  galur E x galur A,  galur D x galur C,  galur D x galur A, galur D x galur B, dan galur A x galur B
Tabel 25.   Kombinasi persilangan ini memiliki jarak genetik rendah, sedang dan tinggi berdasarkan penelitian sebelumnya Penelitian 1.  Jarak  genetik  antara  galur A dan D
adalah 0,53; galur A dan C adalah 0,65; galur E dan A adalah 0,44; galur D dan C adalah 0,61.  Kombinasi persilangan A x D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi
80 tetapi  tidak  didukung  oleh  jarak  genetik  yang  tertinggi.  Galur  C  dan  E  memiliki  jarak
genetik  tertinggi,  tetapi  nilai  heterosisnya  rendah.    Hal  yang  sama  dilaporkan  oleh Pabendon 2008 bahwa nilai jarak genetik yang tinggi tidak diikuti oleh nilai heterosis
dan DGK yang tinggi. Dengan demikian bobot biji tertinggi tidak selalu dihasilkan oleh pasangan persilangan yang mempunyai nilai jarak genetik tertinggi. Menurut Dias et al.
2004,  jumlah  marka  molekuler  yang  digunakan  sangat  berpengaruh  terhadap pengambilan keputusan dalam seleksi tetua, sehingga pasangan tetua dengan perbedaan
genetik  relatif  yang  tinggi  tidak  selalu  menjadi  pasangan  persilangan  heterotik  yang terbaik, tetapi juga dapat diperoleh dari hasil persilangan tetua-tetua dengan perbedaan
genetik yang sedang. Persilangan  yang  memiliki  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis  yang  tinggi
mengindikasikan  bahwa  karakter  hasil  dikendalikan  tipe  aksi  gen  over  dominan.  Nilai heterosis  dan  heterobeltiosis  yang  tinggi  juga  diperoleh  pada  penelitian  karakter
kualitatif dan kuantitatif  hibrida F1 dan F2 jagung manis yang dilaporkan oleh  Olaoye 2009.    Daya  gabung  dan  heterosis  terhadap  hasil  dan  komponen  hasil  juga
dikemukakan  oleh  Netaji  et  al.  2000;  Ahmad  dan  Saleem  2003  pada  jagung  biasa, dan  Mahmood  et  al.  2002;  Bagheri  2010  yang  meneliti  heterosis  dan  daya  gabung
padi hibrida pada karakter yang berbeda. Terdapat lima persilangan yang menunjukkan peningkatan panjang tongkol  di atas
20 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur B x galur D, galur A x  galur  D,  galur  D  x  galur  E,  galur  D  x  galur  C,  dan  galur  D  x  galur  A  Tabel  26.
Persilangan galur A dengan galur D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi yaitu  masing-masing  36,45  dan  35,19.    Artinya  pada  persilangan  galur  A  dengan
galur  D  akan  meningkatkan  panjang  tongkol  sebesar  36,45  terhadap  rata-rata  kedua tetuanya  dan  35,19  terhadap  rata-rata  tetua  terbaiknya.    Nilai  heterosis  yang  tinggi
terhadap panjang tongkol jagung manis telah dilaporkan oleh Dickert dan Tracy 2002 dalam penelitian heterosis beberapa karakter agronomi jagung manis bersari bebas.
Persilangan  galur  A  dengan  galur  B  memiliki  nilai  heterosis  tertinggi  untuk diameter  tongkol  39,08.  Hal  ini  bermakna  bahwa  diameter  tongkol  jagung  manis
akan  meningkat  sebesar  39,08  dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya.  Persilangan
81 galur  E  dengan  A  memiliki  nilai  heterobeltiosis  tertinggi  untuk  diameter  tongkol
32,28,  artinya  pada  persilangan  galur  E  dengan  galur  A  akan  menambah  diameter tongkol sebesar 32,28 dibanding rata-rata tetua terbaiknya.  Sedangkan galur C x galur
B  memiliki  nilai  heterobeltiosis  terendah  -2,65,  artinya  pada  persilangan  galur  C dengan  galur    B  akan  mengurangi  diameter  tongkol  sebesar  2,65  dibandingkan  rata-
rata  tetua  terbaiknya.    Terdapat  tujuh  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan diameter tongkol di atas 20 terhadap rata-rata  kedua tetua dan tetua terbaiknya  yaitu
galur A x  galur  B,  galur E x galur  B,  galur B x galur E,  galur E x  galur A,  galur E x galur  C,  galur  A  x  galur  E,  dan  galur  B  x  galur  A  Tabel  27.    Adanya  peningkatan
panjang tongkol dan diameter tongkol juga diperoleh pada penelitian daya gabung dan heterosis beberapa karakter agronomik jagung yang dilakukan oleh Ojo et al. 2007 dan
Abdel-Moneam et al. 2009. Terdapat  enam  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan  jumlah  baris  per
tongkol   di atas 10 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur E x galur A, galur A x galur D, galur A x galur B, galur E x galur C, galur E x galur D, dan
galur  B  x  galur  A  Tabel  28.    Persilangan  galur  E  dengan  galur  A  memiliki  nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi yaitu masing-masing 23,48 dan 14,52. Hal ini
bermakna bahwa pada persilangan tersebut akan meningkatkan jumlah baris per tongkol 23,48  dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 14,52 dibandingkan rata-rata tetua
terbaiknya.      Nilai  heterosis  yang  tinggi  pada  jumlah  baris  per  tongkol  juga  diperoleh pada penelitian heterosis jagung hibrida  single cross, double cross, dan tree way cross
yang dilakukan oleh Saleh 2002.  Persilangan galur C dengan galur  B memiliki nilai heterosis  -4,84  dan  heterobeltiosis  -9,23  terendah,  artinya  pada  persilangan
tersebut  akan  menurunkan  jumlah  baris  per  tongkol  sebesar  4,84  dibandingkan  rata- rata kedua tetuanya dan 9,23 dibandingkan tetua terbaiknya.
Terdapat sembilan persilangan  yang menunjukkan peningkatan tinggi tanaman di atas 10 terhadap rata-rata tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur D x galur B, galur C x
galur E, galur B x galur A, galur C x galur A, galur A x galur D, galur A x galur B, galur A  x  galur  C,  galur  D  x  galur  A,  galur  E  x  galur  D  Tabel  29.    Persilangan  galur  D
dengan  galur  B    memiliki  nilai  heterosis  27,54  dan  heterobeltiosis  22,22
82 tertinggi.  Artinya pada persilangan tersebut akan meningkatkan tinggi tanaman 27,54
dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya  dan    22,22  dibandingkan  rata-rata  tetua terbaiknya.  Galur C x galur B memiliki nilai heterosis -6,03 dan heterobeltiosis -
7,30  terendah,  artinya  pada  persilangan  galur  C  dengan  galur  B  akan  menurunkan tinggi  tanaman  sebesar  6,03  dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya  dan  7,30
dibandingkan tetua terbaiknya. Terdapat  enam  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan  tinggi  letak  tongkol
terhadap  rata-rata  kedua  tetua  dan  tetua  terbaiknya  yaitu  galur  C  x  galur  A,  galur  C  x galur E, galur D x galur E, galur A x galur C, galur A x galur D, dan galur D x galur C
Tabel  30.    Galur  C  x  galur  A  memiliki  nilai  heterosis  23,94  dan  heterobeltiosis 18,92  tertinggi.    Artinya  pada  persilangan  galur  C  dengan  galur  A  akan
meningkatkan  tinggi  letak  tongkol  sebesar  23,94    dibandingkan  rata-rata  kedua tetuanya  dan    18,92  dibandingkan  rata-rata  tetua  terbaiknya.    Nilai  heterosis  yang
tinggi  pada  karakter  tinggi  tanaman  dan  tinggi  letak  tongkol  tanaman  jagung    juga diperoleh oleh Dickert dan Tracy 2002; Saleh 2002; dan Olaoye 2009.  Sedangkan
persilangan  galur  C  dengan  galur  B  memiliki  nilai  heterosis  -35,21  dan heterobeltiosis -37,84 terendah, artinya pada persilangan tersebut akan menurunkan
tinggi letak tongkol  sebesar 35,21 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 37,84 dibandingkan tetua terbaiknya.
Terdapat  dua  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan  kandungan  gula terhadap  rata-rata  kedua  tetua  dan  tetua  terbaiknya  Tabel  31.    Data  tersebut
menunjukkan  peran  gen  aditif  yang  berpengaruh  terhadap  kemanisan,  hal  ini  terlihat pada analisis ragam DGU yang nyata untuk kandungan gula.
Nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi pada karakter-karakter yang diamati mengindikasikan  bahwa  genotipe-genotipe  yang  diuji  memiliki  peningkatan  nilai
dibandingkan rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Persilangan yang memiliki nilai DGK terbaik tidak selamanya  memiliki nilai heterosis yang tinggi, karena daya gabung
khusus  membandingkan  antara  semua  genotipe  yang  diuji  sedangkan  heterosis  hanya membandingkan  antara  dua  tetua  dan  atau  tetua  tertinggi.    Sehingga  persilangan  yang
mempunyai  nilai  heterosis  tinggi  tidak  selalu  memberikan  hibrida  terbaik.  Demikian
83 juga pada penelitian ini, nilai DGK tertinggibaik pada karakter hasil tongkol segar per
petak  diperoleh  pada  persilangan  galur  B  dengan  galur  D,  tetapi  heterosis  tertinggi diperoleh  pada  persilangan  galur  A  dengan  galur  D.    Hal  yang  sama  untuk  karaker
diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol, dan tinggi tanaman. Menurut Sujiprihati et  al
.  2001  dan  Aliu  et  al.  2008,  hibrida  superior  cenderung  dihasilkan  dari persilangan  galur  murni  yang  juga  superior  dan  berasal  dari  sumber  populasi  yang
beragam.  Penampilan  hibrida  yang  menunjukkan  hasil  terbaik  berasal  dari  persilangan tetua  yang  memiliki  nilai  DGU  sedang  dengan  rendah  atau  tinggi  dengan  rendah,  atau
paling sedikit satu tetuanya memiliki DGU tinggi. Nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis  pada  beberapa  peubah  yang  diamati  sangat
bervariasi,  terdapat  nilai  negatif  dan  positif.    Hal  ini  menunjukkan  terdapat  perbedaan genetik yang cukup besar diantara tetua yang terlibat dalam persilangan. Menurut Sing
dan  Jain  1970  dalam  Sujiprihati  et  al.  2007,  perbedaan  genetik  yang  besar  diantara tetua  merupakan  salah  satu  faktor  yang  menentukan  ekspresi  heterosis.    Sedangkan
menurut  Maurya  dan  Singh  1977  bahwa  hibrida  terbaik  kemungkinan  besar  dapat diperoleh    dari  persilangan  dua  kultivar  yang  mempunyai  nilai  DGU  terbesar,  tetapi
persilangan  antara  dua  penggabung  umum  yang  kurang  baik  dapat  menunjukkan pengaruh DGK yang baik.
84 Tabel 25  Nilai rata-rata hasil tongkol segar per petak P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis
dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
g P2
g F1
g Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 883,70
1014,00
2074,00
cdefghi
118,58 104,54
2 A x C
883,70 2037,00
2114,00
cdefghi
44,76 3,78
3 A x D
883,70 1442,00
4825,00
a
314,93 234,60
4 A x E
883,70 673,00
632,00
hi
-18,80 -28,48
5 B x A
1014,00 883,70
1499,00
efghi
57,98 47,83
6 B x C
1014,00 2037,00
1283,00
efghi
-15,90 -37,02
7 B x D
1014,00 1442,00
4368,00
ab
255,70 202,91
8 B x E
1014,00 673,00
267,00
i
-68,35 -73,67
9 C x A
2037,00 883,70
3415,00
abcd
133,85 67,65
10 C x B
2037,00 1014,00
1307,00
efghi
-14,32 -35,84
11 C x D
2037,00 1442,00
3675,00
abc
111,27 80,41
12 C x E
2037,00 673,00
1289,00
efghi
-4,87 -36,72
13 D x A
1442,00 883,70
3044,00
abcde
161,77 111,10
14 D x B
1442,00 1014,00
2957,00
bcde
140,80 105,06
15 D x C
1442,00 2037,00
4330,00
ab
148,92 112,57
16 D x E
1442,00 673,00
2554,00
bcdefg
141,51 77,12
17 E x A
673,00 883,70
2252,00
cdefgh
189,33 154,84
18 E x B
673,00 1014,00
1523,00
efghi
80,56 50,20
19 E x C
673,00 2037,00
2657,00
bcdef
96,09 30,44
20 E x D
673,00 1442,00
2702,00
bcdef
155,51 87,38
Pembanding 21
Biji Mas
1306,00
efghi
22 Chia Thai Seed
623,00
hi
23 Manis Madu
1558,00
defghi
24 MR4
249,00
i
25 MR11
664,00
ghi
26 MR12
940,00
fghi
27 MR14
890,00
fghi
28 Pulut Manis
3615,00
abc
29 S  G
1730,00
defghi
30 Sweet Boy
4339,00
ab
31 Thai Super Sweet
3099,00
abcde
Keterangan :  angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda  tidak nyata pada uji DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan;  F1 : Hibrida; A = Mr12SCBC4-6-1B-1;
B = Mr14SCBC4-6-1B-1;   C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1;   D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
85 Tabel  26    Nilai  rata-rata  panjang  tongkol    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 10,80
12,10 13,60
abcd
18,78 12,40
2 A x C
10,80 12,70
11,90
abcd
1,28 -6,30
3 A x D
10,80 10,60
14,60
abc
36,45 35,19
4 A x E
10,80 8,50
9,70
cd
0,52 -10,19
5 B x A
12,10 10,80
14,40
abc
25,76 19,01
6 B x C
12,10 12,70
11,50
abcd
-7,26 -9,45
7 B x D
12,10 10,60
15,50
ab
36,56 28,10
8 B x E
12,10 8,50
12,75
abcd
23,79 5,37
9 C x A
12,70 10,80
14,10
abc
20,00 11,02
10 C x B
12,70 12,10
10,40
abcd
-16,13 -18,11
11 C x D
12,70 10,60
13,30
abcd
14,16 4,72
12 C x E
12,70 8,50
12,50
abcd
17,92 -1,57
13 D x A
10,60 10,80
13,60
abcd
27,10 28,30
14 D x B
10,60 12,10
13,50
abcd
18,94 11,57
15 D x C
10,60 12,70
15,60
a
33,91 22,83
16 D x E
10,60 8,50
12,90
abcd
35,08 21,70
17 E x A
8,50 10,80
11,80
abcd
22,28 9,26
18 E x B
8,50 12,10
14,20
abc
37,86 17,36
19 E x C
8,50 12,70
11,10
abcd
4,72 -12,60
20 E x D
8,50 10,60
12,70
abcd
32,98 19,81
Pembanding 21
Biji Mas 10,40
abcd
22
Chia Thai Seed
11,20
abcd
23 Manis Madu
10,40
abcd
24 MR4
9,50
cd
25 MR11
11,00
abcd
26 MR12
8,75
d
27 MR14
12,4
abcd
28 Pulut Manis
11,80
abcd
29 S  G
10,30
bcd
30 Sweet Boy
15,30
ab
31
Thai Super Sweet
14,30
abc
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1;  C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
86 Tabel 27  Nilai  rata-rata  diameter  tongkol    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
mm P2
mm F1
mm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 3,47
3,08 4,56
ab
39,08 31,27
2 A x C
3,47 4,15
4,34
abcd
13,91 4,58
3 A x D
3,47 3,96
4,63
ab
24,63 16,92
4 A x E
3,47 3,32
4,45
abc
31,08 28,24
5 B x A
3,08 3,47
4,29
abcde
30,92 23,56
6 B x C
3,08 4,15
4,17
abcdef
15,35 0,48
7 B x D
3,08 3,96
4,59
ab
30,40 15,91
8 B x E
3,08 3,32
4,33
abcd
35,42 30,52
9 C x A
4,15 3,47
4,68
ab
22,83 12,77
10 C x B
4,15 3,08
4,04
bcdefg
11,76 -2,65
11 C x D
4,15 3,96
4,55
ab
12,21 9,64
12 C x E
4,15 3,32
4,58
ab
22,62 10,36
13 D x A
3,96 3,47
4,38
abc
17,90 10,61
14 D x B
3,96 3,08
4,24
abcde
20,45 7,07
15 D x C
3,96 4,15
4,63
ab
14,18 11,57
16 D x E
3,96 3,32
4,30
abcde
18,13 8,59
17 E x A
3,32 3,47
4,59
ab
35,20 32,28
18 E x B
3,32 3,08
4,34
abcde
35,63 30,72
19 E x C
3,32 4,15
4,98
a
33,33 20,00
20 E x D
3,32 3,96
4,75
ab
30,49 19,95
Pembanding 21
Biji Mas
3,62
cdefghi
22
Chia Thai Seed 3,42
efghi
23 Manis Madu
4,03
bcdefg
24 MR4
2,51
j
25 MR11
3,22
ghij
26 MR12
2,93
ij
27 MR14
3,40
efghi
28 Pulut Manis
4,16
abcdef
29 S  G
3,88
bcdefgh
30 Sweet Boy
4,48
abc
31 Thai Super Sweet
4,56
ab
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1;  C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
87 Tabel 28     Nilai rata-rata jumlah baris biji per tongkol P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis
dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
baris P2
baris F1
baris Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 10,60
11,80 13,00
abc
16,07 10,17
2 A x C
10,60 13,00
13,00
abc
10,17 0,00
3 A x D
10,60 13,00
14,20
ab
20,34 9,23
4 A x E
10,60 12,40
12,80
abcd
11,30 3,23
5 B x A
11,80 10,60
12,80
abcd
14,29 8,47
6 B x C
11,80 13,00
13,40
abc
8,06 3,08
7 B x D
11,80 13,00
14,20
ab
14,52 9,23
8 B x E
11,80 12,40
13,00
abc
7,44 4,84
9 C x A
13,00 10,60
13,40
abc
13,56 3,08
10 C x B
13,00 11,80
11,80
cdef
-4,84 -9,23
11 C x D
13,00 13,00
14,60
a
12,31 12,31
12 C x E
13,00 12,40
13,80
abc
8,66 6,15
13 D x A
13,00 10,60
13,00
abc
10,17 0,00
14 D x B
13,00 11,80
13,20
abc
6,45 1,54
15 D x C
13,00 13,00
14,60
a
12,31 12,31
16 D x E
13,00 12,40
14,00
abc
10,24 7,69
17 E x A
12,40 10,60
14,20
ab
23,48 14,52
18 E x B
12,40 11,80
13,00
abc
7,44 4,84
19 E x C
12,40 13,00
14,60
a
14,96 12,31
20 E x D
12,40 13,00
14,40
a
13,39 10,77
Pembanding 26
Biji Mas 12,00
bcdef
27 Chia Thai Seed
12,60
abcde
28 Manis Madu
13,40
abc
29 MR4
10,60
ef
30 MR11
13,00
abc
31 MR12
10,30
f
32 MR14
10,54
ef
33 Pulut Manis
10,40
h
34 S  G
12,60
abcde
35 Sweet Boy
13,80
abc
36
Thai Super Sweet
13,00
abc
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;   B = Mr14SCBC4-6-1B-1;  C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;     E = Mr12SCBC3-3-1B-1
88 Tabel  29    Nilai  rata-rata    tinggi  tanaman    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 200,00
167,50 200,0
abcd
15,11 11,11
2 A x C
205,00 167,50
205,0
abcd
10,07 10,81
3 A x D
195,00 167,50
195,0
abcd
17,29 16,42
4 A x E
170,00 167,50
170,0
cdefg
2,26 1,49
5 B x A
207,50 180,00
196,7
abcd
19,42 15,28
6 B x C
195,00 180,00
195,0
abcd
6,85 5,41
7 B x D
190,00 180,00
190,0
abcde
10,14 5,56
8 B x E
195,00 180,00
195,0
abcd
13,04 8,33
9 C x A
217,50 185,00
217,5
ab
23,40 17,57
10 C x B
171,50 185,00
171,5
cdefg
-6,03 -7,30
11 C x D
177,50 185,00
177,5
bcdefg
1,43 -4,05
12 C x E
217,50 185,00
217,5
ab
24,29 17,57
13 D x A
190,00 165,00
190,0
abcde
14,29 13,43
14 D x B
220,00 165,00
220,0
a
27,54 22,22
15 D x C
192,50 165,00
192,50
abcd
10,00 4,05
16 D x E
175,00 165,00
175,0
cdefg
6,06 6,06
17 E x A
177,50 165,00
177,5
bcdefg
6,77 5,97
18 E x B
190,00 165,00
190,0
abcde
10,14 5,56
19 E x C
180,00 165,00
180,0
abcdef
2,86 -2,70
20 E x D
187,50 165,00
187,5
abcdef
13,64 13,64
Pembanding 21
Biji Mas 150,00
efg
22 Chia Thai Seed
167,50
cdefg
23 Manis Madu
177,50
bcdefg
24 MR4
137,50
g
25 MR11
165,00
cdef
26 MR12
147,50
fg
27 MR14
172,50
cdefg
28 Pulut Manis
167,50
cdefg
29 S  G
195,00
abcd
30 Sweet Boy
207,50
abc
31
Thai Super Sweet
187,50
abcdef
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
89 Tabel  30    Nilai  rata-rata  tinggi  letak  tongkol  P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 92,50
92,50 85,00
abcdef
-8,11 -8,11
2 A x C
92,50 85,00
100,00
ab
12,68 8,11
3 A x D
92,50 85,00
95,00
abc
7,04 2,70
4 A x E
92,50 72,50
72,50
bcdef
-12,12 -21,62
5 B x A
92,50 92,50
86,67
abcde
-5,41 -5,41
6 B x C
92,50 85,00
90,00
abcde
1,41 -2,70
7 B x D
92,50 85,00
80,00
bcdef
-9,86 -13,51
8 B x E
92,50 72,50
77,50
bcdef
-6,06 -16,22
9 C x A
85,00 92,50
110,00
a
23,94 18,92
10 C x B
85,00 92,50
57,50
f
-35,21 -37,84
11 C x D
85,00 85,00
80,00
bcdef
-5,88 -5,88
12 C x E
85,00 72,50
90,00
abcde
14,29 5,88
13 D x A
85,00 92,50
82,50
abcdef
-7,04 -10,81
14 D x B
85,00 92,50
87,50
abcde
-1,41 -5,41
15 D x C
85,00 85,00
90,00
abcde
5,88 5,88
16 D x E
85,00 72,50
90,00
abcde
14,29 5,88
17 E x A
72,50 92,50
77,50
bcdef
-6,06 -16,22
18 E x B
72,50 92,50
85,00
abcdef
3,03 -8,11
19 E x C
72,50 85,00
75,00
bcdef
-4,76 -11,76
20 E x D
72,50 85,00
82,50
abcdef
4,76 -2,94
Pembanding 21
Biji Mas 77,50
bcdef
22 Chia Thai Seed
70,00
cdef
23 Manis Madu
77,50
bcdef
24 MR4
62,50
ef
25 MR11
75,00
bcdef
26 MR12
65,00
def
27 MR14
80,00
bcdef
28 Pulut Manis
72,50
bcdef
29 S  G
82,50
abcdef
30 Sweet Boy
100,00
ab
31 Thai Super Sweet
100,00
ab
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
90 Tabel  31  Nilai  rata-rata  kandungan  gula    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
ºbriks P2
ºbriks F1
ºbriks Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 13,5
11,5 12,5
0,0 -7,4
2 A x C
13,5 11,0
13,0 6,1
-3,7 3
A x D 13,5
9,0 11,5
2,2 -14,8
4 A x E
13,5 12,0
11,5 -9,8
-14,8 5
B x A 11,5
13,5 13,0
4,0 -3,7
6 B x C
11,5 11,0
12,5 11,1
8,7 7
B x D 11,5
9,0 11,0
7,3 -4,3
8 B x E
11,5 12,0
11,0 -6,4
-8,3 9
C x A 11,0
13,5 13,5
10,2 0,0
10 C x B
11,0 11,5
12,5 11,1
8,7 11
C x D 11,0
9,0 10,5
5,0 -4,5
12 C x E
11,0 12,0
11,5 0,0
-4,2 13
D x A 9,0
13,5 12,5
11,1 -7,4
14 D x B
9,0 11,5
11,0 7,3
-4,3 15
D x C 9,0
11,0 11,0
10,0 0,0
16 D x E
9,0 12,0
10,5 0,0
-12,5 17
E x A 12,0
13,5 12,5
-2,0 -7,4
18 E x B
12,0 11,5
10,0 -14,9
-16,7 19
E x C 12,0
11,0 12,0
4,3 0,0
20 E x D
12,0 9,0
9,5 -9,5
-20,8
Keterangan : P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida; A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1;   D= Mr11SCBC4-2-1B-1;
E = Mr12SCBC3-3-1B-1
91
II.  Evaluasi Ketahanan terhadap Penyakit Bulai
Persilangan  galur  D  dengan  galur  A  dan  galur  E  x  galur  B  menunjukkan  nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif -1,00 untuk presentase serangan terhadap penyakit
bulai    Tabel  32,  artinya  keturunan  persilangan  tersebut  lebih  tahan  1,00  terhadap penyakit  bulai  dibanding  rata-rata  tetua  dan  rata-rata  tetua  terbaiknya.    Nilai  heterosis
dan  heterobeltiosis  yang  negatif    juga  diperoleh  pada  penelitian  pewarisan  ketahanan tanaman  jagung  terhadap  penyakit    bulai  oleh  Iriany  et  al.  2003;  Kim  et  al.  2003.
Hasil  yang  sama  diperoleh  Subekti  dan  Salazar  2007  pada  penelitian  analisis  dialel ketahanan tanaman jagung terhadap bakteri busuk batang Pectobacterium chrysanthemi
pv.zea Burk.,McFad. and Dim .
Nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis  pada  beberapa  peubah  yang  diamati  sangat bervariasi, terdapat nilai negatif dan positif.  Nilai serupa ditunjukkan dalam penelitian
mengenai  heterosis  dan  heterobeltiosis  pada  jagung  oleh  Morello  et  al.  2001; Ruswandi et al. 2005; Wahyudi et al. 2006.  Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan
genetik yang cukup besar diantara tetua yang terlibat dalam persilangan. Menurut Sing dan Jain 1970 perbedaan genetik yang besar diantara tetua merupakan salah satu faktor
yang menentukan ekspresi heterosis. Hibrida  yang  baik  umumnya  diperoleh  dari  hasil  persilangan  tetua-tetua  yang
memiliki  DGU,  DGK,  serta  nilai  heterosis  dan  atau  heterobeltiosis  yang  tinggi  Roy, 2000.  Dalam  penelitian  ini  kombinasi  persilangan  yang  memiliki  nilai  DGU,  DGK,
serta  nilai  heterosis  dan  atau  heterobeltiosis  yang  tinggi  adalah  galur  A  x  galur  D Mr12SCBC4-6-1B-1 x Mr11SCBC4-2-1B-1.
92 Tabel  32  Nilai  rata-rata  persentase  serangan  penyakit  bulai    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai
heterosis dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
P2 F1
Heterosis Heterobeltiosis
1 A x B
1,52 2,27
2,38
d
0,26 0,05
2 A x C
1,52 0,00
1,30
d
0,72 -0,14
3 A x D
1,52 0,00
1,19
d
0,57 -0,21
4 A x E
1,52 2,00
1,20
d
-0,32 -0,40
5 B x A
2,27 1,52
5,68
d
2,30 3,13
6 B x C
2,27 0,00
1,19
d
0,05 -0,48
7 B x D
2,27 0,00
1,72
d
0,52 -0,24
8 B x E
2,27 2,00
1,19
d
-0,44 -0,48
9 C x A
0,00 1,52
1,19
d
0,57 -0,21
10 C x B
0,00 2,27
1,19
d
0,05 -0,48
11 C x D
0,00 0,00
1,19
d
0,00 0,00
12 C x E
0,00 2,00
4,55
d
3,55 1,27
13 D x A
0,00 1,52
0,00
d
-1,00 -1,00
14 D x B
0,00 2,27
1,79
d
0,57 -0,21
15 D x C
0,00 0,00
0,00
d
0,00 0,00
16 D x E
0,00 2,00
1,52
d
0,52 -0,24
17 E x A
2,00 1,52
1,79
d
0,02 -0,11
18 E x B
2,00 2,27
0,00
d
-1,00 -1,00
19 E x C
2,00 0,00
1,72
d
0,72 -0,14
20 E x D
2,00 0,00
1,79
d
0,79 -0,11
Pembanding 21
Biji Mas 38,75
a
22 Chia Thai Seed
17,35
c
23 Manis Madu
29,42
b
24 MR4
7,00
d
25 MR11
9,00
d
26 MR12
7,70
d
27 MR14
9,80
d
28 Pulut Manis
23,27
cb
29 S  G
20,60
cb
30 Sweet Boy
23,35
bc
31 Thai Super Sweet
26,47
b
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  pada taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
93
Penampilan Tanaman
Persilangan yang menghasilkan hasil tongkol segar per petak  lebih baik daripada semua varietas pembanding adalah galur  A x galur D 4825 g dan galur B x galur D
4368 g. Hasil tongkol segar per petak disajikan pada Tabel 25. Galur A x galur D dan galur B x galur D  memiliki kandungan gula masing-masing 11,5 ºbriks dan 11 ºbriks.
