74
1. Evaluasi Daya Gabung Karakter Hasil Daya Gabung Umum DGU
Nilai kuadrat tengah analisis ragam DGU persilangan dialel lima galur jagung manis berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tongkol segar per petak, diameter
tongkol, jumlah baris biji per tongkol, dan kandungan gula Tabel 21 dan 22. Nilai kuadrat tengah analisis ragam DGK berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap hasil
tongkol segar per petak, diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol, dan tinggi tanaman. Nilai kuadrat tengah analisis ragam DGU dan ragam DGK sangat nyata
terhadap hasil tongkol segar per petak, jumlah baris biji per tongkol, tinggi tanaman, diameter tongkol telah dilaporkan oleh Ahmad dan Saleem 2003; Malik et al. 2004,
dan Abdel-Moneam et al. 2009. Peubah-peubah yang memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ragam DGU dipengaruhi oleh aksi gen aditif, sedangkan peubah-peubah
yang memberikan pengaruh nyata dan sangat nyata terhadap ragam DGK dipengaruhi oleh aksi gen dominan.
Tabel 21 Kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan resiprokal pada persilangan dialel 5 x 5 galur jagung manis
Sumber Variasi
db Kuadrat tengah
Hasil Tongkol Segar pe Petak
Panjang Tongkol
Diameter Tongkol
Jumlah Baris per Tongkol
DGU 4
3,997,606.991 4,826ns 0,196
2,205 DGK
10 1,451,507.627 4,298ns
0,363 1,039
Resiprokal 10
685,548.650ns 1,275ns 0,039ns
0,398ns Galat
24 320,180.489
2,231 0,039
0,388
Keterangan: db = derajat bebas, = berpengaruh nyata taraf 5, = berpengaruh sangat nyata taraf 5, ns = berpengaruh tidak nyata
Aksi gen aditif dan dominan pada hasil dan jumlah baris biji telah dilaporkan oleh Saleem et al. 2002 dalam penelitian analisis genetik beberapa karakter kuantitatif
jagung. Nilai keragaman genetik yang didapat pada seluruh peubah yang diamati umumnya menunjukkan ragam aditif yang lebih besar dari ragam dominan. Hal ini
75 mengindikasikan bahwa keragaan peubah-peubah yang diamati lebih banyak
dipengaruhi oleh aksi gen-gen aditif. Tabel 22 Kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan resiprokal pada persilangan dialel
5 x 5 genotipe jagung manis Sumber
Variasi db
Kuadrat tengah Tinggi
Tanaman Tinggi Letak
Tongkol
Presentase Serangan
Penyakit Bulai Kandungan
Gula
DGU 4
211,61ns 137,06ns
2.002ns 6,250
DGK 10
372,170 105,15ns
2.048ns 0,60ns
Resiprokal 10
177,93ns 91,88ns
1.239ns 0,250ns
Galat 24
120,54 54,65
3.085 0,8475
Keterangan: db = derajat bebas = berpengaruh nyata taraf 5 ns = berpengaruh tidak nyata
Analisis ragam DGU dan DGK tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol, tinggi letak tongkol, dan persentase serangan terhadap penyakit bulai, sehingga nilai
efek DGU dan DGK-nya tidak ditentukan. Ragam GCA dan SCA tidak nyata terhadap panjang tongkol telah dilaporkan oleh Ojo et al. 2007. Nilai efek resiprokal tidak
berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh gen ekstrakromosomal pada karakter hasil, tinggi tanaman, tinggi
letak tongkol, panjang tongkol dan diameter tongkol lima galur jagung manis atau dikendalikan oleh gen-gen dalam inti. Efek resiprokal yang tidak nyata telah dilaporkan
oleh Ahmad dan Saleem 2003 pada karakter tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol pada jagung; Subekti dan Salazar 2007 pada karakter yang berbeda.
Galur Mr4SCBC4-2-1B-1 dan Mr11SCBC4-2-1B-1 mempunyai nilai DGU positif dan tinggi untuk hasil tongkol segar per petak. Galur Mr4SCBC4-2-1B-1,
Mr11SCBC4-2-1B-1, dan Mr12SCBC3-3-1B-1 mempunyai nilai positif dan tinggi untuk diameter tongkol dan jumlah baris biji per tongkol Tabel 23. Nilai DGU dan
DGK yang tinggi terhadap hasil tongkol segar per petak, diameter tongkol, dan jumlah baris biji per tongkol telah dilaporkan oleh Konak et al. 2001; El-Shouny et al. 2003.
