74
1.  Evaluasi Daya Gabung Karakter Hasil Daya Gabung Umum DGU
Nilai  kuadrat  tengah  analisis  ragam  DGU  persilangan  dialel  lima  galur  jagung manis  berpengaruh  sangat  nyata  terhadap  hasil  tongkol  segar  per  petak,  diameter
tongkol,  jumlah  baris  biji  per  tongkol,  dan  kandungan  gula  Tabel  21  dan  22.    Nilai kuadrat tengah analisis ragam DGK berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap hasil
tongkol  segar  per  petak,  diameter  tongkol,  jumlah  baris  biji  per  tongkol,  dan  tinggi tanaman.    Nilai  kuadrat  tengah  analisis  ragam  DGU  dan  ragam  DGK  sangat  nyata
terhadap  hasil  tongkol  segar  per  petak,  jumlah  baris  biji  per  tongkol,  tinggi  tanaman, diameter tongkol telah dilaporkan oleh Ahmad dan Saleem 2003; Malik et al. 2004,
dan Abdel-Moneam  et al. 2009.   Peubah-peubah  yang memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ragam DGU dipengaruhi oleh aksi gen aditif, sedangkan peubah-peubah
yang  memberikan  pengaruh  nyata  dan  sangat  nyata  terhadap  ragam  DGK  dipengaruhi oleh aksi gen dominan.
Tabel 21  Kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan resiprokal pada persilangan dialel 5 x 5 galur jagung manis
Sumber Variasi
db Kuadrat tengah
Hasil Tongkol Segar pe Petak
Panjang Tongkol
Diameter Tongkol
Jumlah Baris per Tongkol
DGU 4
3,997,606.991   4,826ns 0,196
2,205 DGK
10 1,451,507.627   4,298ns
0,363 1,039
Resiprokal 10
685,548.650ns   1,275ns 0,039ns
0,398ns Galat
24 320,180.489
2,231 0,039
0,388
Keterangan:  db = derajat bebas,  = berpengaruh nyata taraf 5,  = berpengaruh sangat nyata taraf 5,  ns = berpengaruh tidak nyata
Aksi gen aditif dan dominan pada hasil dan jumlah baris biji telah dilaporkan oleh Saleem  et  al.  2002  dalam  penelitian  analisis  genetik  beberapa  karakter  kuantitatif
jagung.    Nilai  keragaman  genetik  yang  didapat  pada  seluruh  peubah  yang  diamati umumnya  menunjukkan  ragam  aditif  yang  lebih  besar  dari  ragam  dominan.    Hal  ini
75 mengindikasikan  bahwa  keragaan  peubah-peubah  yang  diamati  lebih  banyak
dipengaruhi oleh aksi gen-gen aditif. Tabel 22   Kuadrat tengah genotipe, DGU, DGK dan resiprokal pada persilangan dialel
5 x 5 genotipe jagung manis Sumber
Variasi db
Kuadrat tengah Tinggi
Tanaman Tinggi Letak
Tongkol
Presentase Serangan
Penyakit Bulai Kandungan
Gula
DGU 4
211,61ns 137,06ns
2.002ns 6,250
DGK 10
372,170 105,15ns
2.048ns 0,60ns
Resiprokal 10
177,93ns 91,88ns
1.239ns 0,250ns
Galat 24
120,54 54,65
3.085 0,8475
Keterangan:  db = derajat bebas    = berpengaruh nyata taraf 5  ns = berpengaruh tidak nyata
Analisis ragam DGU dan DGK tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol, tinggi  letak  tongkol,  dan  persentase  serangan  terhadap  penyakit  bulai,  sehingga  nilai
efek DGU dan DGK-nya tidak ditentukan.  Ragam GCA dan SCA tidak nyata terhadap panjang  tongkol  telah  dilaporkan  oleh  Ojo  et  al.  2007.    Nilai  efek  resiprokal  tidak
berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati.  Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak  ada  pengaruh  gen  ekstrakromosomal  pada  karakter  hasil,  tinggi  tanaman,  tinggi
letak  tongkol,  panjang  tongkol  dan  diameter  tongkol  lima  galur  jagung  manis  atau dikendalikan oleh gen-gen dalam inti.  Efek resiprokal yang tidak nyata telah dilaporkan
oleh  Ahmad  dan  Saleem  2003  pada  karakter  tinggi  tanaman  dan  tinggi  letak  tongkol pada jagung; Subekti dan Salazar 2007 pada karakter yang berbeda.
Galur  Mr4SCBC4-2-1B-1  dan  Mr11SCBC4-2-1B-1  mempunyai  nilai  DGU positif  dan  tinggi  untuk  hasil  tongkol  segar  per  petak.    Galur  Mr4SCBC4-2-1B-1,
Mr11SCBC4-2-1B-1,  dan  Mr12SCBC3-3-1B-1  mempunyai  nilai  positif    dan  tinggi untuk  diameter  tongkol  dan  jumlah  baris  biji  per  tongkol  Tabel  23.    Nilai  DGU  dan
DGK yang tinggi terhadap hasil tongkol segar per petak, diameter tongkol, dan  jumlah baris biji per tongkol  telah dilaporkan oleh Konak et al. 2001; El-Shouny et al. 2003.