Persilangan galur A dengan galur D mempunyai  hasil tongkol segar per petak tertinggi didukung oleh rata-rata panjang tongkol 14,60 cm dan rata-rata diameter tongkol yang
besar  4,63  mm.    Persilangan  galur  D  dengan  galur  C  4330  g  dan  persilangan resiprokalnya 3675  g   mengberikan hasil tongkol segar per petak lebih baik daripada
semua varietas pembanding, kecuali varietas pembanding Sweet Boy.  Persilangan  galur D  dengan  galur  C  memiliki  kandungan  gula  11  ºbriks,  dan  persilangan  resiprokalnya
10,5 ºbriks.  Potensi hasil yang tinggi disebabkan adanya interaksi antara gen-gen yang sesuai  dan  favourable  yang  disumbangkan  oleh  tetua-tetua  yang  terlibat.    Adanya
potensi hasil yang tinggi dari beberapa kombinasi persilangan melalui persilangan dialel telah dilaporkan Morello et al. 2001.
Galur A x galur C mempunyai hasil tongkol segar per petak  2114,00 g,  hasil ini lebih tinggi daripada semua varietas pembanding kecuali Thai super sweet, Pulut Manis
dan  Sweet  Boy.  Tetapi  persilangan  galur  C  dengan  galur  A  mempunyai  hasil  tongkol segar  per  petak  3415,00  g,  hasil  ini  lebih  tinggi  daripada  varietas  pembanding  Thai
Super Sweet.  Persilangan  galur A dengan  galur E mempunyai hasil tongkol segar per petak yang rendah 632 g, tetapi hasil tongkol segar per petak ini lebih tinggi dan tidak
berbeda nyata dengan varietas pembanding Chia Thai Seed 623,00 g dan Manis Madu 249,00 g.  Demikian juga pada persilangan resiprokalnya mempunyai hasil lebih tinggi
daripada varietas pembanding Biji Mas, Chia Thai Seed, Manis Madu, dan S  G. Persilangan galur A dengan galur B mempunyai hasil tongkol segar per petak 2074
g  dan  resiprokalnya  1499,00  g.  Hasil  ini  lebih  tinggi  daripada  varietas  pembanding kecuali Pulut Manis, Sweet Boy, dan Thai Super sweet.  Galur B x galur C dan galur C x
galur B mempunyai hasil tongkol segar per petak masing-masing 1283,00 g dan 1307 g. Hasil ini lebih tinggi daripada hasil varietas pembanding Chia Thai Seed.   Kombinasi
94 persilangan  yang  dievaluasi  umumnya  mempunyai  hasil  tongkol  segar  per  petak  yang
lebih tinggi daripada varietas pembanding Chia Thai Seed,  kecuali persilangan galur B dengan  galur  E.    Tetapi  persilangan  galur  E  dengan  galur  B  mempunyai  hasil  tongkol
segar per petak yang lebih tinggi 1523 g daripada varietas pembanding Chia Thai Seed dan Biji Mas.
Galur  C  x  galur  E  mempunyai  hasil  tongkol  segar  per  petak  1289,00  g,  hasil  ini lebih tinggi daripada Chia Thai Seed. Sedangkan persilangan resiprokalnya mempunyai
hasil tongkol segar per petak 2657 g, hasil ini lebih tinggi dari hasil tongkol segar per petak pada Biji Mas, Chia Thai Seed, Manis Madu, dan S  G.
Nilai  rata-rata  panjang  tongkol  berkisar  antara  9,70  cm-15,60  cm,  persilangan galur  D  dengan  galur  C  mempunyai  rata-rata  panjang  tongkol  tertinggi.  Nilai  ini  tidak
berbeda  nyata  dengan  varietas  pembanding,    kecuali  galur  Mr4,  Mr12,  dan  S    G. Tabel  26.    Nilai  rata-rata  diameter  tongkol  jagung  manis  yang  dievaluasi  berkisar
antara 4,17 mm – 4,98 mm.  Persilangan galur E dengan galur C mempunyai rata-rata
diameter  tongkol  tertinggi  4,98  mm,  nilai  ini  berbeda  nyata  dengan  semua  varietas pembanding  kecuali  Sweet  Boy  dan  Thai  Supersweet  Tabel  27.  Tongkol  yang  lebih
panjang  biasanya  digunakan  untuk  bahan  baku  industri,  sedangkan  tongkol  yang  lebih kecil biasanya digunakan untuk kudapan jagung bakar dan rebus.
Pada pengamatan jumlah baris biji per tongkol, nilai rata-rata jumlah baris biji per tongkol berkisar antara 11,80
– 14,60 baris Tabel 28.  Nilai ini dibulatkan menjadi 12 – 14 baris per tongkol karena jumlah baris pada jagung selalu  genap. Terdapat sembilan
persilangan  yang  mempunyai  jumlah  baris  14  dan  11  persilangan  yang  mempunyai jumlah baris 12. Jumlah baris tongkol yang banyak tidak selalu memberikan hasil yang
tinggi, karena kemungkinan barisan biji pada tongkol tidak terisi penuh dengan biji. Nilai  rata-rata  tinggi  tanaman  pada  umumnya  di  atas  100  cm,  dan  tinggi  letak
tongkol    di  atas  50  cm  Tabel  29  dan  Tabel  30.  Menurut  Wahyudi  2006,  batang merupakan  bagian  organ  tanaman  untuk  menampung  hasil  asimilat  untuk  kemudian
didistribusikan pada tongkol untuk pengisian biji. Tanaman yang memiliki batang yang tinggi  umumnya,  memiliki  ruas  buku  batang  yang  panjang.  Ruas  buku  batang  yang
panjang  biasanya  memberikan  informasi  ukuran  tongkol  yang  panjang.    Setiostono
95 2008  menyatakan  bahwa  karakter  tinggi  tanaman  dan  tongkol  menentukan  kriteria
seleksi  tanaman  yang  akan  dipilih.  Biasanya  pemulia  jagung  memilih  tanaman  yang tidak  terlalu  tinggi  dan  tinggi  letak  tongkol  berada  di  tengah-tengah  tinggi  tanaman.
Biasanya tanaman yang terlalu tinggi dengan letak tongkol yang tinggi pula akan lebih rentan pada rebah akar dan rebah batang.
Semua  galur  yang  dievaluasi  terserang  penyakit  bulai  0,00  -  5,68  Tabel  32 yang  termasuk  dalam  kategori    tahan  -  immun,  sedangkan  varietas  pembandingnya
terserang  penyakit  bulai  diatas  17    yang  termasuk  dalam  kategori  moderat  peka. Dengan demikian umumnya  galur-galur  yang dievaluasi termasuk tahan penyakit bulai
menurut  Rao  et  al.  1984.    Galur-galur  yang  dievaluasi  memiliki  presentase  serangan yang  rendah  terhadap  penyakit  bulai  disebabkan  karena  galur-galur  tetua  yang
digunakan  dalam  awal  pembentukan  populasi  memiliki  presentase  serangan  penyakit bulai yang rendah yaitu galur Mr4, Mr11, Mr12, dan Mr14.
KESIMPULAN
1.  Galur C Mr4SCBC4-2-1B-1 dan D Mr11SCBC4-2-1B-1 memiliki nilai DGU yang  positif  untuk  karakter  hasil  tongkol  segar  per  petak,  diameter  tongkol,  dan
jumlah baris biji per tongkol. 2.  Persilangan  yang  memiliki  nilai  DGK,  heterosis,  dan  heterobeltiosis  tinggi  untuk
hasil  tongkol  segar  per  petak  adalah  galur  A  x  galur  D  Mr12SCBC4-6-1B-1  x Mr11SCBC4-2-1B-1, galur B x galur D Mr14SCBC4-6-1B-1 x Mr11SCBC4-
2-1B-1 dan galur C x galur D  Mr4SCBC4-2-1B-1 x Mr11SCBC4-2-1B-1. 3.  Kombinasi  persilangan  yang  dievaluasi  umumnya  mempunyai  hasil  tongkol  segar
per petak yang lebih tinggi daripada varietas pembanding Chia Thai Seed,  kecuali
persilangan galur B dengan  E Mr14SCBC4-6-1B-1 x Mr12SCBC3-3-1B-1.
96
BAB.  VI PEMBAHASAN UMUM
Setiap tahun permintaan jagung manis semakin meningkat, sementara produksi jagung  manis  belum  mencukupi  kebutuhan  untuk  konsumsi  karena  belum  ditanam
secara  luas  di  Indonesia.    Hal  ini  dikarenakan  jumlah  varietas  jagung  manis  yang beredar di Indonesia masih terbatas sehingga harga benihnya   mahal, dan umumnya
tidak tahan penyakit bulai.   Harga benih yang mahal antara lain disebabkan varietas yang beredar dirilis oleh perusahaan swasta, dimana materi  genetiknya    merupakan
hasil introduksi, dan belum ada pesaing dalam negeri.  Oleh karena itu telah dibentuk galur  jagung  manis  dari  hasil  persilangan  antara  galur  jagung  biasa  yang  diketahui
mempunyai  potensi  hasil  yang  tinggi,  tahan  penyakit  bulai  dengan  varietas  jagung manis sebagai tetua donor gen pengendali rasa manis.
Galur  jagung  manis  yang  terbentuk  dilakukan  analisis  keragaman  genetik berdasarkan  marka  SSRs  dan  karakter  morfologi  untuk  membantu  memprediksi
keragaman  genetik  galur  jagung  manis  sweet  corn  sebagai  kandidat  tetua  hibrida yang kemungkinan menghasilkan heterosis tinggi.  Menurut Xia et al. 2004 marka
SSR  dapat  digunakan  untuk  menduga  hubungan  antara  galur  inbrida  jagung,  tetapi sukar untuk memprediksi heterosis dan penampilan hibrida.
Pada  penelitian  ini  hanya  digunakan  20  genotipe  jagung  manis  untuk mengetahui  korelasi  antara  kemiripan  genetik  berdasarkan  marka  SSRs  dan
morfologi.  Hal  ini  dikarenakan  percobaan  di  laboratorium  dan  lapangan  tidak konsisten, dimana    galur  yang tumbuh baik di lapangan ternyata  sulit diamplifikasi
atau memiliki heterosigositas yang tinggi, atau sebaliknya. Marka  SSRs  yang  digunakan  mampu  mengelompokkan  genotipe  berdasarkan
kemiripannya, tetapi marka morfologi memperlihatkan hasil yang berbeda. Terdapat perbedaan  kelompok  beberapa  genotipe  antara  dendrogram  berdasarkan  morfologi
dan  marka  SSRs.  Hal  ini  kemungkinan  terjadi  karena  persentase  genom  yang terwakili  masih  sedikit  atau  masing-masing  penanda  mengungkap  daerah  genom
yang  berbeda.    Selain  itu,  karakter  morfologi  sangat  dipengaruhi  oleh  faktor lingkungan  sehingga  banyak  karakter  yang  tidak  terekspresi  secara  lebih  baik.
Oleh  karena  itu  analisis  keragaman  genetik  berdasarkan  morfologi  sebaiknya
97
didukung  oleh  analisis  keragaman  genetik  berdasarkan  marka  molekuler.  Tetapi apabila tidak memiliki dana yang cukup untuk analisis berdasarkan marka molekuler,
maka  analisis  berdasarkan  karakter  morfologi  dapat  digunakan  dengan memperbanyak  pengamatan data morfologi.
Berdasarkan  analisis  keragaman  genetik  dipilih  enam  galur  yang  mempunyai jarak  genetik  rendah,  sedang  dan  jauh  untuk  dijadikan  tetua  dalam  persilangan
diallel.    Keenam  galur  ini  juga  mempunyai  potensi  hasil  tinggi,  nilai  daya  gabung yang  baik,  dan  tahan  terhadap  penyakit  bulai.  Keenam  galur  tersebut  adalah  Galur
Mr4SCBC4-2-1B,  Mr4SCBC4-6-1B,  Mr11SCBC4-2-1B,  Mr11SCBC4-4-1B, Mr12SCBC4-6-1B, dan Mr12SCBC3-3-1B.
Analisis  dialel  membantu  para  pemulia  menentukan  pola  heterosis  antar populasinya  serta  memilih  bahan  dan  metode  yang  akan  digunakan  dalam  program
pemuliaannya.  Melalui  persilangan  diallel,  masing-masing  genotipe  mempunyai kesempatan untuk disilangkan dengan genotipe lain, bahkan dapat ditambah dengan
persilangan  sendiri  genotipe  itu,dan  dapat  diketahui  kombinasi  mana  yang  cocok dipasangkan  sehingga  dapat  menghasilkan  suatu  varietas  yang  lebih  baik.
Kemampuan  suatu  genotipe  bergabung  dengan  genotipe  yang  lain  dalam menghasilkan varietas yang lebih baik biasa disebut  daya gabung.  Menurut  Vacaro
et  al .  2002    istilah  kemampuan  DGU  untuk  melihat  penampilan  rata-rata  galur-
galur  dalam  kombinasi  hibrida,  sedangkan  istilah  DGK  untuk  mengklarifikasi sejumlah  kombinasi  tertentu  yang  relatif  lebih  baik  atau  lebih  jelek  dari  yang
diperkirakan  pada  penampilan  rata-rata  dari  galur-galur  yang  terlibat.  Nilai  dari setiap populasi tergantung pada potensi per se  dan kemampuan daya gabung dalam
persilangan. Pada  analisis  diallel,  jumlah  kuadrat  DGU  lebih  tinggi  dari  jumlah  kuadrat
DGK  pada  semua  karakter  yang  diamati.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  gen-gen aditif lebih berperan pada karakter-karakter tersebut, karena genotipe-genotipe yang
dijadikan tetua terpilih berdasarkan analisis daya gabung umum melalui persilangan puncak.  Bello 2009  menyatakan bahwa daya gabung umum merupakan parameter
genetik  yang  tepat  digunakan  karena  mengukur  secara  langsung  gen  aditif  yang merupakan parameter utama dalam menentukan efektivitas seleksi.  Jumlah  kuadrat
tengah DGU lebih tinggi dari  jumlah kuadrat tengah DGK.  Nilai DGK yang nyata
98
berarti  kemungkinan  ada  interaksi  gen  antar  lokus  dengan  pola  interaksi  aditif  x aditif.
Persilangan  galur  A  dengan  D  Mr12SCBC4-6-1B    x  Mr11SCBC4-2-1B menghasilkan  produktivitas  lebih  baik  daripada  semua  varietas  pembanding.
Kombinasi  persilangan  galur  A  dengan  galur  D  Mr12SCBC4-6-1B    x Mr11SCBC4-2-1B  memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi dan nilai
jarak genetik sedang 0,53.  Galur  A dan D merupakan sister line, dikembangkan dari  populasi  Suwan  2  selfing  plant  to  plant  SW2S1C7,  sehingga  kedua  galur
tersebut memiliki jarak genetik yang tidak terlalu jauh. Namun demikian hibrida ini memiliki  produktivitas  yang  lebih  tinggi,  hal  ini  kemungkinan  disebabkan  kedua
galur tetuanya sudah mengalami seleksi dan perbaikan genetik sampai pada siklus ke 7 menggunakan metode reciprocal recurrent selection RRS.
Persilangan  galur  D  dengan  C  Mr11SCBC4-2-1B  x  Mr4SCBC4-2-1B mempunyai hasil  tongkol segar per petak 4330,00 g, hasil ini lebih tinggi daripada
semua  varietas  pembanding  kecuali  Sweet  Boy.    Persilangan  tersebut  mempunyai nilai  DGK  yang  negatif  -327,50,  tetapi  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis  yang
tinggi  148,92    dan  112,57      serta  memiliki  jarak  genetik  yang  cukup  jauh 0,61.    Jarak  genetik  jauh  disebabkan  karena  Galur  D  dan  C  dikembangkan  dari
populasi  yang  berbeda.  Galur  D  dikembangkan  dari  populasi  Suwan  2,  sedangkan galur C dikembangkan dari populasi MSJ1.
Persilangan  galur  C  dan  E  Mr4SCBC4-2-1B  x  Mr12SCBC3-3-1B memiliki  jarak  genetik  tertinggi  0,77,  tetapi  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosisnya
rendah.  Persilangan  tersebut  mempunyai  produktivitas  yang  lebih  rendah dibandingkan  kombinasi  persilangan  yang  lain,  kecuali  varietas  pembanding  Chia
Thai Seed.  Persilangan resiprokalnya memiliki hasil yang lebih tinggi dari varietas Biji  Mas,  Chia  Thai  Seed  dan  Manis  Madu.    Moll  et  al.  1965  mengemukakan
bahwa  tetua  yang  memiliki  jarak  genetik  jauh  tidak  selalu  memberikan  hasil  yang tertinggi.  Hal  ini  disebabkan  karena  adanya  perbedaan  genetik  yang  sangat  tinggi
pada  kedua  tetua  sehingga  terjadi  kombinasi  gen  yang  tidak  sesuai  incompatible. Selain  itu  paket  marka  yang  digunakan  tidak  spesifik  dan  belum  termasuk  paket
marka  terbaik.  Menurut  Dias  et  al.  2004  marka  yang  digunakan  mungkin  belum merupakan  paket  marka  yang  terbaik  dalam  mengkarakterisasi  jarak  genetik
sehingga nilai heterosis tertinggi tidak menunjukkan produktivitas yang tinggi.
99
Persilangan  yang  memiliki  produktivitas  tinggi  umumnya  mempunyai  nilai heterosis  yang  tinggi.  Menurut  Tollenar  et  al.  2004,  heterosis  merupakan
mekanisme  kerja  antara  genetik  dan  fisiologi  yang  masih  tidak  dijelaskan.  Namun ada  dua  teori  umum  yang  bisa  menjelaskan  hal  tersebut  yaitu  teori  dominan  dan
overdominan.  Teori  dominan  menjelaskan  bahwa  heterosis  merupakan berkumpulnya  gen-gen  yang  favourable,  sedangkan  overdominan  menjelaskan
bahwa  individu  heterozigot  yang  mengandung  2  alel  yang  berbeda  pada  satu  lokus mempunyai metabolisme yang lebih superior dari individu yang homosigot. Individu
yang  heterozigot  mengalami  pembagian  sel,  pertumbuhan  dan  mempunyai  proses fisiologi yang lebih baik daripada individu homosigot.  Oleh karena itu, hibrida yang
terbentuk  dari  tetua-tetua  yang  mempunyai  konstitusi  genetik  yang  berbeda mempunyai  heterosis  yang  lebih  tinggi  daripada  heterosis  pada  hibrida  yang
melibatkan tetua-tetua yang mempunyai pertalian genetik eratdekat.
100
BAB.  VII KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.  Karakterisasi  galur-galur  jagung  manis    yang  dievaluasi  menggunakan    marka SSRs  memperlihatkan  keragaman  genetik  yang  cukup  luas  dan  dapat
membedakan  antara  galur satu dengan  yang lainnya.  Pengelompokan 39  galur jagung  manis  berdasarkan  marka  SSRs    diperoleh  tiga  klaster  atau  kelompok
heterotik yang terdiri dari susunan pedigree yang sama.
2.
Tingkat  keakuratan  pengelompokan  20  galur  jagung  manis  berdasarkan  marka SSRs  dan  morfologi  cukup  tinggi  dengan  nilai  koefisien  korelasi  kofenetik  r
sebesar  0,84    dan  nilai  kemiripan  genetik  0,26  -  0,83  atau  pada  jarak  genetik
0,74 - 0,17.
3.  Galur Mr4SCBC4-2-1B,
Mr11SCBC4-2-1B, Mr12SCBC4-6-1B,
Mr12SCBC3-3-1B  Mr4SCBC4-2-1B,    Mr11SCBC4-2-1B,    Mr12SCBC4- 6-1B,  dan  Mr12SCBC3-3-1B    memiliki  jarak    genetik  sedang  dan  jauh,
mempunyai  hasil  dan  nilai  DGU  yang  tinggi  sehingga  dapat  dijadikan  tetua untuk persilangan diallel.
4.  Persilangan  galur  A  dengan  galur  D  Mr12SCBC4-6-1B    x  Mr11SCBC4-2- 1B  mempunyai  nilai  heterosis,  heterobeltiosis    tertinggi  untuk  karakter  hasil
tongkol  segar  per  petak,    jarak  genetik  yang  sedang    dan  produktivitas  yang tinggi.
5.  Persilangan  galur    D  dengan    galur  C  Mr11SCBC4-2-1B  x  Mr4SCBC4-2- 1B  mempunyai  hasil    tongkol  segar  per  petak  yang  tinggi.    Kombinasi
persilangan  ini  mempunyai  nilai  DGK  yang  negatif,  tetapi  nilai  heterosis  dan heterobeltiosis yang  tinggi serta memiliki jarak genetik yang cukup jauh.
6.  Persilangan galur E  dengan galur C Mr12SCBC3-3-1B x Mr4SCBC4-2-1B mempunyai    jarak    genetik  yang    jauh  ,  nilai  DGK  negatif,  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis  positif,    dan    hasil  tongkol  segar  per  petak    yang  tidak  terlalu tinggi.
101 7.  Semua  kombinasi  persilangan  yang  dievaluasi  memiliki  daya  hasil  yang
melebihi  varietas  pembanding  Chia  Thai  Seed  dan  tahan  penyakit  bulai,    oleh karena itu semuanya dapat direkomendasikan sebagai calon tetua hibrida.
8.  Hibrida terbaik tidak selalu diperoleh dari tetua yang mempunyai jarak genetik yang jauh, tetapi dapat juga diperoleh dari tetua yang mempunyai jarak genetik
rendah maupun sedang.
Saran
1.  Perlu  dilakukan  penelitian  uji  pendahuluan  untuk  mengevaluasi  kombinasi persilangan yang memiliki potensi hasil tinggi hibrida harapan.
2.  Perlu dilakukan uji ketahanan terhadap penyakit bulai pada lokasi yang berbeda 3.  Perlu  dilakukan  evaluasi  di  beberapa  lokasi  untuk  mempelajari  daya  hasil  dan
stabilitas hibrida harapan dalam rangka pelepasan varietas.
102
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Moneam  MA,  Attia  AN,  El-Emery  MI,  Fayed  EA.  2009.  Combining  ability and heterosis for some agronomic traits in crosses of maize.  Pak J of Bio Sci
12:433-438. Aday  BA.    1974.    The  Philippine  program  in  breeding  for  resistance  to  downy
mildew  of  maize.    Proc.    Symposium  on  Downy  Mildew  of  Maize.    Tokyo. Agric Res
8:207-244. Agrios  GN.  1988.    Plant  Pathology.    Penerjemah:  Munsir  Busnia.    Gadjah  Mada
Univ. Press. Ahmad A, Saleem M. 2003. Combining ability analysis in Zea mays L. Int J Agric
Biol 5:239-244.
Aliu  S,  Fetahu  S,  Rozman  L,  Salillari  A.  2008.  General  and  specific  combining ability studies for leaf area in some maize inbreds in agroecological conditions
of Kosovo. Acta agriculturae Slovenica 91:67-73. Allard RW.  1960.  Principles of Plant Breeding.  New York: John Wiley and Sons.
Amorim EP et al. 2003.  Genetic variability in sweet corn using molecular markers. Maydica
48:177-181 Araujo  PM,  Miranda  JB.  2001.  Analysis  of  diallel  cross  for  evaluation  of  maize
populations across environments. Crop Breed Appl Biotech 1: 255-262. Badan  Pusat  Statistik  BPS.  2006.  Produksi  Jagung  Manis  Tahun  2001-2005.
http:www. bps.go.id. html. Bagheri N. 2010. Heterosis and combining ability analysis for yield and related-yield
traits in hybrid rice. Int J of Biology  2:223-231. Baihaki  A.  1989.  Fenomena  heterosis.  Disampaikan  pada  Latihan  Pemuliaan
Tanaman  dan  Hibrida,  bagi  Staf  Litbang  Deptan,  Balittan  Sukamandi,  30 Agustus
–  4  September.    Kerjasama  Badan  Litbang  Deptan  dan  Fakultas Pertanian UNPAD.
Barbosa-Neto JF, Sorrels ME, Cisar G. 1996. Prediction of heterosis in wheat using coefficient  of  percentage  and  RFLP-based  estimates  of  genetic  relationship.
Genome 39:1142 - 1149.
Bhatnagar  S,  Betrán  FJ,  Rooney  LW.  2004.  Combining  abilities  of  quality  protein maize inbreds. Crop Sci 44:1997-2005
Beck DL, Vasal SK, Crossa J . 1990. Heterosis and combining ability of CIMMYT’s
tropical  early  and  intermediate  maturity  maize  Zea  mays  L.  germplasm. Maydica
35:279-285. Bello  OB.  2009.  Combining  Ability  for  Maize  Grain  Yield  and  Other  Agronomic
Characters  in  a  Typical  Southern  Guinea  Savana  Ecology  of  Nigeria.  Afr  J Biotechnol
8: 2518-2522. Bello  OB,  Abdulmaliq  SY,  Afolabi  MS,  Ige  SA.  2010.  Correlation  and  path
coefficient analysis of  yield and agronomic characters among open pollinated
103
maize varieties and their F1 hybrids in a diallel cross. Afr J Biotechnol  9:2633- 2639.
Benchimol LL et al. 2000. Genetic diversity in tropical maize inbred lines: heterotic group assignment and hybrid performance. Plant Breed 119:491-496.
Beer SC, Goffreda J, Phillips TD, Murphy JP, Sorrells ME.  1993.   Assessment of genetic  variation  in  Avena  sterilis  using  morphological  traits,  isozymes,  and
RFLPs.  Crop Sci 33:1386-1393. Betran FJ, Isakeit T, Odvody G. 2002. Aflatoxin accumulation of white and yellow
maize inbreds in diallel crosses. Crop Sci 42:1894-1901 Betrán  FJ,  Ribaut  JM,  Beck  D,  Leon  DG  de.  2003.  Genetic  diversity,  specific
combining  ability  and  heterosis  in  tropical  maize  inbreds  under  stress  and nonstress environments. Crop Sci  43:797-806
Borges OLF. 1987. Diallel analysis of maize resistance to sorghum downy mildew. Crop Sci
27:178-180. Boye-Goni  SR,  Marcarian  V.  1985.    Diallel  analysis  of  aluminium  tolerance  in
selected lines of grain sorghum.  Crop Sci 25:749-752. Briggle LW. 1963. Heterosis in wheat. Crop Sci 3:407-412.
Bustamam  M,  Kimigafukuro.  1981.    Studies  on  medium,  temperature  for germination  of  conidia  and  appearance  of  local  symptoms  of
Peronosclerospora  maydis on  corn  leaves  at  different  seedling  stages.  Contr
Centr Res Inst Food Crops Bogor 63:1-14.
Cobbledick RH, OMAF. 1997. High Sugar Sweet Corn. Factsheet. 23 Juni 2008. Chaudhary  AK,  Chaudhary  LB,  Sharma  KC.  2000.  Combining  ability  estimates  of
early generation inbred lines derived from two maize populations. Ind J Genet and Plant Breeding
60:55-61. Cox TS et al. 1985. Genetic relationship among hard  red  winter  wheat  cultivars as
evaluated by pedigree analysis and gliadian polyacrilamide gel electrophoretic patterns. Crop Sci 25:1058-1063.
Couch SR, Tanskley SD.  1991.  Development and use of restriction fragment length polymorphism in rice breeding and genetic.  In Khush GS. and Toenniessen GH.
eds Rice Biotechnology.  Philipines:IRRI Los Banos. Crossa  J,  Vasal  SK,    Beck  DL
.  1990.  Combining  ability  estimates  of  CIMMYT’s tropical late yellow maize germplasm. Maydica 35:273-278
Dahlan  M,  Mudjiono,    Slamet  S.  1998.    Pembentukan  populasi  heterosis  untuk program hibrida.  Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain 1:1-8.
Deptan.  2006.  Permintaan jagung.  WWW.deptan.go.id Dias  LAS,  Picolt  EAT,  Roca  RB,  Alfenas  AC.  2004.  A  priori  choise  of  hybrid
parents in plants. Genet Mol Res. 3:356-368. Dickert  TE,    Tracy  WF.  2002,  Heterosis  for  flowering  time  and  agronomic  traits
among  early  open-pollinated  sweet  corn  cultivars.  J  of  Americ  Society  for Horticultural Sci
127:793-797.
104
El-Haddad MM. 1975. Genetical analysis of diallel crosses in spring wheat. Egypt J Genet Cytol
4:174-188. El-Shouny  KA,  Olfat  H,  El-Bagaoury  HY,    El-Sherbieny,  Al-Ahmed  SA.  2003.
Combining ability for yield and its components in yellow maize Zea mays L. under two plant densities. Egypt J Plant Breed  7:399-417.
Fagi  AM,    Subandi,  Gaybita  N,  Munawir  M.    1997.    Upaya  peningkatan  produksi jagung  pada  PJP  II.    Bahan  diskusi  dalam  pertemuan  teknis  BIMAS,  di
secretariat Badan Pengendali BIMAS, 27 Februari 1997.  19p. Febriani Y, Ruswandi S, Rachmady M, Ruswandi D. 2008.  Keragaman galur-galur
murni elite baru jagung Unpad di Jatinangor-Indonesia. Zuriat 19:104-115. Fehr WR. 1987. Principles of Cultivar Development. New York: Mac-Millan. Vol. 1.
Fuzatto  SR,  Ferreira  DF,  Ramalho  MAP,  Ribeiro  PHE.  2002.  Genetic  divergence and its relation to the crossings diallel in corn. Agrotec. and Sci. 26:22-32.
Frova C, Krajewski P, Fonzo ND, Villa M, Sari-Gorla M.  1999.  Genetic analysis of drought tolerance in maize by molecular markers. I. Yield components. Theor
Appl Genet 99:280-288.
Gardner  EJ,  Simmons  MJ,  Snustad  DP.  1991.  Principles  of  Genetics.  8
th
Edition. New York : John Wiley and Sons, Inc.