Galur-galur yang mempunyai nilai DGU positif diharapkan mempunyai kemampuan
76 bergabung umum yang baik untuk menghasilkan genotipe dengan potensi hasil yang
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Walter 1987 bahwa pemilihan tetua penguji yang baik sangat membantu pemulia menyeleksi tetua-tetua yang layak
digunakan pada program pemuliaan dalam usaha mengembangkan kultivar hibrida. Tabel 23 Daya gabung umum lima galur jagung manis
Galur Hasil Tkol
Segar Dmtr
Tkol JBaris per
Tongkol Tgg
Tanm Kandungan
Gula
Mr12SCBC4-6-1B-1 A
-30,43 -0,01
-0,51 1,09
1,10
Mr14SCBC4-6-1B-1 B
-462,07 -0,22
-0,47 4,24
0,80
Mr4SCBC4-2-1B-1 C
221,73 0,13
0,25 3,99
0,80
Mr11SCBC4-2-1B-1 D
941,23 0,10
0,55 -2,91
0,30
Mr12SCBC3-3-1B-1 E
-670,47 0,00
0,19 -6,41
0,50 SE gi-gj
253,0535 0,09
0,28 4,91
0,41
Keterangan :
Hasil Tkol Segar = hasil tongkol segar;
Dmtr Tkol = diameter tongkol; JBaris per Tongkol = jumlah baris per tongkol; Tgg Tanm = tinggi tanaman.
Galur-galur yang mempunyai nilai DGU positif diharapkan mempunyai kemampuan bergabung umum yang baik untuk menghasilkan genotipe dengan hasil
yang lebih tinggi. Pemilihan galur-galur atau tetua yang mempunyai daya penggabung yang baik akan sangat membantu pemulia dalam menyeleksi tetua-tetua yang layak
digunakan dalam program pemuliaan dalam usaha pengembangan kultivar yang mempunyai potensi hasil tinggi. Menurut Sujiprihati et al. 2008 genotipe yang
memiliki nilai DGU tinggi dapat digunakan sebagai tetua penyusun varietas sintetik synthetic variety atau sebagai tetua pembentuk populasi dasar melalui metode seleksi
berulang recurrent selection. Kombinasi persilangan dengan nilai DGK tinggi dapat dipertimbangkan sebagai tetua pembentuk varietas hibrida.
Daya Gabung Khusus DGK
Genotipe mempunyai nilai DGK cukup tinggi merupakan gambaran bahwa genotipe tersebut memiliki kemampuan bergabung dengan genotipe lain dan
77 memberikan peluang penampilan terbaik. Menurut Poehlman dan Sleeper 1990 jika
nilai pasangan persilangan tertentu lebih baik dari pada nilai rata-rata keseluruhan persilangan yang terlibat, dikatakan pasangan persilangan tersebut memiliki daya
gabung khusus yang baik. Nilai efek daya gabung khusus persilangan dialel lima galur jagung manis disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Nilai Daya Gabung Khusus 20 kombinasi persilangan galur jagung manis
Genotipe
Daya Gabung Khusus DGK
Hasil Tongkol Segar per Petak
Diameter Tongkol
Jumlah Baris biji
per Tongkol Tinggi
Tanaman Kandung
an Gula A x B
86,33 0,36
0,61 9,76
0,00 A x C
380,53 0,09
0,19 17,51
0,30 A x D
831,03 0,12
0,29 5,66
0,35 A x E
-49,77 0,23
0,55 -9,59 -0,35
B x A 287,50
0,13 0,10
-3,75 -0,25 B x C
-657,33 -0,10
-0,45 -13,64
0,60 B x D
990,67 0,24
0,35 15,01
0,40 B x E
-165,13 0,26
0,01 6,01 -0,80
C x A -650,50
-0,17 -0,20
-6,25 -0,25 C x B
-12,00 0,06
0,80 11,75
0,00 C x D
646,87 0,06
0,53 -4,74 -0,05
C x E 229,07
0,35 0,49
12,51 0,25
D x A 890,50
0,13 0,60
2,50 -0,50 D x B
705,50 0,18
0,50 -15,00
0,00 D x C
-327,50 -0,04
0,00 -7,50 -0,25
D x E 164,57
0,13 0,19
1,91 -0,20 E x A
-810,00 -0,07
-0,70 -3,75 -0,50
E x B -628,00
0,00 0,00
2,50 0,50
E x C -684,00
-0,20 -0,40
18,75 -0,25 E x D
-74,00 -0,23
-0,20 -6,25
0,50
Keterangan: A = Mr12SCBC4-6-1B-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1 E = Mr12SCBC3-3-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1
Persilangan galur B dengan galur D mempunyai nilai DGK tertinggi untuk hasil tongkol segar per petak yaitu 990,67; sedangkan persilangan galur E dengan galur A
mempunyai nilai DGK terendah yaitu -810,00. Jellena 2008 telah mengestimasi nilai DGK yang tinggi pada hasil diallel enam galur jagung manis. Nilai DGK yang tinggi
pada hasil telah juga telah dilaporkan oleh Sujiprihati et al. 2001; Ahmad dan Saleem
78 2003; dalam penelitian daya gabung beberapa karakter pada jagung, serta Has dan Has
2009 dalam penelitian pewarisan beberapa karakter penting jagung manis. Persilangan galur A dengan galur B mempunyai nilai DGK tertinggi untuk
diameter tongkol yaitu 0,36; sedangkan persilangan galur E dengan galur D mempunyai nilai DGK terendah yaitu -0,23 Tabel 24. Nilai DGK yang tinggi pada diameter
tongkol juga diperoleh pada penelitian daya gabung beberapa karakter pada jagung yang dilakukan Ojo et al. 2007; dan Abdel-Moneam et al. 2009.