Galur-galur  yang  mempunyai  nilai  DGU  positif  diharapkan  mempunyai  kemampuan
76 bergabung  umum  yang  baik  untuk  menghasilkan  genotipe  dengan  potensi  hasil  yang
lebih  tinggi.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Walter  1987  bahwa    pemilihan  tetua penguji  yang  baik  sangat  membantu  pemulia  menyeleksi  tetua-tetua  yang  layak
digunakan pada program pemuliaan dalam usaha mengembangkan kultivar hibrida. Tabel 23  Daya gabung umum lima galur jagung manis
Galur Hasil Tkol
Segar Dmtr
Tkol JBaris per
Tongkol Tgg
Tanm Kandungan
Gula
Mr12SCBC4-6-1B-1 A
-30,43 -0,01
-0,51 1,09
1,10
Mr14SCBC4-6-1B-1 B
-462,07 -0,22
-0,47 4,24
0,80
Mr4SCBC4-2-1B-1 C
221,73 0,13
0,25 3,99
0,80
Mr11SCBC4-2-1B-1 D
941,23 0,10
0,55 -2,91
0,30
Mr12SCBC3-3-1B-1 E
-670,47 0,00
0,19 -6,41
0,50 SE gi-gj
253,0535 0,09
0,28 4,91
0,41
Keterangan :
Hasil Tkol Segar = hasil tongkol segar;
Dmtr Tkol = diameter tongkol; JBaris per Tongkol = jumlah baris per tongkol; Tgg Tanm = tinggi tanaman.
Galur-galur  yang  mempunyai  nilai  DGU  positif  diharapkan  mempunyai kemampuan  bergabung  umum  yang  baik  untuk  menghasilkan  genotipe  dengan  hasil
yang lebih tinggi. Pemilihan galur-galur atau tetua yang mempunyai  daya penggabung yang  baik  akan  sangat  membantu  pemulia  dalam  menyeleksi  tetua-tetua  yang  layak
digunakan  dalam  program  pemuliaan  dalam  usaha  pengembangan  kultivar    yang mempunyai  potensi  hasil  tinggi.    Menurut  Sujiprihati  et  al.  2008  genotipe  yang
memiliki  nilai  DGU  tinggi  dapat  digunakan  sebagai  tetua  penyusun  varietas  sintetik synthetic variety atau sebagai tetua pembentuk populasi dasar melalui metode  seleksi
berulang  recurrent  selection.  Kombinasi  persilangan  dengan  nilai  DGK  tinggi  dapat dipertimbangkan sebagai tetua pembentuk varietas hibrida.
Daya Gabung Khusus DGK
Genotipe  mempunyai  nilai  DGK  cukup  tinggi  merupakan  gambaran  bahwa genotipe  tersebut  memiliki  kemampuan  bergabung  dengan  genotipe  lain  dan
77 memberikan  peluang  penampilan  terbaik.    Menurut  Poehlman  dan  Sleeper  1990  jika
nilai  pasangan  persilangan  tertentu  lebih  baik  dari  pada  nilai  rata-rata  keseluruhan persilangan  yang  terlibat,  dikatakan  pasangan  persilangan  tersebut  memiliki  daya
gabung khusus yang baik.  Nilai efek daya gabung khusus persilangan dialel lima galur jagung manis disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24  Nilai Daya Gabung Khusus 20 kombinasi persilangan galur jagung manis
Genotipe
Daya Gabung Khusus DGK
Hasil Tongkol Segar per Petak
Diameter Tongkol
Jumlah Baris biji
per Tongkol Tinggi
Tanaman Kandung
an Gula A x B
86,33 0,36
0,61 9,76
0,00 A x C
380,53 0,09
0,19 17,51
0,30 A x D
831,03 0,12
0,29 5,66
0,35 A x E
-49,77 0,23
0,55 -9,59  -0,35
B x A 287,50
0,13 0,10
-3,75  -0,25 B x C
-657,33 -0,10
-0,45 -13,64
0,60 B x D
990,67 0,24
0,35 15,01
0,40 B x E
-165,13 0,26
0,01 6,01  -0,80
C x A -650,50
-0,17 -0,20
-6,25  -0,25 C x B
-12,00 0,06
0,80 11,75
0,00 C x D
646,87 0,06
0,53 -4,74  -0,05
C x E 229,07
0,35 0,49
12,51 0,25
D x A 890,50
0,13 0,60
2,50  -0,50 D x B
705,50 0,18
0,50 -15,00
0,00 D x C
-327,50 -0,04
0,00 -7,50  -0,25
D x E 164,57
0,13 0,19
1,91  -0,20 E x A
-810,00 -0,07
-0,70 -3,75  -0,50
E x B -628,00
0,00 0,00
2,50 0,50
E x C -684,00
-0,20 -0,40
18,75  -0,25 E x D
-74,00 -0,23
-0,20 -6,25
0,50
Keterangan:   A = Mr12SCBC4-6-1B-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1 E = Mr12SCBC3-3-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1
Persilangan  galur  B  dengan  galur  D  mempunyai  nilai  DGK  tertinggi  untuk  hasil tongkol  segar  per  petak  yaitu  990,67;  sedangkan  persilangan  galur  E  dengan  galur  A
mempunyai nilai DGK terendah yaitu -810,00.  Jellena 2008 telah mengestimasi nilai DGK  yang tinggi pada hasil diallel enam  galur jagung manis.  Nilai DGK  yang tinggi
pada hasil telah  juga telah dilaporkan oleh Sujiprihati et al. 2001;  Ahmad dan Saleem
78 2003;  dalam penelitian daya gabung beberapa karakter pada jagung, serta Has dan Has
2009 dalam penelitian  pewarisan beberapa karakter penting  jagung manis. Persilangan  galur  A  dengan  galur  B  mempunyai  nilai  DGK  tertinggi  untuk
diameter tongkol yaitu 0,36; sedangkan persilangan galur E dengan galur D mempunyai nilai  DGK  terendah  yaitu  -0,23  Tabel  24.    Nilai  DGK  yang  tinggi  pada  diameter
tongkol juga diperoleh pada penelitian daya gabung beberapa karakter pada jagung yang dilakukan Ojo et al. 2007; dan Abdel-Moneam et al. 2009.