George  MLC,  Regalado  E,  Warburton  M,  Vasal  S,  Hoisington  D.  2004.  Genetic diversity  of  maize  inbred  lines  in  relation  to  downy  mildew.  Euphytica  135:
145-155. Giridharan S, Prasad MN,   Rangaswamy SR. 1996, Diallel, triallel and quadriallel
analysis for grain yield in maize. Madras Agric J. 83:230-236. Griffing B.  1956.  Concept of general and spesific combining ability in relation to
dialel crossing system.  Aust Biol Sci 9:463-493. Gupta PK, Balyan HS, Sharma PC, Ramesh B.  1996.  Micro satellites in plants: A
new class of molecular markers.  Curr  Sci 70:45-54. Hallauer AR, Miranda JB.  1981.  Quantitatif Genetics in Maize Breeding 1
st
. Iowa State University PressAmes.
Halloran GM, Knight R, Mc Whirter KS, and Sparrow DHB.  1979.  Plant Breeding. Australian Vice-Chancellors Committee.  Brisbane.  p225.
Hamada  H,  Petrino  MG,  Kakunaga  T.    1982.      A  novel  repeated  element  with  Z- DNAforming  potential  is  widely  found  in  evolutionarily  diverse  eukaryotic
genomes. Proc Natl Acad Sci USA 79: 6465-6469. Hartman JB, Clair DA St. 1999. Combining ability for beet armyworm, Spodoptera
exigna  resistance  and  horticultural  traits  of  selected  Lycopersicon  pennellii- derived inbred backcross lines of tomato. Plant Breeding 118:523-530.
Has I, Has V. 2009. Genetic inheritance of some important characters of sweet corn. Not Bot Hort Agrobot Cluj
37:244-248. Hastini T et al. 2008.
Seleksi  Hibrida Topcross Jagung Manis SR UNPAD di tiga Lokasi di Jawa Barat  Berdasarkan  stabilitas dan  Adaptabilitas.  Zuriat  19: 60-70.
105
Heckenberger  M,  Bohn  M,  Frisch  M,  Maurer  HP,    Melchinger  AE.  2002. Idendtification  of  essentially  derived  varieties  with  molecular  markers:  an
approach based on statistical test theory and computer simulations. Theor Appl Genet
111: 598-608. Herison  C.  2002.    Pola  pewarisan  ketahanan  dan  toleransi  terhadap  Cucumber
Mosaic  virus CMV  pada  cabai  merah  Capsicum  annuum  L.  [Tesis].
Bandung: Universitas Padjadjaran. Iriany RN,  Makkulawu AT, Isnaini M, Dahlan MM, Subandi. 2003. Evaluasi daya
gabung  karakter  ketahanan  tanaman  jagung  terhadap  penyakit  bulai  melalui persilangan dialel.  Jurnal Penelitian Pertanian 22:14-25.
Jampatong S et al. 2010. Evaluation of improved maize populations and their diallel crosses for yield.  Nat Sci  44:523-528.
Jelena  SRDIĆ,  Nikolic  A,  Pajić  Z,  Dragana  IGNJATOVIĆ-MICIĆ.  2008. Combining  Ability  and  Genetic  Resemblance  of  Sweet  Corn  Inbred  Lines
Genetics.    Proceedings.  43rd  Croatian  and  3rd  International  Symposium  on Agriculture
. Opatija. Croatia. 331-334. Kajiwara  T.    1974.    Some  experiments  on  downy  mildew  of  maize.    Proc.
Symposium on Downy Mildew of Maize, Tokyo.  Trop Agric Res 8:121-123. Kalla V, Kumar R, Basandrai AK. 2001. Combining ability analysis and gene action
estimates of  yield and  yield contributing characters in maize. Crop Res Hisar 22:102-106.
Kang MS, Zhang Y, Magari R. 1995. Combining ability for maize weevil preference of maize grain. Crop Sci 35:1556-1559.
Kartikaningrum S.  2002.  Analisis hubungan kekerabatan antar genus anggrek sub Tribe  Sarcanthinae  berdasarkan  febotipe  dan  pola  pita  DNA  melalui  teknik
Random Amplified Polymorphic DNA.  [Tesis] Bandung:Sekolah Pascasarjana UNPAD.
Karunaratne KM. 2002. Combinig ability of inbred lines and its usefulness in variety development of maize.  Annals of the Sri Lanka Depart of Agric 4:137-141.
Kim  SK,  Ajala  SO.  1996.  Combining  ability  of  tropical  maize  germplasm  in  West Africa II. Tropical vs Temperate  x  Tropical origins. Maydica 41:135-141.
Kim SK, Ajala SO, Kling JG. 2003. Combining ability of tropical maize germplasm in  West  Africa.  IV.  Inheritance  of  resistance  to  downy  mildew
Peronosclerospora sorghi infection. Maydica 48:9-14. Konak C, Ünay A, Serter E, Baal H. 1999. Estimation of combining ability effects,
heterosis and heterobeltiosis by line x tester method in maize. Turk J of Field Crops
4:1-9. Konak C, Unay, A., Basal, H. Serter, E. 2001, Combining ability and heterotic effect
in some characteristics of second crop maize. Turk J of  Field Crops, 16:64-7. Lamadji  MJ,  Hakim  L,  Rustidja.  1999.  Akselerasi  pertanian  tangguh  melalui
pemuliaan  nonkonvensional.  Prosiding  Simposium  V  Pemuliaan  Tanaman PERIPI Komda Jawa Timur. 28-32.
106
Larson DB.  2003.  Supersweet sweet corn: 50 years in the making.   University of Illinois at Urbana-Champaign news bureau. Inside Illinois 23.
Lee,  M.,  E.B.  Godshalk,  K.R.  Lamkey,  and  W.L.  Wooman.  1989.  Association  of restriction  length  polymorphysm  among  maize  inbridas  with  agronomic
performance of their crosses. Crop Sci. 29: 1067 - 1071. Lee  M.  1998.  DNA  markers  for  detecting  genetic  relationship  among  germplasm
revealed  for  establishing  heterotic  groups.  Presented  at  the  Maize  Training Course
, CIMMYT, Texcoco, Mexico, August 25. Lefebvre V et al.  2001.  Evaluation of genetic distance between pepper inbred lines
for cultivar protection purposes : comparison of AFLP, RAPD and phenotypic data.  Theory Appl Genet 102:741-750
Liu XC, Wu JL. 1998. SSR heterotic patterns of parents for making and predicting
heterosis. Mol Breed 4:263
–268. Long  JK,  Bänziger  M,  Smith  ME.  2004.  Diallel  analysis  of  grain  iron  and  zinc
density in southern African adapted maize inbreds. Crop Sci 44:2019-2026. Lu H, Bernardo R. 2001.  Molecular marker diversity among current and historical
maize inbreds. Theor Appl Genet 103:613-617. Macaulay  M,  Ramsay  L,  Powell  W,  Waugh  R.  2001.    A  representative,  highly
informative, ‘genotyping set’ of barley SSRs. Theor Appl Genet 102:801-809. Mahmood T et al. 2002.  Combining ability studies in rice Oryza sativa L. under
salinized soil conditions.  Asian J Plant Sci 1:88-90. Makkulawu  AT.  2010.  Penegembangan  metode  seleksi  galur  murni  tetua  hibrida
jagung  pulut  waxy  corn  toleran  kekeringan      introgresi  gen  opaque-2  oo dengan  marka  SSRs  Simple  sequence  repeats.  [Diseratsi]  Bogor.  Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Malik SA, Malik HN, Minhas NM,  Munir M. 2004. General and specific combinng ability studies in maize diallel crosses. Int J Agric Biol 6:856-859.
Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman.  Yogyakarta:Kanisius. Mandal SS, Mandal HK, Verma DK. Akhtam SA. 2001. Combining ability analysis
for  grain  yield  and  component  traits  in maize.  J  of  Inter  Academicia,  5:  132- 137.
Mantel  N.    1967.    The  detection  of  disease  clustering  and  a  generalized  regression approach.  Cancer Res 27:209-220.
Matsuoka  Y,  Mitchell  SE,  Kresovich  S,  Goodman  M,  and  Doebley  J.  2002. Microsatellite in Zea-variability, patterns of mutation, and use for evolutionary
studies. Theor. Appl. Genet. 104: 436-450. Maurya DM, DP Singh.  1977.  Combining ability in rice for yield and fitness. Indian
J. Agric. Sci. 472: 65-70.
Melchinger  AE,  Gumber  RK.  1998.  Overview  of  heterosis  and  heterotic  groups  in agronomic  crops.  Conceps  and  Breeding  of  Heterosis  in  Crop  Plants.  CSSA
Special Publications 25:29 - 44.
107
Menkir  A,  Ayodele  M.  2005.  Genetic  analysis  of  resistance  to  gray  leaf  spot  of midaltitude maize inbred lines. Crop Sci 45:163-170.
Mickelson  HR,  Cordova  H,  Pixley  K,  Bjarnason  MS.  2001.  Heterotic  relationships among  nine  temperate  and  subtropical  maize  populations.  Crop  Sci  41:1012-
1020. Mochizuki  N.  1974.    Inheritance  of  host  resistance  to  downy  mildew  disease  of
maize.  Proc. Symposium on Downy Mildew of Maize. Tokyo Trop Agric Res 8:179-193.
Moentono MD.  1985.  Genetika kuantitatif dalam pemuliaan.  Badan Peneltian dan Pengembangan  Pertanian.  Bogor:Pusat  Penelitian  dan  Pengembangan
Tanaman Pangan . 76-95.
Moll RH, Lonnquist JH, Fortuna JV, Johnson EC. 1965. The relationship of heterosis and genetic divergence in maize. Genetics, 52:139-144.
Morello CL, Miranda Filho JB de, Gorgulho EP. 2001. Partial diallelcross between exotic and adapted maize populations evaluated in acid soil. Sci  Agric  58:313-
319. Mosa  HE.  2010.  Estimation  of  combining  ability  of  maize  inbred  lines  using  top
cross mating design. J. Agric. Res. Kafer El-Sheikh Univ 36:1-15. Mumm RH, Dudley JW. 1994. A classificatiom of 148 U.S. maize inbreds. I. Cluster
analysis based on RFLPs. Crop Sci  34:842-851. NetajiI SVSRK, Satyanarayana E,   Suneetha V. 2000, Heterosis studies for yield and
yield  component  characters  in  maize  Zea  mays  L..  The  Andhra  Agric  J 47:39-42.
Nienhuis  J,  Singh  SP.  1986.  Combining  ability  analyses  and  relationships  among yield,  yield  components,  and  architectural  traits  in  dry  bean.  Crop  Sci  26:21-
27. Novita,  Soemartono  W,  Mangoendidjojo,  Machmud  M.  2007.  Analisis  dialel
ketahanan kacang tanah Arachis hypogaea L. terhadap penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum
. Zuriat 18:1-9. Ojo  GOS,  Adedzwa  DK,  Bello  LL.  2007.  Combining  Ability  Estimates  and
Heterosis for Grain Yield and Yield Components in Maize Zea mays L. J of Sustain. Develop Agric Environ
3:49-57. Olakojo SA,   Olaoye G.  2005. Combining ability for grain yield, agronomic traits
and  Striga  lutea  tolerance  of  maize  hybrids  under  artificial  striga  infestation. Afr J Biotechnol
4:984-988. Olaoye  G.  2009.  Evaluation  of  new  generations  of  Maize  streak  virus  MSV
resistant  varieties  for  grain  yield,  agronomic  potential  and  adaptation  to  a southern Guinea savanna ecology of Nigeria. J of Tropic Agric, Food, Environt
and Extens 8:104
– 109. Owolade  OF,  Dixon  AGO,  Adeoti  AYA.  2006.    Diallel  analysis  of  Cassava
genotypes to Anthracnose disease. World J Agric Sci 2:98-104.
108
Pabendon MB, Mejaya MJ, Suherman O, Dahlan MM, Subandi. 2005. Karakterisasi molekuler  plasma  nutfah  jagung  varietas  Semar-8,  Semar-9,  Semar-10,  dan
Bima-1.  Seminar  Mingguan  Balai  Penelitian  Tanaman  Serealia  Maros. hlm.12.
Pabendon MB, Mejaya MJ, Koswara J,  Aswidinnoor H.  2007. Analisis Keragaman Genetik Inbrida Jagung Berdasarkan Marka SSR dan Korelasinya dengan Data
Fenotipik  F1  Hasil  Silang  Uji.  Penelitian  Pertanian  Tanaman  Pangan  26:69- 77.
Pabendon  MB.    2008.    Analisis  korelasi  pola  heterotik  inbrida  berbasis  marka mikrosatelit  dalam  menduga  penampilan  fenotipik  hasil  silang  uji  dan  silang
diallel hibrida jagung [Disertasi].  Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.  p112. Pamin  K.    1980.    Pendugaan  parameter-parameter  genetik  dan  evaluasi  kemajuan
seleksi galur S1 dan S2 pada suatu varietas jagung komposit.  [Tesis].  Institut Pertanian Bogor.
Pejic I et al.  1998.  Comparative analysis of genetic similarity among maize inbred lines  detected  by  RFLPs,  RAPDs,  SSRs  and  AFLPs.  Theor  Appl  Genet
97:1248-1255. Poehlman  JM,  Sleper  DA.    1990.    Breeding  Field  Crops.    Fourth  Edition.
America:Iowa State University Press. Powell  W,  Machray  GC,  Rovan  JP.    1996.    Polymorphism  revealed  by  simple
sequence repeats. Trends Plant Sci 1:215-222. Qi  X  et  al.  2010.  Heterotic  analysis  using  AFLP  markers  reveals  moderate
correlations between specific combining ability  and genetic distance in maize inbred lines. Afr J Biotechnol  9:1568-1572.
Ranatunga MAB, Meenakshisundaram P, Arumugachamy S, Maheswaran M. 2009. Genetic  diversity  analysis  of  maize  Zea  mays  L.  inbreds  determined  with
morphometric traits and simple sequence repeat markers. Maydica 54:113-123. Rao BNV et al. 1984. Biochemical and histological changes associated with downy
mildew Plasmopara halstedii Farl. Berl. and de Toni infection in sunflower Helianthus annuus L.. Helia 23:1-18.
Revilla P, Malvar RA, Cartea ME, Soengas P, Ordas A. 2002. Heterotic relationships among European maize inbreds. Euphytica 126:259-264
Riday H, Brummer EC, Campbell TA, Luth D, Cazcarro PM. 2003. Comparison of genetic  and  morphological  distance  with  heterosis  between  Medicago  sativa
subsp. sativa and subsp. falcata. Euphytica 131:37-45. Rohlf FJ. 2000. NTSYSpc Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System
Version 2.1. Applied Biostatistics Inc. Romero-Severson,  J.    1998.    Maize  microsatellite-RFLP  consensus  map.  MaizeDB
http:www.agron.missouri.edu. Ruswandi D et al. 2005. Heritability and heterosis of grain  yield on  downy mildew
resistance DMR  and  quality  protein  maize  QPM  inbreds  and  their  single
cross hybrids. Zuriat 16:37-44.
109
Rosa A, La de, Leon H de, Hartinez G, Rincon, F. 2000, Heterosis combining ability and  genetic  diversity  in  commercial  hybrids  of  maize  Zea  mays  L..
Agronomic Mesoameriana , 11:113-122.
Roy  D.    2000.  Plant  breeding,  analysis  and  exploitation  of  variation.    New Delhi:Narosa Publishing House.  p701.
Saleh GB, Abdullah D, Anuaar  AR. 2002. Performance of heterosis and heritability in  selected,  tropical  maize  single,  double  and  three  way  cross  hybrids.    J  of
Agric Sci 138:21-28.
Saleem  M,  Shahzad  K,  Javid  M,  Ahmed  A.  2002.  Genetic  analysis  for  various quantitative traits in maize Zea mays L. inbred lines. Int. J. Agri. Biol. 4:379-
382. San-Vicente  FM,  Bejarano  A,  Marin  C,  Crossa  J.  1998.  Analysis  of  diallel  crosses
among  improved  tropical  white  endosperm  maize  populations.  Maydica 43:147-153.
Satoto, R. Setiamihardja, B. Suprihatno, dan A. Baehaki. 1993. Analisis lini x tester untuk  hasil  dan  komponen  hasil  lima  genotipe  mandul  jantan  sitoplasmik-
genetik padi. Zuriat 4:25-31. Semangun H. 1996.  Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Senior ML, Chin ECL, Lee M, Smith JSC, Stuber CW. 1996. Simple sequence repeat
markers  developed  from  maize  sequences  found  in  the  Genebank  database: Map construction. Crop Sci  36:1676-1683.
Senior  ML,  Murphy  JP,  Goodman  MM,  Stuber  CW.    1998.    Utility  of  SSRs  for determining genetic similarities and relationships in maize using an agarose gel
system. Crop Sci 38:1088-1098. Setiostono  FW.  2008.  Penampilan  hibrida,  pendugaan  nilai  heterosis,  dan  daya
gabung galur-galur jagung Zea mays L.  [Tesis].  Bogor:Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Shurtleff  MC.  1980.  Compendium  of  Corn  Disease.  2
th
.  The  American Phytophathological Society.
Singh  KB,  Jain  RP.  1970.  Heterosis  in  mungbean.  Indian  J  of  Gen  and  Plant breeding
. 30:251-260. Singh  RK,  Chaudhary  BD.  1979.    Biometrical  Methods  in  Quantitatif  Genetic
Analysis .  Kalyani Publishers.
Singh DP. 1986. Breeding for Diseases Resistance and Insect Pest. Springer-Verlag. Berlin, Heidelberg, New York, London, Paris, Tokyo.
Silitonga  TS,  Minantyorini,  Cholisoh  L,    Warsono,    Indarjo.    1993.    Evaluasi  daya gabung  padi  bulu  dan  cere.    Peneltian  Pertanian.    Bogor:Balai  Penelitian
Tanaman Pangan 1:6-11. Smith JSC et al.  1997.  An evaluation of the utility of SSR loci as molecular markers
in  maize  Zea  mays  L.-comparisons  with  data  from  RFLPs  and  pedigree. Theor Appl Genet
95:163-173.
110
Sreeramasetty  TA  et  al.  2001.  Resistance  to  downy  mildew  in  medium  maturity maize genotypes. Environ. Ecol 19:213
– 215. Subandi MS, Sudjadi,  Pasaribu D. 1996.  Laporan hasil pemantauan penyakit bulai
dan Benih pada pertanaman jagung hibrida. Subekti NA,   Salazar AM. 2007.  Diallel analysis of resistance to Bacterial Stalk Rot
Pectobacterium chrysanthemi pv. zeae Burk., McFad. and Dim. in corn Zea mays
L. Indonesian J of Agric Sci 8:48-52. Sudjadi MS.  1992.  Pengaruh masa tanam, faktor cuaca dan penyakit utama terhadap
hasil jagung di lahan tadah hujan  Lampung Tengah. Penelitian Pertanian 12: 104-110.
Sujiprihati  S,  Saleh  GB,    Ali  ES.    2001.    Combining  ability  analysis  of  yield  and related  characters  in  Single  Cross  Hybrids  of  Tropical  Maize  Zea  mays  L..
Sabrao J Breed Genet 33:111-120.
Sujiprihati S, Yunianti R, Syukur M,   Undang. 2007. Pendugaan Nilai Heterosis dan Daya Gabung Beberapa Komponen Hasil pada Persilangan Dialel Penuh Enam
Genotipe Cabai Capsicum annuum L.. Bul Agron 35:28-35. Sujiprihati  S,  Syukur  M,  Yunianti  R.  2008.  Pemuliaan  Tanaman.  Departemen
Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor. Susanto U, Baihaki A, Setiamihardja R,   Haryanto DTA. 2001. Variabilitas genetik
dan  Daya  gabung  umum  galur-galur  murni  jagung  melalui  analisis  topcross. Zuriat
12:1-6. Tanksley  SD,  McCouch  SR.  1997.  Seed  banks  and  molecular  maps:  Unlocking
genetic potential from the wild. Science 277: 1063-1066. Tenkouano  A,  Ortiz  R,  Vuylsteke  D.  1998.  Combining  ability  for  yield  and  plant
phenology in plantain-derived populations. Euphytica 104:151-158. Tollenaar  M,  Ahmadzadeh  A,    Lee  EA.  2004.  Physiological  basis  of  heterosis  for
grain yield in maize. Crop Sci 44:1839-1847. Tracy WF. 1997. History,  genetics, and breeding of supersweet shrunken 2 sweet
corn. Plant Breed Rev 14:189-236. Uddin  MN,  Ellison  FW
,  O’Brian  L,  Latter  BDH.  1992.  Heterosis  in  F1  hybrids derived from crosses of adapted Australian Wheats. Aust J Agric Res 43:907-
919. Vacaro  E  et  al.  2002.  Combining  ability  of  twelve  maize  populations  Pesuisa
Gropecuria Brasilerira . Brasilia 37:67-72.
Vasal  SK  et  al. 1992. Heterosis and combining ability of CIMMYT’s tropical late
white maize germplasm. Maydica 37:217-223. Vaz Patto MC, Satovic Z, Pego S, Fevereiro P. 2004.  Assessing the genetic diversity
of  Portuguess  maize  germplasm  using  microsatellite  markers.  Euphytica  137: 63-72.
Viana JMS, Matta FP. 2003. Analysis of general and specific combining abilities of popcorn populations, including selfed parents. Genet Mol Biol 26:465-471.
111
Vigouroux  Y  et  al.  2002.    Rate  and  pattern  of  mutation  at  microsatellite  loci  in maize. Mol Biol Evol 19:1251-1260.
Virmani  SS.  1994.    Heterosis  and  Hybrid  Rice  Breeding.  Monographs  on Theoretical and Applied Genetics 22
. Berlin:Springer Verlag. Virmani SS.  1999.  Exloitation of heterosis for shifting the yield frontier in rice. Di
dalam: Coors, J.G., and S. Pandey Eds.. Genetics and Exploitation of Heterosis in  Crops.  Proceedings  of  the  international  Symposium  on  the  Genetic  and
Exploitation  of  Heterosis  in  Crops ;  Mexico  City,  17-22  Aug  1997.  American
Society of Agronomi and Crop Science. Wisconsin. Wahyudi  MH,  Setiamihardja  R,  Baihaki  A,  Ruswandi  D.  2006.  Evaluasi  daya
gabung dan heterosis hibrida hasil persilangan dialel lima genotip jagung pada kondisi cekaman kekeringan. Zuriat 17:1-9.
Wakman W.
2001. Perbedaan
morfologi antara
konidia cendawan
Peronosclerospora sp.  penyebab  penyakit  bulai  pada  jagung  asal  Pemalang
Jawa,  Lanrang dan Maros Sulawesi Selatan.   Disajikan pada  Lokakarya PFI IPB
,  Bogor. Walter  RF.    1987.    Principles  of  Cultivar  Development.  Vol.1.    Theory  and
Technique.  New  York:Mac  Millan  Publishing  Company  A  Division  of  Mac Millan, Inc.
Wang G, Kang MS, Moreno O. 1999. Genetic analyses of grain filling and duration in maize. Field Crops Research  61:211-222.
Warburton  ML  et  al.  2002.  Genetic  characteristization  of  CIMMYT  inbred  maize lines and open-pollinated population using large-scale fingerprinting methods.
Crop Sci 42:1822-1840.
Weising K, Nybom H, Wolft K, Meyer W. 1995. DNA Finger Printing in Plants and Fungi
. Boca Raton:CRC Press. Inc. Williams  WP,  Windham  GL,  Buckley  PM.  2008.  Diallel  analysis  of  aflatoxin
accumulation in maize. Crop Sci 8:134-138. Woyengo  VW,  Odongo  OM,  Ajanga  SI.  2002.  Combining  ability  analysis  of  72
maize  inbred  lines  and  development  of  topcross  hybrids  resistant  to  foliar diseases. Kakamega: KARI 308-311.
Xia X, Liu J, Gong-She L. 2004. The use ofSSRs for predictin the hybrid yield and yield heterosis in 15 key inbred lines of Chinese maize. Hereditas 141:207-215.
Yu  Y  et  al.  2007  Genetic  diversity  and  structure  of  the  core  collection  for  maize inbred lines in china. Maydica 52:181-194.
Zelleka H. 2000. Combining ability for grain yield and other agronomic characters in inbred lines of maize Zea mays L.. Indian J of Genet and Plant Breed  60:63-
70.