Galur C x galur B mempunyai nilai DGK tertinggi untuk jumlah baris 0,80, sedangkan persilangan galur E dengan A mempunyai nilai DGK terendah -0,70. Nilai
DGK tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada persilangan galur E dengan galur C 18,75, sedangkan nilai DGK terendah pada galur D x galur B -15,00. Zelleka 2000;
Aguiar et al. 2003; Ahmad dan Saleem 2003; Viana dan Matta 2003; Olakojo dan Olaoye 2005 telah mengestimasi nilai DGK yang tinggi terhadap jumlah baris biji per
tongkol dan tinggi tanaman jagung. Galur B bukan penggabung umum yang baik karena memiliki nilai DGU negatif,
dan galur D merupakan penggabung umum yang baik, tetapi kombinasi persilangan galur B x D memiliki nilai DGK tertinggi pada karakter hasil tongkol segar per petak.
Persilangan antara galur yang memiliki DGU positif dengan galur yang memiliki DGU negatif, umumnya memberikan efek DGK yang tinggi. Fenomena ini diduga
disebabkan karena gen-gen yang menguntungkan pada suatu galur dapat menutupi gen- gen yang merugikan pada galur pasangannya dan mampu bergabung dengan baik.
Fenomena yang sama diperoleh pada penelitian Iriany et al. 2003 dalam evaluasi daya gabung ketahanan tanaman jagung terhadap penyakit bulai. Seperti pada persilangan
galur A dengan galur C, galur A x galur D, galur B x galur D, galur C x galur D, galur C x galur E, galur D x galur A, galur D x galur B, dan galur D x galur E. Demikian pula
persilangan galur C dengan galur B untuk karakter jumlah baris, persilangan galur E dengan galur C untuk tinggi tanaman, dan galur A x galur B memiliki nilai DGK tinggi
untuk diameter tongkol. Menurut Virmani 1994, hibrida yang mempunyai nilai DGK tinggi, biasanya
dihasilkan dari rekombinasi persilangan dimana paling sedikit satu tetuanya memiliki
79 nilai DGU tinggi. Namun demikian, beberapa dari rekombinasi persilangan salah satu
atau kedua tetuanya memiliki DGU tinggi, namun setelah dipasangkan dalam persilangan, DGK-nya rendah dan bahkan bisa juga terjadi suatu rekombinasi
persilangan yang DGK-nya tinggi, tetapi kedua tetuanya memiliki DGU rendah. Sedangkan menurut Mangoendidjojo 2003 nilai DGK merupakan indikator adanya
aksi gen dominan dan epistasis, sedangkan nilai DGU mengindikasikan adanya aksi gen aditif yang mengendalikan suatu karakter. Daya gabung khusus yang tinggi didukung
dengan nilai ragam dominan positif akan memberikan hasil yang lebih baik.
Heterosis dan Heterobeltiosis
Nilai heterosis tertinggi diperoleh dari persilangan antara tetua yang mempunyai perbedaan frekuensi gen dominan tinggi, sehingga pada hibridanya akan terkumpul gen-
gen yang baik dan dominan diberbagai losi serta alil-alil dominan yang menguntungkan akan menutupi alil-alil resesif yang merugikan Bruce 1910; Jones 1917; 1945, 1958
dikutip Fehr 1987. Persilangan galur A dengan galur D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis
tertinggi untuk hasil tongkol segar per petak masing-masing 314,93 dan 234,60. Hal ini bermakna bahwa hasil tongkol segar jagung manis akan meningkat 314,93
dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 234,60 dibandingkan rata-rata tetua terbaiknya. Sedangkan galur B x galur E memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis
terendah masing-masing -68,35 dan -73,67 Tabel 25. Dengan demikian persilangan galur B dengan galur E akan menurunkan hasil sebesar 68,35 dibandingkan rata-rata
kedua tetuanya dan 73,67 dibandingkan rata-rata tetua terbaiknya. Terdapat tujuh persilangan yang menunjukkan peningkatan hasil terhadap rata-rata
kedua tertua dan tetua terbaiknya yaitu galur A x galur D, galur B x galur D, galur E x galur A, galur D x galur C, galur D x galur A, galur D x galur B, dan galur A x galur B
Tabel 25. Kombinasi persilangan ini memiliki jarak genetik rendah, sedang dan tinggi berdasarkan penelitian sebelumnya Penelitian 1. Jarak genetik antara galur A dan D
adalah 0,53; galur A dan C adalah 0,65; galur E dan A adalah 0,44; galur D dan C adalah 0,61. Kombinasi persilangan A x D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi
80 tetapi tidak didukung oleh jarak genetik yang tertinggi. Galur C dan E memiliki jarak
genetik tertinggi, tetapi nilai heterosisnya rendah. Hal yang sama dilaporkan oleh Pabendon 2008 bahwa nilai jarak genetik yang tinggi tidak diikuti oleh nilai heterosis
dan DGK yang tinggi. Dengan demikian bobot biji tertinggi tidak selalu dihasilkan oleh pasangan persilangan yang mempunyai nilai jarak genetik tertinggi. Menurut Dias et al.