Galur  C  x  galur  B  mempunyai  nilai  DGK  tertinggi  untuk  jumlah  baris  0,80, sedangkan persilangan galur E dengan A mempunyai nilai DGK terendah -0,70.  Nilai
DGK tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada persilangan galur E dengan galur C 18,75, sedangkan nilai DGK terendah pada galur D x galur B -15,00.  Zelleka 2000;
Aguiar et al. 2003;  Ahmad  dan Saleem 2003; Viana dan Matta 2003;  Olakojo dan Olaoye 2005  telah mengestimasi nilai DGK yang tinggi terhadap jumlah baris biji per
tongkol dan tinggi tanaman jagung. Galur B bukan penggabung umum yang baik karena memiliki nilai DGU negatif,
dan  galur  D  merupakan  penggabung  umum  yang  baik,  tetapi  kombinasi  persilangan galur  B x D memiliki nilai DGK tertinggi pada  karakter hasil tongkol segar per petak.
Persilangan antara galur yang memiliki DGU positif dengan galur yang memiliki DGU negatif,  umumnya  memberikan  efek  DGK  yang  tinggi.      Fenomena  ini  diduga
disebabkan karena gen-gen yang menguntungkan pada suatu galur dapat menutupi gen- gen  yang  merugikan  pada  galur  pasangannya  dan  mampu  bergabung  dengan  baik.
Fenomena yang sama diperoleh pada penelitian Iriany et al. 2003 dalam evaluasi daya gabung  ketahanan  tanaman  jagung  terhadap  penyakit  bulai.  Seperti  pada  persilangan
galur A dengan galur C,  galur A x galur D, galur B x galur D, galur C x galur D, galur C x galur E, galur D x galur A, galur D x galur B, dan galur D x galur E.  Demikian pula
persilangan  galur  C  dengan  galur  B  untuk  karakter  jumlah  baris,  persilangan  galur  E dengan galur C untuk tinggi tanaman, dan  galur A x galur B memiliki nilai DGK tinggi
untuk diameter tongkol. Menurut  Virmani  1994,  hibrida  yang  mempunyai  nilai  DGK  tinggi,  biasanya
dihasilkan  dari  rekombinasi  persilangan  dimana  paling  sedikit  satu  tetuanya  memiliki
79 nilai  DGU  tinggi.  Namun  demikian,  beberapa  dari  rekombinasi  persilangan  salah  satu
atau  kedua  tetuanya  memiliki  DGU  tinggi,  namun  setelah  dipasangkan  dalam persilangan,  DGK-nya  rendah  dan  bahkan  bisa  juga  terjadi  suatu  rekombinasi
persilangan  yang  DGK-nya  tinggi,  tetapi  kedua  tetuanya  memiliki  DGU  rendah. Sedangkan  menurut  Mangoendidjojo    2003  nilai  DGK  merupakan  indikator  adanya
aksi gen dominan dan epistasis, sedangkan nilai DGU mengindikasikan adanya aksi gen aditif  yang  mengendalikan  suatu  karakter.    Daya  gabung  khusus  yang  tinggi  didukung
dengan nilai ragam dominan positif akan memberikan hasil yang lebih baik.
Heterosis dan Heterobeltiosis
Nilai  heterosis  tertinggi  diperoleh  dari  persilangan  antara  tetua  yang  mempunyai perbedaan frekuensi gen dominan tinggi, sehingga pada hibridanya akan terkumpul gen-
gen yang baik dan dominan diberbagai losi serta alil-alil dominan yang menguntungkan akan  menutupi  alil-alil  resesif  yang  merugikan    Bruce  1910;  Jones  1917;  1945,  1958
dikutip Fehr 1987. Persilangan  galur  A  dengan  galur  D  memiliki  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis
tertinggi untuk hasil tongkol segar per petak masing-masing 314,93 dan 234,60.  Hal ini  bermakna  bahwa  hasil  tongkol  segar  jagung  manis  akan  meningkat  314,93
dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya  dan  234,60  dibandingkan  rata-rata  tetua terbaiknya.  Sedangkan  galur  B  x  galur  E  memiliki  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis
terendah  masing-masing  -68,35  dan  -73,67  Tabel  25.  Dengan  demikian  persilangan galur  B dengan  galur E akan menurunkan hasil sebesar 68,35 dibandingkan rata-rata
kedua tetuanya dan 73,67 dibandingkan rata-rata tetua terbaiknya. Terdapat tujuh persilangan yang menunjukkan peningkatan hasil terhadap rata-rata
kedua tertua dan tetua terbaiknya yaitu galur A x galur D,   galur B x galur D,  galur E x galur A,  galur D x galur C,  galur D x galur A, galur D x galur B, dan galur A x galur B
Tabel 25.   Kombinasi persilangan ini memiliki jarak genetik rendah, sedang dan tinggi berdasarkan penelitian sebelumnya Penelitian 1.  Jarak  genetik  antara  galur A dan D
adalah 0,53; galur A dan C adalah 0,65; galur E dan A adalah 0,44; galur D dan C adalah 0,61.  Kombinasi persilangan A x D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi
80 tetapi  tidak  didukung  oleh  jarak  genetik  yang  tertinggi.  Galur  C  dan  E  memiliki  jarak
genetik  tertinggi,  tetapi  nilai  heterosisnya  rendah.    Hal  yang  sama  dilaporkan  oleh Pabendon 2008 bahwa nilai jarak genetik yang tinggi tidak diikuti oleh nilai heterosis
dan DGK yang tinggi. Dengan demikian bobot biji tertinggi tidak selalu dihasilkan oleh pasangan persilangan yang mempunyai nilai jarak genetik tertinggi. Menurut Dias et al.