Lampiran  1. Nilai matriks kemiripan 39 galur jagung manis
M r4
S C
B C
4- 1-
1B M
r4 S
C B
C 4-
2- 1B
M r4
S C
B C
4- 2-
2B M
r4 S
C B
C 4-
2- 3B
M r4
S C
B C
4- 4-
1B M
r4 S
C B
C 4-
5- 1B
M r4
S C
B C
4- 6-
1B M
r4 S
C B
C 4-
6- 2B
M r4
S C
B C
4- 6-
3B M
r4 S
C B
C 4-
7- 1B
M r4
S C
B C
4- 8-
1B M
r4 S
C B
C 4-
8- 2B
M r4
S C
B C
4- 8-
3B M
r4 S
C B
C 3-
8- 2B
M r11
S C
B C
4- 1-
1B M
r11 S
C B
C 4-
1- 2B
M r11
S C
B C
4- 2-
1B M
r11 S
C B
C 4-
3- 1B
M r11
S C
B C
4- 3-
2B M
r11 S
C B
C 4-
4- 1B
M r11
S C
B C
4- 6-
1B M
r11 S
C B
C 4-
6- 2B
M r11
S C
B C
4- 7-
2B M
r11 S
C B
C 4-
8- 1B
M r12
S C
B C
4- 1-
1B M
r12 S
C B
C 4-
2- 1B
M r12
S C
B C
4- 3-
1B M
r12 S
C B
C 4-
3- 2B
M r12
S C
B C
4- 4-
1B M
r12 S
C B
C 4-
4- 2B
M r12
S C
B C
4- 5-
1B M
r12 S
C B
C 4-
5- 2B
M r12
S C
B C
4- 5-
3B M
r12 S
C B
C 4-
6- 1B
M r12
S C
B C
4- 6-
2B M
r12 S
C B
C 3-
1- 1B
M r12
S C
B C
3- 1-
2B M
r12 S
C B
C 3-
3- 1B
M r12
S C
B C
3- 3-
2B Mr4SCBC4-1-1B
1.00 Mr4SCBC4-2-1B
0.78 1.00
Mr4SCBC4-2-2B 0.82
0.78 1.00
Mr4SCBC4-2-3B 0.72
0.79 0.82
1.00 Mr4SCBC4-4-1B
0.54 0.54
0.60 0.57
1.00 Mr4SCBC4-5-1B
0.60 0.59
0.67 0.65
0.68 1.00
Mr4SCBC4-6-1B 0.76
0.72 0.76
0.69 0.58
0.67 1.00
Mr4SCBC4-6-2B 0.43
0.44 0.54
0.46 0.41
0.55 0.63
1.00 Mr4SCBC4-6-3B
0.40 0.41
0.45 0.59
0.47 0.63
0.50 0.47
1.00 Mr4SCBC4-7-1B
0.46 0.47
0.52 0.55
0.59 0.65
0.63 0.48
0.67 1.00
Mr4SCBC4-8-1B 0.43
0.48 0.48
0.57 0.56
0.62 0.50
0.41 0.57
0.65 1.00
Mr4SCBC4-8-2B 0.58
0.57 0.64
0.70 0.65
0.79 0.72
0.53 0.67
0.76 0.79
1.00 Mr4SCBC4-8-3B
0.56 0.56
0.63 0.78
0.64 0.78
0.71 0.57
0.65 0.62
0.64 0.83
1.00 Mr4SCBC3-8-2B
0.40 0.44
0.45 0.50
0.45 0.55
0.52 0.50
0.42 0.48
0.55 0.59
0.69 1.00
Mr11SCBC4-1-1B 0.33
0.34 0.33
0.40 0.35
0.39 0.43
0.44 0.34
0.42 0.31
0.38 0.45
0.48 1.00
Mr11SCBC4-1-2B 0.26
0.29 0.26
0.25 0.37
0.44 0.35
0.47 0.32
0.53 0.37
0.44 0.47
0.45 0.67
1.00 Mr11SCBC4-2-1B
0.38 0.39
0.38 0.45
0.45 0.45
0.40 0.36
0.42 0.54
0.50 0.43
0.46 0.45
0.64 0.56
1.00 Mr11SCBC4-3-1B
0.33 0.34
0.33 0.42
0.39 0.44
0.38 0.32
0.41 0.52
0.48 0.42
0.45 0.44
0.61 0.50
0.96 1.00
Mr11SCBC4-3-2B 0.28
0.29 0.28
0.36 0.39
0.39 0.35
0.28 0.32
0.42 0.43
0.38 0.40
0.39 0.68
0.50 0.87
0.88 1.00
Mr11SCBC4-4-1B 0.29
0.31 0.29
0.30 0.35
0.32 0.29
0.29 0.23
0.38 0.38
0.31 0.39
0.38 0.68
0.56 0.72
0.67 0.70
1.00 Mr11SCBC4-6-1B
0.27 0.29
0.27 0.30
0.29 0.29
0.28 0.27
0.28 0.36
0.33 0.29
0.34 0.34
0.66 0.65
0.63 0.60
0.67 0.84
1.00 Mr11SCBC4-6-2B
0.21 0.22
0.21 0.22
0.26 0.34
0.32 0.35
0.29 0.38
0.39 0.33
0.31 0.44
0.62 0.42
0.54 0.57
0.63 0.46
0.50 1.00
Mr11SCBC4-7-2B 0.22
0.23 0.22
0.28 0.36
0.41 0.43
0.36 0.43
0.48 0.41
0.39 0.39
0.55 0.59
0.53 0.42
0.43 0.45
0.44 0.39
0.72 1.00
Mr11SCBC4-8-1B 0.27
0.27 0.27
0.25 0.21
0.32 0.45
0.42 0.29
0.35 0.24
0.31 0.29
0.42 0.57
0.69 0.46
0.45 0.45
0.39 0.39
0.58 0.61
1.00 Mr12SCBC4-1-1B
0.19 0.21
0.19 0.21
0.32 0.29
0.27 0.30
0.28 0.35
0.25 0.28
0.26 0.30
0.48 0.47
0.50 0.48
0.48 0.35
0.31 0.44
0.38 0.48
1.00 Mr12SCBC4-2-1B
0.28 0.31
0.28 0.19
0.26 0.28
0.36 0.33
0.34 0.45
0.32 0.35
0.25 0.34
0.45 0.44
0.33 0.36
0.35 0.32
0.39 0.45
0.42 0.56
0.42 1.00
Mr12SCBC4-3-1B 0.32
0.38 0.32
0.26 0.34
0.30 0.47
0.40 0.41
0.54 0.39
0.38 0.31
0.35 0.48
0.47 0.48
0.45 0.43
0.35 0.37
0.45 0.48
0.52 0.50
0.76 1.00
Mr12SCBC4-3-2B 0.15
0.24 0.15
0.25 0.33
0.25 0.27
0.29 0.40
0.47 0.25
0.30 0.30
0.27 0.40
0.46 0.37
0.40 0.37
0.33 0.30
0.30 0.28
0.33 0.37
0.53 0.56
1.00 Mr12SCBC4-4-1B
0.35 0.41
0.35 0.30
0.47 0.38
0.38 0.34
0.33 0.50
0.42 0.45
0.39 0.42
0.41 0.43
0.42 0.41
0.36 0.37
0.35 0.32
0.36 0.40
0.47 0.72
0.64 0.56
1.00 Mr12SCBC4-4-2B
0.33 0.38
0.33 0.35
0.45 0.44
0.42 0.40
0.42 0.57
0.39 0.47
0.45 0.44
0.56 0.50
0.48 0.52
0.47 0.38
0.37 0.42
0.46 0.47
0.53 0.52
0.54 0.56
0.71 1.00
Mr12SCBC4-5-1B 0.26
0.31 0.26
0.29 0.41
0.37 0.30
0.26 0.45
0.56 0.37
0.40 0.38
0.33 0.41
0.47 0.58
0.61 0.50
0.43 0.43
0.31 0.32
0.40 0.42
0.54 0.52
0.79 0.65
0.63 1.00
Mr12SCBC4-5-2B 0.21
0.30 0.21
0.33 0.42
0.32 0.31
0.29 0.47
0.47 0.32
0.37 0.37
0.33 0.32
0.35 0.40
0.42 0.37
0.26 0.23
0.23 0.26
0.37 0.42
0.41 0.50
1.00 0.61
0.65 0.79
1.00 Mr12SCBC4-5-3B
0.32 0.28
0.32 0.40
0.41 0.35
0.31 0.50
0.52 0.48
0.35 0.39
0.45 0.42
0.40 0.44
0.45 0.42
0.33 0.37
0.33 0.22
0.29 0.36
0.32 0.38
0.41 0.67
0.50 0.46
0.61 0.71
1.00 Mr12SCBC4-6-1B
0.30 0.35
0.30 0.30
0.32 0.32
0.28 0.30
0.34 0.44
0.32 0.35
0.33 0.30
0.48 0.47
0.47 0.48
0.44 0.50
0.47 0.35
0.27 0.47
0.45 0.57
0.46 0.65
0.62 0.63
0.63 0.59
0.48 1.00
Mr12SCBC4-6-2B 0.27
0.32 0.27
0.26 0.33
0.33 0.35
0.31 0.39
0.45 0.38
0.36 0.39
0.34 0.41
0.42 0.42
0.45 0.45
0.40 0.39
0.36 0.32
0.40 0.42
0.54 0.58
0.53 0.53
0.55 0.62
0.63 0.50
0.57 1.00
Mr12SCBC3-1-1B 0.30
0.27 0.30
0.35 0.48
0.37 0.40
0.34 0.34
0.58 0.42
0.46 0.38
0.38 0.41
0.53 0.50
0.52 0.46
0.43 0.41
0.29 0.38
0.40 0.38
0.44 0.41
0.63 0.63
0.58 0.75
0.56 0.62
0.54 0.44
1.00 Mr12SCBC3-1-2B
0.23 0.21
0.23 0.32
0.34 0.34
0.30 0.31
0.41 0.48
0.39 0.38
0.33 0.27
0.34 0.41
0.46 0.48
0.43 0.36
0.28 0.33
0.39 0.42
0.50 0.31
0.36 0.47
0.41 0.54
0.48 0.56
0.52 0.56
0.52 0.64
1.00 Mr12SCBC3-3-1B
0.20 0.23
0.20 0.32
0.30 0.24
0.33 0.30
0.40 0.53
0.30 0.35
0.25 0.21
0.33 0.33
0.30 0.32
0.29 0.36
0.27 0.32
0.38 0.35
0.37 0.53
0.53 0.73
0.53 0.47
0.40 0.70
0.43 0.56
0.42 0.50
0.71 1.00
Mr12SCBC3-3-2B 0.28
0.35 0.28
0.33 0.48
0.31 0.30
0.24 0.36
0.52 0.42
0.40 0.35
0.28 0.37
0.38 0.48
0.48 0.46
0.44 0.38
0.32 0.35
0.29 0.42
0.48 0.50
1.00 0.67
0.61 0.75
0.71 0.59
0.67 0.50
0.74 0.59
0.69 1.00
113 Lampiran  2  Matriks kemiripan 20 galur jagung manis berdasarkan marka SSRs
M r4S
C B
C 4-
2- 1B
M r4S
C B
C 4-
2- 2B
M r4S
C B
C 4-
2- 3B
M r4S
C B
C 4-
4- 1B
M r4S
C B
C 4-
5- 1B
M r4S
C B
C 4-
6- 1B
M r4S
C B
C 4-
6- 2B
M r4S
C B
C 4-
7- 1B
M r4S
C B
C 4-
8- 1B
M r4S
C B
C 4-
8- 2B
M r4S
C B
C 4-
8- 3B
Mr 11S
C B
C 4-
1- 1B
M r11S
C B
C 4-
3- 1B
M r12S
C B
C 4-
1- 1B
M r12S
C B
C 4-
5- 1B
M r12S
C B
C 4-
5- 2B
M r12S
C B
C 4-
5- 3B
M r12S
C B
C 4-
6- 1B
M r12S
C B
C 4-
6- 2B
M r12S
C B
C 3-
1- 1B
Mr4SCBC4-2-1B
1.00
Mr4SCBC4-2-2B
0.78 1.00
Mr4SCBC4-2-3B
0.79 0.82
1.00
Mr4SCBC4-4-1B
0.54 0.60
0.57 1.00
Mr4SCBC4-5-1B
0.59 0.67
0.65 0.68
1.00
Mr4SCBC4-6-1B
0.72 0.76
0.69 0.58
0.67 1.00
Mr4SCBC4-6-2B
0.44 0.54
0.46 0.41
0.55 0.63
1.00
Mr4SCBC4-7-1B
0.47 0.52
0.55 0.59
0.65 0.63
0.48 1.00
Mr4SCBC4-8-1B
0.48 0.48
0.57 0.56
0.62 0.50
0.41 0.65
1.00
Mr4SCBC4-8-2B
0.57 0.64
0.70 0.65
0.79 0.72
0.53 0.76
0.79 1.00
Mr4SCBC4-8-3B
0.56 0.63
0.78 0.64
0.78 0.71
0.57 0.62
0.64 0.83
1.00
Mr11SCBC4-1-1B
0.34 0.33
0.40 0.35
0.39 0.43
0.44 0.42
0.31 0.38
0.45 1.00
Mr11SCBC4-3-1B
0.34 0.33
0.42 0.39
0.44 0.38
0.32 0.52
0.48 0.42
0.45 0.61
1.00
Mr12SCBC4-1-1B
0.21 0.19
0.21 0.32
0.29 0.27
0.30 0.35
0.25 0.28
0.26 0.48
0.48 1.00
Mr12SCBC4-5-1B
0.31 0.26
0.29 0.41
0.37 0.30
0.26 0.56
0.37 0.40
0.38 0.41
0.61 0.42
1.00
Mr12SCBC4-5-2B
0.30 0.21
0.33 0.42
0.32 0.31
0.29 0.47
0.32 0.37
0.37 0.32
0.42 0.42
0.79 1.00
Mr12SCBC4-5-3B
0.28 0.32
0.40 0.41
0.35 0.31
0.50 0.48
0.35 0.39
0.45 0.40
0.42 0.32
0.61 0.71
1.00
Mr12SCBC4-6-1B
0.35 0.30
0.30 0.32
0.32 0.28
0.30 0.44
0.32 0.35
0.33 0.48
0.48 0.45
0.63 0.59
0.48 1.00
Mr12SCBC4-6-2B
0.32 0.27
0.26 0.33
0.33 0.35
0.31 0.45
0.38 0.36
0.39 0.41
0.45 0.42
0.62 0.63
0.50 0.57
1.00
Mr12SCBC3-1-1B
0.27 0.30
0.35 0.48
0.37 0.40
0.34 0.58
0.42 0.46
0.38 0.41
0.52 0.38
0.75 0.56
0.62 0.54
0.44 1.00
114 Lampiran   3  Matriks kemiripan 20 galur jagung manis berdasarkan data morfologi
M R
4S C
B C
4- 4-
1B
M R
4S C
B C
4- 2-
1B
M R
4S C
B C
4- 7-
1B
M R
4S C
B C
4- 5-
1B
M R
4S C
B C
4- 2-
2B
M R
4S C
B C
4- 8-
2B
M R
4S C
B C
4- 6-
1B
M R
4S C
B C
4- 2-
3B
M R
4S C
B C
4- 8-
1B
M R
4S C
B C
4- 8-
3B
M R
4S C
B C
4- 6-
2B
M R
11S C
B C
4- 3-
1
M R
11S C
B C
4- 1-
1
M R
12S C
BC4 -6
-1
M R
12S C
B C
4- 1-
1
M R
12S C
B C
4- 5-
2
M R
12S C
B C
4- 6-
2
M R
12S C
B C
4- 5-
3
M R
12S C
B C
3- 1-
1
M R
12S C
B C
4- 5-
1
MR4SCBC4-4-1B
1.00
MR4SCBC4-2-1B
0.75 1.00
MR4SCBC4-7-1B
0.75 0.75
1.00
MR4SCBC4-5-1B
0.56 0.56
0.75 1.00
MR4SCBC4-2-2B
0.56 0.56
0.56 0.40
1.00
MR4SCBC4-8-2B
0.75 0.75
0.75 0.56
0.56 1.00
MR4SCBC4-6-1B
0.75 0.75
0.75 0.56
0.56 1.00
1.00
MR4SCBC4-2-3B
0.56 0.56
0.56 0.40
0.40 0.75
0.75 1.00
MR4SCBC4-8-1B
0.56 0.56
0.56 0.75
0.40 0.56
0.56 0.40
1.00
MR4SCBC4-8-3B
0.56 0.56
0.56 0.40
1.00 0.56
0.56 0.40
0.40 1.00
MR4SCBC4-6-2B
0.75 0.75
1.00 0.75
0.56 0.75
0.75 0.56
0.56 0.56
1.00
MR11SCBC4-3-1
0.40 0.40
0.40 0.27
0.56 0.56
0.56 0.75
0.27 0.56
0.40 1.00
MR11SCBC4-1-1
0.56 0.56
0.56 0.40
0.40 0.56
0.56 0.75
0.56 0.40
0.56 0.56
1.00
MR12SCBC4-6-1
0.56 0.40
0.40 0.56
0.27 0.40
0.40 0.56
0.56 0.27
0.40 0.40
0.56 1.00
MR12SCBC4-1-1
0.27 0.27
0.27 0.40
0.40 0.27
0.27 0.40
0.56 0.40
0.27 0.56
0.56 0.56
1.00
MR12SCBC4-5-2
0.56 0.56
0.56 0.40
0.75 0.56
0.56 0.40
0.56 0.75
0.56 0.56
0.56 0.27
0.56 1.00
MR12SCBC4-6-2
0.75 0.56
0.56 0.40
0.40 0.56
0.56 0.75
0.40 0.40
0.56 0.56
0.75 0.75
0.40 0.40
1.00
MR12SCBC4-5-3
0.56 0.56
0.56 0.75
0.40 0.60
0.56 0.40
1.00 0.40
0.56 0.27
0.56 0.56
0.56 0.56
0.40 1.00
MR12SCBC3-1-1
0.40 0.40
0.56 0.75
0.40 0.40
0.40 0.27
0.56 0.40
0.56 0.27
0.27 0.40
0.40 0.40
0.27 0.56
1.00
MR12SCBC4-5-1
0.56 0.56
0.56 0.75
0.40 0.56
0.56 0.40
1.00 0.40
0.56 0.27
0.56 0.56
0.56 0.56
0.40 1.00
0.56 1.00
115 Lampiran    4    Matriks  kemiripan  20  galur  jagung  manis  berdasarkan  marka  SSRs  dan  data
morfologi
Mr 4S
C B
C 4-
2- 1B
M r4S
C B
C 4-
2- 2B
M r4S
C B
C 4-
2- 3B
M r4S
C B
C 4-
4- 1B
M r4S
C B
C 4-
5- 1B
M r4S
C B
C 4-
6- 1B
M r4S
C B
C 4-
6- 2B
M r4S
C B
C 4-
7- 1B
M r4S
C B
C 4-
8- 1B
M r4S
C B
C 4-
8- 2B
M r4S
C B
C 4-
8- 3B
M r11S
C B
C 4-
1- 1
M r11S
C B
C 4-
3- 1
M r12S
C B
C 4-
1- 1
M r12S
C B
C 4-
5- 1
M r12S
C B
C 4-
5- 2
M r12S
C B
C 4-
5- 3
M r12S
C B
C 4-
6- 1
M r12S
C B
C 4-
6- 2
M r12S
C B
C 3-
1- 1
Mr4SCBC4-2-1B
1.00
Mr4SCBC4-2-2B
0.78 1.00
Mr4SCBC4-2-3B
0.79 0.82
1.00
Mr4SCBC4-4-1B
0.54 0.60
0.57 1.00
Mr4SCBC4-5-1B
0.59 0.67
0.65 0.68
1.00
Mr4SCBC4-6-1B
0.72 0.76
0.69 0.58
0.67 1.00
Mr4SCBC4-6-2B
0.44 0.54
0.46 0.41
0.55 0.63
1.00
Mr4SCBC4-7-1B
0.47 0.52
0.55 0.59
0.65 0.63
0.48 1.00
Mr4SCBC4-8-1B
0.48 0.48
0.57 0.56
0.62 0.50
0.41 0.65
1.00
Mr4SCBC4-8-2B
0.57 0.64
0.70 0.65
0.79 0.72
0.53 0.76
0.79 1.00
Mr4SCBC4-8-3B
0.56 0.63
0.78 0.64
0.78 0.71
0.57 0.62
0.64 0.83
1.00
Mr11SCBC4-1-1
0.34 0.33
0.40 0.35
0.39 0.43
0.44 0.42
0.31 0.38
0.45 1.00
Mr11SCBC4-3-1
0.34 0.33
0.42 0.39
0.44 0.38
0.32 0.52
0.48 0.42
0.45 0.61
1.00
Mr12SCBC4-1-1
0.21 0.19
0.21 0.32
0.29 0.27
0.30 0.35
0.25 0.28
0.26 0.48
0.48 1.00
Mr12SCBC4-5-1
0.31 0.26
0.29 0.41
0.37 0.30
0.26 0.56
0.37 0.40
0.38 0.41
0.61 0.42
1.00
Mr12SCBC4-5-2
0.30 0.21
0.33 0.42
0.32 0.31
0.29 0.47
0.32 0.37
0.37 0.32
0.42 0.42
0.79 1.00
Mr12SCBC4-5-3
0.28 0.32
0.40 0.41
0.35 0.31
0.50 0.48
0.35 0.39
0.45 0.40
0.42 0.32
0.61 0.71
1.00
Mr12SCBC4-6-1
0.35 0.30
0.30 0.32
0.32 0.28
0.30 0.44
0.32 0.35
0.33 0.48
0.48 0.45
0.63 0.59
0.48 1.00
Mr12SCBC4-6-2
0.32 0.27
0.26 0.33
0.33 0.35
0.31 0.45
0.38 0.36
0.39 0.41
0.45 0.42
0.62 0.63
0.50 0.57
1.00
Mr12SCBC3-1-1
0.27 0.30
0.35 0.48
0.37 0.40
0.34 0.58
0.42 0.46
0.38 0.41
0.52 0.38
0.75 0.56
0.62 0.54
0.44 1.00
BAB. I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung Zea mays L. merupakan salah satu tanaman pangan terpenting yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Sebagai sumber karbohidrat yang
menempati peringkat ketiga di Asia setelah padi dan gandum, serta menempati peringkat kedua di Indonesia setelah padi sangat berperan dalam menunjang
ketahanan pangan nasional.  Penduduk beberapa daerah di Indonesia, misalnya di Madura dan Nusa Tenggara menggunakan jagung sebagai pangan pokok.  Tongkol
dan batangnya juga digunakan sebagai pakan ternak; biji jagung dapat diambil minyaknya dan dibuat tepung, yang dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena; dan bahan baku industri. Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Kurun waktu lima tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri
pakan, makanan, dan minuman terus meningkat berkisar antara 10 - 15 per tahun.  Ditambah lagi akibat konsumsi jagung yang meningkat untuk pengembangan
bioetanol terutama di Amerika Serikat AS yang juga produsen jagung dunia, harga jagung dunia melonjak mencapai 200 dolar AS per metrik ton atau naik sekitar 50.
Sumbangan jagung terhadap pendapatan domestikasi bruto PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung
sebesar 9,4 trilyun rupiah dan pada tahun 2003 meningkat secara tajam menjadi 18,2 trilyun rupiah.  Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam
memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan pertanian serta perekonomian nasional secara umum Departemen Pertanian, 2006.
Salah satu jenis jagung yang akhir-akhir ini permintaannya semakin meningkat adalah jagung manis Zea mays L. var. saccharata atau sweet corn.  Jagung manis
banyak disukai oleh konsumen karena rasanya yang manis, biasanya dipanen muda untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, bakar maupun jagung sayur.  Kebutuhan
L L
Lata
m me
me me
me me
m e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
I In
In n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
do do
do d
do d
d d
d d
d d
d do
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
do do
d d
d do
d d
d d
d do
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d p
p pa
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n m
me me
me me
me e
e e
e me
e e
e e
e e
e me
e e
e e
m e
e e
e e
e e
e e
me me
e e
e e
e e
e e
m e
e e
e e
e e
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n p
p pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e r
r r
r ri
ri ri
ri r
ri ri
ri i
ri ri
ri ri
i ri
r r
i i
r r
r ri
ri ri
r r
r r
r r
ri r
r r
r r
ri r
r r
r r
r r
r r
r r
ri r
r r
i ri
r r
r r
r r
r r
r i
r r
r r
i i
i r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r i
n k
ke ke
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
t t
ta ta
ta ta
ta ta
ta a
ta t
ta ta
t t
t t
ta ta
ta ta
t ta
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
M Ma
Ma Ma
Ma Ma
Ma a
a Ma
a a
Ma Ma
a Ma
a Ma
Ma Ma
a Ma
Ma M
a Ma
a Ma
Ma Ma
Ma M
M Ma
Ma a
Ma Ma
Ma M
M Ma
M Ma
Ma M
Ma Ma
Ma M
M a
a Ma
a Ma
M M
Ma M
M M
a a
M M
M a
a a
a a
a Ma
M M
a a
a M
a M
a a
M M
M M
M M
M M
M M
a a
a d
d d
d d
d d
d da
da a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n m
mi mi
mi mi
mi i
i i
i i
i i
i i
i i
mi mi
i i
i i
i i
i i
i i
i i
ii i
i i
i i
i mi
mi i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i n
n ny
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
m ma
ma ma
ma a
ma ma
ma a
a a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a iz
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i s
s se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e b
b b
b b
b b
b b
b ba
ba b
b b
b b
b b
b b
b b
b ba
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
s s
seka
p p
paka t
t tahu
b b
bioe j
j jagu
S S
Su Su
Su Su
u Su
u u
u u
u u
Su Su
u Su
Su Su
u Su
u u
u u
u u
Su u
Su u
Su u
u u
u u
u u
u u
Su u
Su u
u u
Su u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u Su
u u
u u
u u
u u
u u
u S
u S
S S
u u
u m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
s s
se se
se se
e e
e e
e e
e e
e se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ti ti
ti ti
ti ti
ti i
i ti
ti ti
ti ti
t ti
ti i
ti ti
ti ti
ti ti
i i
i ti
ti i
ti ti
t t
ti ti
ti i
i i
i i
i i
ti ti
i ti
ti t
t t
t t
t t
t t
t i
i ti
t t
t t
i i
t i
t t
i i
i i
i a
s s
se se
se se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
be be
be b
be b
be b
b b
be b
b be
b b
be b
be b
be b
b b
b b
b b
b be
b b
b be
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b be
b b
b e
b b
be be
t tr
tr tr
tr tr
tr tr
tr tr
tr tr
tr tr
r tr
tr r
r t
t t
tr r
t tr
tr t
tr tr
r tr
t tr
r r
tr t
r tr
r r
tr r
r r
r t
r r
r tr
r t
t r
r r
r r
r r
t r
tr r
r r
r r
r r
r r
r r
r il
il il
il il
il il
il il
il il
il il
il il
l il
l l
il il
l l
il l
l l
l l
il l
il il
l l
il il
il l
il il
i l
i il
i i
il i
l l
il il
i i
i l
l l
l i
il i
il l
il il
l y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
m me
me me
m me
me me
me me
me me
e me
me me
e me
me me
me e
me me
me me
e me
me me
m me
e e
e me
m me
m m
m e
e me
me e
m m
m e
m m
me m
me me
e e
e e
me e
m m
m me
me m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
n na
na na
a a
a na
a a
n a
n a
a na
n a
a na
na a
a a
na na
a na
na na
na na
a a
n a
a a
na a
a na
na a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
si si
si si
s s
si si
si si
s si
si si
si si
si s
si s
s si
si s
s i
i i
i i
i i
i i
si s
s s
s i
i i
i si
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s o
o
a ad
ad ad
ad d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d al
l l
al al
al l
l l
l l
l al
al al
al l
l l
l al
l l
l l
a al
l l
l l
l al
l l
l al
a l
l l
b b
ba ba
ba ba
ba b
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ny ny
n ny
ny ny
ny ny
ny n
n n
n ny
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n ny
ny ny
ny ny
n ny
n n
n n
y ny
n n
n ny
n ny
n n
ny ny
n ny
n y
n ny
n n
n ny
y u
u un
un u
un un
n un
n n
un n
un un
n u
n n
n n
un un
n un
n un
un n
un un
n n
n u
n n
u n
n n
n un
un n
n un
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
un n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n t
t t
t t
t t
t t
tu t
tu tu
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
2 jagung manis terutama untuk konsumsi di daerah perkotaan, super market, dan
daerah pinggiran perkotaan yang mendukung pariwisata, sementara limbah jagung segar setelah panen sangat bermanfaat bagi petani sebagai tambahan hijauan pakan
ternak.  Di pasaran lokal permintaan terhadap jagung manis terus meningkat mencapai 1-1,5 tonhari, sedangkan permintaan dari pasar di wilayah Jakarta dan
Batam bahkan bisa lebih dari 1,5 tonhari.  Permintaan jagung manis terus meningkat baik permintaan dalam negeri juga permintaan untuk ekspor ke luar negeri.