2004, jumlah marka molekuler yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam seleksi tetua, sehingga pasangan tetua dengan perbedaan
genetik relatif yang tinggi tidak selalu menjadi pasangan persilangan heterotik yang terbaik, tetapi juga dapat diperoleh dari hasil persilangan tetua-tetua dengan perbedaan
genetik yang sedang. Persilangan yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi
mengindikasikan bahwa karakter hasil dikendalikan tipe aksi gen over dominan. Nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi juga diperoleh pada penelitian karakter
kualitatif dan kuantitatif hibrida F1 dan F2 jagung manis yang dilaporkan oleh Olaoye 2009. Daya gabung dan heterosis terhadap hasil dan komponen hasil juga
dikemukakan oleh Netaji et al. 2000; Ahmad dan Saleem 2003 pada jagung biasa, dan Mahmood et al. 2002; Bagheri 2010 yang meneliti heterosis dan daya gabung
padi hibrida pada karakter yang berbeda. Terdapat lima persilangan yang menunjukkan peningkatan panjang tongkol di atas
20 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur B x galur D, galur A x galur D, galur D x galur E, galur D x galur C, dan galur D x galur A Tabel 26.
Persilangan galur A dengan galur D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi yaitu masing-masing 36,45 dan 35,19. Artinya pada persilangan galur A dengan
galur D akan meningkatkan panjang tongkol sebesar 36,45 terhadap rata-rata kedua tetuanya dan 35,19 terhadap rata-rata tetua terbaiknya. Nilai heterosis yang tinggi
terhadap panjang tongkol jagung manis telah dilaporkan oleh Dickert dan Tracy 2002 dalam penelitian heterosis beberapa karakter agronomi jagung manis bersari bebas.
Persilangan galur A dengan galur B memiliki nilai heterosis tertinggi untuk diameter tongkol 39,08. Hal ini bermakna bahwa diameter tongkol jagung manis
akan meningkat sebesar 39,08 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya. Persilangan
81 galur E dengan A memiliki nilai heterobeltiosis tertinggi untuk diameter tongkol
32,28, artinya pada persilangan galur E dengan galur A akan menambah diameter tongkol sebesar 32,28 dibanding rata-rata tetua terbaiknya. Sedangkan galur C x galur
B memiliki nilai heterobeltiosis terendah -2,65, artinya pada persilangan galur C dengan galur B akan mengurangi diameter tongkol sebesar 2,65 dibandingkan rata-
rata tetua terbaiknya. Terdapat tujuh persilangan yang menunjukkan peningkatan diameter tongkol di atas 20 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu
galur A x galur B, galur E x galur B, galur B x galur E, galur E x galur A, galur E x galur C, galur A x galur E, dan galur B x galur A Tabel 27. Adanya peningkatan
panjang tongkol dan diameter tongkol juga diperoleh pada penelitian daya gabung dan heterosis beberapa karakter agronomik jagung yang dilakukan oleh Ojo et al. 2007 dan
Abdel-Moneam et al. 2009. Terdapat enam persilangan yang menunjukkan peningkatan jumlah baris per
tongkol di atas 10 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur E x galur A, galur A x galur D, galur A x galur B, galur E x galur C, galur E x galur D, dan
galur B x galur A Tabel 28. Persilangan galur E dengan galur A memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi yaitu masing-masing 23,48 dan 14,52. Hal ini
bermakna bahwa pada persilangan tersebut akan meningkatkan jumlah baris per tongkol 23,48 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 14,52 dibandingkan rata-rata tetua
terbaiknya. Nilai heterosis yang tinggi pada jumlah baris per tongkol juga diperoleh pada penelitian heterosis jagung hibrida single cross, double cross, dan tree way cross
yang dilakukan oleh Saleh 2002. Persilangan galur C dengan galur B memiliki nilai heterosis -4,84 dan heterobeltiosis -9,23 terendah, artinya pada persilangan
tersebut akan menurunkan jumlah baris per tongkol sebesar 4,84 dibandingkan rata- rata kedua tetuanya dan 9,23 dibandingkan tetua terbaiknya.