2004,  jumlah  marka  molekuler  yang  digunakan  sangat  berpengaruh  terhadap pengambilan keputusan dalam seleksi tetua, sehingga pasangan tetua dengan perbedaan
genetik  relatif  yang  tinggi  tidak  selalu  menjadi  pasangan  persilangan  heterotik  yang terbaik, tetapi juga dapat diperoleh dari hasil persilangan tetua-tetua dengan perbedaan
genetik yang sedang. Persilangan  yang  memiliki  nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis  yang  tinggi
mengindikasikan  bahwa  karakter  hasil  dikendalikan  tipe  aksi  gen  over  dominan.  Nilai heterosis  dan  heterobeltiosis  yang  tinggi  juga  diperoleh  pada  penelitian  karakter
kualitatif dan kuantitatif  hibrida F1 dan F2 jagung manis yang dilaporkan oleh  Olaoye 2009.    Daya  gabung  dan  heterosis  terhadap  hasil  dan  komponen  hasil  juga
dikemukakan  oleh  Netaji  et  al.  2000;  Ahmad  dan  Saleem  2003  pada  jagung  biasa, dan  Mahmood  et  al.  2002;  Bagheri  2010  yang  meneliti  heterosis  dan  daya  gabung
padi hibrida pada karakter yang berbeda. Terdapat lima persilangan yang menunjukkan peningkatan panjang tongkol  di atas
20 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur B x galur D, galur A x  galur  D,  galur  D  x  galur  E,  galur  D  x  galur  C,  dan  galur  D  x  galur  A  Tabel  26.
Persilangan galur A dengan galur D memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi yaitu  masing-masing  36,45  dan  35,19.    Artinya  pada  persilangan  galur  A  dengan
galur  D  akan  meningkatkan  panjang  tongkol  sebesar  36,45  terhadap  rata-rata  kedua tetuanya  dan  35,19  terhadap  rata-rata  tetua  terbaiknya.    Nilai  heterosis  yang  tinggi
terhadap panjang tongkol jagung manis telah dilaporkan oleh Dickert dan Tracy 2002 dalam penelitian heterosis beberapa karakter agronomi jagung manis bersari bebas.
Persilangan  galur  A  dengan  galur  B  memiliki  nilai  heterosis  tertinggi  untuk diameter  tongkol  39,08.  Hal  ini  bermakna  bahwa  diameter  tongkol  jagung  manis
akan  meningkat  sebesar  39,08  dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya.  Persilangan
81 galur  E  dengan  A  memiliki  nilai  heterobeltiosis  tertinggi  untuk  diameter  tongkol
32,28,  artinya  pada  persilangan  galur  E  dengan  galur  A  akan  menambah  diameter tongkol sebesar 32,28 dibanding rata-rata tetua terbaiknya.  Sedangkan galur C x galur
B  memiliki  nilai  heterobeltiosis  terendah  -2,65,  artinya  pada  persilangan  galur  C dengan  galur    B  akan  mengurangi  diameter  tongkol  sebesar  2,65  dibandingkan  rata-
rata  tetua  terbaiknya.    Terdapat  tujuh  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan diameter tongkol di atas 20 terhadap rata-rata  kedua tetua dan tetua terbaiknya  yaitu
galur A x  galur  B,  galur E x galur  B,  galur B x galur E,  galur E x  galur A,  galur E x galur  C,  galur  A  x  galur  E,  dan  galur  B  x  galur  A  Tabel  27.    Adanya  peningkatan
panjang tongkol dan diameter tongkol juga diperoleh pada penelitian daya gabung dan heterosis beberapa karakter agronomik jagung yang dilakukan oleh Ojo et al. 2007 dan
Abdel-Moneam et al. 2009. Terdapat  enam  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan  jumlah  baris  per
tongkol   di atas 10 terhadap rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur E x galur A, galur A x galur D, galur A x galur B, galur E x galur C, galur E x galur D, dan
galur  B  x  galur  A  Tabel  28.    Persilangan  galur  E  dengan  galur  A  memiliki  nilai heterosis dan heterobeltiosis tertinggi yaitu masing-masing 23,48 dan 14,52. Hal ini
bermakna bahwa pada persilangan tersebut akan meningkatkan jumlah baris per tongkol 23,48  dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 14,52 dibandingkan rata-rata tetua
terbaiknya.      Nilai  heterosis  yang  tinggi  pada  jumlah  baris  per  tongkol  juga  diperoleh pada penelitian heterosis jagung hibrida  single cross, double cross, dan tree way cross
yang dilakukan oleh Saleh 2002.  Persilangan galur C dengan galur  B memiliki nilai heterosis  -4,84  dan  heterobeltiosis  -9,23  terendah,  artinya  pada  persilangan
tersebut  akan  menurunkan  jumlah  baris  per  tongkol  sebesar  4,84  dibandingkan  rata- rata kedua tetuanya dan 9,23 dibandingkan tetua terbaiknya.