Peningkatan ini dikarenakan pemanfaatan jagung manis sebagai makanan selingan, jagung sayur maupun untuk bahan baku industri.  Pengembangan bioetanol
membawa dampak pada peningkatan kebutuhan jagung dunia. Bahan baku bioetanol menggunakan amylase dan glukoamilase dari jagung manis. Peningkatan
permintaan pasar jagung manis juga karena adanya perbaikan kadar  gula dalam kultivar-kultivar jagung manis.  Adanya peningkatan kadar gula karena  hasil dari
perbaikan gen-gen yang menyebabkan rasa manis pada jagung. Jagung manis diperoleh dari jagung biasa yang mengalami mutasi resesif
secara spontan, mutasi ini dapat mengendalikan konversi gula menjadi pati dalam endosperm. Karakter biji berkerut dan transparan, dengan kandungan gula yang
tinggi dan kandungan pati yang rendah pada endosperm Tracy, 1997.  Jagung manis mengakumulasi gula sekitar dua kali sekitar 12 dan 8-10 kali lebih dapat
larut dalam air dibanding jagung normal yang masih muda. Jagung manis mengandung kadar gula yang relatif tinggi,  rasa manis
disebabkan oleh tiga gen utama yaitu gen sugary  su, sugary enhancer se, dan shrunken sh2.  Kultivar jagung manis yang mengandung gen su,  menghasilkan
jumlah gula yang tinggi, tetapi terjadi perubahan gula menjadi pati secara cepat setelah panen  jika tongkol tidak berada dalam temperatur yang dingin.  Kultivar
jagung manis yang mengandung gen se,  menghasilkan  jumlah gula lebih  tinggi dibanding  kultivar yang mengandung gen su.  Kultivar yang mengandung gen se
juga akan mengkonversi gula menjadi pati  seperti jagung manis normal, tetapi prosesnya lebih lama setelah panen karena kandungan gulanya  lebih tinggi.  Kultivar
jagung manis yang mengandung gen sh
2
, tidak langsung mengkonversi gula menjadi pati  dan oleh karena itu setelah panen  rasa manisnya bertahan  untuk suatu waktu
yang sangat panjang.  Sekarang ini,  beberapa Pemulia jagung sedang meneliti j
j jagu
d d
daer s
s sega
t t
terna m
m men
B Ba
Ba Ba
Ba Ba
Ba Ba
a Ba
Ba Ba
Ba a
Ba Ba
Ba Ba
Ba Ba
Ba Ba
Ba Ba
Ba Ba
Ba a
Ba Ba
Ba Ba
B Ba
a a
a a
a a
Ba Ba
Ba Ba
a B
Ba a
Ba a
a Ba
a Ba
a B
B a
B Ba
Ba B
a Ba
B B
a Ba
a a
Ba B
a a
B B
Ba a
Ba ta
ta ta
ta ta
ta ta
ta ta
ta ta
t ta
ta ta
ta ta
ta t
ta ta
t t
t t
t ta
t t
t t
ta ta
ta t
ta t
ta ta
ta ta
t a
a ta
ta a
a t
t a
a ta
a a
a t
t ta
ta a
ta t
ta ta
t t
ta t
a a
a t
a a
t t
t b
b ba
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ik
ik ik
ik ik
ik ik
i k
ik ik
ik i
ik k
ik ik
i ik
ik ik
ik k
k ik
k ik
ik k
k k
k ik
ik i
i i
ik k
k k
k ik
i i
i i
i i
ik i
i ik
i i
k ik
i i
i k
k k
i ik
k k
k i
i i
i ik
k k
k P
Pe Pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e ni
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
j j
ja a
a gu
gu g
g g
g g
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
gu g
g g
g g
g g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g m
me me
me me
me me
me me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
me me
me me
me me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n p
pe pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e r
r r
r r
r r
r rm
r rm
r r
r r
r r
r r
r r
r rm
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r k
ku ku
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u l
l l
l lt
lt lt
lt l
l lt
l l
l lt
lt lt
l lt
l l
l l
l lt
l l
l l
l l
l l
lt l
l l
l l
lt l
l l
l l
l l
l l
l l
t l
l t
lt l
l l
l l
l l
l i
p p
pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e rb
rb r
r rb
r r
rb rb
r r
rb r
rb r
r r
rb rb
r r
r rb
rb r
r r
rb r
r rb
rb r
r r
r rb
r rb
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
rb rb
r r
r r
b
s s
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e c
c c
c c
ca ca
ca c
c c
c ca
ca ca
c c
ca c
c c
c c
c ca
c c
c c
ca c
c ca
c c
c c
c c
c c
c ca
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c e
e en
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
d d
d do
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
t t
tingg m
m man
l l
larut
d d
diseb s
s sh
sh h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h ru
u u
ru u
u u
ru ru
u ru
ru ru
u u
ru ru
ru u
u u
u u
j ju
ju ju
ju u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u ju
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u j
j u
u u
u u
u m
m m
m m
m m
m m
m m
m ml
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
s s
se se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
te te
te t
te te
te te
te e
te te
te te
te t
te te
te te
t te
e te
te te
t te
t t
te t
e te
te e
te e
e te
e e
e e
e e
e t
t e
t t
e t
t t
t t
e e
t t
t t
t t
t t
t t
l j
ja ja
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a gu
gu gu
gu gu
gu gu
gu gu
gu gu
g g
g gu
gu gu
gu gu
u u
u u
gu gu
gu gu
gu g
gu gu
gu gu
g g
g g
gu gu
gu g
gu g
gu gu
g g
gu u
u gu
u u
gu g
gu u
u gu
u gu
gu gu
gu gu
u u
u u
u u
gu u
u gu
u u
gu g
g gu
gu g
g u
g g
g gu
gu g
u g
u g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
d di
di di
i di
i i
i i
d i
i di
di i
d i
i i
d i
i i
d i
i i
d i
d i
i b
b b
b b
b ba
ba ba
b b
b b
ba ba
b b
b b
b b
ba ba
b b
b b
b b
ba b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
ba b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b ba
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b j
ju ju
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u g
g g
g g
g ga
ga g
g g
g g
g g
g g
g g
g ga
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g p
p pr
pr r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
pr r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r pr
pr r
r r
pr r
r r
r r
r r
r pr
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r o
o o
o o
os os
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o j
ja ja
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a gu
gu gu
gu gu
gu gu
gu g
gu gu
gu g
g gu
gu gu
gu g
gu gu
gu gu
gu u
gu g
gu u
g g
gu gu
g g
g gu
u gu
g g
g g
g gu
g g
g g
g gu
g gu
g g
g g
g g
g g
gu gu
u u
gu u
u u
u u
p p
pa pa
a a
a a
pa a
a a
a a
pa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
pa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ti
ti i
t i
ti i
ti ti
i ti
ti i
i i
ti i
i i
ti i
i i
ti ti
y ya
ya ya
ya a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ya a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ya a
a ya
y a
a a
a a
a a
ya a
a y
y y
y ng
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
3 kombinasi-kombinasi gen mana yang memberikan kandungan gula yang lebih tinggi
Cobbledick – OMAF, 1997. Jagung manis belum ditanam secara luas di Indonesia, padahal permintaan
jagung manis semakin meningkat setiap tahun. Namun demikian, menurut Data Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa produksi jagung manis Indonesia periode
2001-2005 belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsinya BPS, 2006. Hal ini
dikarenakan jumlah varietas jagung manis yang beredar di Indonesia masih terbatas sehingga harga benihnya  mahal, dan umumnya tidak tahan penyakit bulai.   Harga
benih yang mahal tersebut disebabkan karena umumnya varietas yang beredar dirilis oleh perusahaan swasta, dimana materi genetiknya  merupakan hasil introduksi, dan
belum ada pesaing  dalam negeri. Varietas jagung manis yang beredar diantaranya adalah Manis Madu,  Biji Mas, Chia Thai Seed varietas bersari bebas, Sweet Boy,
Bonansa, S  G, Thai Super Sweet Hibrida. Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa permintaan jagung manis akan terus
meningkat, sementara itu kemampuan produksi masih rendah dan mahalnya harga benih jagung manis.  Oleh karena itu produksi jagung manis perlu ditingkatkan untuk
memenuhi kebutuhan jagung manis tiap tahunnya.  Namun upaya peningkatan produksi jagung selama ini menghadapi beberapa kendala, di antaranya adalah
gangguan hama dan penyakit.  Di negara-negara tropik dan sub tropik selain kekeringan, hama dan penyakit tanaman jagung merupakan salah satu penghambat
utama yang mengganggu stabilitas produksi. Pengaruh suatu penyakit terhadap hasil jagung cukup bervariasi, ada yang
serangannya berat sampai menimbulkan puso 100 terserang dan ada yang serangannya ringan.  Selain itu intensitas dan keberadaan penyakit bervariasi dari
waktu ke waktu dan dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya, serta tergantung pula pada sifat patogen.  Salah satu penyakit yang banyak menurunkan hasil tanaman
jagung adalah penyakit bulai atau downy mildew. Penyakit ini disebabkan oleh jamur  Peronosclerospora maydis yang menyerang daun jagung, dan dapat
menimbulkan kehilangan hasil sampai 100  Shurtleff 1980; Subandi et al. 1996. Epidemi penyakit bulai  yang disebabkan oleh P. maydis di daerah Lampung pertama
kali terjadi tahun 1973, mengakibatkan penurunan hasil jagung cukup drastis pada k
k kom
Cob
j j
jagu P
P Pusa
2 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 20
20 2
20 01
01 01
01 d
di di
i i
i i
ka ka
ka ka
ka ka
k k
k ka
k k
k ka
k ka
k k
k k
k k
ka k
k k
k k
k k
k k
a a
k k
k k
k ka
k k
k k
k k
k k
a a
ka k
k k
k k
k k
k k
ka k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
a a
a k
k k
k k
k k
k a
s s
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
hi hi
h hi
hi h
h h
h hi
hi h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h n
b b
be e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
ni n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
o ol
ol l
l l
l l
l l
l eh
eh h
eh eh
h eh
eh eh
eh eh
eh h
eh h
eh h
eh eh
eh eh
eh eh
eh eh
eh h
eh h
eh eh
eh h
h h
h h
h eh
e e
h h
eh eh
e eh
e h
h h
eh eh
h h
e e
eh eh
eh eh
e h
eh eh
eh eh
eh eh
eh e
eh h
h eh
eh e
e h
h e
e e
e e
e e
e e
e e
e b
b be
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e lu
lu lu
lu l
lu lu
lu l
lu lu
l lu
lu lu
u u
lu lu
l lu
lu l
l l
l lu
lu lu
lu lu
l lu
lu l
l l
l l
lu lu
l l
l u
lu l
l l
l lu
lu u
lu lu
u u
lu l
lu l
l l
l lu
u l
u l
lu l
u l
l l
u l
u l
u u
u l
lu lu
u l
l l
l l
lu l
u l
u l
l l
l l
l l
u l
l l
u u
u a
ad ad
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d a
a a
a a
a a
al al
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
B Bo
Bo Bo
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o Bo
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
m me
me me
me me
e e
e e
e me
me e
e e
me me
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
m e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n b
b be
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ni n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
m me
me me
me e
e me
e me
me me
me me
e me
e me
e e
e me
me e
me e
e me
me e
e me
e me
e e
me me
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
me me
m m
m e
m me
me me
me m
m e
m me
me me
e me
e e
e m
e e
e m
m me
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
p p
prod g
g gang
k k
keke u
u utam
s s
se se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ra a
a ra
a a
a ra
ra a
ra ra
ra a
a ra
ra ra
a a
ra a
n n
n s
s se
e e
e e
se se
e e
e e
e e
se e
e e
e e
e e
e e
e se
e e
e e
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
s e
e e
e e
s ra
ra ra
r ra
ra ra
ra ra
r r
a r
ra r
ra ra
r r
ra r
r r
ra a
a r
r r
ra a
ra ra
r ra
r r
r ra
r r
a ra
r r
r a
r r
a r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r n
w wa
wa wa
wa wa
wa wa
wa a
wa wa
w w
wa wa
w wa
wa wa
wa w
a wa
w wa
wa a
w w
w wa
wa wa
wa a
wa w
wa wa
wa wa
a a
wa wa
wa wa
a a
wa wa
a a
wa wa
w a
w wa
a a
a a
a a
a w
a a
w w
w w
a w
w a
a a
a a
a a
a k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k p
p pa
pa pa
a a
a a
a a
a pa
a pa
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a pa
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
da da
da d
da da
da da
d da
d d
da d
da da
d d
da da
d d
d d
da d
d d
d da
da d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d da
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d da
a a
d d
d d
da d
d d
d d
a a
d d
d d
d d
d da
da d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
j ja
a ja
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a gu
gu gu
gu g
gu gu
gu gu
g gu
gu gu
gu gu
gu g
gu gu
gu gu
gu gu
gu gu
gu gu
u gu
gu gu
g gu
g g
g g
g gu
gu u
g g
g g
g g
gu gu
g g
gu gu
g gu
gu gu
g g
gu g
u gu
g g
g u
gu g
u gu
g g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g j
ja ja
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
m m
m m
m m
mu m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
me me
m m
me me
m me
me m
m m
m m
e me
e me
me m
m m
m m
me e
m m
me m
me m
m m
me m
me m
m me
m me
m m
m m
m m
m m
m me
m me
m m
m m
m m
m m
m m
m e
e e
e e
e m
m m
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n E
Ep Ep
Ep E
Ep Ep
Ep Ep
Ep Ep
Ep Ep
Ep p
Ep Ep
Ep E
Ep Ep
Ep Ep
Ep Ep
Ep Ep
Ep Ep
E E
p E
Ep p
Ep Ep
Ep Ep
E Ep
Ep Ep
p Ep
Ep Ep
E p
Ep Ep
E p
Ep p
Ep p
p Ep
p p
p Ep
p E
p p
Ep p
Ep E
E p
E E
E p
E Ep
p p
E E
E E
E Ep
Ep E
Ep id
id id
i i
i id
i id
id id
id i
i i
i i
id id
i i
i i
id i
i i
i id
i i
id id
i i
i id
i id
i i
id i
i i
id id
i i
i i
i i
i i
id d
d d
d d
d k
ka ka
ka ka
a a
a a
a a
ka ka
a a
ka ka
k a
a k
a ka
ka ka
ka a
k k
ka ka
ka a
ka ka
a a
a k
a ka
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a li
li i
i li
i li
li i
li li
i i
i li
i i
i li
i i
i li
li
4 tahun-tahun berikutnya.  Dari tahun 1973 sampai 1979 terjadi penurunan produksi
berturut-turut  sebesar 115, 92, 19,  44, 62, 55, dan 70 ribu ton Sudjadi 1992. Usaha-usaha pengendalian penyakit pada dasarnya adalah cara-cara
mengendalikan perkembangan patogen, memanfaatkan inang dan lingkungan untuk memperkecil akibat yang ditimbulkan patogen sehingga mencapai suatu titik di
bawah ambang ekonomi dengan kerugian yang dapat diabaikan Sudjadi 1992. Beberapa cara pengendalian penyakit bulai adalah penanaman kultivar tahan,
pengaturan waktu tanam, sanitasi dan perlakuan benih dengan metalaksil.  Perakitan kultivar unggul yang tahan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain dengan melakukan hibridisasi atau persilangan. Persilangan merupakan salah satu upaya untuk menambah variabilitas genetik dan memperoleh genotipe
baru. Genotipe baru yang telah diperoleh diseleksi lagi untuk memperoleh genotipe
yang lebih baik dan lebih unggul.  Sejauh ini, para pemulia tanaman menggunakan marka morfologi dalam seleksi maupun persilangan.  Namun ekspresi marka
morfologi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan kadang-kadang juga dipengaruhi oleh adanya interaksi epistatik dan pleiotropik.  Hal ini mengakibatkan sulitnya
memperoleh data yang bisa dipercaya. Oleh karena itu data karakterisasi secara morfologi harus didukung oleh karakterisasi secara molekuler.
Kemajuan yang pesat di bidang biologi molekular tanaman akhir-akhir ini telah memecahkan permasalahan di atas. Marka molekuler yang terkait erat dengan
sejumlah karakter yang memiliki nilai ekonomi penting telah berhasil dikembangkan. Keadaan ini memungkinkan adanya seleksi tidak langsung dari suatu sifat yang
diinginkan yaitu dengan hanya menguji pada tingkat bibit.  Hal ini memberikan efisiensi dari segi waktu, sumber daya maupun energi yang sebenarnya dibutuhkan
untuk memelihara suatu populasi yang besar selama beberapa generasi dan juga untuk memperkirakan parameter-parameter yang digunakan dalam proses seleksi
secara langsung. Pemanfaatan marka DNA sebagai alat bantu seleksi Marker Assisted Selection
MAS lebih menguntungkan dibandingkan dengan seleksi secara fenotipik. Seleksi dengan bantuan marka molekuler didasarkan pada sifat genetik tanaman saja, tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dengan demikian, kegiatan pemuliaan tanaman t
t tahu
b b
bertu
m m
men m
m mem
b b
ba ba
ba ba
ba ba
ba ba
ba ba
a a
a a
a a
ba ba
ba ba
a ba
ba ba
ba a
ba ba
a ba
ba a
a ba
ba a
a a
ba a
a a
a ba
a a
ba ba
a a
a ba
a a
b a
a ba
ba b
b ba
a ba
ba a
ba a
a a
b a
a b
a a
b w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
w w
B Be
Be e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
be b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
p p
pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
k ku
ku u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
lt l
lt l
l l
lt l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
i a
an an
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n ta
ta ta
ta ta
ta a
ta ta
ta ta
t t
t a
ta t
ta ta
a a
ta ta
a t
ta t
t a
ta a
t ta
ta a
ta ta
a t
a ta
ta ta
a a
ta t
ta ta
t t
t t
a a
a ta
a ta
ta a
t ta
t t
a a
t t
t t
t t
t t
t t
t s
s sa
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a la
la la
la la
l la
la la
l la
la la
la la
a a
la la
la la
la la
la la
la la
la la
l la
la l
l l
l la
la l
l l
a la
a la
la la
la a
la la
a a
la a
la l
l l
l l
la la
l la
l a
l l
l l
la l
a la
l a
a a
la a
a a
l l
a la
a l
l l
a a
a a
l l
a l
l l
l la
l l
l a
a la
a a
a h
b ba
ba a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a r
r r
r r
r r
r ru
r ru
r r
r r
r r
r r
r r
r ru
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r
y ya
ya a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
m ma
ma ma
ma ma
a a
a a
a ma
ma a
a a
a ma
ma a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a m
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a r
r rk
r r
r r
r r
r r
r r
m mo
mo mo
mo mo
mo o
o o
o mo
mo o
o o
mo o
o o
mo o
o o
o o
o o
mo o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
mo o
o o
o o
o o
o mo
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
mo o
o o
o mo
o o
o o
o o
o o
o o
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
o ol
ol l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
eh e
e eh
eh eh
eh e
eh e
eh e
eh eh
e eh
eh e
eh eh
e e
eh eh
e eh
eh eh
e e
e eh
e eh
e e
e eh
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e eh
e e
e e
e e
e e
h h
h eh
h e
e h
h h
e h
h e
e e
e e
e e
e e
e h
h h
h e
m m
mem m
m mor
m m
mem s
s sejum
K K
Ke K
K K
K K
K Ke
Ke K
K Ke
Ke Ke
Ke K
K Ke
K Ke
Ke Ke
K ad
ad ad
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a d
di di
di di
i di
i i
i i
i i
i i
di di
di i
i i
di i
di i
i i
di di
i i
di di
i di
di i
d i
i i
d i
d di
i d
di d
i d
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
d d
i i
i i
in in
in i
in i
in i
in in
i in
in in
in in
in i
i in
i i
in n
in in
i in
n in
in n
in in
n n
n in
in n
n n
n n
in in
n in
in n
in in
n n
n in
in i
in n
i i
i in
i i
i i
i in
i n
i i
i i
i i
i i
g e
e ef
ef f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
f f
is is
is i
is is
is s
is is
is s
is is
is is
s is
is i
is i
is i
is is
is is
is i
i i
i s
is is
is i
is is
is s
is s
s s
s is
s s
s s
s s
s is
s is
s s
i i
s i
i s
i s
s i
i i
i i
i u
u un
un n
n n
n n
n n
n un
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
tu tu
tu tu
t tu
tu tu
tu t
tu tu
tu tu
tu t
tu t
tu tu
tu tu
tu tu
tu t
t t
tu t
t tu
t tu
tu t
tu t
tu t
t u
u tu
u u
t tu
tu tu
tu t
t u
tu t
tu tu
t tu
u u
t t
tu tu
u t
u tu
u u
u u
u u
u u
tu t
tu t
t t
tu tu
t t
u u
t t
t tu
tu tu
t tu
t t
t t
t t
u u
un un
un un
un un
un n
n un
un un
un n
n n
n un
un n
n un
n n
un n
n n
n n
n n
n tu
tu tu
tu t
t t
t t
t tu
tu t
t t
t t
tu t
t t
tu t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t tu
t t
t t
t t
t t
t t
t t
tu t
t t
t t
t t
tu t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t s
s se
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
c c
c c
c c
ca ca
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
c c
MA MA
M MA
MA MA
MA M
MA MA
MA MA
MA A
MA MA
MA MA
MA M
MA MA
MA MA
MA MA
M MA
MA MA
MA MA
MA MA
MA MA
M MA
MA MA
MA MA
MA M
M MA
MA MA
M M
MA MA
M M
M MA
MA MA
M MA
M M
MA M
M M
M MA
M MA
MA M
M M
M M
M MA
M M
MA M
MA M
M MA
MA M
M M
M MA
MA M
M MA
M MA
MA M
M M
M M
M M
M A
A d
de de
de de
e e
e e
e e
de de
e e
de de
d e
e d
e de
de de
de e
d d
de de
de e
de de
e e
e d
e de
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e ng
ng ng
ng n
ng n
n g
g n
n g
g n
ng n
ng g
n ng
ng g
ng n
g g
g g
ng n
ng n
n n
n g
ng d
di di
di di
di di
i di
di i
d i
i i
di i
i i
i i
i d
i i
i di
i di
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i d
i i
d i
i i
d pe
p p
pe pe
p p
p p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
5 menjadi lebih tepat, cepat, dan relatif lebih hemat biaya dan waktu. Seleksi
berdasarkan karakter fenotipik tanaman di lapang memiliki beberapa kelemahan seperti yang disarikan oleh Lamadji et al. 1999, di antaranya memerlukan waktu
yang cukup lama, kesulitan memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan pada sifat-sifat morfologi atau agronomi, rendahnya
frekuensi individu yang diinginkan yang berada dalam populasi seleksi yang besar, dan  fenomena pautan gen antara sifat yang diinginkan dengan sifat tidak diinginkan
sulit dipisahkan saat melakukan persilangan. Dari sejumlah marka molekuler, marka mikrosatelit atau SSRs Simple
Sequence Repeats telah dikenal secara luas banyak memberikan harapan dalam studi keragaman genetik dan penampilannya yang kodominan sehingga dapat
mengidentifikasi genotipe homozigot dan heterozigot dalam populasi. Selama ini Balai Penelitian Tanaman Serealia Balitsereal belum pernah
merilis varietas jagung manis, oleh karena itu  untuk memperoleh varitetas jagung manis hasil rakitan Balitsereal  maka dilakukan persilangan antara jagung manis
varietas ‘Thai supersweet’  dengan galur-galur koleksi Balitseral yaitu Mr4, Mr11, Mr12 dan Mr14.   Keempat galur diketahui  tahan terhadap penyakit bulai,
mempunyai daya gabung yang baik dan berasal dari populasi yang beda. Galur-
galur tersebut disilangkan dengan jagung manis melalui silang balik back cross sebanyak empat generasi dan silang diri selfing selama empat  generasi.
Persilangan dilakukan untuk memasukkan gen kemanisan dan mengembalikan karakter-karakter unggul yang ada pada masing-masing galur.
Galur-galur jagung manis yang sudah diperoleh dilakukan analisis kekerabatan berdasarkan karakter genotipe memanfaatkan marka SSRs, berdasarkan karakter
morfologi, dan korelasinya untuk mengetahui apakah galur-galur tersebut mempunyai kemiripan genetik yang rendah atau jauh.  Menurut  Pabendon et al.
2005, galur Mr4 mempunyai kemiripan genetik yang rendah dengan galur Mr14
yaitu sekitar 0,27, yang berarti kedua galur memiliki hubungan genetik yang jauh sehingga jika disilangkan akan berpotensi menghasilkan turunan yang baik.
Penelitian mengenai analisis korelasi kekerabatan berdasarkan data genotipe memanfaatkan marka SSRs dan morfologi pada jagung belum banyak dilakukan di
Indonesia, terutama pada jagung manis. m
m men
b b
berd s
s sepe
y y
yang s
s selek
f f
fr r
fr fr
fr r
r fr
fr r
r fr
fr fr
r r
fr r
fr r
r r
fr fr
r r
fr fr
fr r
r fr
r r
fr r
r fr
fr fr
fr fr
fr r
r fr
fr r
r fr
r fr
fr fr
fr r
fr r
r fr
r ek
ek ek
ek ek
ek ek
ek e
ek ek
e ek
ek e
ek ek
k ek
ek ek
ek ek
ek ek
ek ek
ek ek
ek k
k ek
ek ek
ek ek
k k
k ek
k ek
ek e
ek e
e ek
e ek
e e
ek ek
k k
ek ek
k ek
ek ek
ek e
ek k
k k
k k
ek k
e ek
e ek
ek k
k k
ek e
e k
ek ek
e k
k k
k u
u u
u u
u u
u u
u d
da da
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n s
s su
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u li
li l
l l
l li
li li
li li
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l li
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
t
S S
Se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e q
qu q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
q q
s s
st t
t t
t t
ud ud
ud ud
ud ud
ud ud
u ud
ud ud
ud ud
d ud
ud ud
ud ud
ud ud
u ud
d ud
ud d
ud ud
u ud
ud d
u d
d u
u ud
ud d
ud u
ud ud
ud u
ud u
u u
ud ud
ud ud
ud u
u d
d u
ud u
u ud
u u
u u
u u
ud ud
u ud
u d
u u
u ud
u u
u d
u u
u d
u u
d ud
d d
d u
u ud
ud d
u u
u u
u u
u d
ud u
u d
u u
u u
u ud
u u
u d
u u
u u
u u
d d
d m
me me
me me
me e
e e
e e
e e
e e
me me
e e
e me
e e
e e
e e
e e
me me
e e
e e
e e
e e
e e
e me
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e me
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n
m me
me me
me me
me me
me me
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m m
e e
e e
e e
ri r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
m ma
ma ma
ma ma
a a
a a
a ma
ma a
a a
a ma
ma a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a m
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
v va
va a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ri
ri ri
r r
r r
r ri
ri r
r r
ri i
ri ri
r r
r i
r i
r r
r r
i r
i r
r ri
ri ri
r r
r r
r i
i r
r ri
ri r
ri i
r r
r r
r ri
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r e
M Mr
Mr Mr
Mr Mr
Mr Mr
Mr Mr
Mr Mr
Mr Mr
M Mr
Mr Mr
Mr r
Mr r
Mr Mr
Mr Mr
Mr r
Mr M
Mr Mr
Mr Mr
M Mr
Mr Mr
M Mr
Mr Mr
r Mr
M r
Mr M
r Mr
r Mr
Mr r
Mr M
M Mr
Mr r
Mr r
r r
r Mr
M r
r M
M Mr
r r
r r
r Mr
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
Mr Mr
M M
r Mr
M M
r M
Mr M
M Mr
r r
r M
r r
M M
r 1
1 1
1 1
1 1
1 1
m m
mem g
g g
g galu
s s
seba P
P P
P Pers
k k
k k
kara
b b
be be
be be
be e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
be e
e e
be e
e e
be e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
b e
e e
e e
e e
e e
b r
r r
r r
r r
r rd
r rd
r r
r r
r r
r r
r r
r rd
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
m mo
mo mo
m mo
mo mo
mo mo
m o
mo mo
mo m
m mo
o mo
m mo
mo mo
mo m
o mo
m mo
o m
m m
mo mo
mo mo
o mo
o m
mo mo
o mo
mo o
o o
mo mo
mo mo
o o
o mo
mo o
mo mo
mo m
o m
mo m
o o
o o
o o
o m
m o
m m
m m
o m
m o
mo o
o o
o o
o r
r r
m me
me me
me me
e me
e e
e e
me me
e e
me me
e e
me e
e me
e e
me me
e e
me me
me e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m me
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 00
00 00
00 00
00 00
00 00
00 y
y ya
ya ya
ya ya
ya a
a a
a a
a a
ya a
ya y
a a
a a
y a
a a
a ya
ya ya
ya ya
a ya
a ya
y a
ya a
ya y
a a
y a
a y
ya a
ya a
y y
y a
a a
a a
a a
a a
ya a
a a
a a
a y
a a
a y
y y
it it
it i
i it
i i
i i
i it
i i
i it
it i
it it
t i
i t
t i
t i
i t
i i
i i
i i
i u
s se
se se
e e
e e
e e
e e
e e
e se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
hi hi
h h
hi h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
n P
P Pe
Pe Pe
Pe Pe
P Pe
Pe Pe
Pe Pe
e P
Pe P
e Pe
P P
P e
Pe Pe
Pe e
Pe Pe
P Pe
Pe e
e e
e Pe
e Pe
e Pe
P Pe
e Pe
P e
e Pe
e e
Pe e
e e
Pe e
e e
e e
e e
e e
e P
P P
e e
e e
P Pe
e n
ne ne
ne n
n n
n n
ne n
n n
ne n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
m m
m m
me me
me m
me me
me m
me m
m me
m m
me me
me m
m m
me m
m m
m me
m me
me me
m m
m me
m m
m m
m e
e e
m m
m me
m m
m m
m m
m m
m e
e e
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m I
I In
In In
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n do
do do
d do
do do
d d
do d
d do
d d
do do
do d
do do
d d
d do
do do
do d
d d
do do
do do
d do
d d
d do
d d
do d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d
6 Galur-galur jagung manis yang diperoleh juga dilakukan analisis daya gabung
sebagai penyaringan untuk mendapatkan calon tetua dalam persilangan dialel. Penelitian mengenai daya gabung pada jagung telah dilaksanakan oleh  Beck et al.
1990;  Crossa et al. 1990; Vasal et al. 1992; Kang et al. 1995; Kim dan Ajala 1996; Wang et al. 1999; Mickelson et al. 2001; Betrán et al. 2002; Revilla et al. 2002;
Betrán  et al. 2003; Bhatnagar et al. 2004; Long et al 2004; Menkir dan Ayodele 2005  dan tanaman yang lain Boye-Goni and Marcarian 1985; Nienhuis dan  Singh
1986; Borges 1987; Tenkouano et al. 1998; Hartman and St. Clair 1999 pada berbagai karakter yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas dipandang perlu untuk melakukan penelitian Analisis Jarak Genetik Berdasarkan Marka SSRs Simple Sequence Repeats dan
Morfologi serta Analisis Daya Gabung untuk Pembentukan Hibrida Jagung Manis Zea mays L. var. saccharata sebagaimana bagan alir penelitian pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan galur-galur jagung manis tahan terhadap penyakit bulai, 2. Memperoleh informasi kekerabatan galur jagung manis berdasarkan
keragaman genetik memanfaatkan marka SSRs, dan korelasinya dengan penampilan morfologi.
3. Memperoleh informasi nilai daya gabung umum galur-galur jagung manis, yang akan dijadikan tetua dalam persilangan dialel.
4. Mendapatkan informasi nilai daya gabung umum, daya gabung khusus galur jagung manis, dan nilai heterosis hibrida jagung manis.
5. Mendapatkan satu atau lebih calon hibrida silang tunggal yang mempunyai potensi hasil tinggi dan  tahan penyakit bulai
Hipotesis
1. Jarak genetik berdasarkan karakter genotipe berkorelasi dengan jarak taksonomi berdasarkan karakter morfologi jagung manis.
2. Terdapat galur jagung manis yang memiliki jarak genetik cukup jauh dan tingkat keragaman genetik cukup besar berdasarkan marka SSRs.
s s
seba P
P Pene
1 1
1990 W
W Wan
B Be
Be Be
Be Be
Be Be
e Be
Be Be
Be e
Be Be
Be Be
Be Be
Be Be
Be Be
Be Be
Be e
Be Be
Be Be
B Be
e e
e e
e e
e Be
Be Be
e B
Be e
Be e
e Be
e Be
e B
B e
B Be
Be B
e Be
B B
e Be
e e
Be B
e e
B B
e Be
tr tr
tr tr
tr tr
tr tr
tr tr
tr t
tr tr
tr tr
tr tr
t tr
tr t
t t
tr t
tr t
t t
tr tr
tr tr
tr t
tr tr
tr tr
t r
r tr
tr r
r t
t r
r tr
r r
r t
t tr
tr r
tr t
tr tr
t t
t t
r r
r t
r r
t t
t 2
20 20
05 1
19 19
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 86
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 b
b be
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
rb rb
rb r
r rb
rb b
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
A An
An An
An n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n An
n n
n n
n n
n n
n n
n n
An n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a M
Mo Mo
Mo Mo
Mo o
o o
Mo Mo
Mo o
o Mo
Mo Mo
Mo Mo
o Mo
Mo o
o Mo
M Mo
Mo Mo
o Mo
o o
Mo Mo
Mo Mo
M M
Mo M
o o
Mo M
Mo Mo
o o
Mo M
o Mo
Mo Mo
Mo Mo
Mo Mo
o M
o Mo
Mo Mo
M o
o o
o Mo
M Mo
o o
Mo M
Mo o
Mo M
M o
o M
Mo Mo
Mo o
o o
o o
o M
o o
M o
o Mo
o o
M o
o o
o M
o o
o o
o o
o o
o o
o r
r Ze
Ze Z
Ze Ze
Ze Ze
Ze Z
Ze Ze
Ze Ze
Ze Z
Ze Ze
Z Ze
Z Ze
Ze Ze
Ze Z
Ze Z
Ze Z
Z Z
Z Ze
Z Z
Z Ze
Z Ze
Z Z
Z Z
Z Z
Z e
Ze Z
Z Z
Ze Z
e Ze
Z Ze
e Z
Ze Z
Z Ze
Ze e
e Z
e Z
Z Z
Z Ze
e e
e Ze
e Z
Z Ze
e e
Z e
Z e
Z Z
e e
Z Z
Ze e
e e
Z e
Z e
Z Ze
Z e
e a
a a
a a
a
T T
Tu Tu
u u
u u
u u
u u
u u
u Tu
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u j
j j
j j
ju j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
1 2
3
4
5
H Hi
Hi Hi
Hi Hi
Hi Hi
Hi Hi
H Hi
Hi Hi
Hi Hi
Hi Hi
H Hi
H H
H H
H Hi
H H
H H
H H
H H
Hi Hi
H H
Hi Hi
Hi Hi
H H
H H
H H
H Hi
H H
H i
i Hi
H H
H H
Hi H
H H
H i
i Hi
H H
H i
i i
i H
H H
H H
Hi H
Hi Hi
H Hi
H H
H H
H H
H p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p
7 3. Terdapat galur jagung manis yang memiliki nilai daya gabung, nilai heterosis
tinggi, dan tahan terhadap penyakit bulai downy mildew sebagai kandidat tetua pembentukan hibrida.