Terdapat sembilan persilangan yang menunjukkan peningkatan tinggi tanaman di atas 10 terhadap rata-rata tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur D x galur B, galur C x
galur E, galur B x galur A, galur C x galur A, galur A x galur D, galur A x galur B, galur A x galur C, galur D x galur A, galur E x galur D Tabel 29. Persilangan galur D
dengan galur B memiliki nilai heterosis 27,54 dan heterobeltiosis 22,22
82 tertinggi. Artinya pada persilangan tersebut akan meningkatkan tinggi tanaman 27,54
dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 22,22 dibandingkan rata-rata tetua terbaiknya. Galur C x galur B memiliki nilai heterosis -6,03 dan heterobeltiosis -
7,30 terendah, artinya pada persilangan galur C dengan galur B akan menurunkan tinggi tanaman sebesar 6,03 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 7,30
dibandingkan tetua terbaiknya. Terdapat enam persilangan yang menunjukkan peningkatan tinggi letak tongkol
terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur C x galur A, galur C x galur E, galur D x galur E, galur A x galur C, galur A x galur D, dan galur D x galur C
Tabel 30. Galur C x galur A memiliki nilai heterosis 23,94 dan heterobeltiosis 18,92 tertinggi. Artinya pada persilangan galur C dengan galur A akan
meningkatkan tinggi letak tongkol sebesar 23,94 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 18,92 dibandingkan rata-rata tetua terbaiknya. Nilai heterosis yang
tinggi pada karakter tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol tanaman jagung juga diperoleh oleh Dickert dan Tracy 2002; Saleh 2002; dan Olaoye 2009. Sedangkan
persilangan galur C dengan galur B memiliki nilai heterosis -35,21 dan heterobeltiosis -37,84 terendah, artinya pada persilangan tersebut akan menurunkan
tinggi letak tongkol sebesar 35,21 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 37,84 dibandingkan tetua terbaiknya.
Terdapat dua persilangan yang menunjukkan peningkatan kandungan gula terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya Tabel 31. Data tersebut
menunjukkan peran gen aditif yang berpengaruh terhadap kemanisan, hal ini terlihat pada analisis ragam DGU yang nyata untuk kandungan gula.
Nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi pada karakter-karakter yang diamati mengindikasikan bahwa genotipe-genotipe yang diuji memiliki peningkatan nilai
dibandingkan rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Persilangan yang memiliki nilai DGK terbaik tidak selamanya memiliki nilai heterosis yang tinggi, karena daya gabung
khusus membandingkan antara semua genotipe yang diuji sedangkan heterosis hanya membandingkan antara dua tetua dan atau tetua tertinggi. Sehingga persilangan yang
mempunyai nilai heterosis tinggi tidak selalu memberikan hibrida terbaik. Demikian
83 juga pada penelitian ini, nilai DGK tertinggibaik pada karakter hasil tongkol segar per
petak diperoleh pada persilangan galur B dengan galur D, tetapi heterosis tertinggi diperoleh pada persilangan galur A dengan galur D. Hal yang sama untuk karaker
diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol, dan tinggi tanaman. Menurut Sujiprihati et al
. 2001 dan Aliu et al. 2008, hibrida superior cenderung dihasilkan dari persilangan galur murni yang juga superior dan berasal dari sumber populasi yang
beragam. Penampilan hibrida yang menunjukkan hasil terbaik berasal dari persilangan tetua yang memiliki nilai DGU sedang dengan rendah atau tinggi dengan rendah, atau
paling sedikit satu tetuanya memiliki DGU tinggi. Nilai heterosis dan heterobeltiosis pada beberapa peubah yang diamati sangat
bervariasi, terdapat nilai negatif dan positif. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan genetik yang cukup besar diantara tetua yang terlibat dalam persilangan. Menurut Sing
dan Jain 1970 dalam Sujiprihati et al. 2007, perbedaan genetik yang besar diantara tetua merupakan salah satu faktor yang menentukan ekspresi heterosis. Sedangkan
menurut Maurya dan Singh 1977 bahwa hibrida terbaik kemungkinan besar dapat diperoleh dari persilangan dua kultivar yang mempunyai nilai DGU terbesar, tetapi
persilangan antara dua penggabung umum yang kurang baik dapat menunjukkan pengaruh DGK yang baik.