Terdapat sembilan persilangan  yang menunjukkan peningkatan tinggi tanaman di atas 10 terhadap rata-rata tetua dan tetua terbaiknya yaitu galur D x galur B, galur C x
galur E, galur B x galur A, galur C x galur A, galur A x galur D, galur A x galur B, galur A  x  galur  C,  galur  D  x  galur  A,  galur  E  x  galur  D  Tabel  29.    Persilangan  galur  D
dengan  galur  B    memiliki  nilai  heterosis  27,54  dan  heterobeltiosis  22,22
82 tertinggi.  Artinya pada persilangan tersebut akan meningkatkan tinggi tanaman 27,54
dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya  dan    22,22  dibandingkan  rata-rata  tetua terbaiknya.  Galur C x galur B memiliki nilai heterosis -6,03 dan heterobeltiosis -
7,30  terendah,  artinya  pada  persilangan  galur  C  dengan  galur  B  akan  menurunkan tinggi  tanaman  sebesar  6,03  dibandingkan  rata-rata  kedua  tetuanya  dan  7,30
dibandingkan tetua terbaiknya. Terdapat  enam  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan  tinggi  letak  tongkol
terhadap  rata-rata  kedua  tetua  dan  tetua  terbaiknya  yaitu  galur  C  x  galur  A,  galur  C  x galur E, galur D x galur E, galur A x galur C, galur A x galur D, dan galur D x galur C
Tabel  30.    Galur  C  x  galur  A  memiliki  nilai  heterosis  23,94  dan  heterobeltiosis 18,92  tertinggi.    Artinya  pada  persilangan  galur  C  dengan  galur  A  akan
meningkatkan  tinggi  letak  tongkol  sebesar  23,94    dibandingkan  rata-rata  kedua tetuanya  dan    18,92  dibandingkan  rata-rata  tetua  terbaiknya.    Nilai  heterosis  yang
tinggi  pada  karakter  tinggi  tanaman  dan  tinggi  letak  tongkol  tanaman  jagung    juga diperoleh oleh Dickert dan Tracy 2002; Saleh 2002; dan Olaoye 2009.  Sedangkan
persilangan  galur  C  dengan  galur  B  memiliki  nilai  heterosis  -35,21  dan heterobeltiosis -37,84 terendah, artinya pada persilangan tersebut akan menurunkan
tinggi letak tongkol  sebesar 35,21 dibandingkan rata-rata kedua tetuanya dan 37,84 dibandingkan tetua terbaiknya.
Terdapat  dua  persilangan  yang  menunjukkan  peningkatan  kandungan  gula terhadap  rata-rata  kedua  tetua  dan  tetua  terbaiknya  Tabel  31.    Data  tersebut
menunjukkan  peran  gen  aditif  yang  berpengaruh  terhadap  kemanisan,  hal  ini  terlihat pada analisis ragam DGU yang nyata untuk kandungan gula.
Nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi pada karakter-karakter yang diamati mengindikasikan  bahwa  genotipe-genotipe  yang  diuji  memiliki  peningkatan  nilai
dibandingkan rata-rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Persilangan yang memiliki nilai DGK terbaik tidak selamanya  memiliki nilai heterosis yang tinggi, karena daya gabung
khusus  membandingkan  antara  semua  genotipe  yang  diuji  sedangkan  heterosis  hanya membandingkan  antara  dua  tetua  dan  atau  tetua  tertinggi.    Sehingga  persilangan  yang
mempunyai  nilai  heterosis  tinggi  tidak  selalu  memberikan  hibrida  terbaik.  Demikian
83 juga pada penelitian ini, nilai DGK tertinggibaik pada karakter hasil tongkol segar per
petak  diperoleh  pada  persilangan  galur  B  dengan  galur  D,  tetapi  heterosis  tertinggi diperoleh  pada  persilangan  galur  A  dengan  galur  D.    Hal  yang  sama  untuk  karaker
diameter tongkol, jumlah baris biji per tongkol, dan tinggi tanaman. Menurut Sujiprihati et  al
.  2001  dan  Aliu  et  al.  2008,  hibrida  superior  cenderung  dihasilkan  dari persilangan  galur  murni  yang  juga  superior  dan  berasal  dari  sumber  populasi  yang
beragam.  Penampilan  hibrida  yang  menunjukkan  hasil  terbaik  berasal  dari  persilangan tetua  yang  memiliki  nilai  DGU  sedang  dengan  rendah  atau  tinggi  dengan  rendah,  atau
paling sedikit satu tetuanya memiliki DGU tinggi. Nilai  heterosis  dan  heterobeltiosis  pada  beberapa  peubah  yang  diamati  sangat
bervariasi,  terdapat  nilai  negatif  dan  positif.    Hal  ini  menunjukkan  terdapat  perbedaan genetik yang cukup besar diantara tetua yang terlibat dalam persilangan. Menurut Sing
dan  Jain  1970  dalam  Sujiprihati  et  al.  2007,  perbedaan  genetik  yang  besar  diantara tetua  merupakan  salah  satu  faktor  yang  menentukan  ekspresi  heterosis.    Sedangkan
menurut  Maurya  dan  Singh  1977  bahwa  hibrida  terbaik  kemungkinan  besar  dapat diperoleh    dari  persilangan  dua  kultivar  yang  mempunyai  nilai  DGU  terbesar,  tetapi
persilangan  antara  dua  penggabung  umum  yang  kurang  baik  dapat  menunjukkan pengaruh DGK yang baik.