4. Hibrida potensial diperoleh dari pasangan tetua kelompok heterotik yang berbeda
Diagram Alir Penelitian
Kegiatan penelitian secara keseluruhan meliputi beberapa tahapan yaitu: 1. Analisis keragaman genetik galur-galur jagung manis Zea mays L. var.
saccharata berdasarkan marka SSRs Simple Sequence Repeats dan morfologi.
2. Evaluasi daya gabung umum galur-galur jagung manis Zea mays L. var. saccharata menggunakan silang puncak.
3. Evaluasi daya gabung galur jagung manis Zea mays L. var. saccharata dan heterosis hibridanya menggunakan  persilangan diallel.
Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
D Di
Di Di
Di Di
Di Di
Di Di
Di Di
i Di
i i
Di Di
D D
D Di
Di i
Di i
i Di
D D
i Di
Di Di
D Di
Di i
D i
i Di
i Di
D Di
i Di
D Di
i i
Di D
D Di
D D
Di D
D Di
D D
D i
Di i
Di i
i i
i i
i i
i ag
ag ag
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ag
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
K 1
2
3
8
Mr4 x JM Mr11 x JM
Mr12 x JM Mr14 x JM
Mr4 x F
1
Mr11 x F
1
Mr12 x F
1
Mr14 x F
1
BC4F
4
BC4F
4
BC4F
4
BC4F
4
Keterangan: -
JM = varietas jagung manis. -
P. Bulai = Penyakit bulai
Gambar 1  Bagan alir kegiatan penelitian
POPULASI DASAR
Penelitian 1. Analisis Keragaman Genetik
Penelitian 2. Analisis Daya Gabung Umum
- Marka SSRs - Morfologi
- Gabungan SSRs dan
morfologi - Daya hasil
- Ketahanan Penyakit Bulai
Penelitian 3. Analisis Daya gabung dan Heterosis
- Daya hasil - Ketahanan Penyakit
Bulai
Informasi DG, Galur JM Tahan P. Bulai,
Calon Tetua Hibrida harapan
Mr 4 x J
J JM
Mr4 x F F
F
1
BC4F
4
Kete e
e e
ra ra
ra r
ra ra
r ra
a ra
ra r
r r
r r
r ra
ra ra
r r
ra ra
ra ra
ra r
r r
r r
r ra
r r
r r
r r
r a
a a
a a
a r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
- JM =
= =
= =
= v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v v
v ar
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
- P. B
ul ul
ul ul
l ul
ul ul
ul ul
ul ul
ul ul
ul l
l l
l ul
ul l
ul l
ul ul
ul l
l ul
u ul
l u
ul l
ul ul
l u
ul u
ul u
u u
u ul
u ul
ul l
l u
l u
u ul
l l
u l
ul l
ul u
u u
u l
l l
u a
a ai
ai ai
ai ai
ai ai
a a
a a
a a
ai a
ai ai
ai ai
a a
a ai
a a
a i
ai ai
ai a
a i
ai ai
ai ai
ai a
a a
ai a
a a
a ai
a i
a a
a i
ai a
a a
i a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a =
9 Dari peneltian 1 diperoleh pengelompokan  galur jagung manis berdasarkan
karakter genotipe memanfaatkan marka SSRs, dan pengelompokan galur berdasarkan kemiripan morfologi.  Galur jagung manis yang terseleksi memiliki jarak genetik
jauh digunakan pada percobaan 3. Pada penelitian 2  dilakukan evaluasi daya gabung umum galur-galur jagung
manis Zea mays L. var. saccharata menggunakan silang puncak.  Informasi yang diperoleh pada percobaan ini adalah nilai efek daya gabung umum DGU, dan galur
jagung manis yang tahan penyakit bulai. Galur jagung manis yang terseleksi, dibandingkan dengan hasil percobaan 1 yang memiliki jarak genetik yang jauh. Hasil
percobaan digunakan pada percobaan 3. Pada penelitian 3 dilakukan evaluasi daya gabung galur jagung manis Zea
mays L. var. saccharata dan heterosis hibridanya menggunakan  persilangan diallel. Informasi yang diperoleh pada percobaan ini adalah nilai efek daya gabung khusus
galur jagung manis sebagai tetua pembentukan varietas hibrida jagung manis dan nilai heterosisnya.
Secara keseluruhan, sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah diperoleh informasi mengenai daya gabung pada galur jagung manis, galur jagung
manis yang tahan penyakit bulai, dan hibrida silang tunggal yang mempunyai hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai yang disebabkan oleh Peronosclerospora
maydis. k
k kara
k k
kem j
j jauh
m ma
ma ma
ma ma
ma ma
ma ma
ma ma
ma ma
ma ma
ma ma
m ma
ma ma
ma ma
m ma
m a
a a
a a
a ma
ma ma
ma ma
a a
a m
ma ma
ma ma
m m
ma ma
m m
ma m
ma m
m m
ma ma
m ma
ma a
ma m
m a
ma ma
a ma
m a
a m
ma a
a a
ma a
m n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
d di
di i
i i
i pe
pe pe
pe pe
pe pe
p p
p p
p p
p e
pe p
p p
p p
p p
p e
pe p
p p
p p
p p
e pe
e p
p p
e pe
p p
p p
p p
p p
pe p
p p
p p
p p
e p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
pe p
e p
p p
p p
p p
p p
p p
p e
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p j
j ja
a a
gu gu
gu gu
gu gu
g gu
g g
g g
gu g
g gu
gu g
g g
g gu
gu g
gu g
g g
gu gu
gu gu
g gu
g g
g g
g g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g gu
g gu
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g d
di di
i i
i i
i i
b b
b b
ba ba
b b
ba b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b p
p pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e rc
rc rc
rc rc
rc rc
rc rc
r r
r rc
r rc
r c
r r
r rc
rc r
c rc
r r
c r
r rc
r rc
rc c
r rc
r r
rc r
r r
r r
r c
c r
r rc
r c
r rc
c r
rc r
r r
c c
r r
c c
r r
r r
r r
r r
r
m ma
ma ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
I In
In n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
fo f
fo fo
f f
fo fo
fo fo
f f
f fo
f f
f fo
fo fo
f f
f fo
fo f
fo fo
f fo
f fo
f f
f f
f f
f f
f fo
f f
f f
fo fo
fo f
fo f
f f
f f
f f
fo fo
f fo
f f
f f
fo fo
o f
o f
f fo
f f
f f
f f
f f
f f
g ga
ga a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
lu lu
l l
l lu
l l
lu l
lu lu
lu l
l lu
l lu
l l
l l
lu lu
l lu
l l
l l
l lu
lu l
l l
lu l
l l
l l
l lu
l l
l l
lu lu
l lu
l l
l l
lu l
lu l
l l
l u
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l u
l u
u l
l l
l u
n ni
ni i
i i
i la
la la
l l
l la
la la
la la
la la
la l
la l
l la
la la
la l
la la
la la
la a
la l
la la
l l
la a
la la
la l
l la
l l
la a
la a
la la
la l
l la
l a
l la
la a
a l
la l
l la
a la
l a
l la
l a
l l
l la
a la
la a
l l
l a
l l
l l
l l
l a
la l
l la
a l
a l
l l
i
d di
di i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
pe pe
pe pe
p p
pe pe
pe p
p p
pe p
p p
p p
p p
p p
p pe
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
pe p
p p
p p
p p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
e p
p p
p p
p p
e p
p p
p p
p e
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p m
m man
t t
tingg m
m may
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
Genetika Jagung Manis Sweet Corn
Jagung manis Zea mays L. var. saccharata merupakan salah satu sayur- mayur yang populer di negara-negara maju seperti Amerika, Brasil, Prancis dan di
negara-negara berkembang.  Jagung ini dikonsumsi dalam bentuk jagung muda yang direbus atau dibakar, dibuat sayur, perkedel, cream atau susu, sirup, dan bahan baku
pembuatan permen karena rasanya manis dan enak.  Di Europa, Cina, Korea, dan Jepan,  digunakan untuk  topping pizza.   Rasa manis disebabkan oleh kandungan
gula yang tinggi pada endosperm, mengkilap,  dan tembus pandang ketika belum masak, dan bila kering berkerut. Jagung manis selain rasanya manis dan enak juga
bermanfaat bagi kesehatan seperti mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan kanker terutama jika dikonsumsi dalam bentuk jagung rebus.  Kandungan nutrisi
jagung manis diperlihatkan pada Tabel 1 Larson 2003. Tabel  1 Kandungan nilai nutrisi dalam biji jagung manis
Nilai nutrisi dalam biji jagung manis per 100 g 3,5 oz
Energy 90 kkal 360 kJ
Karbohidrat 19 g
- Gula 3.2 g
- Dietary fiber 2.7 g
Lemak 1.2 g
Protein 3.2 g
Vitamin A equiv.  10 μg 1
Asam Folat Vit. B9  46 μg 12
Vitamin C 7 mg 12
Besi 0.5 mg 4
Magnesium 37 mg 10
Kalium 270 mg 6
Sumber:  database nutrisi USDA Jagung manis diperoleh dari field corn jagung biasa yang mengalami mutasi
resesif secara alami  dalam gen yang mengontrol konversi gula menjadi pati dalam endosperm biji jagung.  Saat ini telah ditemukan 13 gen mutan yang dapat
memperbaiki tingkatan  gula  pada jagung manis.  Gen yang utama mempengaruhi
G G
Gen
m ma
ma ma
ma ma
ma m
m ma
ma ma
ma ma
ma ma
m ma
ma ma
ma ma
ma ma
m ma
a ma
m ma
ma m
a m
ma m
ma m
a a
ma m
ma ma
a ma
ma ma
a a
ma ma
a m
m m
ma a
a m
m a
a ma
m m
m a
a a
m m
ma m
m m
m m
m a
ma m
m a
m m
a a
a y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
n ne
ne e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
g g
g g
g g
g g
ga g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
d di
di i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
re re
re r
re re
re re
re r
r r
e r
r r
e re
r r
r r
re r
re r
re re
e r
e re
r r
r r
r r
r r
r r
e r
r r
r r
r r
e r
r r
r r
re r
re r
r r
r re
e r
r re
r r
e r
r re
r r
r r
r r
r r
re r
e r
r r
e r
re r
r r
r r
r r
r r
b p
p pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
J Je
Je e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
pa pa
pa pa
p p
p p
p pa
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p pa
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p g
gu gu
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
l l
l la
la la
l l
l l
l l
l l
la la
l l
l la
la la
la l
l l
l l
l la
l l
l l
la l
l l
l l
l l
l l
a l
l l
l l
l l
l a
a l
a a
a l
a a
a a
a l
l l
a a
a a
a a
a m
ma ma
ma a
a a
a a
a a
a a
a ma
a m
a a
a ma
m a
a a
ma m
a a
a a
a a
a a
a a
a m
a a
ma ma
a a
a a
a a
a a
a a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
m ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s b
b be
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
rm rm
r rm
rm rm
rm m
rm m
rm rm
rm rm
rm rm
rm rm
m rm
rm rm
rm rm
r m
m rm
r rm
m rm
r r
rm r
r r
r rm
r r
rm r
r r
r r
r r
r r
rm r
rm rm
r r
r r
rm r
r r
r r
rm rm
r r
r rm
r m
r r
r r
r r
r r
r r
k ka
ka a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a n
n n
n n
n n
n n
nk n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n j
j ja
a a
gu gu
g g
gu g
g gu
g g
g g
gu gu
gu g
gu gu
g g
gu g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
gu gu
g g
g g
gu g
gu g
g g
gu g
g g
g g
g g
g g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
g g
r re
re re
re e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
se se
s se
se se
se se
s s
se s
e se
se se
s s
se s
se s
se e
se se
s s
e s
se se
s s
s se
se se
s s
s s
e se
s se
se s
se se
s s
se s
s se
s s
e s
s s
e s
e s
s s
e s
s s
s s
s s
s s
e e
e en
en n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n do
do d
d do
do d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d do
d o
o d
d do
o d
m me
me me
me me
me me
me m
e m
me m
me m
m me
me me
me e
me me
me me
m m
me m
e e
m me
me e
me e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
11 kemanisan  jagung ada tiga yaitu : 1  gen sugary su;  2  gen  sugary enhancer
se; dan  3  gen shrunken sh
2
.  Ketiga gen tersebut merupakan gen resesif sehingga harus ditanam terpisah dari varietas jagung  biasa.
Penyakit Bulai Downy Mildew
Penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung Peronosclerospora dilaporkan ada lima spesies Renfro 1980 dikutip Wakman 2001. Namun di Indonesia hanya
ada dua spesies yang dilaporkan yaitu P. maydis dan  P. philippinensis, tetapi umumnya P. maydis terdapat dimana-mana, sedangkan P. philippinensis khusus
terdapat di daerah Sulawesi Utara. Penyakit bulai atau embun berbulu downy mildew memiliki banyak nama
setempat, antara lain di Jawa Tengah dikenal dengan nama omo putih, omo londo, dan  omo bule, di Jawa Timur, omo putih, dan potehan, sedangkan di Jawa Barat
dikenal sebagai omo bodas dan hama lieur Semangun 1996. Serangan penyakit bulai dapat dilihat pada permukaan daun terdapat garis-garis
sejajar tulang daun berwarna putih sampai kuning diikuti dengan garis-garis klorotik sampai coklat.  Bila infeksi makin lanjut, tanaman terlihat kerdil dan tidak
berproduksi, tetapi jika infeksinya terlambat tanaman masih ada kemungkinan untuk berproduksi, hanya saja biji yang dihasilkan sudah terinfeksi patogen.  Jamur
berkembang secara sistemik, sehingga bila patogen mencapai titik tumbuh maka seluruh daun muda yang muncul mengalami klorotik, sedangkan daun pertama
sampai ke empat masih terlihat sebagian hijau.  Ini merupakan ciri-ciri dari infeksi patogen melalui udara.  Bila biji jagung sudah terinfeksi, maka bibit muda yang
tumbuh memperlihatkan gejala klorotik pada seluruh daun dan tanaman cepat mati. Di permukaan bawah daun yang terinfeksi dapat dilihat banyak terbentuk tepung
putih yang merupakan spora patogen tersebut Agrios 1988. Menurut Semangun 1996, tanaman yang terinfeksi terdapat benang-benang
jamur dalam ruang antar selnya, daun-daun tampak kaku, agak menutup, dan daun lebih tegak dari biasa.  Akar kurang terbentuk dan  tanaman  mudah rebah. Tanaman
yang terinfeksi pada waktu masih sangat muda biasanya tidak membentuk buah. Bila terinfeksi pada tanaman yang lebih tua, tanaman dapat tumbuh terus dan
membentuk tongkol buah.   Tongkol buah sering mempunyai tangkai yang panjang, k
k kem
se; s
s sehin
P P
Peny
a ad
ad ad
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ad ad
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
u u
um m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m u
u u
u u
u t
t te
e e
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r da
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
s s
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
te te
te te
te te
te te
te te
te te
te te
te te
e te
t t
te te
te te
t te
t t
te t
te t
te t
te t
e e
t t
t t
e e
t e
t e
t t
t te
t t
te t
te t
t t
t t
t t
t t
t t
t e
e e
e t
e t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t e
m d
da da
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
d di
di i
i i
i ke
ke k
k k
k k
k k
k ke
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
s s
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ja ja
ja ja
ja ja
j ja
ja a
ja j
ja j
j ja
ja ja
j ja
ja ja
ja ja
j ja
ja ja
ja ja
ja ja
ja j
ja j
ja a
a ja
a j
j ja
ja j
j j
a a
a ja
ja ja
ja ja
ja ja
ja j
j j
j a
a j
j ja
a ja
ja a
j ja
j ja
ja j
ja a
a a
a j
ja ja
a ja
j ja
ja j
a a
a ja
a j
j j
j ja
ja j
ja a
a j
a j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
j j
s s
sa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a m
m m
mp m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m b
b berp
b b
berp b
b berk
s s
selur s
s samp
p p
pa p
to t
tu tu
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
m m
m m
m m
mb mb
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
D Di
Di D
Di Di
Di Di
Di Di
Di Di
Di Di
Di D
D D
D Di
Di D
D Di
Di D
Di Di
i i
D Di
Di Di
i i
Di Di
D Di
Di Di
D Di
D D
D D
i i
Di i
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
p p
p pu
pu u
u u
pu u
pu u
u u
u pu
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u pu
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u ti
ti ti
ti t
ti ti
ti t
t ti
ti ti
ti ti
t ti
t t
ti ti
ti ti
ti ti
t t
t ti
t t
t t
i ti
ti t
ti t
ti t
t i
i i
i i
t ti
ti ti
ti t
t i
i t
t ti
t ti
i i
t t
ti i
i t
i i
i i
h h
h
j ja
ja a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a m
m mu
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m l
le le
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e b
bi bi
bi bi
bi bi
bi bi
b bi
bi i
i bi
b i
i i
i bi
bi bi
bi i
i bi
bi bi
b b
bi i
bi i
i i
i bi
b b
bi bi
b i
bi i
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b i
h h
h h
y ya
ya ya
ya ya
ya a
a a
ya a
a ya
a a
a a
a a
ya ya
ya a
a ya
a a
a ya
ya a
a a
a a
a a
ya a
ya a
a a
ya ya
ya a
ya y
a ya
a a
ya ya
a a
y a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ya
a a
a y
a y
n ng
n ng
n n
n n
n n
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
B Bi
Bi Bi
Bi Bi
Bi Bi
i i
i i
i Bi
i i
i Bi
i Bi
Bi i
Bi Bi
Bi Bi
B i
Bi i
Bi i
i Bi
B Bi
B B
i Bi
B i
B Bi
Bi Bi
i Bi
i i
i i
i i
i i
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B l
la la
la la
l l
l l
l l
l l
l l
la la
a a
a m
me me
me me
me me
me me
me e
m me
m me
m m
me me
me me
e e
me me
me me
me me
me me
e e
me me
me e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
12 dengan kelobot yang tidak menutup pada ujungnya, dan hanya membentuk sedikit
biji. Kajiwara 1974 dari hasil penelitiannya dengan menggunakan daun jagung
kultivar Harapan menggambarkan proses perkembangan gejala penyakit bulai yang tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 2 Perkembangan gejala penyakit bulai downy mildew Hari setelah
inokulasi Gejala
2 5
6 7
9
14-25 Muncul bintik-bintik hijau pucat 1-2 mm.
Muncul garis-garis berwarna hijau kekuningan. Garis-garis tadi semakin jelas. Beberapa daun berubah warna
menjadi kuning. Seluruh daun berwarna kuning dan beberapa diantaranya mulai
layu. Daun pertama sampai daun ke tiga mati. Garis-garis kuning yang
jelas muncul pada daun ke empat. Gejala serangan sistemik mulai terlihat pada daun-daun yang
baru terbentuk.
Jamur dapat bertahan hidup sebagai mycelium dalam embrio biji yang terinfeksi jika kondisi biji lembab.  Bila biji ditanam, jamurnya ikut berkembang dan
menginfeksi bibit, selanjutnya dapat menjadi sumber inokulum.  Infeksi terjadi melalui stomata daun jagung muda umur di bawah satu bulan jika pada permukaan
daun terdapat air gutasi atau tetesan air serta jamur berkembang secara sistemik. Sporangia konidia dan sporangiofora dihasilkan pada permukaan daun yang basah
dalam gelap.  Sporangia berperan sebagai inokulum sekunder.  Pembentukan spora patogen membutuhkan udara yang lembab lebih dari 90 dan hangat pada suhu
sekitar 22 C serta gelap.  Produksi sporangia sporulasi sangat banyak terjadi pada
dini hari antara pukul 03.00 sampai 05.00 Semangun 1996.  selanjutnya oleh tiupan angin di pagi hari, spora tersebut tersebar sampai jarak jauh dan bila spora menempel
pada daun jagung muda yang basah, maka dalam waktu satu jam spora tersebut sudah mulai berkecambah dan menginfeksi daun melalui stomata jika ada air gutasi
atau embun Subandi 1996. Penyakit bulai  pada jagung terutama terdapat di dataran rendah dan jarang
terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi dari 900-1.200 m Rutgers 1916 dikutip Semangun 1996. Ini sesuai dengan penelitian Bustamam dan Kimigafukuro 1981
d d
deng b
b biji.
k k
kulti t
t terca
T Ta
Ta Ta
Ta Ta
Ta Ta
Ta Ta
Ta Ta
Ta Ta
Ta T
Ta Ta
Ta Ta
Ta T
Ta T
Ta T
a Ta
Ta Ta
Ta Ta
Ta Ta
a Ta
Ta a
T T
Ta Ta
T a
a a
T a
T a
T T
a T
T a
T a
a a
a a
T a
Ta a
a a
T T
a T
T a
Ta T
a a
T T
a be
b b
b b
b be
be be
b b
be b
b b
be b
b be
b be
b be
be b
be be
b b
be b
be b
b b
b b
b be
be b
be be
be b
be be
b b
b b
be b
b b
be be
b b
b b
b e
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b H
t te
te e
e ri
ri ri
ri ri
ri ri
ri ri
ri ri
i ri
ri ri
ri i
ri ri
i ri
i r
i i
r r
r ri
ri ri
i ri
ri i
ri i
i ri
ri ri
i i
ri i
i ri
i i
r i
ri i
r ri
r r
r ri
r i
r ri
i ri
ri ri
ri ri
i r
ri r
r r
i r
r i
i r
ri ri
ri ri
ii r
ri r
r r
i r
r r
i i
ri r
r i
r r
r i
i i
i i
i ri
i i
n n
n m
m men
m m
mela d
d daun
S S
Spor d
d dala
p p
pa pa
pa p
p to
o s
s se
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e ki
ki k
k k
ki k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
t d
di di
di di
i i
di di
di i
i di
di i
di i
i i
i i
di i
di i
i i
i i
i i
i i
i i
di i
di i
di i
i di
i i
di i
i i
di i
di di
d i
d i
di d
i i
i i
i i
i i
i ni
ni n
n n
ni n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n a
an an
an an
n n
n n
n n
n n
n an
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
gi gi
gi gi
g gi
gi gi
gi g
gi g
g gi
g gi
gi g
g gi
gi g
g g
g g
g g
g gi
gi g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g gi
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g gi
i i
g g
g g
gi g
g g
g g
i i
g g
g g
g g
g gi
gi g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g p
p pa
pa pa
a pa
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
d d
da d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
s s
su su
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u da
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d a
at at
t t
t t
t at
at t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
au au
au au
a a
au a
u u
au au
au u
u a
au au
u u
u au
a a
u a
a a
au u
u u
t te
te e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
rd rd
rd rd
rd rd
d rd
rd d
d rd
d d
d d
rd r
r r
d d
rd d
d d
rd rd
rd r
r d
r r
r r
r r
rd d
d d
d a
a S
S Se
Se Se
e Se
e e
Se e
Se Se
Se Se
S S
Se e
Se Se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m
13 yang dilakukan di Bogor menunjukkan bahwa konidium berkecambah paling baik
pada suhu 20qC. Varietas-varietas jagung berbeda ketahanannya terhadap penyakit bulai, ada yang tahan dan  rentan.  Hal ini ditentukan oleh gen-gen  penyusun yang
terdapat dalam tanaman jagung. Gambar 1 menunjukkan penampilan daun tanaman jagung yang terinfeksi penyakit bulai.
Gambar 2 Daun tanaman jagung yang terserang bulai
Pengendalian Penyakit Bulai Downy Mildew
Pemberantasan penyakit bulai harus dilakukan secara terpadu diantaranya penggunaan varietas resisten, penanaman serentak, tanaman yang sakit dicabut dan
dikubur dalam tanah atau dibakar agar tidak menjadi sumber penyakit, pengaturan pola tanam, dan penggunaan fungisida Fagi et al. 1997.  Pergiliran tanaman
merupakan salah satu cara menekan tingkat serangan penyakit bulai.  Karena tidak terbentuknya oospora memungkinkan patogen dapat bertahan di dalam daun, batang,
kelobot, bunga jantan, bunga betina ataupun tongkol yang masih muda sehingga dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama.  Dengan demikian pertanaman jagung
terus menerus sepanjang tahun akan menyebabkan patogen dapat bertahan terus. Perlakuan biji dengan metalaksil, kerugian dapat dikurangi. Tetapi
pemberantasan penyakit bulai dengan memakai fungisida biasanya terdapat masalah karena beberapa alasan yaitu a serangan patogen terhadap tanaman bersifat
sistemik ; b Infeksi serangan terjadi pada malam hari; dan c Serangan terjadi pada saat tanaman berusia muda, pada waktu stadia pertumbuhan. Oleh karena itu
y y
yang p
p pada
b b
bula t
t terda
j j
jagu
P Pe
Pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n
p p
peng d
d diku
p p
pola m
m meru
t te
te e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
b rb
rb b
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
b rb
r rb
rb b
rb rb
r rb
b rb
r rb
rb b
rb r
rb rb
r rb
rb rb
rb rb
rb b
rb b
rb b
rb r
r b
b b
r rb
b b
r b
rb b
rb r
r rb
r r
r r
rb r
r b
b b
r rb
b b
b r
b b
b b
b b
r r
r e
e e
k k
ke ke
ke ke
ke ke
ke ke
k ke
ke ke
ke ke
ke k
ke k
ke k
ke ke
ke ke
ke ke
ke ke
ke ke
k ke
ke ke
k ke
ke ke
ke ke
k ke
ke ke
k ke
k k
ke k
ke ke
k e
ke ke
e ke
e e
ke ke
k k
ke e
k ke
ke ke
k e
k e
ke k
e ke
e ke
e e
k ke
ke k
ke ke
k k
k e
k e
e k
e e
k k
k k
l l
l lo
lo lo
lo l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
lo l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l lo
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
d da
da da
d da
da d
d d
d a
a a
p p
p p
p p
p p
p p
pa p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
t te
te te
te te
e te
te te
te te
e te
te e
te e
e te
te te
e te
te te
t e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e te
te te
e te
e e
t te
e e
e e
t e
e te
te te
e e
e te
e e
t e
e te
t e
e t
e e
e t
e e
e t
e t
t e
ru ru
ru r
r r
r r
r ru
ru u
r r
ru ru
ru r
r ru
ru r
r r
ru ru
ru r
ru ru
ru ru
ru ru
u u
ru ru
u u
u ru
u r
ru ru
r r
r ru
ru r
ru r
r r
ru r
u r
r ru
u u
ru u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u s
p p
pe pe
pe pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
k ka
ka ka
ka k
a a
a a
a k
a ka
ka ka
ka a
a k
a a
a ka
k k
a k
a a
a a
a a
a r
r r
r re
re r
r r
r r
r r
r r
r re
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
s s
si si
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i si
st s
s s
s s
e e
e e
e e
e s
sa sa
sa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
at at
a a
at t
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a aa
a a
a a
a a
a a
a
14 fungisida yang dapat digunakan untuk menekan serangan bulai adalah fungisida
sistemik.  Namun cara yang paling baik untuk memberantas serangan penyakit  dan hama adalah dengan merakit kultivar resisten  Singh 1986; Mochizuki 1974.
Penanganan pemberantasan penyakit bulai selain penggunaan fungisida sistemik juga diusahakan mendapatkan varietas baru yang resisten.   Hal ini telah
dilakukan karena dengan penggunaan fungisida akan membutuhkan biaya tambahan kepada petani.