84 Tabel 25 Nilai rata-rata hasil tongkol segar per petak P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis
dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
g P2
g F1
g Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 883,70
1014,00
2074,00
cdefghi
118,58 104,54
2 A x C
883,70 2037,00
2114,00
cdefghi
44,76 3,78
3 A x D
883,70 1442,00
4825,00
a
314,93 234,60
4 A x E
883,70 673,00
632,00
hi
-18,80 -28,48
5 B x A
1014,00 883,70
1499,00
efghi
57,98 47,83
6 B x C
1014,00 2037,00
1283,00
efghi
-15,90 -37,02
7 B x D
1014,00 1442,00
4368,00
ab
255,70 202,91
8 B x E
1014,00 673,00
267,00
i
-68,35 -73,67
9 C x A
2037,00 883,70
3415,00
abcd
133,85 67,65
10 C x B
2037,00 1014,00
1307,00
efghi
-14,32 -35,84
11 C x D
2037,00 1442,00
3675,00
abc
111,27 80,41
12 C x E
2037,00 673,00
1289,00
efghi
-4,87 -36,72
13 D x A
1442,00 883,70
3044,00
abcde
161,77 111,10
14 D x B
1442,00 1014,00
2957,00
bcde
140,80 105,06
15 D x C
1442,00 2037,00
4330,00
ab
148,92 112,57
16 D x E
1442,00 673,00
2554,00
bcdefg
141,51 77,12
17 E x A
673,00 883,70
2252,00
cdefgh
189,33 154,84
18 E x B
673,00 1014,00
1523,00
efghi
80,56 50,20
19 E x C
673,00 2037,00
2657,00
bcdef
96,09 30,44
20 E x D
673,00 1442,00
2702,00
bcdef
155,51 87,38
Pembanding 21
Biji Mas
1306,00
efghi
22 Chia Thai Seed
623,00
hi
23 Manis Madu
1558,00
defghi
24 MR4
249,00
i
25 MR11
664,00
ghi
26 MR12
940,00
fghi
27 MR14
890,00
fghi
28 Pulut Manis
3615,00
abc
29 S G
1730,00
defghi
30 Sweet Boy
4339,00
ab
31 Thai Super Sweet
3099,00
abcde
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida; A = Mr12SCBC4-6-1B-1;
B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
85 Tabel 26 Nilai rata-rata panjang tongkol P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 10,80
12,10 13,60
abcd
18,78 12,40
2 A x C
10,80 12,70
11,90
abcd
1,28 -6,30
3 A x D
10,80 10,60
14,60
abc
36,45 35,19
4 A x E
10,80 8,50
9,70
cd
0,52 -10,19
5 B x A
12,10 10,80
14,40
abc
25,76 19,01
6 B x C
12,10 12,70
11,50
abcd
-7,26 -9,45
7 B x D
12,10 10,60
15,50
ab
36,56 28,10
8 B x E
12,10 8,50
12,75
abcd
23,79 5,37
9 C x A
12,70 10,80
14,10
abc
20,00 11,02
10 C x B
12,70 12,10
10,40
abcd
-16,13 -18,11
11 C x D
12,70 10,60
13,30
abcd
14,16 4,72
12 C x E
12,70 8,50
12,50
abcd
17,92 -1,57
13 D x A
10,60 10,80
13,60
abcd
27,10 28,30
14 D x B
10,60 12,10
13,50
abcd
18,94 11,57
15 D x C
10,60 12,70
15,60
a
33,91 22,83
16 D x E
10,60 8,50
12,90
abcd
35,08 21,70
17 E x A
8,50 10,80
11,80
abcd
22,28 9,26
18 E x B
8,50 12,10
14,20
abc
37,86 17,36
19 E x C
8,50 12,70
11,10
abcd
4,72 -12,60
20 E x D
8,50 10,60
12,70
abcd
32,98 19,81
Pembanding 21
Biji Mas 10,40
abcd
22
Chia Thai Seed
11,20
abcd
23 Manis Madu
10,40
abcd
24 MR4
9,50
cd
25 MR11
11,00
abcd
26 MR12
8,75
d
27 MR14
12,4
abcd
28 Pulut Manis
11,80
abcd
29 S G
10,30
bcd
30 Sweet Boy
15,30
ab
31
Thai Super Sweet
14,30
abc
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
86 Tabel 27 Nilai rata-rata diameter tongkol P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
mm P2
mm F1
mm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 3,47
3,08 4,56
ab