84 Tabel 25  Nilai rata-rata hasil tongkol segar per petak P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis
dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
g P2
g F1
g Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 883,70
1014,00
2074,00
cdefghi
118,58 104,54
2 A x C
883,70 2037,00
2114,00
cdefghi
44,76 3,78
3 A x D
883,70 1442,00
4825,00
a
314,93 234,60
4 A x E
883,70 673,00
632,00
hi
-18,80 -28,48
5 B x A
1014,00 883,70
1499,00
efghi
57,98 47,83
6 B x C
1014,00 2037,00
1283,00
efghi
-15,90 -37,02
7 B x D
1014,00 1442,00
4368,00
ab
255,70 202,91
8 B x E
1014,00 673,00
267,00
i
-68,35 -73,67
9 C x A
2037,00 883,70
3415,00
abcd
133,85 67,65
10 C x B
2037,00 1014,00
1307,00
efghi
-14,32 -35,84
11 C x D
2037,00 1442,00
3675,00
abc
111,27 80,41
12 C x E
2037,00 673,00
1289,00
efghi
-4,87 -36,72
13 D x A
1442,00 883,70
3044,00
abcde
161,77 111,10
14 D x B
1442,00 1014,00
2957,00
bcde
140,80 105,06
15 D x C
1442,00 2037,00
4330,00
ab
148,92 112,57
16 D x E
1442,00 673,00
2554,00
bcdefg
141,51 77,12
17 E x A
673,00 883,70
2252,00
cdefgh
189,33 154,84
18 E x B
673,00 1014,00
1523,00
efghi
80,56 50,20
19 E x C
673,00 2037,00
2657,00
bcdef
96,09 30,44
20 E x D
673,00 1442,00
2702,00
bcdef
155,51 87,38
Pembanding 21
Biji Mas
1306,00
efghi
22 Chia Thai Seed
623,00
hi
23 Manis Madu
1558,00
defghi
24 MR4
249,00
i
25 MR11
664,00
ghi
26 MR12
940,00
fghi
27 MR14
890,00
fghi
28 Pulut Manis
3615,00
abc
29 S  G
1730,00
defghi
30 Sweet Boy
4339,00
ab
31 Thai Super Sweet
3099,00
abcde
Keterangan :  angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda  tidak nyata pada uji DMRT taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan;  F1 : Hibrida; A = Mr12SCBC4-6-1B-1;
B = Mr14SCBC4-6-1B-1;   C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1;   D = Mr11SCBC4-2-1B-1; E = Mr12SCBC3-3-1B-1
85 Tabel  26    Nilai  rata-rata  panjang  tongkol    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 10,80
12,10 13,60
abcd
18,78 12,40
2 A x C
10,80 12,70
11,90
abcd
1,28 -6,30
3 A x D
10,80 10,60
14,60
abc
36,45 35,19
4 A x E
10,80 8,50
9,70
cd
0,52 -10,19
5 B x A
12,10 10,80
14,40
abc
25,76 19,01
6 B x C
12,10 12,70
11,50
abcd
-7,26 -9,45
7 B x D
12,10 10,60
15,50
ab
36,56 28,10
8 B x E
12,10 8,50
12,75
abcd
23,79 5,37
9 C x A
12,70 10,80
14,10
abc
20,00 11,02
10 C x B
12,70 12,10
10,40
abcd
-16,13 -18,11
11 C x D
12,70 10,60
13,30
abcd
14,16 4,72
12 C x E
12,70 8,50
12,50
abcd
17,92 -1,57
13 D x A
10,60 10,80
13,60
abcd
27,10 28,30
14 D x B
10,60 12,10
13,50
abcd
18,94 11,57
15 D x C
10,60 12,70
15,60
a
33,91 22,83
16 D x E
10,60 8,50
12,90
abcd
35,08 21,70
17 E x A
8,50 10,80
11,80
abcd
22,28 9,26
18 E x B
8,50 12,10
14,20
abc
37,86 17,36
19 E x C
8,50 12,70
11,10
abcd
4,72 -12,60
20 E x D
8,50 10,60
12,70
abcd
32,98 19,81
Pembanding 21
Biji Mas 10,40
abcd
22
Chia Thai Seed
11,20
abcd
23 Manis Madu
10,40
abcd
24 MR4
9,50
cd
25 MR11
11,00
abcd
26 MR12
8,75
d
27 MR14
12,4
abcd
28 Pulut Manis
11,80
abcd
29 S  G
10,30
bcd
30 Sweet Boy
15,30
ab
31
Thai Super Sweet
14,30
abc
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1;  C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
86 Tabel 27  Nilai  rata-rata  diameter  tongkol    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
mm P2
mm F1
mm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 3,47