Pemuliaan untuk Ketahanan terhadap Penyakit
Program pemulian untuk menghasilkan varietas resisten terhadap penyakit harus melalui beberapa tahapan yakni mendapatkan sumber ketahanan dan
menentukan pola pewarisan karakter ketahanan tanaman inang serta karakter genetik dari interaksi antara inang dengan patogen Allard 1960.  Hal tersebut dapat
terlaksana dengan baik apabila pengkajian dilakukan pada lingkungan epidemik bagi patogen, baik di laboratorium, rumah kaca, maupun di lapangan.  Beberapa kendala
yang sering ditemukan adalah penentuan dan penilaian ketahanan, identifikasi genetik dari karakter ketahanan yang melibatkan interaksi gen yang tidak sealel, dan
kaitan gen. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka pada setiap pelaksanaan
pengujian dan seleksi ketahanan tanaman perlu diusahakan terciptanya lingkungan epidemik yang mampu memberikan kondisi epifitotik patogen.  Langkah yang harus
dilaksanakan untuk menciptakan kondisi seluruh tanaman yang diuji terinfeksi patogen penyakit adalah dengan melakukan inokulasi buatan.  Beberapa hal penting
untuk keberhasilan inokulasi buatan tersebut adalah inokulum harus tetap bermutu tinggi, penerapan inokulasi diusahakan homogen untuk setiap tanaman, dan kondisi
lingkungan pada saat inokulasi sesuai bagi pertumbuhan patogen, serta tanaman inang yang akan diuji harus bebas dari penyakit lain dan harus dalam keadaan
fisiologik yang cocok untuk terjadinya serangan patogen. Tanaman resisten dan tanaman rentan dapat dibedakan dengan mudah apabila
dikendalikan oleh satu atau dua gen mayor.  Pada keadaan tersebut varians ketahanan akan menunjukkan sebaran terputus atau diskontinyu.  Sering pada ketahanan yang
dikendalikan oleh banyak gen tidak ada perbedaan jelas antara individu tanaman f
f fung
s s
siste h
h ham
s s
siste d
di di
di di
di di
di di
di di
di di
di i
i di
di di
di di
i i
di di
i i
di di
i di
i i
di di
i di
i i
i i
di i
d di
i i
i di
di i
i d
di di
di i
i i
di i
d di
di i
d la
la la
la la
la la
la l
la la
l la
l la
l la
la a
la la
la la
la la
la la
la la
la a
a la
la la
l a
la l
la l
l la
l la
l la
la a
a a
la la
a la
la la
la a
a a
a a
a la
la a
la l
la l
la la
a a
a a
l l
la a
a a
a a
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
ke ke
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
pa p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p
P Pe
Pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
h ha
ha a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ru ru
r ru
ru r
ru ru
ru ru
ru ru
ru ru
r r
ru ru
ru ru
r u
r ru
ru ru
r r
r r
r r
r r
ru r
r r
r r
u ru
r ru
ru r
r r
r u
ru ru
u ru
r ru
ru r
r r
ru r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
ru u
u r
r r
r r
r r
m me
me me
me me
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e me
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n d
da da
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a r
r r
r r
r r
ri ri
ri r
ri r
r r
r r
i ri
r r
r ri
ri r
ri r
i r
ri r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r t
t te
e e
rl rl
rl rl
l l
l l
rl rl
rl rl
rl rl
rl r
r rl
rl rl
rl rl
rl rl
rl rl
rl rl
r rl
rl rl
rl rl
rl rl
rl rl
rl rl
rl rl
rl r
l rl
r r
r l
l r
rl l
r r
r l
l l
rl r
l l
r r
l l
r r
r r
rl l
r r
r r
l r
rl r
r r
l r
r l
r rl
rl rl
l r
r rl
r r
r r
rl r
l r
r r
l l
r r
r r
r r
l r
rl l
l a
a a
p p
pa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
aa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
to to
to to
to t
t t
t to
to t
t to
t t
t to
to t
to t
t t
to t
to t
t t
t t
t t
t t
to to
t t
to t
t t
t t
t t
t t
t t
to t
o o
o o
t o
to to
o to
to t
t to
t t
t o
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
y ya
ya a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
n n
n n
n n
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n g
ge ge
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
ne n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
nn n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
k k
kaita
p p
peng e
e epid
d d
dilak p
p pa
p to
u u
un un
un n
n un
n un
un n
un un
un un
un n
n n
n un
n n
n un
un n
n n
n n
n n
n n
un n
n n
n n
n n
un un
n un
un n
n un
un n
n n
n un
n u
n un
n u
n u
un n
u u
n n
n tu
tu t
tu t
t tu
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
ti ti
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i ng
ng ng
ng ng
ng ng
n ng
ng ng
ng ng
n ng
ng ng
n ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
n n
ng n
ng ng
ng ng
ng n
ng n
n g
ng n
ng n
ng n
g g
g g
ng ng
g n
n ng
ng ng
n n
ng n
n n
n n
n g
ng g
g ng
g n
n g
n g
g n
g n
g g
g g
g g
g g
l li
li i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
n ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
ng ng
n n
ng n
ng ng
ng ng
ng n
n n
ng ng
ng n
ng n
n ng
n ng
ng ng
n g
n ng
ng g
g g
n ng
g g
ng n
n g
n n
g g
n n
g g
g ng
n ng
g g
n g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
k k
k i
i i
in in
i in
in in
n i
in in
n in
n in
in in
n n
n in
in in
i n
in i
n i
in in
in i
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n a
a a
a a
an an
an an
an an
a a
an a
a an
n an
an a
a an
a a
a an
n a
a an
an a
an n
an n
an a
a a
a a
a a
a a
an a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
f f
fi i
i i
i i
fi i
i i
fi i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
si si
si i
i si
si i
si i
i si
si i
i si
si si
i i
i si
i i
si si
si i
si si
si si
si i
si si
i si
i si
si i
i s
s s
s i
s s
i si
i i
si s
s i
i s
s si
s s
s i
i i
i s
s s
i i
s i
o o
o
d di
di di
di di
di i
di i
di di
i di
i di
di i
i i
di di
i i
di i
di di
i i
di i
i i
i i
i i
i i
i d
i i
i i
i d
i i
i d
di i
i i
i d
di i
d i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i d
i ke
k k
ke k
k k
k k
k k
ke k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k a
ak ak
ak ak
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k an
an an
an n
n n
n n
d di
di di
di d
d i
i i
di i
i i
i di
d d
i i
i i
i d
i i
di i
i i
d i
i i
i i
i k
e e
ke ke
ke ke
k ke
ke ke
ke ke
ke k
ke ke
k k
ke k
ke ke
k k
ke k
k k
k k
k k
k k
ke k
k ke
ke ke
ke ke
k k
e e
ke k
k e
ke k
k e
e ke
k ke
e e
k ke
k k
ke k
k k
k k
k k
k k
k
15 resisten dan tanaman rentan dalam populasi yang bersegregasi.  Varians ketahanan
tersebut bersifat kontinyu dengan perubahan perbedaan ketahanan yang kecil Herison 2002.
Pegetahuan tentang adanya gen-gen pengendalian karakter ketahanan terhadap penyakit bulai akan memudahkan pemulia tanaman untuk merakit varietas resisten.
Pamin 1980 menyimpulkan bahwa terdapat keragaman genetik yang cukup luas terbukti dari pembentukan varietas sintetik yang tahan penyakit bulai, dengan
pembentukan  intercross S
1
dan S
2
telah berhasil diturunkan tingkat serangan penyakit bulai dari 60.8 persen pada bahan asal menjadi 22.4 persen pada intercross
S
1
dan 16.8 persen pada intercross S
2
. Aday 1974 meringkas bahwa program pemuliaan yang dilakukan di Philipina
guna menekan serangan bulai berlangsung dalam empat tahap yaitu: a. isolasi dan seleksi galur-galur murni yang resisten terhadap bulai DMR 1953 –
1963. b. skrening varietas lokal untuk ketahanan penyakit bulai pada areal yang luas dan
introduksi plasmanutfah yang memiliki hasil tinggi 1964 – 1968. c. pembentukan varietas hibrida persilangan antara varietas lokal tahan bulai
dengan varietas introduksi plasmanutfah produksi tinggi 1967 – 1973. d. perbaikan dalam populasi untuk ketahanan terhadap bulai dan seleksi karakter
argonomi yang baik. Dengan melaksanakan program di atas dewasa ini telah berhasil dirilis varietas-
varietas seri Phil DMR dengan tingkat serangan rata-rata sebesar 34.63 persen dibandingkan dengan bahan asal sebesar 44.40 persen.  Dekade sepuluh tahun
terakhir sekarang ini juga telah dilaksanakan program Asian Maize Biotechnology Network AMBIONET berhasil melaksanakan pemetaan gen ketahanan penyakit
bulai di Philipina, Cina, dan India, sedangkan di Indonesia sampai sekarang ini masih belum menghasilkan.
Melihat kemajuan yang telah dicapai dengan pemberantasan melalui pemuliaan maka pencarian varietas baru yang resisten
penyakit bulai masih dilanjutkan. r
r resis
t t
terse Her
p p
peny P
Pa Pa
Pa Pa
Pa Pa
Pa a
Pa Pa
Pa Pa
Pa a
Pa Pa
Pa Pa
Pa Pa
Pa Pa
a Pa
Pa Pa
Pa Pa
Pa Pa
a a
a a
a a
a Pa
a a
Pa a
Pa a
a a
a a
a Pa
a P
Pa a
a Pa
Pa a
a Pa
Pa P
a Pa
Pa a
Pa a
a P
P a
Pa a
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
t t
te e
e rb
rb rb
rb rb
rb r
rb rb
rb b
b rb
rb rb
r rb
r rb
rb b
b rb
r rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb b
b r
r rb
rb b
r rb
b rb
r r
rb rb
rb rb
r b
b b
b b
r b
r b
rb rb
r b
r rb
r r
r rb
r rb
b b
b b
b r
b rb
b b
b r
r r
rb rb
r b
b b
b u
p p
pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m p
p pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
ny n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
S S
S
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
g gu
gu u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u n
n n
n n
n na
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n a
a a.
. .
i
b b
b. .
. .
. s
i c
c. c.
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
p d
d d
d. p a
D D
Den v
v varie
d d
di di
d d
di d
i d
di d
i i
d di
di di
d di
di di
d d
ba a
a ba
a a
a ba
ba a
ba ba
ba a
a ba
ba ba
a a
ba a
b t
t te
te e
e e
e e
e te
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e te
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e t
e e
t ra
ra ra
ra ra
ra ra
ra ra
ra ra
a a
ra ra
ra ra
ra ra
ra ra
ra ra
ra ra
ra ra
r ra
a ra
r r
a r
ra ra
r a
r r
r r
r r
r r
r r
r a
ra ra
ra r
a r
r r
r r
r r
k N
Ne Ne
Ne Ne
Ne Ne
Ne Ne
Ne Ne
N Ne
Ne e
Ne Ne
N Ne
Ne N
Ne Ne
Ne N
Ne Ne
Ne Ne
Ne Ne
Ne Ne
Ne e
Ne Ne
N N
Ne N
Ne Ne
Ne Ne
N N
Ne Ne
Ne N
Ne N
e e
Ne N
Ne e
Ne e
e Ne
e e
Ne e
Ne N
N e
e Ne
Ne N
N N
N Ne
e e
N N
e e
N N
N Ne
Ne e
e t
t t
t t
tw t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
b b
bu bu
bu bu
u u
u u
bu u
bu u
u u
bu u
u b
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
la la
l la
la l
la la
la la
l l
l la
la l
l l
l l
la la
la l
l l
la l
l la
la la
la l
l l
a la
la l
la a
la la
l l
l a
la l
la la
la l
la a
a l
l l
a a
l l
l l
a a
a a
a l
l a
l l
l l
l la
la l
a a
l la
l l
l l
l l
l m
m ma
ma ma
ma ma
ma ma
a a
ma m
ma ma
ma ma
ma a
a ma
ma ma
ma ma
ma a
ma ma
ma a
a ma
a a
m a
a ma
a a
a a
a a
ma a
a ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a s
s s
s s
p p
pe pe
pe e
p pe
pe pe
pe e
pe pe
e e
p e
e e
pe p
p p
e e
e e
e e
e e
p p
pe e
e pe
p e
e pe
pe e
p e
p e
p e
p e
e p
p e
p e
p pe
p e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
pe p
p e
p m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m p
p pe
pe p
pe pe
e e
pe pe
e e
pe pe
e e
pe pe
pe e
pe e
e e
e pe
e e
e pe
e e
pe pe
pe e
pe pe
pe e
p e
pe e
p e
pe e
pe p
pe pe
pe e
p e
pe p
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e p
p p
p n
n n
n n
n ny
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
16
Marka Genetik
Marka genetik merupakan bagian kecil dari materi genetik yang mudah diidentifikasi. Menurut Liu 1998 penanda genetik ada tiga tipe  a marka
morfologi, protein biokimia dan DNA molekuler. Marka morfologi mudah
dilakukan tetapi sulit mengidentifikasi gen dalam jumlah besar jika populasi spesiesnya sedikit. Marka protein yang biasa digunakan adalah isozim, marka DNA
dengan mengisolasi sebagian kecil daerah DNA. Menurut Tanksley dan McCouch 1997, marka morfologi merupakan secara visual dikarakterisasi secara fenotipik
seperti warna bunga, bentuk biji, tipe tumbuh atau pigmentasi. Marka isozim adalah marka yang dapat membedakan enzim yang dideteksi melalui elektroforesis dan
merupakan penanda spesifik. Keterbatasan dari marka-marka biokimia dan morfologi terbatas dalam jumlah dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan atau fase
perkembangan dari tanaman. Marka molekuler pada awal perkembangannya diperkenalkan untuk mengatasi
kesulitan seleksi secara konvensional.  Apabila marka molekuler yang terpaut dengan gen-gen yang dimaksud sudah diidentifikasi, maka marka tersebut dapat membantu
mengurangi ukuran populasi dan waktu yang dibutuhkan dalam program pemuliaan per siklus seleksi.  Beberapa kelebihan marka molekuler, khususnya memiliki
kemampuan menyeleksi tanaman pada tahap pembibitan untuk sifat yang baru bisa diamati setelah tanaman tumbuh menjadi besar dan kemampuan menyeleksi sifat
yang sangat sulit bila menggunakan seleksi fenotipe saja yang membutuhkan waktu relatif panjang Couch et al. 1991.
Marka SSRs Simple Sequence Repeats atau biasa disebut mikrosatelit, telah menjadi sistem marka yang sering digunakan pada tanaman jagung Smith et al.
1997.  Simple Sequence Repeats SSRs terdiri dari susunan DNA dengan motif 1 - 6 pasang basa, berulang sebanyak lima kali atau lebih secara tandem Vigouroux et
al. 2002.  SSR polimorfis telah digunakan secara ekstensif sebagai marka genetik pada studi genetik jagung seperti pada konstruksi pemetaan keterpautan gen dan
pemetaan QTL Romero-Severson 1998; Frova et al. 1999 atau analisis keragaman genetik dan evolusi Senior et al. 1998; Pejic et  al. 1998; Lu dan Bernardo 2001;
Matsuoka 2002.
M M
Mar
d d
diide m
m mor
d d
dilak s
s sp
sp p
p p
p p
sp sp
sp p
p sp
sp sp
sp p
sp p
p sp
p sp
sp p
p sp
sp p
p s
sp p
sp p
p p
p sp
sp p
p p
p p
sp p
sp p
sp s
sp p
p p
p p
sp p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
es es
es es
e es
es es
es s
es es
es es
es es
es es
es s
s es
s e
es s
es s
es e
es es
es es
es es
es s
s es
es s
es e
es s
es s
es es
es e
es es
es s
e e
e es
s es
e e
s e
es s
e s
d de
de e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n 19
19 19
19 19
9 19
19 1
19 9
19 9
19 1
19 19
19 9
9 9
9 9
9 19
9 19
1 9
9 19
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 19
9 9
9 9
9 9
9 9
9 19
9 9
1 9
9 9
9 9
9 9
1 19
9 1
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
19 1
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
s s
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
pe pe
p p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
m ma
ma a
ma ma
ma a
a a
a ma
a a
a a
a a
ma ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
rk r
r r
r r
r r
r m
me me
me me
me me
me me
e e
e e
e me
e e
me me
e e
e me
me e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
m e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m m
m e
e r
r ru
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
t t
te e
e e
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
r rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb r
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
rb rb
r rb
b b
b rb
rb rb
r r
rb rb
b b
rb rb
rb b
r b
b b
rb rb
b rb
rb b
r rb
r rb
b rb
rb rb
b r
r r
rb r
rb r
r rb
b b
rb rb
rb rb
r r
r r
rb rb
b b
b r
rb b
b r
r r
b b
r r
r rb
b b
b r
r rb
r r
b r
r b
b b
rb b
b b
b b
a p
p pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
rk rk
rk rk
rk r
rk rk
rk rk
r r
rk rk
rk rk
r rk
k rk
rk r
k rk
k k
r k
r rk
r r
r k
r rk
k k
k k
k k
k r
k r
r r
r r
r r
r r
r r
k ke
ke e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e s
s s
s s
su su
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
su s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s g
ge ge
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
- m
me me
me me
me me
me me
me me
me me
me me
me me
m m
e e
me m
me me
me me
e me
e e
e e
e me
m me
me e
e e
e e
e e
e me
m me
me m
m e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me m
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n p
p per
k k
kem d
d diam
y y
yang r
r relat
m m
m me
me me
me me
me me
m me
me me
me me
me me
me me
me me
me me
me e
me me
m me
e e
e e
e e
e m
m me
m m
me me
me me
me me
me m
me me
me m
me me
me e
me m
me m
me me
me me
m e
m m
m m
me m
m m
me m
m me
e me
me e
m e
me m
m m
e m
m e
m e
m me
m e
m m
e m
e m
e m
m n
n n
n n
n n
n n
n n
1 19
19 19
19 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 97
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
99 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
6 6
p p
p p
p p
p p
p p
p pa
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
pa p
p p
p p
p p
p p
pa p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p a
al al
al al
a l
l l
a l
l al
a l
l l
l al
a l
a l
a l
l a
a l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 p
p pa
pa pa
a a
a pa
a a
a a
a a
pa a
a a
a a
a a
a a
a a
p a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a da
da d
da d
da da
da da
d d
da da
d d
d da
d d
d d
d da
d da
da da
da d
da d
da a
a da
d a
p p
pe e
e e
e e
e e
e e
pe pe
e e
e e
e pe
e e
e e
e e
e e
pe e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
g ge
ge ge
ge ge
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
ne ne
ne ne
ne ne
ne n
e ne
n n
e e
ne ne
e e
e ne
n n
e e
e n
e n
e n
ne n
e e
ne ne
M Ma
Ma Ma
Ma Ma
Ma Ma
Ma Ma
Ma M
Ma Ma
Ma Ma
Ma Ma
M Ma
Ma M
M M
M Ma
M M
Ma a
M Ma
Ma M
Ma Ma
M M
Ma M
M Ma
Ma M
M M
M Ma
M M
M M
M M
M M
Ma a
a Ma
Ma Ma
Ma Ma
a a
a a
a M
a a
Ma a
a a
Ma a
a a
a a
M a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t
17 Primer SSR dibentuk berdasarkan pada daerah pengapit konservatif conserved
flanking region.  Variasi dalam jumlah pengulangan untuk suatu batasan lokus diantara genotip-genotip yang berbeda dengan mudah dapat dideteksi dengan teknik
PCR Polymerase Chain Reaction Hamada  et al. 1982; Powell et al. 1996. Kemudahan SSR dalam mengamplifikasi dan mendeteksi fragmen-fragmen DNA
Deoxyribo Nucleic Acid, serta tingginya tingkat polimorfisme yang dihasilkannya menyebabkan metode ini ideal untuk dipakai dalam studi genetik, terutama pada
studi dengan jumlah sampel yang banyak.  Selain itu, teknik PCR pada SSR hanya menggunakan DNA dalam jumlah kecil dengan daerah amplifikasi yang kecil,
sekitar 100 - 300 bp base-pair dari genom.  Selain itu, SSR dapat diaplikasikan tanpa merusak bahan tanaman karena hanya sedikit saja yang digunakan dalam
ekstraksi DNA atau dapat menggunakan bagian lain, seperti biji atau polen Senior et al. 1996.
Marka SSRs juga bersifat multialelik dan mudah diulangi sehingga penggunaan marka SSRs lebih menarik dalam mempelajari keragaman genetik di
antara genotip-genotip yang berbeda Senior et al. 1998.  Keunggulan lain adalah selain produk PCR dari SSR dapat dielektroforesis dengan gel agarose, juga dapat
dielektroforesis dengan menggunakan gel akrilamid terutama pada alel suatu karakter memiliki tingkat polimorfis yang rendah, dimana gel agarose tidak mampu
digunakan Macaulay et al. 2001. Beberapa pertimbangan lain sehingga marka mikrosatelit banyak digunakan
dalam studi genetik diantaranya: terdistribusi secara melimpah dan merata dalam genom, variabilitasnya sangat tinggi banyak alel dalam lokus,  dan sifatnya yang
kodominan dengan lokasi genom yang telah diketahui. Dengan demikian, marka mikrosatelit  merupakan alat uji yang memiliki reproduksibilitas dan ketepatan yang
sangat tinggi sehingga banyak digunakan dalam membedakan genotipe, evaluasi kemurnian benih, pemetaan gen, sebagai alat bantu seleksi, studi genetik populasi,
dan analisis diversitas genetik.  Akhir-akhir ini, mikrosatelit lebih banyak digunakan untuk karakterisasi dan pemetaan genetik pada tanaman, diantaranya pada tanaman
jagung, padi, anggur, kedelai, jewawut, gandum, dan tomat Gupta et al. 1996; Powel et al. 1996.
f f
flank d
d dian
P P
PCR K
K Kem
De De
De De
De De
De De
D De
De D
De D
De De
De De
De De
De De
De De
De De
De De
De De
De De
De De
De De
De D
e De
D De
De De
De D
De D
D De
D De
D De
D D
De De
e De
De De
De De
De De
De D
e e
e e
e D
e De
De De
e D
D D
De D
De D
D e
D De
D D
D D
D De
e D
e o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
m me
me me
me me
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n s
s st
t t
ud ud
ud ud
ud u
u u
u ud
ud ud
u u
u u
u u
u u
u u
u u
ud u
u u
u u
ud u
u u
u ud
ud u
ud ud
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u ud
u ud
u u
u u
u u
u ud
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u ud
u u
u u
u u
u u
u u
u m
me me
me me
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
m e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
n n
n n
s s
se e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e k
k k
k ki
k k
ki ki
k k
k k
k k
k k
k ki
k k
k k
k k
ki ki
k k
k ki
k k
k i
k k
k k
k k
ki k
k i
k i
ki k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
t t
t ta
a a
a a
np np
np np
np np
np np
np n
n np
n np
np np
np n
n np
n np
np np
np np
p p
n np
np np
np np
n np
np n
n np
np n
np n
n n
n n
n n
n np
np n
n n
n np
np n
np n
n np
n n
n p
n n
n p
n n
n p
p np
np n
np p
p n
n np
np np
n n
n n
n n
n n
n n
n np
np n
n p
n n
n n
n n
n n
n n
p n
n n
n n
n p
p p
e ek
ek k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k st
s s
s s
s s
s st
st s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s r
a al
al l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l l
l .
. .
. .
. .
. .
. 1
1 1
p p
pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e ee
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
a an
an n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
ta ta
t ta
ta t
ta t
t ta
t t
t ta
ta ta
t t
t t
ta ta
t t
ta ta
t t
t ta
ta t
t ta
t t
t t
t ta
t t
t ta
t t
ta ta
t t
ta t
t ta
ta ta
t t
t t
t ta
ta t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t s
s se
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
la la
l la
la la
la la
l la
la la
l l
la la
la la
a l
la la
l l
la la
la la
l l
la la
l la
la la
l la
la la
l la
l la
l la
a la
l l
l l
a l
l l
l l
l l
l l
l l
la a
a l
l la
l a
a la
la a
l l
l a
a a
a a
a la
a a
a a
a a
a a
a l
l l
l l
l l
l a
a a
a a
i d
d diele
m m
mem d
d digu
d d
dala g
ge ge
ge ge
e e
e e
e e
e e
e e
e ge
e e
e e
e e
e no
no o
no no
o o
no n
o no
no n
no o
no n
n o
o n
o k
ko ko
ko ko
o ko
o o
o o
o o
o o
o ko
ko ko
ko o
ko o
ko o
o ko
ko o
o ko
k ko
ko k
o o
o ko
o k
k ko
k o
k o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o k
k o
o o
o o
o o
o o
o o
d d
d d
d d
d d
d d
do d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
m mi
mi mi
mi mi
mi mi
mi mi
mi mi
mi mi
m m
mi mi
mi mi
m mi
mi mi
m mi
mi i
i mi
mi mi
i i
i mi
mi mi
m m
i mi
mi m
mi m
mi mi
mi mi
mi m
mi m
m mi
mi mi
m m
m m
mi m
i i
i m
m i
m m
m m
i i
k k
k k
k kr
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
s s
sa sa
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a n
ng ng
ng ng
ng ng
n n
n n
ng ng
ng ng
ng n
n n
g ng
ng ng
ng ng
ng n
ng ng
n ng
ng n
n n
ng ng
ng n
ng n
ng ng
n n
ng n
ng g
g ng
n n
n ng
g n
n n
n n
g g
g g
g n
n n
ng n
n n
n n
ng ng
n n
g g
n n
n n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n k
ke ke
ke ke
e e
e e
k ke
ke k
k e
e e
k e
e k
e k
e e
e e
e e
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m d
da da
da da
da a
a da
da a
a a
a a
da a
da a
a a
a a
a a
a a
a da
a a
a a
a a
a a
da da
da a
a da
a da
da a
d a
da a
da d
a d
d d
a a
da a
a a
d da
a a
d a
a a
a a
a d
a a
a d
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
u u
un un
un un
un n
n un
un n
n un
un n
n un
un un
n un
n n
n n
un n
n n
un n
n un
un un
n un
un un
n u
n un
n u
n un
n un
un n
un u
n un
n n
un n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
u un
tu t
t tu
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
j ja
ja a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
gu gu
gu gu
gu gu
gu gu
g gu
gu gu
g g
gu gu
gu gu
g gu
gu gu
gu gu
u gu
g gu
u g
g gu
gu g
g g
gu u
gu g
g g
g g
gu g
g g
g g
gu g
gu g
g g
g g
g g
g gu
gu u
u gu
u u
u u
u e
et et
et t
t t
t t
et t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
l l
l l
l l
l l
l l
18
Keragaman Genetik pada Jagung
Dengan munculnya metode molekuler untuk menduga variasi genetik, berbagai studi mengenai keragaman genetik dan hubungannya dengan galur-galur
inbrida jagung, hibrida dan bersari bebas. Keragaman molekuler pada jagung telah diteliti untuk berbagai kepentingan. Mum dan Dudley 1994 telah berhasil
mengidentifikasi kelompok heterotik utama dan subgrup dalam set yang terdiri atas 148 galur inbrida Amerika Serikat A.S., menggunakan 46 marka RFLP.
Berdasarkan analisis molekuler dengan menggunakan 83 marka SSR, Lu dan Bernardo 2001 menyimpulkan bahwa keragaman genetik sejumlah galur inbrida
A.S. terbaru telah menurun pada level genetik tetapi tidak pada level populasi jika dibandingkan dengan galur-galur penting yang telah lama digunakan. George et al.
2004 menduga keragaman genetik untuk penyakit bulai terhadap 102 galur inbrida Asia menggunakan 76 marka SSR dan menyimpulkan bahwa aktivitas pemuliaan
jagung di Asia tidak menyebabkan penurunan keragaman genetik dalam skala besar pada daerah tertentu dimana aktivitas dilakukan.
Korelasi Marka DNA dengan Marka Fenotipik
Penelitian mengenai hubungan antara marka-marka dan karakter-karakter yang bernilai ekonomi, penting dalam kaitannya dengan pemanfaatan marka molekuler
sebagai alat bantu dalam pemuliaan. Perhatian utama dalam pogram pemuliaan jagung hibrida adalah mengidentifikasi galur-galur murni dimana dari hasil
persilangannya akan  diperoleh tingkat heterosis yang optimal Lee et al. 1989. Estimasi kedekatan genetik antara tanaman bermanfaat di dalam studi evolusi
populasi atau spesies dan dalam perencanaan persilangan untuk hibrida atau dalam pengembangan kultivar homozigous Cox et al. 1985.
Hubungan genetik dapat bermanfaat sebagai alat peramal dalam penampilan kombinasi genotipe untuk program pemuliaan sehingga dapat mengurangi biaya dan
waktu yang dibutuhkan dalam pengujian hibrida. Eksploitasi secara komersial dari fenomena heterosis adalah salah satu kontribusi yang sangat penting dari
pemanfaatan hubungan genetik dalam pemuliaan tanaman  di abad ini Barbosa-Neto et al. 1996.
K K
Ker
b b
berb i
i inbr
d d
di i
te t
l m
me me
me me
me me
me me
me me
me me
me me
m me
me me
me m
me me
me me
m m
me m
me m
me m
me m
me me
me m
m me
me m
me m
m m
e m
m e
e e
e m
e e
m e
me m
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n 1
14 14
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8
B Be
Be Be
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
Be e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
r r
r r
r r
r rn
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
A A.
A. A.
. .
. .
. .
S. S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S d
di di
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i ba
ba ba
ba ba
ba b
ba b
b b
b ba
ba ba
b b
b b
b b
b b
b ba
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
ba b
b ba
ba b
a a
a ba
b b
b b
b b
b a
ba a
a b
a b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
00 00
00 00
00 00
00 00
A As
As As
As s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s i
i i
i i
i i
i i
i ia
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i j
j ja
a a
a gu
gu g
g g
g gu
g g
gu gu
gu g
g gu
g g
g gu
g g
gu gu
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
gu g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
p p
pa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a d
da d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d
K Ko
Ko Ko
Ko Ko
Ko Ko
o o
Ko Ko
Ko Ko
Ko Ko
Ko o
Ko o
Ko Ko
o Ko
Ko Ko
K Ko
o Ko
o Ko
o o
o Ko
o o
o o
o o
Ko o
Ko K
Ko K
K o
o K
Ko Ko
Ko Ko
Ko o
K K
o Ko
K Ko
Ko Ko
K o
Ko o
o o
K o
Ko K
Ko o
K K
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o K
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
b b
bern s
s seba
j j
jagu p
p pers
E Es
Es Es
Es Es
Es Es
Es Es
Es Es
E Es
Es Es
s Es
s s
s Es
Es Es
Es Es
Es s
Es E
Es Es
s E
s E
Es Es
E E
E s
s s
s s
s s
E s
s s
s s
s s
s s
s E
E s
s s
E s
E E
s s
s s
ti ti
ti ti
ti ti
ti ti
ti ti
ti ti
ti ti
ti ti
i i
i ti
ti i
t ti
t ti
ti ti
ti i
i ti
ti ti
ti ti
ti i
i ti
ti ti
t i
i ti
t ti
ti i
i ti
i ti
ti i
i t
i t
i i
i ti
t t
t t
t t
ti ti
t i
t ti
t t
i t
t i
t i
i t
t t
i t
t t
m m
m p
p p
p po
po po
po po
po po
po po
o po
po po
po po
po p
po po
po o
po po
po o
po p
p po
po po
po p
o o
p p
o o
p o
p p
p p
p po
p o
po po
o p
o po
p o
p p
o po
p p
po o
o o
p o
o po
p po
p p
o p
p po
p o
o o
p p
p p
p p
p p
p pu
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p pe
pe pe
e e
e e
pe e
e e
e e
e e
e p
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
k ko
ko ko
ko ko
k o
ko k
ko ko
k o
o o
o o
ko ko
k o
ko k
o k
k ko
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o ko
o o
o o
ko o
o o
ko o
o ko
o o
o o
ko ko
o ko
o o
o o
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
w wa
wa wa
wa wa
w w
wa w
w w
w w
wa w
wa wa
wa wa
wa wa
w wa
wa w
w wa
w w
wa wa
a a
a a
a w
w w
w w
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k f
f fe
fe e
e e
e e
e e
e e
e e
e fe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e no
no no
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n p
p pe
pe pe
p m
m m
m m
e et
et et
et t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
l l
19 Estimasi jarak genetik sejumlah galur murni jagung yang dilakukan oleh Lee et
al. 1989 berdasarkan MRD Modified Rogers’ Distance menunjukkan bahwa hasil tonha dan kemampuan daya gabung khusus DGK mempunyai korelasi yang
nyata dengan MRD pada enam  dari 10 peta kromosom jagung. Oleh sebab itu, gerombolisasi galur-galur jagung ke dalam kelompok heterosis sebelum pengujian di
lapangan akan memungkinkan bagi peneliti pemulia untuk mengurangi biaya karena dapat menghindari terjadinya persilangan di dalam kelompok heterosis.