39,08 31,27
2 A x C
3,47 4,15
4,34
abcd
13,91 4,58
3 A x D
3,47 3,96
4,63
ab
24,63 16,92
4 A x E
3,47 3,32
4,45
abc
31,08 28,24
5 B x A
3,08 3,47
4,29
abcde
30,92 23,56
6 B x C
3,08 4,15
4,17
abcdef
15,35 0,48
7 B x D
3,08 3,96
4,59
ab
30,40 15,91
8 B x E
3,08 3,32
4,33
abcd
35,42 30,52
9 C x A
4,15 3,47
4,68
ab
22,83 12,77
10 C x B
4,15 3,08
4,04
bcdefg
11,76 -2,65
11 C x D
4,15 3,96
4,55
ab
12,21 9,64
12 C x E
4,15 3,32
4,58
ab
22,62 10,36
13 D x A
3,96 3,47
4,38
abc
17,90 10,61
14 D x B
3,96 3,08
4,24
abcde
20,45 7,07
15 D x C
3,96 4,15
4,63
ab
14,18 11,57
16 D x E
3,96 3,32
4,30
abcde
18,13 8,59
17 E x A
3,32 3,47
4,59
ab
35,20 32,28
18 E x B
3,32 3,08
4,34
abcde
35,63 30,72
19 E x C
3,32 4,15
4,98
a
33,33 20,00
20 E x D
3,32 3,96
4,75
ab
30,49 19,95
Pembanding 21
Biji Mas
3,62
cdefghi
22
Chia Thai Seed 3,42
efghi
23 Manis Madu
4,03
bcdefg
24 MR4
2,51
j
25 MR11
3,22
ghij
26 MR12
2,93
ij
27 MR14
3,40
efghi
28 Pulut Manis
4,16
abcdef
29 S G
3,88
bcdefgh
30 Sweet Boy
4,48
abc
31 Thai Super Sweet
4,56
ab
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
87 Tabel 28 Nilai rata-rata jumlah baris biji per tongkol P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis
dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
baris P2
baris F1
baris Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 10,60
11,80 13,00
abc
16,07 10,17
2 A x C
10,60 13,00
13,00
abc
10,17 0,00
3 A x D
10,60 13,00
14,20
ab
20,34 9,23
4 A x E
10,60 12,40
12,80
abcd
11,30 3,23
5 B x A
11,80 10,60
12,80
abcd
14,29 8,47
6 B x C
11,80 13,00
13,40
abc
8,06 3,08
7 B x D
11,80 13,00
14,20
ab
14,52 9,23
8 B x E
11,80 12,40
13,00
abc
7,44 4,84
9 C x A
13,00 10,60
13,40
abc
13,56 3,08
10 C x B
13,00 11,80
11,80
cdef
-4,84 -9,23
11 C x D
13,00 13,00
14,60
a
12,31 12,31
12 C x E
13,00 12,40
13,80
abc
8,66 6,15
13 D x A
13,00 10,60
13,00
abc
10,17 0,00
14 D x B
13,00 11,80
13,20
abc
6,45 1,54
15 D x C
13,00 13,00
14,60
a
12,31 12,31
16 D x E
13,00 12,40
14,00
abc
10,24 7,69
17 E x A
12,40 10,60
14,20
ab
23,48 14,52
18 E x B
12,40 11,80
13,00
abc
7,44 4,84
19 E x C
12,40 13,00
14,60
a
14,96 12,31
20 E x D
12,40 13,00
14,40
a
13,39 10,77
Pembanding 26
Biji Mas 12,00
bcdef
27 Chia Thai Seed
12,60
abcde
28 Manis Madu
13,40
abc
29 MR4
10,60
ef
30 MR11
13,00
abc
31 MR12
10,30
f
32 MR14
10,54
ef
33 Pulut Manis
10,40
h
34 S G
12,60
abcde
35 Sweet Boy
13,80
abc
36
Thai Super Sweet
13,00
abc
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
88 Tabel 29 Nilai rata-rata tinggi tanaman P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 200,00
167,50 200,0
abcd
15,11 11,11
2 A x C
205,00 167,50
205,0
abcd
10,07 10,81
3 A x D
195,00 167,50
195,0
abcd
17,29 16,42
4 A x E
170,00 167,50
170,0
cdefg
2,26 1,49
5 B x A
207,50 180,00
196,7
abcd
19,42 15,28
6 B x C
195,00 180,00
195,0
abcd
6,85 5,41
7 B x D
190,00 180,00
190,0
abcde
10,14 5,56
8 B x E
195,00 180,00
195,0
abcd
13,04 8,33
9 C x A
217,50 185,00
217,5
ab
23,40 17,57
10 C x B
171,50 185,00
171,5
cdefg
-6,03 -7,30
11 C x D
177,50 185,00
177,5
bcdefg
1,43 -4,05
12 C x E
217,50 185,00
217,5
ab
24,29 17,57
13 D x A