3,08 4,56
ab
39,08 31,27
2 A x C
3,47 4,15
4,34
abcd
13,91 4,58
3 A x D
3,47 3,96
4,63
ab
24,63 16,92
4 A x E
3,47 3,32
4,45
abc
31,08 28,24
5 B x A
3,08 3,47
4,29
abcde
30,92 23,56
6 B x C
3,08 4,15
4,17
abcdef
15,35 0,48
7 B x D
3,08 3,96
4,59
ab
30,40 15,91
8 B x E
3,08 3,32
4,33
abcd
35,42 30,52
9 C x A
4,15 3,47
4,68
ab
22,83 12,77
10 C x B
4,15 3,08
4,04
bcdefg
11,76 -2,65
11 C x D
4,15 3,96
4,55
ab
12,21 9,64
12 C x E
4,15 3,32
4,58
ab
22,62 10,36
13 D x A
3,96 3,47
4,38
abc
17,90 10,61
14 D x B
3,96 3,08
4,24
abcde
20,45 7,07
15 D x C
3,96 4,15
4,63
ab
14,18 11,57
16 D x E
3,96 3,32
4,30
abcde
18,13 8,59
17 E x A
3,32 3,47
4,59
ab
35,20 32,28
18 E x B
3,32 3,08
4,34
abcde
35,63 30,72
19 E x C
3,32 4,15
4,98
a
33,33 20,00
20 E x D
3,32 3,96
4,75
ab
30,49 19,95
Pembanding 21
Biji Mas
3,62
cdefghi
22
Chia Thai Seed 3,42
efghi
23 Manis Madu
4,03
bcdefg
24 MR4
2,51
j
25 MR11
3,22
ghij
26 MR12
2,93
ij
27 MR14
3,40
efghi
28 Pulut Manis
4,16
abcdef
29 S  G
3,88
bcdefgh
30 Sweet Boy
4,48
abc
31 Thai Super Sweet
4,56
ab
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1;  C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
87 Tabel 28     Nilai rata-rata jumlah baris biji per tongkol P1, P2, dan F1 serta nilai heterosis
dan heterobeltiosis No
Genotipe P1
baris P2
baris F1
baris Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 10,60
11,80 13,00
abc
16,07 10,17
2 A x C
10,60 13,00
13,00
abc
10,17 0,00
3 A x D
10,60 13,00
14,20
ab
20,34 9,23
4 A x E
10,60 12,40
12,80
abcd
11,30 3,23
5 B x A
11,80 10,60
12,80
abcd
14,29 8,47
6 B x C
11,80 13,00
13,40
abc
8,06 3,08
7 B x D
11,80 13,00
14,20
ab
14,52 9,23
8 B x E
11,80 12,40
13,00
abc
7,44 4,84
9 C x A
13,00 10,60
13,40
abc
13,56 3,08
10 C x B
13,00 11,80
11,80
cdef
-4,84 -9,23
11 C x D
13,00 13,00
14,60
a
12,31 12,31
12 C x E
13,00 12,40
13,80
abc
8,66 6,15
13 D x A
13,00 10,60
13,00
abc
10,17 0,00
14 D x B
13,00 11,80
13,20
abc
6,45 1,54
15 D x C
13,00 13,00
14,60
a
12,31 12,31
16 D x E
13,00 12,40
14,00
abc
10,24 7,69
17 E x A
12,40 10,60
14,20
ab
23,48 14,52
18 E x B
12,40 11,80
13,00
abc
7,44 4,84
19 E x C
12,40 13,00
14,60
a
14,96 12,31
20 E x D
12,40 13,00
14,40
a
13,39 10,77
Pembanding 26
Biji Mas 12,00
bcdef
27 Chia Thai Seed
12,60
abcde
28 Manis Madu
13,40
abc
29 MR4
10,60
ef
30 MR11
13,00
abc
31 MR12
10,30
f
32 MR14
10,54
ef
33 Pulut Manis
10,40
h
34 S  G
12,60
abcde
35 Sweet Boy
13,80
abc
36
Thai Super Sweet
13,00
abc
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;   B = Mr14SCBC4-6-1B-1;  C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;     E = Mr12SCBC3-3-1B-1
88 Tabel  29    Nilai  rata-rata    tinggi  tanaman    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 200,00
167,50 200,0
abcd
15,11 11,11
2 A x C
205,00 167,50
205,0
abcd
10,07 10,81
3 A x D
195,00 167,50
195,0
abcd
17,29 16,42
4 A x E
170,00 167,50
170,0
cdefg
2,26 1,49
5 B x A
207,50 180,00
196,7
abcd
19,42 15,28
6 B x C
195,00 180,00
195,0
abcd
6,85 5,41
7 B x D
190,00 180,00
190,0
abcde
10,14 5,56
8 B x E
195,00 180,00
195,0
abcd
13,04 8,33
9 C x A
217,50 185,00
217,5
ab
23,40 17,57
10 C x B
171,50 185,00
171,5
cdefg
-6,03 -7,30
11 C x D
177,50 185,00
177,5
bcdefg
1,43 -4,05
12 C x E
217,50 185,00
217,5
ab
24,29 17,57
13 D x A
190,00 165,00
190,0
abcde
14,29 13,43
14 D x B
220,00 165,00
220,0
a