Riday  et al. 2003 membandingkan antara nilai jarak genetik dengan morfologi dan heterosis pada Medicago sativa sub sp. sativa dan subsp. Falcata,
menemukan bahwa jarak genetik berdasarkan AFLP tidak berkorelasi dengan hasil daya gabung khusus DGK namun sebaliknya matriks jarak berdasarkan morfologi
terhadap 17 karakter  agronomik dan karakter kualitatif mempunyai korelasi yang nyata dengan heterosis.
Metode Dialel
Metode dialel merupakan cara analisis keturunan untuk daya gabung, baik daya gabung umum maupun daya gabung khusus  Hallauer and Miranda 1981. Analisis
dialel membantu para pemulia menentukan pola heterosis antar populasinya serta memilih bahan dan metode yang akan digunakan dalam program pemuliaannya.
Persilangan dialel  yakni persilangan yang melibatkan sejumlah genotip varietas, galur atau klon dalam semua kombinasi. Masing-masing genotip
mempunyai kesempatan untuk disilangkan dengan genotip lain, bahkan dapat ditambah dengan persilangan sendiri genotip itu.  Melalui persilangan dialel dapat
diketahui kombinasi mana yang cocok dipasangkan sehingga dapat menghasilkan suatu varietas yang lebih baik.
Menurut Griffing 1956, terdapat empat macam metode percobaan yang digunakan untuk analisis dialel  yakni:
1. Metode 1: kombinasi lengkap p
2
, terdiri dari tetuanya, F
1
,  dan persilangan resiprokalnya
2. Metode 2 :  12p p + 1 kombinasi, terdiri dari tetuanya dan F
1
3. Metode 3 :   p  p-1 kombinasi,  terdiri dari F
1
dan resiprokalnya a
a al.
ton n
n nyat
g g
gero l
la la
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa pa
a pa
pa a
pa pa
pa p
p p
p p
p pa
pa pa
p pa
pa pa
pa pa
pa pa
pa p
pa pa
pa pa
p pa
a a
a a
pa pa
pa a
pa p
p a
pa pa
p pa
pa pa
pa pa
a pa
p p
p a
pa pa
p a
a p
p a
p a
a a
p p
d da
da a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a pa
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
m mo
mo mo
mo o
o o
o o
o mo
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o m
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
mo o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o r
r m
me me
me me
me me
me me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
d da
da a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ya
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y t
t te
e e
rh r
r h
r rh
rh rh
rh h
rh rh
rh rh
rh rh
rh rh
h rh
rh h
h h
rh h
rh h
h h
rh rh
h rh
rh rh
rh rh
rh rh
rh rh
rh h
r r
h rh
rh rh
rh r
rh h
rh rh
rh h
r r
rh r
r rh
rh h
h r
r rh
r r
rh r
r rh
r r
rh h
r r
rh h
r r
r r
rh rh
r r
r r
r r
r r
rh h
r rh
rh h
rh h
r r
h h
h h
r r
r r
r rh
rh r
rh h
r r
rh a
n ny
ny y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
at a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
M Me
Me Me
Me Me
Me M
Me Me
Me M
Me e
Me Me
Me Me
Me Me
M e
Me Me
Me Me
M Me
e Me
e Me
Me Me
Me Me
M Me
e Me
M M
Me e
e M
M Me
e M
Me e
M M
M Me
M M
e Me
Me M
M Me
e M
M M
M M
e e
M e
e M
M M
M M
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e Me
e Me
e e
Me e
e e
e e
e t
g ga
ga a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a b
b bu
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b d
d diale
m m
mem
vari m
m mem
d d
ditam d
di di
i i
i i
i i
i di
i i
i di
i i
i di
di di
i i
di i
i i
i i
i i
i i
di i
di i
i di
i i
di i
di di
i i
i i
di i
i i
di i
i d
i d
di d
d i
d i
i d
i i
i i
d i
d d
i i
i k
k k
k k
k ke
ke ke
ke k
k k
k k
k k
ke k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
s s
su su
u su
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
at a
at a
a a
at a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
u
d d
d di
di d
di di
di di
di di
di d
di di
di i
d d
di di
di di
di di
d d
di di
d di
di d
d d
i i
d d
di i
i di
di di
i i
di d
d di
d d
i i
di d
di d
d d
d d
d di
d d
i i
i i
i i
d i
i d
i i
d g
g g
g g
g g
gu gu
gu gu
g g
g g
g g
g gu
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g 1
1. 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
2 2
2 2.
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 3.
3. 3
3 .
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
20 4. Metode 4: ½ p p-1 kombinasi, terdiri dari F
1
saja tanpa tetua dan resiprokalnya.
Penggunaan salah satu metode dialel tergantung dari tujuan analisisnya atau dihubungkan dengan penyederhanaan analisisnya.  Berdasarkan cara penentuan
tetua-tetua yang dipakai dalam persilangan, interpretasi hasil analisis dialel dibedakan ke dalam dua model, yaitu :
1. Model I atau model tetap fixed model, dengan menggunakan tetua-tetua tertentu yang merupakan genotip yang dimaksud reference genotype.
Estimasi yang diperoleh hanya berlaku untuk genotip yang dimasukkan dalam pengujian dan tidak berlaku untuk populasi lain.
2. Model II atau model acak, dengan menggunakan tetua-tetua yang merupakan contoh acak dari populasi tetua yang dimaksud reference
population.  Estimasi yang diperoleh diinterpretasikan berkaitan dengan populasi tetua, dari mana genotip yang dievaluasi diambil secara acak
Griffing 1956. Dalam model I, tetua-tetua yang dipelajari atau diteliti adalah populasi, maka
cukup tepat untuk menganalisis galur-galur elit yang terpilih.  Analisis model I digunakan untuk mengestimasi efek DGU dan DGK yang hasilnya berlaku hanya
untuk tetua-tetua yang dievaluasi saja.  Hasil akan berubah bila tetua-tetua tersebut dievaluasi bersama-sama dengan tetua lain yang berbeda.   Sedangkan tujuan utama
analisis model II adalah estimasi komponen varians populasi yang dimaksud reference population dan berkaitan dengan tipe aksi gen dalam populasi Moentono
1985.
Daya Gabung Combining Ability
Daya gabung merupakan ukuran kemampuan suatu galur atau tetua, yang bila disilangkan dengan galur lain akan menghasilkan hibrida dengan penampilan
superior.  Konsep daya gabung sangat penting dalam pemuliaan, berkaitan dengan prosedur pengujian galur-galur berdasarkan penampilan kombinasi keturunannya.
Nilai masing-masing galur terletak pada kemampuannya untuk menghasilkan keturunan unggul bila dikombinasikan dengan galur-galur lain  Allard 1960.
4.
d d
dihu t
te te
e e
e e
e tu
tu tu
u tu
tu tu
tu tu
tu u
t t
t tu
tu u
u u
u u
u u
uu u
u u
u u
a d
di di
di di
di di
di i
di di
di di
i di
d di
i i
di d
di i
di di
i i
i d
i i
di i
d i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
be b
b be
be b
be be
be be
b be
be be
be be
be be
be b
b be
e be
be be
be be
be be
be be
be be
b be
b b
be e
b b
b be
b b
be be
b b
b b
e b
b b
b b
b b
b b
b
c c
cuku d
d digu
u u
untu d
d diev
a a
anal refe
1 19
19 19
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 9
9 8
8 8
8 85
8 8
85 8
8 8
8 8
8 8
85 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8 8
8
D Da
Da Da
Da Da
D Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da D
a Da
Da a
Da Da
Da D
Da a
a Da
Da Da
D a
a Da
Da D
D a
a D
D Da
D D
Da Da
a a
a a
a Da
Da Da
Da D
a a
a a
Da a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y
d di
di di
d di
i i
di i
di di
d di
i di
d d
i di
di d
di d
di di
i i
di i
i i
di i
i i
i i
i i
i i
di i
i i
di i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i di
i i
i i
i i
i di
d i
i d
i si
si si
si si
i si
si si
si s
si si
si si
s i
si i
s si
si si
si s
i s
i s
i s
s si
s s
s si
s i
i i
i i
i i
i l
s s
su su
u u
u u
u su
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u pe
p p
p p
p p
pe p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
pr pr
pr r
r r
r r
r r
r pr
pr r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r o
o o
o os
o os
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
N N
Ni Ni
Ni Ni
Ni Ni
Ni N
Ni Ni
i i
i Ni
Ni i
N N
N i
i Ni
Ni Ni
Ni Ni
N Ni
Ni Ni
Ni Ni
Ni N
N Ni
N N
Ni N
Ni N
N Ni
i Ni
i i
N i
Ni Ni
i i
i Ni
N N
N N
N i
N N
N N
N N
N N
N N
N N
N N
N N
N N
N N
N N
la la
la a
l l
l l
l l
l la
la a
a a
k ke
ke ke
ke k
k e
e e
e ke
e e
e e
ke k
k e
e e
ke e
ke e
e e
k e
e e
e e
t tu
tu t
t t
t t
t tu
tu tu
tu t
t t
tu tu
t tu
tu tu
tu tu
tu tu
tu t
tu tu
u u
u u
tu tu
tu u
u tu
tu tu
tu tu
u u
u tu
tu tu
tu u
u t
tu tu
u u
tu u
t t
t t
t t
t t
t tu
tu u
21 Daya gabung ada dua macam yakni daya gabung umum general combining
ability dan daya gabung khusus specific combining ability.  Daya gabung umum DGU adalah nilai rata-rata dari galur-galur dalam seluruh kombinasi persilangan
bila disilangkan dengan galur-galur lain.  Daya gabung umum yang baik adalah nilai rata-rata kombinasi persilangan mendekati nilai rata-rata keseluruhan persilangan.
Daya gabung khusus DGK adalah penampilan kombinasi pasangan persilangan tertentu.  Bila nilai pasangan persilangan tertentu lebih baik daripada nilai rata-rata
keseluruhan persilangan yang terlibat, dikatakan daya gabung khususnya baik Poehlman dan Sleeper 1990.
Daya gabung umum merupakan simpangan dari nilai rata-rata seluruh persilangan, sehingga nilai daya gabung umum dapat positif atau negatif.   Dengan
demikian jumlahnya sama dengan nol.  Jadi nilai daya gabung umum merupakan angka yang relatif terhadap nilai daya gabung umum yang lain.  DGU yang besar
menunjukkan tetuagalur yang bersangkutan mempunyai kemampuan bergabung dengan baik, sedangkan nilai DGU yang rendah menunjukkan bahwa tetua tersebut
mempunyai kemampuan bergabung yang lebih jelek daripada tetua yang lain.  Nilai positif atau negatif  dari DGU tergantung pada karakter yang diamati dan bagaimana
cara menilainya. Daya gabung yang diperoleh dari suatu persilangan antar kedua tetua, dapat
memberikan informasi tentang kombinasi-kombinasi yang dapat memberikan turunan yang berpotensi hasil tinggi.  Hasil tinggi dapat diperoleh apabila kombinasi
tersebut memiliki nilai heterosis dan daya gabung khusus yang besar.  Galur yang mempunyai efek daya gabung umum yang tinggi tidak selalu memberikan efek daya
gabung khusus yang tinggi pula Silitonga et al. 1993. Daya gabung umum dan daya gabung khusus yang bermakna untuk karakter
yang dievaluasi berindikasi bahwa keragaman karakter disebabkan oleh efek gen aditif dan non aditif.   Semua karakter dari suatu galur dapat diketahui efek DGU dan
DGK-nya,  diantaranya karakter hasil, tinggi tanaman, berat biji, ketahanan terhadap hama penyakit dan lain-lain.
a a
abili DG
b b
bila r
r rata-
D Da
Da Da
Da Da
Da Da
a Da
Da Da
Da a
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
Da Da
a Da
Da Da
Da D
D Da
D a
a a
a a
a Da
Da Da
Da a
a a
a D
Da a
Da a
Da a
D D
Da D
D Da
Da D
a Da
D D
a a
a Da
D a
a a
D Da
Da a
Da D
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
y y
t t
te e
e rt
rt rt
rt rt
rt rt
rt rt
r r
rt t
t t
t t
t r
r r
rt rt
rt rt
t t
rt r
rt rt
rt rt
rt rt
t rt
rt t
t t
rt r
rt r
rt r
r t
t t
r rt
rt rt
rt r
t t
r rt
t rt
rt r
rt r
t rt
r rt
t t
r r
r r
r rt
rt t
t t
t t
t t
e e
e e
e e
e e
k ke
ke e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
se s
s s
s s
s se
se se
se s
s s
s s
s se
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s se
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
e P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P P
P o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
oe o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
p p
pe e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
rs rs
rs rs
r rs
r r
rs rs
rs r
r r
r r
r s
rs r
r r
r rs
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
rs r
rs r
r r
r r
r r
r r
r rs
r rs
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
d de
de e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
a an
an n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
g g
g g
g g
gk g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g m
me me
me me
me me
me me
me e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n d
de de
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n m
me me
me me
me me
e e
e e
me me
e e
e me
e e
me e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
me e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
p p
po o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o si
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s s
s c
c cara
m m
mem t
t turun
t t
terse m
m me
m m
m m
m m
me me
m m
me me
me me
m m
me m
me me
me m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
g ga
ga ga
g ga
ga ga
a ga
ga a
ga a
ga g
ga a
ga ga
ga ga
a ga
ga a
a g
a a
a a
a ga
ga ga
a ga
g ga
ga ga
ga ga
a ga
a a
ga ga
ga a
a ga
ga ga
a a
a a
a a
a a
a ga
a a
g g
a a
a a
a a
a a
a g
g g
g g
g g
g g
g g
b b
b b
b b
b b
b b
b b
bu b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
b b
y ya
ya ya
ya ya
a a
a a
a a
ya a
a a
a a
a a
a a
a a
a ya
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
y y
y n
ng ng
n n
n n
ng ng
ng n
n n
ng n
n n
n n
ng ng
ng ng
n n
n n
n n
ng n
n n
n n
ng n
n n
ng n
n n
ng g
g ng
n n
n n
ng n
n n
ng n
n n
g n
n g
g n
n n
ng n
n n
n n
n ng
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
a ad
ad ad
d ad
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d d
d it
it i
it i
it it
it it
i i
t it
it i
i it
i i
i t
t i
i t
it it
i t
it it
i t
it t
t i
i i
i i
i i
it t
it it
i i
it i
it it
it i
i it
i t
it i
i i
t i
i t
i i
i i
t i
i i
i i
i i
i D
DG DG
DG DG
DG D
D D
DG DG
D DG
DG D
D DG
DG DG
DG G
DG DG
DG D
DG D
D D
DG DG
G D
D D
DG DG
DG DG
DG DG
D D
DG D
D D
DG G
DG DG
D D
DG D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D G
G G
D D
D D
K h
ha ha
h ha
a ha
ha ha
ha a
a ha
ha ha
a a
a ha
ha a
a a
a ha
a a
a a
ha a
a a
a ha
ha a
a a
h ha
a ha
ha a
a h
a ha
ha h
a h
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
22
Heterosis
Pada umumnya apabila dua tanaman yang berlainan unrelated or distantly related individuals disilangkan, maka turunannya sering memperlihatkan gejala
heterosis atau umumnya disebut vigor hibrida Hybrid Vigour North 1979 dikutip Baihaki 1989.  Tanaman turunan pertamanya memperlihatkan pertumbuhan yang
lebih subur dan terkadang lebih genjah daripada kedua tetuanya.  Untuk persilangan yang melebar, misalnya persilangan antar species tanaman atau antar genera, dapat
menghasilkan tanaman turunan pertamanya menunjukkan pertumbuhan yang lemah. Dengan demikian terlihat bahwa terdapat variasi penampilan gejala heterosis dan
tergantung pada materi yang digunakan dalam persilangan. Fenomena heterosis telah banyak dimanfaatkan secara intensif pada pemuliaan
jagung dalam membentuk kultivar hibrida.  Keberhasilan jagung dalam memanfaatkan heterosis mendorong pemulia menggunakannya pada jenis tanaman
lain seperti pada tanaman terung, tomat, mentimum, sorgum, dan lain-lain. Dahlan et al. 1998.
Terdapat tiga konsep heterosis yang dapat menjelaskan gejala heterosis. Konsep pertama adalah konsep yang berdasarkan hipotesis bahwa vigor hibrida
merupakan hasil terkumpulnya gen-gen dominan yang baik  Favourable dominant genes dalam satu genotip tanaman dan dikenal sebagai hipotesis dominan.
Menurut Shull dan East 1908 dikutip Sriani et al. 2007, Davenport
merupakan orang pertama yang mengajukan hipotesis dominan dalam upaya menjelaskan secara genetik mengenai gejala heterosis.  Konsep kedua didasarkan
kepada hipotesis bahwa vigor hibrida merupakan hasil penampilan superioritas heterozigositas terhadap homozigositas, artinya bahwa individu yang penampilan
superior adalah individu yang memiliki jumlah alil dalam keadaan heterosigos yang terbanyak, konsep ini dikenal sebagai hipotesis overdominan.
Konsep ketiga didasarkan pada teori epistasis. Peranan aksi gen epistasis berperan terhadap wujudnya heterosis. Sumbangan tindakan gen interlokus terhadap
pembentukan suatu sifat jelas diketahui, namun sangat rumit.  Pengertian terhadap tindakan gen epistasis ini masih kurang jelas dan belum ada bukti yang cukup untuk
menunjukkan epistatsis adalah sumber heterosis yang utama Sriani et al. 2007.
H H
Hete
r r
rela h
h hete
B B
Baih l
le le
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e bi
bi bi
bi bi
bi bi
bi bi
bi bi
bi bi
bi bi
bi b
bi bi
b bi
bi bi
b b
bi bi
bi bi
bi bi
bi b
b bi
bi b
b bi
bi bi
bi i
bi bi
bi bi
bi bi
bi bi
b bi
bi i
bi b
i bi
b bi
i i
i i
i i
b b
i i
bi b
b b
b b
b b
b i
b b
i b
i i
i h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
h h
y ya
ya a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a n
n n
n n
n n
n n
ng n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
m me
me me
me me
me me
e me
e me
me me
e me
me me
e me
e m
me e
e e
e e
me me
me me
e e
me me
me me
me me
me me
me me
me me
e me
me e
e me
m m
m e
e e
e e
e e
e e
m e
e e
e me
e e
e m
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
D De
De De
De e
De e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n t
t te
e rg
rg rg
rg rg
rg rg
r rg
rg rg
rg rg
rg rg
r rg
rg rg
rg rg
g r
r rg
r rg
r r
rg r
rg r
r r
rg r
rg rg
rg rg
r rg
rg rg
r r
r r
g r
r r
rg g
r r
r r
r r
r r
r rg
g r
r rg
rg rg
r rg
r rg
gg g
g r
g g
g g
g g
g g
g g
g a
j ja
ja a
a a
gu gu
gu gu
gu gu
g gu
gu g
gu g
g g
gu gu
gu gu
gu g
g g
g g
g gu
g g
g g
g gu
g gu
g gu
gu g
g gu
gu gu
g g
g gu
g g
g g
gu u
g gu
g g
u g
u u
gu g
u g
g g
g gu
g gu
g gu
u u
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g gu
g g
g g
g gu
u u
gu g
gu u
u g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
m me
me me
me me
me e
e e
e me
e e
e e
e e
me e
e e
e e
me e
e e
e me
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
l l
la a
a a
a in
in in
i in
in in
in in
in in
in in
in in
i in
n n
in n
in in
in i
in i
in in
in i
in i
i i
i in
in in
in in
in i
in in
in in
n in
in i
in in
in in
in in
in i
n i
n n
n i
i in
i i
in in
in in
n n
i i
i i
n i
in i
n n
n in
i n
n i
in n
i i
i i
n n
i n
in i
i n
in i
in i
i i
i i
i n
i i
i i
i n
i i
i n
n e
et et
t t
t t
t a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
l K
Ko Ko
Ko Ko
K K
Ko Ko
Ko o
o K
K K
K K
K K
Ko K
K K
K Ko
Ko K
o o
K K
Ko K
K Ko
o o
K K
Ko o
o o
o Ko
K Ko
K K
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
K n
n n
n n
n n
m m
meru g
g gene
m m
meru m
m men
k ke
ke ke
ke k
k ke
k e
e e
e e
ke k
e e
e e
e k
e e
e e
ke ke
ke e
e e
e e
e k
e ke
e ke
e e
e e
ke e
e pa
pa pa
p pa
pa pa
pa pa
p a
p p
p p
pa p
p p
p p
pa p
pa pa
p p
p p
pa pa
p pa
p p
pa p
p p
p p
pa p
p p
p p
a pa
p p
pa p
pa p
p a
p p
pa p
p p
p a
p p
a a
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p h
he he
he he
e he
he he
he he
he he
e e
he he
he he
he he
he he
he he
he he
he he
he e
e h
h e
he e
he he
he he
he he
e he
e e
e e
e h
h he
he h
he h
he e
e h
h h
he h
h h
h e
e he
e e
he e
he h
h e
he he
he h
e h
e he
h e
h e
h e
h h
h h
e t
t t
t t
t t
te te
t t
t te
te te
te t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t t
t s
s su
su u
u su
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u u
u p
pe p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
p p
t te
te te
e te
e e
te te
te e
te te
e e
e te
e te
e te
te e
te e
e te
e te
e te
e e
e e
te e
e e
te e
te e
e t
e e
e e
e e
e e
e e
e e
te te
e e
e e
e e
t e
e e
e te
e e
e e
t e
e rb
r rb
rb rb
rb rb
rb b
b b
b rb
rb rb
rb b
b b
rb rb
rb rb
b rb
b b
rb rb
b rb
rb rb
b rb
rb b
b b
b b
b r
b b
b rb
r rb
r r
b rb
rb b
rb b
b b
rb rb
r r
r r
r r
r r
r rb
r r
r r
r b
r r
rb r
r r
rb b
b r
r r
r r
r r
r r
rb b
a
b b
be be
be e
e e
be e
e e
e be
e e
e e
e e
e e
e e
b e
e e
e e
e e
e e
e rp
rp rp
r rp
rp r
r rp
r rp
r r
r r
r rp
r rp
rp rp
rp rp
rp p
rp p
p p
p rp
p rp
p p
rp p
p p
rp p
p p
p p
p p
p pe
pe e
e e
e e
pe e
e e
e e
e e
e e
pe pe
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m m
m t
ti ti
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i i
i nd
nd nd
d nd
nd d
d d
d d
d d
d d
d nd
nd nd
nd d
d d
nd n
nd nd
nd d
d d
d nd
nd nd
d d
nd nd
d a
a m
me me
me me
me me
me me
me me
me e
e e
e m
me me
me e
e me
e me
m me
me e
e me
e e
e me
me m
e e
e e
e e
e m
me me
e e
e e
e e
me e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n
23
BAB III Analisis Keragaman Genetik Galur-galur Jagung Manis
Zea mays L. var. saccharata Berdasarkan Marka SSRs Simple Sequence Repeats dan Morfologi.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk a mengetahui hubungan genetik dan tingkat keragaman genetik 45 galur jagung manis  memanfaatkan marka SSRs dan karakter
morfologi, b  mendapatkan informasi kelompok heterotik dan nilai jarak genetik yang akan digunakan untuk seleksi tetua hibrida. Data yang dianalisis adalah data
genotype dan karakter morfologi. Data genotipe meliputi tingkat polimorfisme, keragaman genetik, dan jarak genetik menggunakan koefisien Jaccard. Karakter
morfologi meliputi warna daun skor 1-4, warna urat daun skor 1-4, warna pelepah skor 1-4, warna batang skor 1-5, warna malai skor 1-8, warna rambut skor 1-6,
warna biji skor 1-10.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 primer yang digunakan memiliki rata-rata tingkat polimorfisme  0,69 dan total alel  69 dengan
rata-rata 3,45 alellokus. Nilai jarak genetik 39 galur jagung manis berdasarkan marka SSRs berkisar  0,18 sampai 0,78.  Korelasi antara matrik kemiripan
berdasarkan marka SSRs dengan matrik kemiripan berdasarkan morfologi memiliki korelasi yang kuat berdasarkan kriteria goodness of fit.
Galur yang dapat direkomendasikan untuk dipasangkan dengan galur lainnya adalah Mr4SCBC4-2-
1B, Mr4SCBC4-6-1B, Mr11SCBC4-2-1B, Mr11SCBC4-4-1B, Mr12SCBC4-6- 1B, dan Mr12SCBC3-3-1B.
Kata kunci : morfologi, SSRs, jagung manis, keragaman genetik P
Pe Pe
Pe Pe
Pe Pe
Pe Pe
Pe Pe
e Pe
Pe Pe
Pe Pe
Pe Pe
Pe Pe
P e
Pe e
Pe P
Pe e
P e
P P
e Pe
e Pe
Pe e
P Pe
P Pe
Pe P
Pe P
Pe e
P e
e P
Pe e
e e
P e
Pe P
e e
e e
e e
e P
P e
P e
e Pe
e P
e P
e P
e e
e ne
n ne
ne ne
n ne
n ne
ne n
e e
ne ne
n n
n ne
n e
ne n
n ne
n n
n n
ne ne
n n
n ne
n ne
n e
n n
ne n
e n
n n
ne n
n ne
n ne
n n
n n
n n
n n
ne n
ne n
n n
n n
n n
n n
n n
k ke
ke e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e r
r r
r r
r r
r ra
a ra
ra ra
r r
ra r
r r
ra ra
ra r
r r
r r
r ra
ra r
r r
r r
r r
r a
ra a
a r
a r
r r
a a
r r
r r
r a
a r
m mo
mo mo
mo mo
mo o
o o
mo o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
m o
o o
o o
o o
o o
o o
r r
r r
r y
ya ya
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
n n
n n
n ng
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n g
ge ge
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
n n
n n
n n
n no
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
n n
k ke
ke e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
r ra
ra r
ra r
r ra
a ra
r r
ra r
r r
a r
r ra
ra r
r ra
a ra
r r
r ra
a r
r ra
r r
ra ra
r r
a ra
r r
r r
ra ra
r r
a r
r a
r a
a r
r a
r a
a r
r r
ra r
a m
mo mo
mo mo
mo o
o o
o o
m m
m o
o o
o o
mo o
o o
o o
o o
o o
o m
o o
o o
o o
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
s s
s s
s s
ko ko
ko ko
k k
k k
k ko
ko ko
ko k
k k
ko k
ko k
ko k
ko k
ko k
k k
k k
ko ko
ko k
k k
ko ko
ko ko
ko ko
ko ko
ko ko
k ko
ko k
ko ko
k ko
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
ko k
ko k
k k
k k
k k
k k
k k
k k
k o
ko ko
k o
k k
ko k
k k
k k
k k
k k
k k
ko k
k o
k k
k k
k k
k k
k k
o k
k k
k k
k k
o o
k k
k k
k k
w wa
wa wa
a a
a a
a a
a a
a wa
wa a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a r
r r
rn r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r d
di di
i i
i i
i gu
gu g
gu gu
gu gu
g g
g gu
g gu
gu gu
gu gu
gu u
gu gu
gu g
g u
g g
g g
g g
g g
gu g
g g
g gu
u g
gu g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
gu g
g g
g gu
g g
g g
g g
g u
gu g
gu gu
gu gu
g gu
gu g
g g
g g
u g
g gu
g g
g g
g g
g g
g gu
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g g
g r
ra ra
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ta ta
t t
t ta
ta ta
ta ta
t t
ta ta
ta ta
t ta
t ta
ta t
ta t
t ta
ta t
ta ta
ta ta
ta ta
ta ta
ta t
a ta
a a
t a
t t
t t
ta ta
t ta
t ta
t t
t t
ta a
a t
a a
ta t
ta t
a a
ta t
t a
a a
a t
t a
t t
t a
a -
m ma
ma ma
ma ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a a
a ma
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
ma a
a a
ma a
a a
a a
ma a
ma a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a m
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a a
a rk
r r
r r
b b
be e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
e e
r r
r r
r r
r r
d rd
rd rd
rd rd
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r k
ko ko
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o o
o re
r r
r re
r r
re r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
r r
d di
di i
i i
i re
re re
re re
re re
re e
re r
re r
re e
e re
re r
re re
re re
re e
e r
re re
re re
re re
re re
r re
r re
r r
e e
e e
r r
re re
r r
r r
re e
e re
r re
re re
e re
e r
r r
r r
e e
r r
re re
re e
re r
r r
r e
r re
r e
e e
e r
e e
re r
r re
r e
e e
e r
r r
r r
re re
k 1
1B 1B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B ,
, ,
, ,
, 1
1B 1B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
B ,
, ,
, ,
, ,
, ,
K K
Kata