190,00 165,00
190,0
abcde
14,29 13,43
14 D x B
220,00 165,00
220,0
a
27,54 22,22
15 D x C
192,50 165,00
192,50
abcd
10,00 4,05
16 D x E
175,00 165,00
175,0
cdefg
6,06 6,06
17 E x A
177,50 165,00
177,5
bcdefg
6,77 5,97
18 E x B
190,00 165,00
190,0
abcde
10,14 5,56
19 E x C
180,00 165,00
180,0
abcdef
2,86 -2,70
20 E x D
187,50 165,00
187,5
abcdef
13,64 13,64
Pembanding 21
Biji Mas 150,00
efg
22 Chia Thai Seed
167,50
cdefg
23 Manis Madu
177,50
bcdefg
24 MR4
137,50
g
25 MR11
165,00
cdef
26 MR12
147,50
fg
27 MR14
172,50
cdefg
28 Pulut Manis
167,50
cdefg
29 S G
195,00
abcd
30 Sweet Boy
207,50
abc
31
Thai Super Sweet
187,50
abcdef
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
89 Tabel 30 Nilai rata-rata tinggi letak tongkol P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 92,50
92,50 85,00
abcdef
-8,11 -8,11
2 A x C
92,50 85,00
100,00
ab
12,68 8,11
3 A x D
92,50 85,00
95,00
abc
7,04 2,70
4 A x E
92,50 72,50
72,50
bcdef
-12,12 -21,62
5 B x A
92,50 92,50
86,67
abcde
-5,41 -5,41
6 B x C
92,50 85,00
90,00
abcde
1,41 -2,70
7 B x D
92,50 85,00
80,00
bcdef
-9,86 -13,51
8 B x E
92,50 72,50
77,50
bcdef
-6,06 -16,22
9 C x A
85,00 92,50
110,00
a
23,94 18,92
10 C x B
85,00 92,50
57,50
f
-35,21 -37,84
11 C x D
85,00 85,00
80,00
bcdef
-5,88 -5,88
12 C x E
85,00 72,50
90,00
abcde
14,29 5,88
13 D x A
85,00 92,50
82,50
abcdef
-7,04 -10,81
14 D x B
85,00 92,50
87,50
abcde
-1,41 -5,41
15 D x C
85,00 85,00
90,00
abcde
5,88 5,88
16 D x E
85,00 72,50
90,00
abcde
14,29 5,88
17 E x A
72,50 92,50
77,50
bcdef
-6,06 -16,22
18 E x B
72,50 92,50
85,00
abcdef
3,03 -8,11
19 E x C
72,50 85,00
75,00
bcdef
-4,76 -11,76
20 E x D
72,50 85,00
82,50
abcdef
4,76 -2,94
Pembanding 21
Biji Mas 77,50
bcdef
22 Chia Thai Seed
70,00
cdef
23 Manis Madu
77,50
bcdef
24 MR4
62,50
ef
25 MR11
75,00
bcdef
26 MR12
65,00
def
27 MR14
80,00
bcdef
28 Pulut Manis
72,50
bcdef
29 S G
82,50
abcdef
30 Sweet Boy
100,00
ab
31 Thai Super Sweet
100,00
ab
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
90 Tabel 31 Nilai rata-rata kandungan gula P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
ºbriks P2
ºbriks F1
ºbriks Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 13,5
11,5 12,5
0,0 -7,4
2 A x C
13,5 11,0
13,0 6,1
-3,7 3
A x D 13,5
9,0 11,5
2,2 -14,8
4 A x E
13,5 12,0
11,5 -9,8
-14,8 5
B x A 11,5
13,5 13,0
4,0 -3,7
6 B x C
11,5 11,0
12,5 11,1
8,7 7
B x D 11,5
9,0 11,0
7,3 -4,3
8 B x E
11,5 12,0
11,0 -6,4
-8,3 9
C x A 11,0
13,5 13,5
10,2 0,0
10 C x B
11,0 11,5
12,5 11,1
8,7 11
C x D 11,0
9,0 10,5
5,0 -4,5
12 C x E
11,0 12,0
11,5 0,0
-4,2 13
D x A 9,0
13,5 12,5
11,1 -7,4
14 D x B
9,0 11,5
11,0 7,3
-4,3 15
D x C 9,0
11,0 11,0
10,0 0,0
16 D x E
9,0 12,0
10,5 0,0
-12,5 17
E x A 12,0
13,5 12,5
-2,0 -7,4
18 E x B
12,0 11,5
10,0 -14,9
-16,7 19
E x C 12,0
11,0 12,0
4,3 0,0
20 E x D
12,0 9,0
9,5 -9,5
-20,8
Keterangan : P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida; A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C= Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D= Mr11SCBC4-2-1B-1;
E = Mr12SCBC3-3-1B-1
91
II. Evaluasi Ketahanan terhadap Penyakit Bulai