27,54 22,22
15 D x C
192,50 165,00
192,50
abcd
10,00 4,05
16 D x E
175,00 165,00
175,0
cdefg
6,06 6,06
17 E x A
177,50 165,00
177,5
bcdefg
6,77 5,97
18 E x B
190,00 165,00
190,0
abcde
10,14 5,56
19 E x C
180,00 165,00
180,0
abcdef
2,86 -2,70
20 E x D
187,50 165,00
187,5
abcdef
13,64 13,64
Pembanding 21
Biji Mas 150,00
efg
22 Chia Thai Seed
167,50
cdefg
23 Manis Madu
177,50
bcdefg
24 MR4
137,50
g
25 MR11
165,00
cdef
26 MR12
147,50
fg
27 MR14
172,50
cdefg
28 Pulut Manis
167,50
cdefg
29 S  G
195,00
abcd
30 Sweet Boy
207,50
abc
31
Thai Super Sweet
187,50
abcdef
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
89 Tabel  30    Nilai  rata-rata  tinggi  letak  tongkol  P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
cm P2
cm F1
cm Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 92,50
92,50 85,00
abcdef
-8,11 -8,11
2 A x C
92,50 85,00
100,00
ab
12,68 8,11
3 A x D
92,50 85,00
95,00
abc
7,04 2,70
4 A x E
92,50 72,50
72,50
bcdef
-12,12 -21,62
5 B x A
92,50 92,50
86,67
abcde
-5,41 -5,41
6 B x C
92,50 85,00
90,00
abcde
1,41 -2,70
7 B x D
92,50 85,00
80,00
bcdef
-9,86 -13,51
8 B x E
92,50 72,50
77,50
bcdef
-6,06 -16,22
9 C x A
85,00 92,50
110,00
a
23,94 18,92
10 C x B
85,00 92,50
57,50
f
-35,21 -37,84
11 C x D
85,00 85,00
80,00
bcdef
-5,88 -5,88
12 C x E
85,00 72,50
90,00
abcde
14,29 5,88
13 D x A
85,00 92,50
82,50
abcdef
-7,04 -10,81
14 D x B
85,00 92,50
87,50
abcde
-1,41 -5,41
15 D x C
85,00 85,00
90,00
abcde
5,88 5,88
16 D x E
85,00 72,50
90,00
abcde
14,29 5,88
17 E x A
72,50 92,50
77,50
bcdef
-6,06 -16,22
18 E x B
72,50 92,50
85,00
abcdef
3,03 -8,11
19 E x C
72,50 85,00
75,00
bcdef
-4,76 -11,76
20 E x D
72,50 85,00
82,50
abcdef
4,76 -2,94
Pembanding 21
Biji Mas 77,50
bcdef
22 Chia Thai Seed
70,00
cdef
23 Manis Madu
77,50
bcdef
24 MR4
62,50
ef
25 MR11
75,00
bcdef
26 MR12
65,00
def
27 MR14
80,00
bcdef
28 Pulut Manis
72,50
bcdef
29 S  G
82,50
abcdef
30 Sweet Boy
100,00
ab
31 Thai Super Sweet
100,00
ab
Keterangan :  angka-angka  yang  diikuti  huruf  yang  sama  menunjukkan  berbeda  tidak  nyata  pada  uji  lanjut DMRT  taraf 5; P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida
A = Mr12SCBC4-6-1B-1;  B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1; D = Mr11SCBC4-2-1B-1;  E = Mr12SCBC3-3-1B-1
90 Tabel  31  Nilai  rata-rata  kandungan  gula    P1,  P2,  dan  F1  serta  nilai  heterosis  dan
heterobeltiosis No
Genotipe P1
ºbriks P2
ºbriks F1
ºbriks Heterosis
Heterobeltiosis 1
A x B 13,5
11,5 12,5
0,0 -7,4
2 A x C
13,5 11,0
13,0 6,1
-3,7 3
A x D 13,5
9,0 11,5
2,2 -14,8
4 A x E
13,5 12,0
11,5 -9,8
-14,8 5
B x A 11,5
13,5 13,0
4,0 -3,7
6 B x C
11,5 11,0
12,5 11,1
8,7 7
B x D 11,5
9,0 11,0
7,3 -4,3
8 B x E
11,5 12,0
11,0 -6,4
-8,3 9
C x A 11,0
13,5 13,5
10,2 0,0
10 C x B
11,0 11,5
12,5 11,1
8,7 11
C x D 11,0
9,0 10,5
5,0 -4,5
12 C x E
11,0 12,0
11,5 0,0
-4,2 13
D x A 9,0
13,5 12,5
11,1 -7,4
14 D x B
9,0 11,5
11,0 7,3
-4,3 15
D x C 9,0
11,0 11,0
10,0 0,0
16 D x E
9,0 12,0
10,5 0,0
-12,5 17
E x A 12,0
13,5 12,5
-2,0 -7,4
18 E x B
12,0 11,5
10,0 -14,9
-16,7 19
E x C 12,0
11,0 12,0
4,3 0,0
20 E x D
12,0 9,0
9,5 -9,5
-20,8
Keterangan : P1 : Tetua Betina; P2 : Tetua Jantan; F1 : Hibrida; A = Mr12SCBC4-6-1B-1; B = Mr14SCBC4-6-1B-1; C=  Mr4SCBC4-2-1B-1-1;   D= Mr11SCBC4-2-1B-1;
E = Mr12SCBC3-3-1B-1
91
II.  Evaluasi Ketahanan terhadap Penyakit Bulai